Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pondasi tiang pancang (driven pile foundation) merupakan jenis pondasi yang biasa
digunakan pada lokasi konstruksi dengan karakteristik tanah dasarnya tidak memiliki
daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk menahan beban struktur diatasnya.
Pondasi tiang pancang juga digunakan pada daerah konstruksi dengan lapisan tanah
keras yang dalam. Jenis pondasi ini mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang
dengan jalan menyerap lenturan dan meneruskan beban-beban dari konstruksi atas ke
lapisan tanah atau batuan yang memiliki daya dukung yang besar.
Berikut ini adalah beberapa kondisi dimana pondasi tiang pancang sering digunakan
dalam proses konstruksi:
1. Tiang pancang akan digunakan bila permukaan tanah akan dibebani oleh beban
yang besar, sedangkan lapisan tanah di permukaan terlalu lemah untuk
memikul beban struktur tersebut. Tiang pancang ini berfungsi untuk
meneruskan beban hingga ke batuan dasar (bedrock) atau lapisan tanah keras.
Bila lapisan tanah keras ini terletak pada kedalaman yang tidak memungkinkan,
maka tiang akan tetap meneruskan beban struktur ke tanah secara berangsur-
angsur. Daya dukung yang dihasilkan oleh tiang diperoleh dari gaya gesek
tiang dan tanah (skin friction) serta gaya tahan di ujung tiang(end bearing).
2. Pada saat menerima beban horisontal, pondasi tiang pancang dapat
menahannya dengan tekukan (bending), meskipun masih mendukung beban
vertikal dari struktur atas. Kondisi ini umumnya dijumpai dalam desain dan
konstruksi struktur penahan tanah (earth-retaining structures) dan pondasi pada
gedung-gedung tinggi yang menerima beban angin dan/atau gaya gempa.
3. Pada beberapa lokasi bangunan, ditemukan kasus berupa tanah ekspansif dan
lipatan (collapsible). Kasus seperti ini sering terjadi dengan kedalaman yang
Berdasarkan bahan materialnya, tiang dibagi kedalam beberapa kategori, yaitu tiang
baja (steel piles), tiang beton (concrete piles), tiang kayu (wooden/timber piles), dan
tiang komposit (composite piles).
Keterangan
As = luaspenampang baja
ijin = tegangan izin baja
Selain bahan baja dan beton, material yang sudah lama sekali dipakai
sebagai tiang pancang yakni tiang dengan bahan kayu. Bahkan kayu
merupakan cara tertua dalam penggunaan tiang pancang sebagai pondasi.
Panjang maksimum tiang kayu umumnya sekitar 10-20 m.
d) Tiang Komposit
Namun, apabila pada lokasi konstruksi ditemukan lapisan tanah keras saja
yang juga terdapat pada kedalaman yang terjangkau, maka tiang dapat
dimasukkan beberapa meter ke dalam lapisan tanah keras (Gambar 2.1b).
Dalam kasus ini, panjang tiang yang diperlukan dapat dihitung secara
akurat berdasarkan data hasil eksplorasi tanah. Qs dan Qu dijelaskan pada
Gambar 2.1 di bawah ini.
Gambar 2.1 [(a) dan (b)] Point Bearing Piles; (c) Friction Pile
Sumber: Das, Braja M., (Principles of Foundation Engineering, 1998), Figure 9.5
b) Friction Piles
Sesuai dengan namanya, Friction Piles berarti jenis tiang ini seluruh
tahanannya diperoleh dari tahanan friksi. Tiang jenis ini biasanya
digunakan pada tanah dengan lapisan batuan atau tanah keras terlalu dalam.
