Você está na página 1de 46

LAPORAN

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

PERBANDINGAN BUDAYA PADA SUKU BATAK DAN SUKU SUNDA

Dosen Pembimbing :
Abdul Latif Jaohari, M.Pd

Disusun Oleh :
Sri Mulyani NPM. 0516104076

FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI


UNIVERSITAS WIDYATAMA
KOTA BANDUNG
2017
Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini tepat pada waktunya.
Penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Ujian Tengah
Semester mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Selain itu, laporan ini juga
disusun untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang pemahaman
Keanekaragaman Budaya bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, sesuai dengan kata pepatah Tak Ada Gading yang Tak Retak.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat
membangun untuk makalah ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi
penulis.

Bandung, April 2017

Penyusun

ii | Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

iii | Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.1 Latar Belakang


Ilmu budaya dasar adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk
mengenai konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah manusia
dan kebudayaan. Ilmu budaya dasar dikembangkan di Indonesia sebagai
pengganti basic humanities yaitu nilai-nilai manusia sebagai homo
humanus atau manusia berbudaya.

Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk


yang memiliki keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti
nyata adanya kemajemukan di dalam masyarakat kita terlihat dalam
beragamnya kebudayaan di Indonesia. Tidak dapat kita pungkiri bahwa
kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, karsa manusia yang menjadi
sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia.

Tidak ada satu masyarakat pun yang tidak memiliki kebudayaan.


Begitu pula sebaliknya tidak akan ada kebudayaan tanpa adanya
masyarakat. Ini berarti begitu besar kaitan antara kebudayaan dengan
masyarakat.

Melihat realita bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural


maka akan terlihat pula adanya berbagai suku bangsa di Indonesia. Tiap
suku bangsa inilah yang kemudian mempunyai ciri kahas kebudayaan
yang berbeda- beda.

Pembahasan yang akan dipaparkan adalah mengenai


perbandingan dua suku di Indonesia yaitu suku batak dan suku sunda

1 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

dilihat dari segi budaya, populasi manusia, adat istiadat, sistem sosial
kemasyarakatan, hubungan antar individu dalam masyarakatnya,
norma/aturan adat tersebut, dan sanksi/hukuman terhadap pelanggaran
norma/adat istiadat.

Suku batak merupakan sebuah nama kolektif untuk


mengidentifikasi beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari
Tapanuli dan Sumatera Timur di Sumatera Utara. Suku bangsa yang
dikategorikan sebagai batak adalah Batak toba, Batak Karo, Batak
Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.
Sedangkan suku sunda merupakan salah satu suku bangsa yang ada di
Jawa. Sebagai salah satu suku bangsa di Indonesia, suku Sunda memiliki
kharakteristik yang membedakannya dengan suku lain. Keunikan
kharakteristik suku Sunda ini tercermin dari kebudayaan yang mereka
miliki baik dari segi agama, mata pencaharian, kesenian dan lain
sebagainya.

2 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Budaya
2.1.1 Budaya Batak
1. SISTEM KEPERCAYAAN
Di daerah Batak terdapat beberapa agama, antara lain: agama
Islam, agama Katolik, dan agama Kristen Protestan. Meskipun demikian,
konsep-konsep kepercayaan atau religi purba masih hidup terutama di
pedesaan. Sumber utama untuk mengetahui sistem kepercayaan dan
religi purba ini adalah buku pustaka yang terbuat dari kayu dan ditulis
dengan huruf Batak. Buku tersebut memuat konsep-konsep tentang
pencipta, jiwa, roh, dan dunia akhirat.
2. MATA PENCAHARIAN

Pada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah


dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap
kelurga mandapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya.

Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan.


Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain
perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan
ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar Danau Toba.

Sektor kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman


rotan, ukiran kayu, temmbikar, yang ada kaitanya dengan pariwisata.

3 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

3. KESENIAN
a. Seni Bangunan

Rumah adat Batak disebut ruma/jabu (bahasa Toba) merupakan


kombinasi seni pahat ular serta kerajinan. Ruma akronim Ririt di Uhum Adat
yang artinya sumber hukum adat dan sumber pendidikan masyarakat Batak.
Ruma berbentuk panggung yang terdiri atas tiang rumah yang berupa kayu
bulat, tiang yang paling besar disebut tiang persuhi. Tiang-tiang tersebut
berdiri di tiap sudut di atas batu sebagai pondasi yang disebut batu persuhi.
Bagian badan terbuat dari papan tebal, sebagai dinding muka belang, kanan
dan kiri, dinding muka belakang penuh ukiran cicak. Atap sebelah barat dan
timur menjulang ke atas dan dipasang tanduk kerbau sebagai lambang
pengharapan.

Gambar 2.1. Deretan rumah adat Batak yang masih tersisa di Desa
Lumban Suhi Suhi, Pangururan yang berada di Pulau Samosir, Sumatera Utara

2. Seni Tari
Tari yang terkenal dari Batak, yaitu tor-tor. Tari tor-tor terdiri atas
beberapa jenis. Beberapa jenis tari tor-tor sebagai berikut.
Pangurdot, anggota badan yang bergerak hanya kaki, tumit, hingga bahu.
Pangeal, anggota badan yang bergerak hanya pinggang, tulang punggung,
dan bahu.

4 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

Pandenggal, anggota badan yang bergerak hanya lengan, telapak tangan


hingga jari tengah.
Siangkupna, anggota badan yang bergerak hanya leher.
Hapunana, anggota badan yang bergerak hanya wajah.

Gambar 2.2 Tari Tor-tor dari Sumatra Utara, ditampilkan saat ada ritual
panen, kematian, dan penyembuhan.

3. Seni Musik
Seni musik suku bangsa Batak adalah ogung sabangunan. Peralatan
yang digunakan adalah empat gendang dan lima taganing (sejenis gamelan
Batak). Nama-nama gendang ogung, yaitu oloan, ihutan, doal, dan jeret.
Macam-macam tari tor-tor yang diiringi ogung sabangunan sebagai berikut.

Tor-tor/gondang mula-mula, dilakukan dengan menyembah berputar ke


arah mata angin.
Tor-tor/gondang mangido pasu-pasu, dilakukan dengan tangan menari
artinya petuah, nasihat, dan amanat orang tua.
Tor-tor/gondang liat-liat, dilakukan dengan menari berkeliling artinya
keluarga mendapat kebahagiaan.
Tor-tor/gondang hasahatan, dilakukan dengan menari di tempat artinya
petuah/rahmat Tuhan YME.

5 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

4. Seni Kerajinan

Kerajinan suku bangsa Batak yang terkenal adalah kain ulos. Peranan
ulos bagi masyarakat Batak sejak lahir hingga meninggal sangat tinggi.
Macam-macam ulos dan fungsinya dalam suatu acara, meliputi:

ulos lobu-lobu adalah ulos yang diberikan ayah kepada putra dan
menantu saat pernikahan;
ulos hela adalah ulos yang diberikan orang tua pengantin perempuan;
ulos tondi adalah ulos yang diberikan orang tua kepada putrinya saat
hamil tua;
ulos tujung adalah ulos yang diberikan kepada janda atau duda.
ulos saput adalah ulos penutup jenazah yang diberikan paman almarhum
jika yang meninggal laki-laki;

Gambar 2.3 Kain ulos

6 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

4. SISTEM KEKERABATAN
Perkawinan pada masyarakat Batak merupakan suatu pranata
yang tidak hanya mengikat seorang laki-laki dengan seorang perempuan.
Perkawinan juga mengikat kaum kerabat laki-laki (paranak dalam bahasa
Toba, si pempokan dalam bahasa Karo) dengan kaum kerabat si
perempuan (parboru dalam bahasa Toba, sinereh dalam bahasa Karo).
Menurut adat lama pada masyarakat Batak, seorang laki-laki tidak bebas
dalam memilih jodoh. Perkawinan antara orang-orang rimpal (marpariban
dalam bahasa Toba) yakni perkawinan dengan anak perempuan dari
saudara laki-laki ibunya (cross cousin) dianggap perkawinan ideal.

