Você está na página 1de 3

Saham SSIA, mutiara hitam sektor konstruksi!

PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) didirikan oleh keluarga suryadjaya (pendiri PT Astra Internasional)
pada tahun 1971. Sampai dengan saat ini pemilik mayoritas dan direksi SSIA masih merupakan orang-
orang eks group astra. Sebut saja Johanes Suryadjaya (Direktur SSIA) adalah anak dari benyamin
suryadjaya yang bersama saudaranya wiliam suryadjaya merupakan pendiri Group Astra. Begitupun juga
pemilik saham SSIA diatas 5%, sebagian besar mereka adalah mantan petinggi-petinggi Astra seperti Tedy
Rahmat dan Benny subianto.

Sebagai perusahaan yang dikelola oleh manajemen astra, tentu perusahaan ini bukanlah perusahaan
konstruksi abal-abal yang ada dijagat BEI. Kawasan industri karawang seluas 1400 Ha, hotel bintang 5
Grand Melia, Plaza Glodok, dan Tol Cipali adalah contoh mega proyek yang telah digarap oleh perusahaan
ini. Untuk ukuran perusahaan induk kontruksi non BUMN, kami katakan SSIA merupakan salah satu yang
terbaik di Indonesia. Bahkan kami ingat betul, Hijrah Marketama pernah mendulang capital gain yang
lumayan ketika kami masuk di harga 585 dan melepasnya ketika saham ini berada di harga 1000an (ya
walau setelah itu SSIA terus naik hingga mencapai 1600an, but its okey )

Namun pelemahan ekonomi global di beberapa tahun terakhir juga turut menyeret perusahaan ini sama
seperti perusahaan properti dan konstruksi lainnya. Selain laba bersihnya turun jauh dikuartal III ini (hanya
sekirar 141 M), Pendapatan SSIA secara umum juga mengalami penurunan.
Lalu bagaimana dengan saham nya? Ya sudah pasti turun duluan . Its normal. (tapi.. Sebagai Value
Investor, sebenarnya inilah saat nya untuk melirik sebuah saham ketika orang-orang membuang dan
menjauhi saham tersebut)
Menjelang akhir tahun, tak peduli dengan masa window dressing, harga saham SSIA terus saja turun
dan berada di level terendah dalam 4 tahun terakhir. Bahkan di akhir Desember 2016 lalu, harga SSIA
menyentuh angka 434 yang berarti telah turun sebanyak 74% dari harga tertinggi di angka 1600an. Wow..
Sekarang pertanyaannya, Apakah ini peluang? Apakah sudah bisa masuk sekarang? Well.. Ini hasil riset
kami..

Data Laporan Keuangan Triwulan III 2016

Deskripsi Sep-16 Sep-15 % Naik (Turun)


Kas dan Setara Kas 1,535,330,790,481 923,632,276,474 66.23%
Utang Bank Jk Pendek 10,000,000,000 200,000,000,000 -95.00%
Utang Bank Jk Panjang 1,047,185,646,374 629,382,821,659 66.38%
Utang Obligasi 1,439,004,276,791 547,543,550,468 162.81%
Pendapatan Usaha 3,015,296,654,858 3,855,665,152,481 -21.80%
Beban Langsung 2,157,376,157,862 2,836,279,656,104 -23.94%
Laba Berjalan 141,504,537,665 538,695,314,033 -73.73%
EPS 2,527 10,201 -75.23%
Aset 7,283,611,815,627 6,463,923,464,990 12.68%
Liabilitas 3,885,357,227,225 3,125,923,913,442 24.29%
Ekuitas 3,398,254,588,402 3,337,999,551,548 1.81%