Beban ultimate dari tiang ini dapat dinyatakan dengan persamaan seperti
pada point bearing piles. Tetapi nilai Qp relatif sangat kecil, sehingga
QuQs (2.4)
Panjang friction piles tergantung pada kuat geser tanah, beban yang dipikul,
dan ukuran tiang. Untuk menentukan panjang tiang, diperlukan pemahaman
Berli Setiadi 15004137 2-5
Nina Purwanti 15004154
Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga
dan Beda Hingga
c) Compaction Piles
Pada keadaan tertentu, tiang dipancang ke dalam lapisan pasir untuk
mendapatkan pemadatan tanah yang hampir sama dengan bagian
permukaan. Tiang jenis ini disebut compaction piles. Panjangnya
bergantung pada faktor-faktor seperti:
a) kepadatan relatif tanah sebelum kompaksi
b) kepadatan relatif tanah yang diinginkan sesudah kompaksi
c) panjang/kedalaman kompaksi yang diperlukan
Kapasitas daya dukung tiang ultimate dari pondasi tiang pancang dapat diberikan
dengan persamaan yang sederhana, yaitu:
Qu=Qp + Qs W (2.5)
Keterangan Qu = kapasitas tiang ultimate
Qp = kapasitas ujung tiang (daya dukung terpusat tiang)
Pada Gambar 2.2 terlihat bahwa lebar tiang (D) relative kecil, sehingga persamaan
BN dapat diabaikan dan q yang dipakai adalah tegangan vertikal efektif (q).
Gambar 2.2 (a) Kapasitas Daya Dukung Tiang; (b) dan (c) Potongan Melintang Tiang
Nilai maksimum qp :
- Menurut Meyerhoff : qp 50 Nq tan (kN/m2)
- Menurut Tomlinson : qp 10700 (kN/m2)
- Menurut Coduto : qp = 57.5 N60 < 2900 kN/m2 (untuk
tiang bor berdasarkan penurunan sebesar 5% dari
diameter)
- Nilai qp mencapai maksimum pada kedalaman L=10-20
Diameter. Panjang penetrasi minimum 5 diameter.
Qs = pLfav (2.13)
Tahanan friksi negatif (negative skin friction) merupakan gaya gesek menurun yang
terjadi pada sisi-sisi tiang oleh tanah di sekitarnya. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
oleh beberapa kondisi, diantaranya adalah :
1) Jika suatu timbunan tanah lempung diletakkan di atas lapisan tanah pasir
dimana tiang dipancangkan, maka timbunan akan mengalami konsolidasi
secara bertahap. Proses konsolidasi ini akan memberikan gaya gesek menurun
pada tiang selama periode konsolidasi.
2) Jika suatu timbunan tanah pasir diletakkan di atas lapisan tanah lempung, maka
akan mengakibatkan terjadinya konsolidasi pada lapisan lempung dan akan
timbul gaya gesek menurun pada tiang.
3) Penurunan muka air tanah akan meningkatkan tegangan vertikal efektif tanah,
sehingga menyebabkan penurunan konsolidasi pada tanah lempung. Jika tiang
berada pada lapisan lempung, maka tiang akan mengalami gaya gesek
menurun.
Besarnya nilai tahanan friksi negatif pada tanah pasir dan tanah lempung dihitung
seperti tahanan friksi positif, hanya bernilai negatif. Negative Skin Friction dapat
dijelaskan pada Gambar 2.3 di bawah ini.
Qu
Qijin = Qn (2.14)
FS
V.N.S. Murthy (1992) dalam bukunya Soil Mechanics & Foundation Engineering
memberikan rumusan untuk faktor keamanan sebagai berikut:
Q p + Qs
Qijin = (2.17)
2.5
dan pada kasus dimana nilai Qp dan Qs dapat dicari secara bebas, beban ijin dapat
dinyatakan dengan rumus :
Qp Qs
Qijin = + (2.18)
3 1.5
nilai FS = 1.5 diijinkan untuk skin friction karena nilai peak dari tahanan friksi pada
tiang terjadi pada settlement 3-8 mm.
Kebanyakan solusi teoritis untuk beban lateral dari tiang mengacu pada konsep yang
diajukan oleh Winkler (1867). Konsep yang diajukan berupa asumsi bahwa medium
tanah dianggap sebagai sejumlah (tidak terbatas) pegas relatif bebas yang berjarak dan
tertutup. Konsep Winkler dapat dijelaskan pada Gambar 2.4, 2.5, dan 2.6 di bawah ini.
Gambar 2.6 Defleksi tiang dengan beban lateral menurut Winkler (1867)
Asumsi yang digunakan yaitu beam didukung oleh tanah. Pada model Winkler,
dimodelkan medium tanah elastis sebagai seri pegas elastis yang disusun berdekatan,
tak berhingga dan bersifat independent.