Sistem kekerabatan masyarakat Batak adalah patrilineal, dengan


dasar satu ayah, satu kakek atau satu nenek moyang. Dalam masyarakat
Batak hubungan berdasarkan satu ayah disebut sada bapa (bahasa Karo)
atau saama (bahasa Toba). Adapun kelompok kekerabatan terkecil adalah
keluarga batih (keluarga inti, terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak) yang
disebut jabu, dan ripe dipakai untuk keluarga luas yang virilokal (tinggal di
rumah keluarga pihak laki-laki). Dalam masyarakat Batak, banyak
pasangan yang sudah kawin tetap tinggal bersama orang tuanya. Adapun
perhitungan hubungan berdasarkan satu kakek atau satu nenek moyang
disebut sada nini (pada masyarakat Karo) dan saompu (pada masyarakat
Toba). Keluarga sada nini atau saompu merupakan klen kecil. Adapun
klen besar dalam masyarakat Batak adalah merga (dalam bahasa Karo)
atau marga (dalam bahasa Toba).
Perkawinan pada masyarakat Batak tidak hanya mengikat
seorang laki-laki dan perempuan. Perkawinan juga mengikat kaum
kerabat laki-laki dan kaum kerabat si perempuan.

7 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

5. BAHASA
Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang Batak
menggunakan beberapa logat, ialah: (1) Logat Karo yang dipakai oleh
orang Karo; (2) Logat Pakpak yang dipakai oleh Pakpak; (3) Logat
Simalungun yang dipakai oleh Simalungun; (4) Logat Toba yang dipakai
oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing. Di antara keempat logat
tersebut, dua yang paling jauh jaraknya satu dengan lain adalah logat
Karo dan Toba.

2.1.2 Budaya Sunda


Kebudayaan Sunda merupakan salah satu kebudayaan yang
menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam
perkembangannya perlu dilestarikan. Kebudayaan- kebudayaan tersebut
akan dijabarkan sebagai berikut :

1. SISTEM KEPERCAYAAN

Hampir semua orang Sunda beragama Islam. Hanya sebagian kecil


yang tidak beragama Islam, diantaranya orang-orang Baduy yang tinggal
di Banten Tetapi juga ada yang beragama Katolik, Kristen, Hindu,
Budha.Selatan. Praktek-praktek sinkretisme dan mistik masih dilakukan.
Pada dasarnya seluruh kehidupan orang Sunda ditujukan untuk
memelihara keseimbangan alam semesta.
Keseimbangan magis dipertahankan dengan upacara-upacara
adat, sedangkan keseimbangan sosial dipertahankan dengan kegiatan
saling memberi (gotong royong). Hal yang menarik dalam kepercayaan
Sunda, adalah lakon pantun Lutung Kasarung, salah satu tokoh budaya
mereka, yang percaya adanya Allah yang Tunggal (Guriang Tunggal) yang
menitiskan sebagian kecil diriNya ke dalam dunia untuk memelihara

8 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

kehidupan manusia (titisan Allah ini disebut Dewata). Ini mungkin bisa
menjadi jembatan untuk mengkomunikasikan Kabar Baik kepada mereka.

2. MATA PENCAHARIAN
Suku Sunda umumnya hidup bercocok tanam. Kebanyakan tidak
suka merantau atau hidup berpisah dengan orang-orang sekerabatnya.
Kebutuhan orang Sunda terutama adalah hal meningkatkan taraf hidup.
Menurut data dari Bappenas (kliping Desember 1993) di Jawa Barat
terdapat 75% desa miskin. Secara umum kemiskinan di Jawa Barat
disebabkan oleh kelangkaan sumber daya manusia. Maka yang
dibutuhkan adalah pengembangan sumber daya manusia yang berupa
pendidikan, pembinaan, dll.

3 KESENIAN

a. KIRAB HELARAN

Kirap helaran atau yang disebut sisingaan adalah suatu jenis


kesenian tradisional atau seni pertunjukan rakyat yang dilakukan dengan
arak-arakan dalam bentuk helaran. Pertunjukannya biasa ditampilkan
pada acara khitanan atau acara-acara khusus seperti ; menyambut tamu,
hiburan peresmian, kegiatan HUT Kemerdekaan RI dan kegiatan hari-hari
besar lainnya. Seperti yang diikuti ratusan orang dari perwakilan seluruh
kelurahan di Cimahi, yang berupa arak-arakan yang pernah digelar pada
saat Hari Jadi ke-6 Kota Cimahi. Kirap ini yang bertolak dari Alun-alun
Kota Cimahi menuju kawasan perkantoran Pemkot Cimahi, Jln. Rd.
Demang Hardjakusumah itu, diikuti oleh kelompok-kelompok masyarakat
yang menyajikan seni budaya Sunda, seperti sisingaan, gotong gagak,
kendang rampak, calung, engrang, reog, barongsai, dan klub motor.

9 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

Gambar 2.4 Kirab Helaran

b. PENCAK SILAT CIKALONG

Pencak silat Cikalong tumbuh dikenal dan menyebar, penduduk


tempatan menyebutnya "Maempo Cikalong". Khususnya di Jawa Barat
dan diseluruh Nusantara pada umumnya, hampir seluruh perguruan
pencak silat melengkapi teknik perguruannya dengan aliran ini.
Daerah Cianjur sudah sejak dahulu terkenal sebagai daerah
pengembangan kebudayaan Sunda seperti; musik kecapi suling Cianjuran,
klompen cianjuran, pakaian moda Cianjuran yang sampai kini
dipergunakan dll.

c. SENI TARI

1. TARI JAIPONGAN

Tanah Sunda (Priangan) dikenal memiliki aneka budaya yang unik


dan menarik, Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari

10 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

daerah ini. Jaipongan atau Tari Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang
sudah moderen karena merupakan modifikasi atau pengembangan dari
tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu.Tari Jaipong ini dibawakan
dengan iringan musik yang khas pula, yaitu Degung. Musik ini merupakan
kumpulan beragam alat musik seperti Kendang, Go'ong, Saron, Kacapi,
dsb. Degung bisa diibaratkan 'Orkestra' dalam musik Eropa/Amerika. Ciri
khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang menghentak, dimana alat
musik kendang terdengar paling menonjol selama mengiringi tarian.
Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang, berpasangan atau
berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering dipentaskan
pada acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan.

2. TARI MERAK
3. TARI TOPENG

d. SENI MUSIK DAN SUARA

Selain seni tari, tanah Sunda juga terkenal dengan seni suaranya.
Dalam memainkan Degung biasanya ada seorang penyanyi yang
membawakan lagu-lagu Sunda dengan nada dan alunan yang khas.
Penyanyi ini biasanya seorang wanita yang dinamakan Sinden. Tidak
sembarangan orang dapat menyanyikan lagu yang dibawakan Sinden
karena nada dan ritme-nya cukup sulit untuk ditiru dan dipelajari.
Dibawah ini salah salah satu musik/lagu daerah Sunda :

Bubuy Bulan
Es Lilin
Manuk Dadali
Tokecang
Warung Pojok

11 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

e. WAYANG GOLEK

Jepang boleh terkenal dengan 'Boneka Jepangnya', maka tanah


Sunda terkenal dengan kesenian Wayang Golek-nya. Wayang Golek
adalah pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan
dimainkan oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut
Dalang. Seorang Dalang memiliki keahlian dalam menirukan berbagai
suara manusia. Seperti halnya Jaipong, pementasan Wayang Golek
diiringi musik Degung lengkap dengan Sindennya. Wayang Golek biasanya
dipentaskan pada acara hiburan, pesta pernikahan atau acara lainnya.
Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam hari (biasanya
semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 - 21.00 hingga pukul 04.00
pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan
dan kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Ceritanya banyak
diilhami oleh budaya Hindu dari India, seperti Ramayana atau Perang
Baratayudha. Tokoh-tokoh dalam cerita mengambil nama-nama dari
tanah India.Dalam Wayang Golek, ada 'tokoh' yang sangat dinantikan
pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan Purnakawan, seperti
Dawala dan Cepot. Tokoh-tokoh ini digemari karena mereka merupakan
tokoh yang selalu memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan sering
memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang yang pintar akan
memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang sangat menarik.

12 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

Gambar 2.5 Wayang Golek

f. ALAT MUSIK

1. Calung

Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe dari


angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara
digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan mepukul batang
(wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi
laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk
pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun
ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).