Dari data diatas dapat dilihat bahwa nilai buku perusahaan adalah sebesar 631 per lembar sehingga
perbandingan nilai pasar (04 Januari 2016) terhadap nilai buku adalah sebesar 0,7. Dengan kata lain, untuk
mendapatkan 10 aset SSIA, kita hanya perlu bayar 7, seperti beli barang diskon bukan? (untuk
perusahaan konstruksi, rata-rata PBV adalah 2 sampe 3 dan SSIA merupakan nomor 2 PBV terkecil setelah
DGIK)
Walaupun perlu kita cermati juga, kinerja SSIA yang begitu anjlok beberapa tahun ini juga menyebabkan
Return On Equity (ROE) SSIA menjadi sangat rendah yakni hanya 5,3% dan Price to Earning Ratio (PER)
menjadi 16,6 kali (perusahaan bagus biasanya ROE diatas 20% dan PER dibawah 10 kali) serta ditambah
meningkatnya arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan, yang disebabkan karena :
1. Tanggal 15 Februari 2016, Anak usaha SSIA, PT PT Suryacipta Swadaya (SCS), mendapat pinjaman dari
Eximbank sebesar Rp 500 M untuk jangka waktu 5 tahun dengan expected rate or return 10,25% yang
dibayar setiap tanggal 25 bulan berjalan. Pinjaman ini dicairkan dengan jaminan aset PT SCS berupa
tanah yang berada dikarawang.
2. Tanggal 13 September 2016, perusahaan mengeluarkan obligas seri A dan B, dengan total obligasi
sebesar Rp 900 M dalam jangka waktu 3 dan 5 tahun yang dibayar setiap 3 bulan sekali. Obligasi
dicairkan dengan menjaminkan aset PT TCP berupa gedung glodok plaza dan tanah dikarawang. Bunga
yang dibayarkan atas obligasi tersebut adalah sebesar 9,875% dan 10,5%.
3. Sehingga meningkatnya hutang obligasi dan pinjaman bank akan menyebabkan kenaikan beban
bunga yang artinya akan mengurangi laba bersih di tahun-tahun berikutnya.
Namun dengan melihat rencana penggunaan dana pinjaman tersebut adalah untuk pengembangan
kawasan industri dan ekspansi bisnis perhotelan SSIA (kita ketahui SSIA dalam beberapa tahun ini gencar
membangun jaringan hotel batiqa, sebuah hotel budget bintang 3, yang saat ini tengah diminati oleh
masyarakat middle income) tentu sangat worth it untuk kita ikuti. Apalagi saat ini perusahaan terus
meningkatkan porsi pendapatan yang berasal dari requiring income (pendapatan berulang) yang
bersumber dari hotel dan penyewaan properti, sehingga nantinya akan menopang kestabilan pendapatan
perusahaan secara keseluruhan. Saat ini kontribusi per segmen terhadap pendapatan SSIA adalah sebagai
berikut:
a. Pembangunan kawasan Industri : 13,7%
b. Realestate dan Sewa Gedung : 4,8%
c. Jasa Konstruksi Bangunan : 64%
d. Perhotelan : 16,8%
e. Lain-lain : 0,7%
Di tahun 2016, pendapatan berulang perusahaan sudah mencapai 35,3% atau dengan kata lain yang
membuat pendapatan keseluruhan anjlok adalah karena pendapatan jasa konstruksi yang memang lagi
turun (dalam bisnis property, pendapatan berulang sangat disukai karena bersifat stabil dan jangka
panjang)

Well, dari penjelasan diatas, dapat kita simpulkan, bila semua proyek yang direncanakan selesai tahun
depan dan di tambah sektor konstruksi di tahun 2017 akan kembali menggeliat seiring dengan pemulihan
kondisi ekonomi, maka saat ini SSIA seperti mutiara hitam di sektor konstruksi, bernilai namun
terpendam. Saat ini mungkin saham SSIA akan bergerak konsolidasi di area 360-480. Dan mungkin Saham
SSIA akan benar-benar konfirmasi uptrend atau downtrend setelah laporan keuangan kuartal I 2017
keluar nanti. Namun sebagai value investor, berdasarkan hasil riset tersebut, SSIA telah masuk radar kami,
dan Hijrah Marketama mulai mengakumulasi SSIA di area harga saat ini.
Disclaimer On!

Você também pode gostar