Dalam menganalisis perhitungan momen dan perpindahan dari tiang vertikal terhadap
beban lateral dan momen pada permukaan tanah, terdapat solusi umum yang
ditawarkan oleh Matlock dan Reese (1960). Solusi tersebut mengacu pada model
sederhana yang diajukan Winkler. Dimisalkan sebuah tiang dengan panjang L
menerima gaya lateral Qg dan momen Mg pada permukaan tanah (yaitu, pada z=0).
Konsep dasar umum bentuk defleksi tiang dan tahanan tanah yang disebabkan oleh
adanya beban dan momen tersebut.
Modulus subgrade untuk tanah pasir pada kedalaman z dapat dihitung dengan
kz = nhz (2.20)
Dengan menggunakan teori balok pada pondasi elastik, dapat ditulis bahwa
d 4x
EpI p = p' (2.21)
dz 4
atau
d 4x
EpI p + kx = 0 (2.22)
dz 4
Sehingga solusi dari hasil persamaan di atas dapat dinyatakan sebagai berikut :
dimana Ax, Bx, A, B, Am, Bm, Av, Bv, Ap, Bp, adalah koefisien dan T=panjang
karakteristik dari interaksi tanah tiang
EpI p
T =5 (2.28)
nh
Apabila panjang tiang, L 5T, maka disebut long pile, dan koefisien pada persamaan
(2.23) sampai (2.27) dapat dilihat pada Tabel 2.1. Sedangkan untuk L 2T, tiang
dinamakan rigid pile. Nilai Z pada Tabel 2.1 merupakan kedalaman nondimensional,
atau
z
Z= (2.29)
T
Z Ax A Am Av A'p Bx B Bm Bv B'p
0 2.435 -1.623 0 1 0 1.623 -1.75 1 0 0
0.1 2.273 -1.618 0.1 0.989 -0.227 1.453 -1.65 1 -0.007 -0.145
0.2 2.112 -1.603 0.198 0.956 -0.422 1.293 -1.55 0.999 -0.028 -0.259
0.3 1.952 -1.578 0.291 0.906 -0.586 1.143 -1.45 0.994 -0.058 -0.343
0.4 1.796 -1.545 0.379 0.84 -0.718 1.003 -1.351 0.987 -0.095 -0.401
0.5 1.644 -1.503 0.459 0.764 -0.822 0.873 -1.253 0.976 -0.137 -0.436
0.6 1.496 -1.454 0.532 0.677 -0.897 0.752 -1.156 0.96 -0.181 -0.451
0.7 1.353 -1.397 0.595 0.585 -0.947 0.642 -1.061 0.939 -0.226 -0.449
0.8 1.216 -1.335 0.649 0.489 -0.973 0.54 -0.968 0.914 -0.27 -0.432
0.9 1.086 -1.268 0.693 0.392 -0.977 0.448 -0.878 0.885 -0.312 -0.403
1 0.962 -1.197 0.727 0.295 -0.962 0.364 -0.792 0.852 -0.35 -0.364
1.2 0.738 -1.047 0.767 0.109 -0.885 0.223 -0.629 0.775 -0.414 -0.268
1.4 0.544 -0.893 0.772 -0.056 -0.761 0.112 -0.482 0.688 -0.456 -0.157
1.6 0.381 -0.741 0.746 -0.193 -0.609 0.029 -0.354 0.594 -0.477 -0.047
1.8 0.247 -0.596 0.696 -0.298 -0.445 -0.03 -0.245 0.498 -0.476 0.054
2 0.142 -0.464 0.628 -0.371 -0.283 -0.07 -0.155 0.404 -0.456 0.14
3 -0.075 -0.04 0.225 -0.349 0.226 -0.089 0.057 0.059 -0.213 0.268
4 -0.05 0.052 0 -0.106 0.201 -0.028 0.049 -0.042 0.017 0.112
5 -0.009 0.025 -0.033 0.015 0.046 0 -0.011 -0.026 0.029 -0.002
From Drilled Pier Foundations, by R.J. Woodwood, W.S. Gardner, and D.M. Greer. Copyright 1972 by McGraw-Hill.
Used with the permission of McGraw-Hill Book Company
Kapasitas lateral dari tiang yang dihitung menggunakan metode subgrade reaction
dapat dikembangkan menggunakan metode kurva p-y (Matlock, 1970; Reese dan
Welch, 1975; Bhushan et al, 1979). Pada sub bab ini akan dijelaskan dasar-dasar dari
kurva p-y dan kemudian prosedur pembuatan kurva p-y.