2. Angklung

Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat


dari bambu khusus yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar
tahun 1938. Ketika awal penggunaannya angklung masih sebatas
kepentingan kesenian local atau tradisional

g. KETUK TILU

Ketuk Tilu adalah suatu tarian pergaulan dan sekaligus hiburan


yang biasanya diselenggarakan pada acara pesta perkawinan, acara

13 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

hiburan penutup kegiatan atau diselenggrakan secara khusus di suatu


tempat yang cukup luas. Pemunculan tari ini di masyarakat tidak ada
kaitannya dengan adat tertentu atau upacara sakral tertentu tapi murni
sebagai pertunjukan hiburan dan pergaulan. Oleh karena itu tari ketuk
tilu ini banyak disukai masyarakat terutama di pedesaan yang jarang
kegiatan hiburan.

h. SENI BANGRENG

Seni Bangreng adalah pengembangan dari seni "Terbang" dan


"Ronggeng". Seni terbang itu sendiri merupakan kesenian yang
menggunakan "Terbang", yaitu semacam rebana tetapi besarnya tiga kali
dari alat rebana. Dimainkan oleh lima pemain dan dua orang penabu
gendang besar dan kecil.

i. RENGKONG

Rengkong adalah salah satu kesenian tradisional yang diwariskan


oleh leluhur masyarakat Sunda. Muncul sekitar tahun 1964 di daerah
Kabupaten Cianjur dan orang yang pertama kali memunculkan dan
mempopulerkannya adalah H. Sopjan. Bentuk kesenian ini sudah diambil
dari tata cara masyarakat sunda dahulu ketika menanam padi sampai
dengan menuainya

j. KUDA RENGGONG

Kuda Renggong atau Kuda Depok ialah salah satu jenis kesenian
helaran yang terdapat di Kabupaten Sumedang, Majalengka dan
Karawang. Cara penyajiannya yaitu, seekor kuda atau lebih di hias warna-
warni, budak sunat dinaikkan ke atas punggung kuda tersebut, Budak
sunat tersebut dihias seperti seorang Raja atau Satria, bisa pula meniru

14 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

pakaian para Dalem Baheula, memakai Bendo, takwa dan pakai kain serta
selop.

k. KECAPI SULING

Kacapi Suling adalah salah satu jenis kesenian Sunda yang


memadukan suara alunan Suling dengan Kacapi (kecapi), iramanya sangat
merdu yang biasanya diiringi oleh mamaos (tembang) Sunda yang
memerlukan cengkok/ alunan tingkat tinggi khas Sunda. Kacapi Suling
berkembang pesat di daerah Cianjur dan kemudian menyebar kepenjuru
Parahiangan Jawa Barat dan seluruh dunia.

4. SISTEM KEKERABATAN

Sistem keluarga dalam suku Sunda bersifat parental, garis


keturunan ditarik dari pihak ayah dan ibu bersama. Dalam keluarga
Sunda, ayah yang bertindak sebagai kepala keluarga. Ikatan kekeluargaan
yang kuat dan peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi adat
istiadat mewarnai seluruh sendi kehidupan suku Sunda.Dalam suku
Sunda dikenal adanya pancakaki yaitu sebagai istilah-istilah untuk
menunjukkan hubungan kekerabatan. Dicontohkannya, pertama, saudara
yang berhubungan langsung, ke bawah, dan vertikal. Yaitu anak, incu
(cucu), buyut (piut), bao, canggahwareng atau janggawareng, udeg-udeg,
kaitsiwur atau gantungsiwur. Kedua, saudara yang berhubungan tidak
langsung dan horizontal seperti anak paman, bibi, atau uwak, anak
saudara kakek atau nenek, anak saudara piut. Ketiga, saudara yang
berhubungan tidak langsung dan langsung serta vertikal seperti
keponakan anak kakak, keponakan anak adik, dan seterusnya. Dalam
bahasa Sunda dikenal pula kosa kata sajarah dan sarsilah (salsilah,
silsilah) yang maknanya kurang lebih sama dengan kosa kata sejarah dan

15 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

silsilah dalam bahasa Indonesia. Makna sajarah adalah susun galur/garis


keturunan.

5. BAHASA

Bahasa yang digunakan oleh suku ini adalah bahasa Sunda.


Bahasa Sunda adalah bahasa yang diciptakan dan digunakan sebagai alat
komunikasi oleh Suku Sunda, dan sebagai alat pengembang serta
pendukung kebudayaan Sunda itu sendiri. Selain itu bahasa Sunda
merupakan bagian dari budaya yang memberi karakter yang khas sebagai
identitas Suku Sunda yang merupakan salah satu Suku dari beberapa
Suku yang ada di Indonesia.

2.2 Populasi Manusia


2.2.1 Populasi Manusia Suku Batak
Sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 mencatat, jumlah
orang Batak di Indonesia 8.466.969 jiwa. Padahal, sepuluh tahun
sebelumnya atau pada sensus 2000, jumlah halak hita hanya sekitar
6.076.440.

Kenaikan jumlah populasi sebesar 39,34 persen dalam sepuluh


tahun ini menjadikan Batak sebagai suku di Indonesia yang populasinya
paling pesat.

Kalau dirata-ratakan, pertumbuhannya sekitar 3,93 persen per


tahun, jauh di atas rata-rata pertumbuhan nasional yang hanya sekitar
1,43 persen.

2.2.2 Populasi Manusia Suku Sunda


Suku Sunda merupakan kelompok etnis kedua terbanyak
populasinya di Indonesia. Orang Sunda tersebar di berbagai wilayah
Indonesia, dengan provinsi Banten dan Jawa Barat sebagai wilayah

16 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

utamanya. Setidaknya populasi suku sunda di Indonesia berada pada


angka 36.701.670 jiwa.

2.3 Adat Istiadat


2.3.1 Adat Istiadat Suku Batak
UPACARA ADAT PERKAWINAN SUKU BATAK
Garis Besar Tata Cara dan Urutan Pernikahan Adat Batak Na Gok adalah
sebagai berikut:
1. Mangarisika.
Adalah kunjungan utusan pria yang tidak resmi ke tempat wanita
dalam rangka penjajakan. Jika pintu terbuka untuk mengadakan
peminangan maka pihak orang tua pria memberikan tanda mau (tanda
holong dan pihak wanita memberi tanda mata). Jenis barang-barang
pemberian untuk pernikahan adat batak dapat berupa kain, cincin emas,
dan lain-lain .
2. Marhori-hori Dinding/marhusip.
Pembicaraan antara kedua belah pihak yang melamar dan yang
dilamar, terbatas dalam hubungan kerabat terdekat dan belum diketahui
oleh umum.
3. Marhata Sinamot.
Pihak kerabat mempelai pria (dalam jumlah yang terbatas) datang
kepada kerabat mempelai wanita untuk melakukan marhata sinamot,
membicarakan masalah uang jujur (tuhor).
4. Pudun Sauta.
Pihak kerabat pria tanpa hula-hula mengantarkan wadah sumpit
berisi nasi dan lauk pauknya (ternak yang sudah disembelih) yang
diterima oleh pihak parboru dan setelah makan bersama dilanjutkan
dengan pembagian Jambar Juhut (daging) kepada anggota kerabat, yang
terdiri dari:

17 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

Kerabat marga ibu (hula-hula)


Kerabat marga ayah (dongan tubu)
Anggota marga menantu (boru)
Pengetuai (orang-orang tua)/pariban
Diakhir kegiatan Pudun Saut maka pihak keluarga wanita dan pria
bersepakat menentukan waktu Martumpol dan Pamasu-masuon.
5. Martumpol (baca : martuppol)
Penanda-tanganan persetujuan pernikahan adat oleh orang tua
kedua belah pihak atas rencana perkawinan anak-anak mereka
dihadapan pejabat gereja. Tata cara Partumpolon dilaksanakan oleh
pejabat gereja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tindak lanjut
Partumpolon adalah pejabat gereja mewartakan rencana pernikahan dari
kedua mempelai melalui warta jemaat, yang di HKBP disebut dengan
Tingting (baca : tikting). Tingting ini harus dilakukan dua kali hari minggu
berturut-turut. Apabila setelah dua kali tingting tidak ada gugatan dari
pihak lain baru dapat dilanjutkan dengan pemberkatan nikah (pamasu-
masuon).
6. Martonggo Raja atau Maria Raja.
Adalah suatu kegiatan pra pernikahan adat yang bersifat seremonial
yang mutlak diselenggarakan oleh penyelenggara pernikahan adat yang
bertujuan untuk :
Mempersiapkan kepentingan pernikahan adat yang bersifat teknis dan
non teknis
Pemberitahuan pada masyarakat bahwa pada waktu yang telah
ditentukan ada pernikahan adat pernikahan dan berkenaan dengan itu
agar pihak lain tidak mengadakan pernikahan adat dalam waktu yang
bersamaan.
Memohon izin pada masyarakat sekitar terutama dongan sahuta atau
penggunaan fasilitas umum pada pesta yang telah direncanakan.

18 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

7. Manjalo Pasu-pasu Parbagason (Pemberkatan Pernikahan)


Pengesahan pernikahan adat kedua mempelai menurut tatacara
gereja (pemberkatan pernikahan oleh pejabat gereja). Setelah
pemberkatan pernikahan selesai maka kedua mempelai sudah sah
sebagai suami-istri menurut gereja. Setelah selesai seluruh acara pamasu-
masuon, kedua belah pihak yang turut serta dalam acara pamasu-masuon
maupun yang tidak pergi menuju tempat kediaman orang tua/kerabat
orang tua wanita untuk mengadakan pesta unjuk. Pesta unjuk oleh
kerabat pria disebut Pesta Mangalap parumaen (baca : parmaen)
8. Pesta Unjuk.
Suatu acara perayaan yang bersifat sukacita atas pernikahan adat
putra dan putri. Ciri pesta sukacita ialah berbagi jambar :
Jambar yang dibagi-bagikan untuk kerabat parboru adalah jambar juhut
(daging) dan jambar uang (tuhor ni boru) dibagi menurut peraturan.
Jambar yang dibagi-bagikan bagi kerabat paranak adalah dengke (baca :
dekke) dan ulos yang dibagi menurut peraturan. Pesta Unjuk ini diakhiri
dengan membawa pulang pengantin ke rumah paranak.
9. Mangihut di ampang (dialap jual)
Yaitu mempelai wanita dibawa ke tempat mempelai pria yang dielu-
elukan kerabat pria dengan mengiringi jual berisi makanan bertutup ulos
yang disediakan oleh pihak kerabat pria.
10. Ditaruhon Jual.
Jika pesta untuk pernikahan itu dilakukan di rumah mempelai pria,
maka mempelai wanita dibolehkan pulang ke tempat orang tuanya untuk
kemudian diantar lagi oleh para namborunya ke tempat namborunya.
Dalam hal ini paranak wajib memberikan upa manaru (upah mengantar),
sedang dalam dialap jual upa manaru tidak dikenal.

19 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

11. Paranak makan bersama di tempat kediaman si Pria (Daulat ni si


Panganon)
Setibanya pengantin wanita beserta rombongan di rumah
pengantin pria, maka diadakanlah acara makan bersama dengan seluruh
undangan yang masih berkenan ikut ke rumah pengantin pria.
Makanan yang dimakan adalah makanan yang dibawa oleh pihak parboru
12. Paulak Unea.
Setelah satu, tiga, lima atau tujuh hari si wanita tinggal bersama
dengan suaminya, maka paranak, minimum pengantin pria bersama
istrinya pergi ke rumah mertuanya untuk menyatakan terima kasih atas
berjalannya acara pernikahan dengan baik, terutama keadaan baik
pengantin wanita pada masa gadisnya (acara ini lebih bersifat aspek
hukum berkaitan dengan kesucian si wanita sampai ia masuk di dalam
pernikahan).
Setelah selesai acara paulak une, paranak kembali ke kampung
halamannya/rumahnya dan selanjutnya memulai hidup baru.
13. Manjahea.
Setelah beberapa lama pengantin pria dan wanita menjalani hidup
berumah tangga (kalau pria tersebut bukan anak bungsu), maka ia akan
dipajae, yaitu dipisah rumah (tempat tinggal) dan mata pencarian.
14. Maningkir Tangga (baca : manikkir tangga)
Beberapa lama setelah pengantin pria dan wanita berumah tangga
terutama setelah berdiri sendiri (rumah dan mata pencariannya telah
dipisah dari orang tua si laki-laki) maka datanglah berkunjung parboru
kepada paranak dengan maksud maningkir tangga (yang dimaksud
dengan tangga disini adalah rumah tangga pengantin baru). Dalam
kunjungan ini parboru juga membawa makanan (nasi dan lauk pauk,
dengke sitio tio dan dengke simundur-mundur). Dengan selesainya

20 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

kunjungan maningkir tangga ini maka selesailah rangkaian pernikahan


adat na gok.

Gambar 2.6 Upacara adat batak

2.3.2 Adat Istiadat Suku Sunda

UPACARA ADAT PERKAWINAN SUKU SUNDA

Adat Sunda merupakan salah satu pilihan calon mempelai yang


ingin merayakan pesta pernikahannya. Khususnya mempelai yang berasal
dari Sunda. Adapun rangkaian acaranya dapat dilihat berikut ini.

1. Nendeun Omong, yaitu pembicaraan orang tua atau utusan pihak


pria yang berminat mempersunting seorang gadis.
2. Lamaran. Dilaksanakan orang tua calon pengantin beserta keluarga
dekat. Disertai seseorang berusia lanjut sebagai pemimpin upacara.
Bawa lamareun atau sirih pinang komplit, uang, seperangkat pakaian
wanita sebagai pameungkeut (pengikat). Cincin tidak mutlak harus
dibawa. Jika dibawa, bisanya berupa cincing meneng, melambangkan
kemantapan dan keabadian.
3. Tunangan. Dilakukan patuker beubeur tameuh, yaitu penyerahan
ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada si gadis.

21 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

4. Seserahan (3 - 7 hari sebelum pernikahan). Calon pengantin pria


membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur,
makanan, dan lain-lain.
5. Ngeuyeuk seureuh (opsional, Jika ngeuyeuk seureuh tidak dilakukan,
maka seserahan dilaksanakan sesaat sebelum akad nikah.)
Dipimpin pengeuyeuk.
Pengeuyek mewejang kedua calon pengantin agar meminta ijin
dan doa restu kepada kedua orang tua serta memberikan nasehat
melalui lambang-lambang atau benda yang disediakan berupa
parawanten, pangradinan dan sebagainya.
Diiringi lagu kidung oleh pangeuyeuk
Disawer beras, agar hidup sejahtera.
Dikeprak dengan sapu lidi disertai nasehat agar memupuk kasih
sayang dan giat bekerja.
Membuka kain putih penutup pengeuyeuk. Melambangkan rumah
tangga yang akan dibina masih bersih dan belum ternoda.
Membelah mayang jambe dan buah pinang (oleh calon pengantin
pria). Bermakna agar keduanya saling mengasihi dan dapat
menyesuaikan diri.
Menumbukkan alu ke dalam lumpang sebanyak tiga kali (oleh
calon pengantin pria).
6. Membuat lungkun. Dua lembar sirih bertangkai saling dihadapkan.
Digulung menjadi satu memanjang. Diikat dengan benang kanteh.
Diikuti kedua orang tua dan para tamu yang hadir. Maknanya, agar
kelak rejeki yang diperoleh bila berlebihan dapat dibagikan kepada
saudara dan handai taulan.
7. Berebut uang di bawah tikar sambil disawer. Melambangkan
berlomba mencari rejeki dan disayang keluarga.
8. Upacara Prosesi Pernikahan

22 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

Penjemputan calon pengantin pria, oleh utusan dari pihak wanita


Ngabageakeun, ibu calon pengantin wanita menyambut dengan
pengalungan bunga melati kepada calon pengantin pria, kemudian
diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk
menuju pelaminan.
Akad nikah, petugas KUA, para saksi, pengantin pria sudah berada
di tempat nikah. Kedua orang tua menjemput pengantin wanita
dari kamar, lalu didudukkan di sebelah kiri pengantin pria dan
dikerudungi dengan tiung panjang, yang berarti penyatuan dua
insan yang masih murni. Kerudung baru dibuka saat kedua
mempelai akan menandatangani surat nikah.
Sungkeman,
Wejangan, oleh ayah pengantin wanita atau keluarganya.
Saweran, kedua pengantin didudukkan di kursi. Sambil
penyaweran, pantun sawer dinyanyikan. Pantun berisi petuah
utusan orang tua pengantin wanita. Kedua pengantin dipayungi
payung besar diselingi taburan beras kuning atau kunyit ke atas
payung.
Meuleum harupat, pengantin wanita menyalakan harupat dengan
lilin. Harupat disiram pengantin wanita dengan kendi air. Lantas
harupat dipatahkan pengantin pria.
Nincak endog, pengantin pria menginjak telur dan elekan sampai
pecah. Lantas kakinya dicuci dengan air bunga dan dilap
pengantin wanita.
9. Buka pintu. Diawali mengetuk pintu tiga kali. Diadakan tanya jawab
dengan pantun bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah. Setelah
kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin masuk menuju
pelaminan.