Gambaran secara numerik dari modulus tanah dapat dijelaskan dengan baik oleh
sekumpulan kurva yang menunjukkan reaksi tanah p sebagai fungsi dari defleksi y
(Reese dan Welch, 1975). Secara umum, kurva-kurva tersebut adalah non linear dan
bergantung pada beberapa parameter seperti kedalaman, kuat geser tanah, dan jumlah
beban siklik (Reese, 1977).
Konsep dari kurva p-y dapat dilihat pada Gambar 2.7. Kurva-kurva tersebut
diasumsikan mengikuti beberapa karakteristik sebagai berikut:
a. Satu set kurva p-y mewakilkan deformasi lateral dari tanah akibat dari beban
yang diberikan secara horizontal pada bagian-bagian tiang yang diskrit secara
vertikal pada tiap kedalaman.
b.Kurva p-y tidak tergantung pada bentuk dan kekakuan dari tiang dan tidak
dipengaruhi oleh beban di atas dan di bawah bagian diskrit tanah pada
kedalaman tertentu. Asumsi ini tentu tidak sepenuhnya benar. Tetapi
pengalaman menunjukkan bahwa defleksi tiang pada suatu kedalaman, untuk
keperluan praktis, dapat diasumsikan hanya tergantung pada reaksi tanah pada
kedalaman tersebut. Oleh karena itu tanah dapat digantikan oleh suatu
karakteristik p-y yang diskrit yang ditunjukkan pada Gambar 2.7.b.
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.7.a, sekumpulan kurva p-y dapat mewakili
deformasi tanah dengan kedalaman untuk suatu batas-batas tekanan lateral yang
berubah mulai dari nol sampai dengan tegangan yang menyebabkan tanah runtuh.
Gambar 2.7 menunjukkan bentuk tiang yang terdefleksi (Gambar 2.7.c) dan kurva p-y
yang digambarkan pada suatu axis (Gambar 2.7.b). Sejak sekitar tahun 1980an, kurva
p-y digunakan secara luas untuk perencanaan tiang yang dibebani secara lateral dan
telah diadopsi oleh API Recommended Practice (1982).
Gambar 2.7 Kurva p-y dan representasi dari pile yang terdefleksi
(a) bentuk kurva di beberapa kedalaman, (b) kurva diplot pada sumbu-sumbu yang sama (c)
representasi tiang yang terdefleksi
S. Prakash (Pile Foundations in Engineering Practice, 1989)
Setelah kurva p-y dibuat untuk suatu sistem tanah dan tiang, permasalahan tiang yang
dibebani secara lateral dapat diselesaikan dengan cara iterasi yang mengikuti cara-cara
sebagai berikut:
a. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hitung T atau R untuk suatu sistem
tanah dan tiang dengan nilai nh atau k yang diperkirakan atau telah diberikan.
b.Dengan T atau R yang telah dihitung dan ditambahkan beban lateral Qg dan
momen Mg, tentukan defleksi y sepanjang tiang menggunakan metode Reese
dan Matlock (1956).
c. Dari defleksi yang telah dihitung pada langkah sebelumnya, tentukan tekanan
lateral p dengan kedalaman dari kurva p-y yang telah dibuat sebelumnya.
1
k EI 5
(a) n h = T = untuk modulus bertambah terhadap kedalaman
x nh
1
EI 4
(b) k1 = k R = untuk modulus tetap terhadap kedalaman
k
Solusi permasalahan tiang dengan beban lateral dapat sangat terbantu dengan membuat
perkiraan kurva p-y. Bila telah diperkirakan, persamaan (2.23) dapat dipecahkan untuk
mendapatkan defleksi, rotasi tiang, momen lentur, gaya geser, dan reaksi tanah pada
beban apapun yang dapat didukung oleh tiang.
Kurva p-y pada tanah pasir didapatkan dari langkah-langkah berikut (Reese et.al.,
1974):
a. Gunakan nilai sudut geser dalam () dan berat () representatif dari tanah di
lapangan.
b. Hitung faktor-faktor berikut:
= 12 (2.30)
= 45 + (2.31)
K o = 0,4 (2.32)
(2.34)
pcr dapat digunakan untuk kedalaman dari permukaan tanah sampai kedalaman kritis x,
dan pcd dapat digunakan di bawah kedalaman kritis. Nilai dari kedalaman kritis
didapatkan dengan mengeplot pcr dan pcd dengan kedalaman x pada skala yang biasa.