23 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

Gambar 2.7 Pernikahan adat sunda

2.4 Sistem Tata Sosial Kemasyarakatan


2.4.1 Sistem Tata Sosial Kemasyarakatan Suku Batak
Masyarakat Batak memiliki falsafah, azas sekaligus sebagai struktur
dan sistem dalam kemasyarakatan (kekerabatan)nya yakni Tungku nan
Tiga atau dalam Bahasa Batak Toba disebut Dalihan na Tolu, yakni Hula-
hula, Dongan Tubu dan Boru ditambah Sihal-sihal. Hulahula adalah pihak
keluarga dari isteri. Hula-hula ini menempati posisi yang paling dihormati
dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak (semua sub-suku Batak).
Sehingga kepada semua orang Batak dipesankan harus hormat kepada
Hulahula (Somba marhula-hula). Dongan Tubu disebut juga Dongan
Sabutuha adalah saudara laki-laki satu marga. Arti harfiahnya lahir dari
perut yang sama. Mereka ini seperti batang pohon yang saling
berdekatan, saling menopang, walaupun karena saking dekatnya

24 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

terkadang saling gesek. Namun pertikaian tidak membuat hubungan satu


marga bisa terpisah. Diumpamakan seperti air yang dibelah dengan pisau,
kendati dibelah tetapi tetap bersatu. Namun demikian kepada semua
orang Batak (berbudaya Batak) dipesankan harus bijaksana kepada
saudara semarga. Diistilahkan, manat mardongan tubu. Namun bukan
berarti ada kasta dalam sistem kekerabatan Batak. Sistem kekerabatan
Dalihan na Tolu adalah bersifak kontekstual. Sesuai konteksnya, semua
masyarakat Batak pasti pernah menjadi Hulahula, juga sebagai Dongan
Tubu, juga sebagai Boru. Jadi setiap orang harus menempatkan posisinya
secara kontekstual. Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang Batak
harus berperilaku 'raja'. Raja dalam tata kekerabatan Batak bukan berarti
orang yang berkuasa, tetapi orang yang berperilaku baik sesuai dengan
tata krama dalam sistem kekerabatan Batak. Maka dalam setiap
pembicaraan adat selalu disebut Raja ni Hulahula, Raji no Dongan Tubu
dan Raja ni Boru. TAROMBO Silsilah atau Tarombo merupakan suatu hal
yang sangat penting bagi orang Batak. Bagi mereka yang tidak
mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai orang Batak kesasar
(nalilu). Orang Batak khusunya kaum laki-laki diwajibkan mengetahui
silsilahnya minimal nenek moyangnya yang menurunkan marganya dan
teman semarganya (dongan tubu). Hal ini diperlukan agar mengetahui
letak kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau marga.
Secara umum, suku Batak memiliki falsafah adat Dalihan Natolu yakni
Somba Marhulahula (hormat pada pihak keluarga ibu/istri), Elek Marboru
(ramah pada keluarga saudara perempuan) dan Manat Mardongan Tubu
(kompak dalam hubungan semarga). Dalam kehidupan sehari-hari,
falsafah ini dipegang teguh dan hingga kini menjadi landasan kehidupan
sosial dan bermasyarakat di lingkungan orang Batak.

25 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

2.4.2 Sistem Tata Sosial Kemasyarakatan Suku Sunda


Beberapa pengelompokan utama pada orang Sunda sebagai hasil
sistem masyarakatnya berdasarkan berbagai kriteria adalah ;
1. Berdasarkan tempat : adanya orang Sunda dari berbagai daerah,
misalnya orang Sunda Banten, Bogor, Priangan, Cirebon, Karawang
dsb.
2. Berdasarkan keadaan materi: adanya lapisan anu beunghar (kaya)
dan lapisan sangsara (miskin);
3. Berdasarkan prestise feodalistis: adanya orang Sunda menak
(bangsawan) dan cacah/somah (rakyat biasa), orang Sunda terpelajar
dan bukan terpelajar;
4. Berdasarkan profesi mata pencaharian: pegawai negeri, pengusaha,
pedagang, petani, buruh, nelayan dan lain-lain.
Perbedaaan lapisan tersebut tidak menjadikan jurang pemisah
antara sesama. Adapun hubungan antara individu-individu di masyarakat
Sunda berdasarkan keinginan, adanya keharmonisan dan kerukunan,
sehingga cita-cita untuk menjadi orang yang cageur, bageur, bener, pinter
(sehat, baik hati, benar, pintar), diutamakan sekali pelaksanaannya dalam
hubungan sehari-hari di masyarakat, bukan saja terhadap sesama orang
Sunda tetapi juga terhadap yang lainnya. Karena dalam bahasa Sunda ada
pepatah yang mengandung ajaran bahwa kita harus baik terhadap tamu
termasuk kepada para pendatang. Pepatah itu adalah someah hade ka
semah, artinya ramah dan baik hati terhadap tamu.

2.5 Hubungan Antar Individu dalam Masyarakat


2.5.1 Hubungan Antar Individu dalam Masyarakat Suku Batak
Hubungan sosial antara individu-individu sesama marga suku
batak diatur melalui hubungan perkawinan, terutama antara marga
pemberi pengantin wanita (boru) dengan marga penerima pengantin

26 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

wanita (hula-hula). Untuk mempertahankan kelestarian kelompok


kerabat yang patrilineal, marga-marga tersebut tidak boleh tukar
menukar mempelai. Karena itu hubungan perkawinan dengan sekurang-
kurangnya dua marga lain, yaitu dengan marga pemberi dan marga
penerima mempelai wanita.
Marga-marga atau klen patrilineal secara keseluruhan
mewujudkan sub-suku daripada suku bangsa Batak. Pertumbuhan
penduduk dan persebaran mereka di wilayah pemukiman yang semakin
luas serta pengaruh-pengaruh dari luar menyebabkan perkembangan
pola-pola adaptasi bervariasi dan terwujud dalam keanekaragaman
kebudayaan Batak dan sub-suku yang menggunakan dialek masing-
masing.
Berlandaskan pada hubungan perkawinan yang tidak timbal-balik
itulah masyarakat Batak mengatur hubungan sosial antarmarga dengan
segala hak dan kewajibannya dalam segala kegiatan sosial mereka.
Organisasi itu dikenal sebagai dalihan na tolu atau tiga tungku perapian.
Marga pemberi mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dalam upacara
maupun kegiatan adat terhadap marga penerima mempelai wanita.
Dengan demikian ada keseimbangan hubungan antara perorangan
dengan kelompok yang menganut garis keturunan kebapakan. Walaupun
seorang wanita menikah akan kehilangan segala hak dan kewajibannya
dari hak marga asal dan berpindah mengikuti kelompok kerabat suami,
namun marga asal tetap mendapat kehormatan sebagai pemberi
mempelai wanita yang amat penting artinya sebagai penerus generasi.

2.5.2 Hubungan Antar Individu dalam Masyarakat Suku Sunda

Jalinan hubungan antara individu- individu dalam masyarakat suku


Sunda dalam kehidupan sehari- hari berjalan relatif positif. Apalagi

27 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

masyarakat Sunda mempunyai sifat someah hade ka semah. Ini terbukti


banyak pendatang tamu tidak pernah surut berada ke Tatar Sunda ini,
termasuk yang enggan kembali ke tanah airnya. Lebih jauh lagi, banyak
sekali sektor kegiatan strategis yang didominasi kaum pendatang. Ini juga
sebuah fakta yang menunjukkan bahwa orang Sunda mempunyai sifat
ramah dan baik hati kepada kaum pendatang dan tamu.

Diakui pula oleh etnik lainnya di negeri ini bahwa sebagian besar
masyarakat Sunda memang telah menjalin hubungan yang harmonis dan
bermakna dengan kaum pendatang dan mukimin. Hal ini ditandai oleh
hubungan mendalam penuh empati dan persahabatan Tidaklah
mengherankan bahwa persahabatan, saling pengertian, dan bahkan
persaudaraan kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari antara warga
Sunda dan kaum pendatang. Hubungan urang Sunda dengan kaum
pendatang dari berbagai etnik dalam konteks apa pun-keseharian,
pendidikan, bisnis, politik, dan sebagainya-dilakukan melalui komunikasi
yang efektif. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa kesalahpahaman
dan konflik antarbudaya antara masyarakat Sunda dan kaum pendatang
kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Yang menjadi penyebab
utamanya adalah komunikasi dari posisi-posisi yang terpolarisasikan,
yakni ketidakmampuan untuk memercayai atau secara serius
menganggap pandangan sendiri salah dan pendapat orang lain benar.

Perkenalan pribadi, pembicaraan dari hati ke hati, gaya dan ragam


bahasa (termasuk logat bicara), cara bicara (paralinguistik), bahasa tubuh,
ekspresi wajah, cara menyapa, cara duduk, dan aktivitas-aktivitas lain
yang dilakukan akan turut memengaruhi berhasil tidaknya komunikasi
antarbudaya dengan orang Sunda. Pada akhirnya, di balik kearifan, sifat
ramah, dan baik hati orang Sunda, sebenarnya masih sangat kental

28 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

sehingga halini menjadi penunjang di dalamterjalinnya system interaksi


yang berjalan harmonis.

2.6 Norma/Aturan Adat dan Sanksi terhadap Pelanggaran Norma


2.6.1 Norma/Aturan Adat Batak dan Sanksinya jika Dilanggar
PERKAWINAN

Ada lima klen besar (marga) pada masyarakat karo, kelima merga
tersebut adalah:

1. Karo-karo : Barus, Bukit, Gurusinga, Kaban, Kacaribu dll (Jumlah = 18)


2. Tarigan : Bondong, Ganagana, Gerneng, Purba, Sibero dll (Jumlah =
13)
3. Ginting: Munthe, Saragih, Suka, Ajartambun, Jadibata dll (Jumlah =
16)
4. Sembiring: Sembiring si banci man biang (sembiring yang boleh
makan anjing): Keloko, Sinulaki, Kembaren, Sinupayung (Jumlah =
4); Sembiring simantangken biang (sembiring yang tidak boleh makan
Anjing): Brahmana, Depari, Meliala, Pelawi dll (Jumlah = 15)
5. Perangin-angin: Bangun, Kacinambun, Perbesi,Sebayang dll (Jumlah =
18).

Total semua submerga adalah = 84

Sifat perkawinan dalam masyarakat Batak karo


adalah eksogami artinya harus menikah atau mendapat jodoh diluar
marganya (klan). Bentuk perkawinannya adalah jujur yaitu dengan
pemberian jujuran (mas kawin) yang bersifat religio magis kepada pihak
perempuan menyebabkan perempuan keluar dari klannya dan pindah ke
dalam klan suaminya. Perkawinan diantara semarga dilarang dan
dianggap sumbang (incest), perkawinan eksogami tidak sepenuhnya

29 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

berlaku pada masyarakat Karo, khususnya untuk Marga Sembiring dan


Perangin-angin. Sebab, walaupun bentuk perkawinannya jujur tapi sistem
perkawinannya adalah eleutherogami terbatas yaitu seorang dari marga
tertentu pada Marga Sembiring dan Perangin-angin diperbolehkan
menikah dengan orang tertentu dari marga yang sama asal klannya
berbeda.

Perkawinan semarga yang terjadi dalam klan Sembiring terjadi


karena dipengaruhi faktor agama, faktor ekonomi dan faktor budaya.
Pelaksanaan perkawinan semarga dinyatakan sah apabila telah melewati
tahap Maba Belo Selambar (pelamaran), Nganting Manuk (musyawah
untuk membicarakan hal-hal yang mendetil mengenai perkawinan), Kerja
Nereh i Empo (pelaksanaan perkawinan), dan Mukul (sebagai syarat
sahnya suatu perkawinan menurut hukum adat Karo). Akibat hukum dari
perkawinan semarga adalah sama seperti perkawinan pada umumnya
apabila telah dilakukan sesuai dengan agama, adat, dan peraturan yang
berlaku.

Larangan perkawinan yang dilangsungkan diantara orang-orang


yang semarga dimaksudkan untuk menjaga kemurnian keturunan
berdasarkan sistem kekerabatan pada masyarakat Batak karo. Karena
nilai budaya karo sangat tinggi pengaruhnya dalam budaya Batak karo
dalam mewujudkan kehidupan yang lebih maju, damai, aman, tertib, adil,
dan sejahtera.

Sanksi bagi yang melakukan perkawinan semerga (sumbang)


adalah :diusir dari tempat tinggal mereka, dikucilkan di masyarakat adat,
dikucilkan dan diusir oleh keluarga, dan dimandikan di depan umum
(dalam bahasa Karo disebut i peridi i tiga).

30 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

NORMA DAN HUKUM DI LAUT

Semua orang yang ada di atas kapal, termasuk nakhoda (kapten


kapal), mualim (navigator), para tukang, para awak kapal, dan lain-lainnya
harus menaati apa yang menjadi norma dan hukum adat-istiadat yang
diberlakukan di pelabuhan atau selama berada di atas kapal. Apabila ada
kapal yang berangkat ke lautan, semua orang di atas kapal harus patuh di
bawah perintah nakhoda (kapten kapal). Pada saat perahu
membentangkan layar, mualimakan memerintahkan anak-anak buahnya
untuk berjaga-jaga, termasuk memastikan kondisi perahu dalam keadaan
siap untuk berlayar.

Orang-orang yang diberi tugas untuk menjaga keamanan itu harus


berhati-hati dalam menjalankan tugasnya. Jika terjadi hal-hal yang tidak
diiinginkan, maka mereka wajib dihukum dan dikenakan denda, sebagai
contoh adalah sebagai berikut:

Apabila kapal mengalami kondisi bahaya dan mengakibatkan


kerusakan akibat kelalaian para petugas yang seharusnya berjaga,
maka menurut undang-undang, mereka harus dihukum cambuk
sebanyak 20 kali.
Apabila kapal sedang dalam kondisi menuju bahaya sedangkan para
penjaga tidak mengetahui hal ini, maka mereka patut dijatuhi
hukuman cambuk sebanyak 8 kali.
Apabila para penjaga membiarkan ada kapal lain lewat tanpa
memberikan isyarat, maka mereka akan dikenai hukuman cambuk
sebanyak 7 kali.
Apabila penjaga yang seharusnya bertugas mengawasi para budak lalai
dalam pekerjaannya sehingga mengakibatkan budak-budak tersebut
melarikan diri, maka penjaga yang bersangkutan harus dihukum
cambuk sebanyak 60 kali.

31 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

Apabila petugas yang seharusnya menjaga agar kapal jangan sampai


oleng dan jangan sampai banyak air yang masuk ke dalam kapal, lalai
dalam menjalankan tugasnya, maka petugas tersebut dikenai hukuman
cambuk sebanyak 15 kali.
Apabila para petugas yang berjaga tidak benar-benar memperhatikan
keadaan di sekelilingnya sehingga terjadi kasus pencurian di dalam
perahu, maka petugas itu akan dihukum cambuk sebanyak 2 kali oleh
setiap orang yang ada di dalam perahu.

ATURAN TENTANG MEMBUANG MUATAN DI LAUT

Apabila diperkirakan akan terjadi badai, atau sedang terjadi badai,


dan diharuskan membuang sebagian muatan ke laut untuk mengurangi
beban kapal, maka akan diadakan suatu pembicaraan mengenai apa-apa
saja yang ada di dalam kapal. Penumpang yang membawa barang
muatan, baik berjumlah banyak ataupun sedikit, harus bersedia untuk
membuang barang muatannya ke laut jika sudah disepakati dalam forum
pembicaraan. Jikanakhoda lalai dalam mengumpulkan orang-orang yang
membawa barang muatan dan begitu saja membuang barang muatan ke
laut tanpa pandang bulu, maka nakhoda tersebut akan disalahkan dan
patut memperoleh hukuman.

ATURAN JIKA TERJADI KECELAKAAN KAPAL

Apabila kapal berbenturan atau bertabrakan dengan sebuah kapal


perang, di mana dapat menimbulkan korban jiwa, maka kesalahan ini
harus ditanggung oleh semua orang yang ada di dalam kapal. Setiap
orang harus membayar dengan jumlah yang sama. Hal ini berlaku tanpa
terkecuali, baik untuk yang kaya maupun miskin, laki-laki maupun
perempuan, anak-anak maupun dewasa.