Titik perpotongan dari dua kurva akan memberikan x seperti yang didapatkan pada
Gambar 2.8 berikut.
Gambar 2.8 (a) Mendapatkan Nilai xr, perpotongan pcr dan pcd,
(b) Pembuatan Kurva p-y
S. Prakash (Pile Foundations in Engineering Practice, 1989)
c. Pertama pilih suatu kedalaman yang akan digambar kurva p-y nya. Bandingkan
kedalaman tersebut (x) dengan kedalaman kritis (xr) yang didapatkan dari langkah
(b) dan tentukan kecocokan dengan pcr dan pcd. Kemudian gunakan perhitungan
untuk kurva p-y sebagai berikut. Langkah-langkah berikut mengacu pada Gambar
2.8b.
d. Pilih nh yang cocok dari Tabel 2.4. Hitung faktor berikut:
p m = B1 p c (2.36)
Dengan B1 diambil dari Tabel 2.5 dan pc dari persamaan (2.34) untuk kedalaman di
atas titik kritis dan dari persamaan (2.35) untuk kedalaman di bawah titik kritis.
B
ym = (2.37)
60
Dengan B adalah lebar tiang.
p u = A1 p c (2.38)
Dan dengan A1 diambil dari Tabel 2.5.
3B
yu = (2.39)
80
pu p m
m= (2.40)
yu ym
pm
n= (2.41)
my m
pm
C= (2.42)
(ym )
1
m
n
C ( n1)
yk = (2.43)
n x
h
p = Cy
1
n
(2.44)
Tentukan yk pada axis y pada Gambar 2.8. Tukarkan nilai yk tersebut sebagai y pada
persamaan(2.44) untuk menentukan nilai p. Nilai p ini akan menentukan titik k.
Hubungkan titik k dengan titik asal O, membentuk garis OK pada Gambar 2.8
Tentukan titik m untuk nilai ym dan pm dari persamaan (2.37) dan (2.36).
Kemudian gambarkan parabola diantara titik k dan m menggunakan persamaan (2.40).
Tentukan titik u dari nilai yu dan pu dari persamaan (2.39) dan (2.38).
Hubungkan m dan u dengan garis lurus.
Normally loaded
Organic silt nh ranges from 0.4 to 3.0 lb/in3
Peat nh is approximately 0.2 lb/in3
cohesive soil nh is approximately 67 Su where Su is the undrained shear strength
of the soil
* After Davisson, 1970
Sumber: S. Prakash (Pile Foundations in Engineering Practice,1989), Table 4.16a
Nilai yang digunakan pada perhitungan tahanan ujung dan tahanan friksi untuk tanah
tak berkohesi (cohensioless soil) bergantung pada metode instalasi tiang. Pada kasus
tiang yang dipancang, tanah terkompaksi sampai jarak 3.5D dari ujung tiang, sehingga
menyebabkan penambahan nilai di bawah daerah ini. Jika 2 adalah nilai maksimum
pada ujung tiang, dan 1 adalah nilai sebelum instalasi, maka dapat dinyatakan
bahwa (Kishida, 1967)
1 + 40 0
2 = (2.45)
2
Apabila 1 = 400, maka tidak ada perubahan kepadatan elative dari tanah akibat
pemancangan tiang. Kishida juga memberikan hubungan antara dengan nilai N dari
SPT sebagai berikut:
= 15 0 + 20 N (2.46)
Sedangkan Tomlinson (1986) memberikan pendapat bahwa pasir tidak selalu
mengalami kompaksi, sebagai contoh pasir lepas (loose sand). Nilai yang digunakan
dalam desain harus menunjukkan kondisi in-situ yang hanya ada sebelum
pemancangan.
Dalam beberapa kasus, tiang-tiang digunakan dalam bentuk grup untuk meneruskan
beban struktur ke dalam tanah, seperti terlihat pada Gambar 2.9. Di atas tiang grup
dibangun sebuah pile cap atau poer. Pada kebanyakan kasus, pier menyentuh
permukaan tanah (Gambar 2.9a), tetapi bisa juga berada di atas permukaan tanah,
seperti dalam pembangunan platform lepas pantai (Gambar 2.9b).
Pada kelompok tiang, daerah yang menerima tegangan menjadi lebih lebar dan lebih
dalam. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya keruntuhan ataupun penurunan
keruntuhan yang sangat besar. Penentuan kapasitas daya dukung tiang grup merupakan
masalah yang cukup kompleks dan belum sepenuhnya terpecahkan. Pada saat tiang-
tiang diletakan berdekatan antara satu dengan yang lainnya, dapat diasumsikan akan
Berli Setiadi 15004137 2-23
Nina Purwanti 15004154
Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga
dan Beda Hingga
terjadi overlap pada tegangan dan akan mengurangi kapasitas daya dukung tiang.
Idealnya, tiang-tiang dalam grup harus diberi jarak sedemikian rupa sehingga kapasitas
daya dukung grup tidak kurang dari jumlah kapasitas daya dukung tiang individu.
Mengacu pada BS 8004 (Tomlinson,1995), jarak minimal antar pusat tiang untuk tiang
berbentuk lingkaran adalah tiga kali diameter tiang. Dalam prakteknya, jarak antar
pusat tiang (d) minimal 2,5D dan umumnya dibuat 3-3,5D.
Efisiensi kapasitas beban daya dukung tiang grup dapat dinyatakan sebagai
Qg
= (2.47)
Q u
2(n1 + n 2 2)d + 4 D
=
pn1 n 2
Jadi,
2( n + n 2 2) d + 4 D
Qg (u ) = 1 Qu (2.49)
pn1 n2
Jika jarak antar pusat (center to center) besar, akan menghasilkan > 1. Pada kasus ini
tiang berperan sebagai individu. Sehingga dalam prakteknya, jika < 1, maka Qg(u)
= Qu , dan jika 1 , maka Qg(u) = Qu.
Berdasarkan eksperimen lapangan, diadapatkan bahwa untuk driven pile grup pada
tanah pasir dengan d 3D, harga Qg(u) bisa diambil sama dengan Qu. Ini termasuk
tahanan friksi dan kapasitas daya dukung ujung tiang individu.
Metode elemen hingga merupakan suatu prosedur numerik untuk menyelesaikan suatu
model matematik dari satu masalah fisik (physical problem). Model fisik tersebut akan
dibagi-bagi ke dalam beberapa elemen hingga yang disebut diskritisasi (discretization).
Dalam analisis struktur, metoda elemen hingga dianggap mampu memberikan
pendekatan solusi secara numerik dimana struktur dengan derajat kebebasan tak hingga
disederhanakan dengan diskretisasi dalam elemen-elemen kecil yang umumnya
memiliki geometri lebih sederhana dengan derajat kebebasan tertentu (berhingga),
sehingga lebih mudah dianalisis.
Elemen-elemen kecil dari hasil model fisik yang telah terbagi-bagi disebut mesh. Titik
persilangan dari garis-garis elemen ini dinyatakan sebagai nodal. Pada nodal tersebut
diberlakukan syarat keseimbangan dan kompatibilitas. Dengan menerapkan prinsip
energi, disusun matriks kekakuan untuk tiap elemen dan kemudian diturunkan
persamaan keseimbangannya pada tiap nodal dari elemen diskret sesuai dengan
kontribusi elemennya.
Masing-masing elemen memiliki sifat-sifat konstitutif dan fisik tersendiri yang bisa
dinyatakan dalam suatu persamaan-persamaan elemen. Persamaan-persamaan tersebut
bisa dinyatakan dalam bentuk notasi matriks sebagai :
[k] {q} = {Q} (2.51)
dimana : [k] = matriks kekakuan elemen
{q} = vektor perpindahan nodal-nodal
{Q}= vektor parameter gaya nodal-nodal
1 0
E
[C ] = 1 0 (2.54)
(1 + )(1 2 )
1 2
0 0
2
Kemudian masalah-masalah yang melibatkan material padat yang mengelilingi suatu
sumbu (solids of revolution) atau simetris terhadap sumbunya (axisymmetric solids)
beserta pembebanannya, maka persamaan hubungan tegangan-regangan ialah:
1 0
r r
1 0 z
z E
= 1 0 (2.55)
(1 + )(1 2 )
rz simetris 1 2 rz
2