Apabila kapal mengalami kecelakaan dan terjadi tabrakan karena


angin ribut, badai, terjebak di perairan yang dangkal, atau bersenggolan

32 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

dengan kapal lain, dan mengakibatkan kapal tenggelam, terdapat undang-


undang yang mengatur hal ini. Insiden itu tidak dianggap karena
disebabkan oleh faktor alam (angin ribut) melainkan karena kelalaian
orang-orang yang seharusnya bertanggungjawab (human error).

Jika misalnya akan terjadi angin ribut, sebaiknya diusahakan untuk


menyelamatkan kapal demi menghindari terjadinya kerugian yang lebih
besar. Undang-undang menyatakan bahwa kerugian yang timbul karena
insiden itu harus ditanggung dan dibagi dalam 3 bagian. Sebanyak 2/3
bagian harus ditanggung oleh orang yang dianggap paling
bertanggungjawab atas terjadinya kecelakaan itu, sementara 1/3 lainnya
menjadi tanggungan si pemilik kapal.

ATURAN MEMASUKI PELABUHAN DAN BERDAGANG

Apabila nakhoda ingin singgah di suatu bandar pelabuhan, pulau,


atau pesisir, maka seharusnya diadakan musyawarah terlebih dulu. Jika
disetujui, maka kapal bisa menuju tempat yang
dikehendaki nakhoda tersebut. Apabila tidak diadakan musyawarah
sebelum berlabuh, maka nakhoda dinyatakan telah melakukan kesalahan
dan patut dikenakan sanksi.

Apabila kapal tiba di suatu bandar pelabuhan, maka yang pertama-


tama diperbolehkan turun dari kapal untuk berdagang adalah nakhoda,
yakni selama 4 hari, dan harus dikawal oleh sejumlah petugas yang
ditunjuk. Setelah urusan dagangnya selesai, nakhodadiharuskan segera
kembali ke kapal untuk melanjutkan tanggungjawabnya. Setelahnakhoda,
selanjutnya adalah giliran kiwi (saudagar) yang diizinkan turun untuk
berniaga selama 2 hari. Terakhir barulah semua orang yang ada di atas
kapal turun untuk berdagang.

33 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

Apabila waktu yang ditentukan untuk berdagang telah berakhir


dan nakhoda ingin membeli barang yang sudah dibawa ke atas kapal,
maka tidak ada seorang pun diperbolehkan menawar harga lebih tinggi
dari tawaran yang telah diajukan oleh nakhoda. Selain itu,nakhoda adalah
orang pertama yang berhak mengetahui harga barang yang akan dijual.
Apabila ada penumpang kapal yang membeli budak (hamba) wanita
tanpa sepengetahuannakhoda, maka nakhoda diberi hak untuk
merampas budak wanita tersebut tanpa harus membayar ganti rugi.

ATURAN TENTANG PENAHANAN KAPAL

Apabila musim Kassia hampir usai, sedangkan nakhoda kapal lalai


untuk berlayar, maka para saudagar akan menunggu dengan biaya sendiri
selama 7 hari. Apabila setelah 7 hari itu nakhoda tidak juga berlayar,
apalagi jika musim Kassia telah berakhir, maka nakhodaharus
mengembalikan ongkos yang telah dikeluarkan oleh kaum saudagar.

Sebaliknya, apabila kaum saudagar yang menyebabkan


keterlambatan pelayaran, sementara musim Kassia sudah hampir usai,
maka nakhoda akan menunggu kapalnya selama 7 hari atas biaya sendiri.
Apabila sudah lewat 7 hari dan kaum saudagar belum datang juga,
maka nakhoda berhak memberangkatkan kapal tanpa harus menunggu
lagi. Namun, nakhoda tidak mendapatkan ganti rugi apapun atas biaya
yang dikeluarkan selama masa tunggu.

Menurut hukum, jika hampir terakhir musim Kassia, dan nakhoda


perahu lalai berlayar, para kiwi akan menunggu, dengan ongkos sendiri
selama 7 hari lewat itu, jika nakhoda tidak juga berlayar, dan musim
sudah berakhir, harga yang dibayar untuk dibagi-bagikan mengenai
muatan akan dikembalikan kepada para kiwi. Jika para kiwi yang menjadi

34 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

sebab kelambatan itu, dan musim sudah hampir berakhir, maka nakhoda
akan menunggu perahunya selama 7 hari atas biaya mereka, dan sehabis
itu berhak berlayar tanpa mereka (jika mereka belum selesai), dan tidak
ada yang dibayar atau diperbuat mengenai hal itu.

Jika musim tidak berapa jauh lagi, dan nakhoda sangat ingin untuk
segera berlayar, ia harus memberitahukan hal itu kepada para kiwi, dan
haruslah berunding dengan mereka untuk belayar dalam masa 7 atau 15
hari, dan jika para kiwi belum bersiap waktu itu, makanakhoda berhak
meninggalkan mereka di belakang dan segera berlayar.

ATURAN TENTANG HUKUMAN MATI DI KAPAL

Terdapat empat perkara di atas kapal yang akan diancam dengan


hukuman mati bagi pelakunya, yaitu:

1. Orang yang melakukan pemberontakan terhadap nakhoda.


2. Orang-orang yang membentuk komplotan untuk
membunuh nakhoda.
3. Apabila ada orang yang membawa keris, sedangkan orang-orang lain
tidak ada yang membawanya, dan orang yang membawa keris itu
bertindak sewenang-wenang serta dicurigai akan melakukan
tindakan yang membahayakan, maka setiap orang yang ada di kapal
berhak untuk membunuh orang itu demi menghindarkan diri dari
ancaman bahaya..
5. Apabila terjadi tindak pemerkosaan atau perzinahan.

35 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

ATURAN TENTANG PERKELAHIAN DI KAPAL

1. Apabila ada orang yang berkelahi di atas kapal, dengan maksud


melukai lawannya namun luput dan justru mengenai bagian kapal,
maka orang itu akan dikenakan denda 4 Pahar Petis Jawa.
2. Apabila ada orang yang berkelahi di bagian depan kapal dan
menyerang sampai ke tempat di mana layar berada, maka si pelaku
akan dihukum paling berat hukuman mati. Namun, apabila hal
tersebut dapat dicegah, maka si pelaku hanya akan dikenakan denda
sejumlah 1 Laksa, 5 Pakar Petis Jawa.
3. Apabila ada orang yang berkelahi dan saling mengejar sampai ke ke
pintu kamar nakhoda, meskipun ia tidak mencabut kerisnya, si pelaku
diperbolehkan dihukum mati. Namun, jika si pelaku minta ampun,
maka hukumannya adalah membayar denda sejumlah 4 Pakar Petis
Jawa dan memotong kerbau untuk pesta nakhoda.

ATURAN TENTANG PENCURIAN DI KAPAL

1. Apabila ada laki-laki (yang bukan budak) ketahuan mencuri di atas


kapal, baik mencuri emas, perak atau barang-barang berharga
lainnya, maka ia akan dihukum sesuai dengan hukuman diberlakukan
di darat.
2. Apabila orang yang mencuri itu adalah seorang budak, pertama-tama
ia harus dipertemukan dengan tuannya, dan jika ternyata tuannyab
tahu tentang pencurian itu dan tidak memberitahukannya
kepada nakhoda, maka hukuman bagi si budak adalah potong
tangan, sedangkan tuannya diharuskan membayar denda.

36 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

2.6.2 Norma/Aturan Adat Sunda dan Hukumannya Jika Dilanggar


Berpakaian
Sebagai warga timur,orang Sunda memiliki norma yang terhormat
dalam berpakaian, wanita layaknya berpakaian tertutup, atau mungkin
berpakaian sopan,b egitu juga dengan pria. Namun yang terjadi saat ini,
banyak wanita di tatar Sunda yang mulai meniru gaya berpakaian
masyarakat kawasan barat. Pakaian terbuka dengan belahan dada yang
agak diperlihatkan, kulit kaki yang dipamer-pamerkan hingga bagian
atas daerah lutut. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran tersendiri dan
harus bisa dicegah, dan diminimalisir sesegera mungkin.
Berbahasa
Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa,sedangan bahasa
Sunda merupakan bahasa lokal masyarakat sunda yang dikembangkan
dari asal muasal keturunan masyarakat sunda itu sendiri. Untuk itu
keduanya sangatlah penting.
Berperilaku
Oraang Sunda dikenal ramah dan mudah bergaul dengan siapapun.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa orang Sunda selalu menyapa siapa
saja disekitarnya dengan kata sapan "Punten.." dalam arti Bahasa
Indonesia adalah permisi yang selalu diucapkan jika melewati seorang
maupun sekumpulan orang disekitarnya.

Sebagian besar norma adat yang berlaku pada suku Sunda


adalah norma adat yang tidak mengandung sanksi atau yang bisa
disebut dengan kebiasaan.

37 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

BAB III
PEMBAHASAN

Berbagai inovasi menurut Koentjaraningrat menyebabkan masyarakat


menyadari bahwa kebudayaan mereka sendiri selalu memiliki kekurangan
sehingga untuk menutupi kebutuhannya manusia selalu mengadakan inovasi.
Sebagian besar inovasi yang terdapat dalam kehidupan masyarakat adalah hasil
dari pengaruh atau masuknya unsur-unsur kebudayaan asing dalam kebudayaan
suatu masyarakat sehingga tidak bisa disangkal bahwa hubungan antarbudaya
memainkan peranan yang cukup penting bagi keragaman budaya di Indonesia.
Kontak kebudayaan antara berbagai kelompok masyarakat yang berbeda-beda
menimbulkan keadaan saling memengaruhi satu sama lain. Terkadang tanpa
disadari ada pengambilan unsur budaya dari luar. Oleh karena itu, salah satu
faktor pendorong keragaman budaya di Indonesia adalah karena kontak dengan
kebudayaan asing. Koentjaraningrat menyatakan bahwa penjajahan atau
kolonialisme merupakan salah satu bentuk hubungan antarkebudayaan yang
memberikan pengaruh kepada perkembangan budaya lokal. Proses saling
mempengaruhi budaya tersebut terjadi melalui proses akulturasi dan asimilasi
kebudayaan.
Proses akulturasi berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama. Hal
itu disebabkan adanya unsur-unsur budaya asing yang diserap secara selektif dan
ada unsur-unsur budaya yang ditolak sehingga proses perubahan kebudayaan
melalui akulturasi masih mengandung unsur-unsur budaya lokal yang asli.
Bentuk kontak kebudayaan yang menimbulkan proses akulturasi, antara lain
sebagai berikut

Kontak kebudayaan dapat terjadi pada seluruh, sebagian, atau antar


individu dalam masyarakat.

38 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

Kontak kebudayaan dapat terjadi antara masyarakat yang memiliki


jumlah yang sama atau berbeda.
Kontak kebudayaan dapat terjadi antara kebudayaan maju dan tradisional
Kontak kebudayaan dapat terjadi antara masyarakat yang menguasai dan
masyarakat yang dikuasai, baik secara politik maupun ekonomi.

Akulturasi kebudayaan berkaitan dengan integrasi sosial dalam


masyarakat. Keanekaragaman budaya dan akulturasi mampu mempertahankan
integrasi sosial apabila setiap warga masyarakat memahami dan menghargai
adanya keanekaragaman berbagai budaya dalam masyarakat. Sikap tersebut
mampu meredam konflik sosial yang timbul karena adanya perbedaan persepsi
mengenai perilaku warga masyarakat yang menganut nilai-nilai budaya yang
berbeda.
Konsep lain dalam hubungan antarbudaya adalah adanya asimilasi
(assimilation) yang terjadi antara komunitas-komunitas yang tersebar di berbagai
daerah. Koentjaraningrat menyatakan bahwa asimilasi adalah proses sosial yang
timbul apabila adanya golongan-golongan manusia dengan latar kebudayaan
yang berbeda-beda yang saling bergaul secara intensif untuk waktu yang lama
sehingga kebudayaan-kebudayaan tersebut berubah sifatnya dan wujudnya yang
khas menjadi unsur-unsur budaya campuran. Proses asimiliasi terjadi apabila ada
masyarakat pendatang yang menyesuaikan diri dengan kebudayaan setempat
sehingga kebudayaan masyarakat pendatang tersebut melebur dan tidak tampak
unsur kebudayaan yang lama. Di Indonesia, proses asimilasi sering terjadi dalam
masyarakat karena adanya dua faktor. Pertama, banyaknya unsur kebudayaan
daerah berbagai suku bangsa di Indonesia. Kedua, adanya unsur-unsur budaya
asing yang dibawa oleh masyarakat pendatang. Di dalam masyarakat, interaksi
antara masyarakat pendatang dan penduduk setempat telah menyebabkan
terjadinya pembauran budaya asing dan budaya lokal.

39 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang plural dan multietnik


karena beragamnya kebudayaan dan adat istiadat suku bangsa yang terdapat di
Indonesia. Namun, kehidupan manusia selalu mengalami perubahan yang
berpengaruh terhadap kebudayaan masyarakat karena adanya suatu kontak
antarkebudayaan yang akan saling memengaruhi satu sama lain. Kontak
antarbudaya tersebut memberikan pengaruh terhadap beragamnya kebudayaan
masyarakat.

40 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

BAB IV
KESIMPULAN DAN PENDAPAT

4.1 Kesimpulan

Suku Sunda merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Jawa.
Suku Sunda memiliki kharakteristik yang unik yang membedakannya
dengan masyarakat suku lain. Kekharakteristikannya itu tercermin dari
kebudayaan yang dimilikinya baik dari segi agama, bahasa, kesenian,
adat istiadat, mata pencaharian, dan lain sebagainya. Kebudayaan yang
dimiliki suku Sunda ini menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia yang perlu tetap dijaga kelestariannya.

Orang-orang Batak memiliki marga-marga atau suku-suku yang


terdiri atas suku Karo, suku Simalungun, suku Pakpak, suku Toba, suku
Angkola, dan suku Mandailing. Dan ke-semua suku-suku itu memiliki
satu nenek moyang yang disebut Si Raja Batak. Orang Batak dikenal
sebagai kaum perantau yang kini telah menyebar ke berbagai daerah di
hampir seluruh wilayah Indonesia, terutama di Jawa Perkawinan yang
dianggap ideal oleh orang Batak ialah apabila terjadi perkawinan antara
seorang lelaki dengan seorang perempuan anak dari saudara laki-laki
ibunya. Selain itu orang lelaki Batak pantang menikah dengan seorang
wanita yang semarga dengannya atau dengan anak perempuan dari
saudara perempuan ayah.

4.2 Pendapat

Baik suku Batak maupun suku Sunda, keduanya memiliki sistem


adat yang unik dan menarik. Saya bangga menjadi orang Indonesia,
terkhusus sebagai suku Sunda, yang terkenal dengan keramah-

41 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

tamahannya. Keanekaragaman budaya Indonesia dari Sabang sampai


Merauke merupakan aset yang tidak ternilai harganya, sudah
selayaknya bagi bangsa dan masyarakat negeri ini untuk melestarikan
dan menjaga ragam seni budaya yang ada di Indonesia ini. Jangan
sampai budaya Indonesia sedikit demi sedikit terkikis akibat dari
pengaruh budaya luar yang sebagian besar berdampak buruk. Jangan
sampai karena kita tidak bisa menjaga kebudayaan kita sendiri
kebudayaan kita di klaim lagi oleh negara lain. Kita sebagai generasi
muda harus menjunjung tinggi budaya leluhur, singsingkan lengan baju
dan mulai mencintai dan melestarikan budaya leluhur bangsa sendiri.
Agar bukan saja menghargai budaya sendiri tetapi dapat menjadi
kebanggaan bagi kita semua.

42 Universitas Widyatama Bandung


Laporan ISBD Perbandingan Budaya Pada Suku Batak dan 2017
Suku Sunda

DAFTAR SUMBER

https://www.academia.edu/9349550/Makalah_tentang_budaya_batak?a
uto=download
https://3gplus.wordpress.com/2008/04/10/kebudayaan-suku-sunda-2/
https://uulgintingg.wordpress.com/2012/03/02/hukum-adat-yang-masih-
berlaku-di-daerah-asal-sumatera-utara/
http://anjjabar.go.id/sistem-kemasyarakatan
http://sumber-ilmu-islam.blogspot.com/2014/01/falsafah-dan-sistem-
kemasyarakatan-suku.html
http://adi37.blogspot.co.id/2012/12/adat-istiadat-suku-sunda.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sunda
http://www.satujam.com/adat-istiadat-sunda/
https://uulgintingg.wordpress.com/2012/03/02/hukum-adat-yang-masih-
berlaku-di-daerah-asal-sumatera-utara/

43 Universitas Widyatama Bandung

Você também pode gostar