Você está na página 1de 18

LAPORAN KASUS

ABORTUS

Disusun Oleh :

Sus Retha Mona Ardiani (2010730103)


Firdha Leonita (2010730038)

Pembimbing :
Dr. Edy Purwanta, Sp. OG

STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
FAKULTAS KEDOKTERAN & KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
JAKARTA
2014

1
STATUS PASIEN

Identitas Pasien

Nama : Nn. Dina Lestari


Umur : 16 tahun
Pekerjaan : Pelajar
No RMK : 00 85 09 61
Masuk RS : 26-10-2014, 11.15 wib

Keluhan Utama : Keluar gumpalan darah sejak 7 jam SMRS


RPS : Ibu mengeluh keluar gumpalan darah banyak dan berwarna
hitam, ibu juga merasa perut sedikit mules. Keluhan pusing, mual
dan muntah disangkal oleh pasien. Ibu tidak mengetahui keluar air-
air atau tidak dari jalan lahir. Ini merupakan kehamilan yang
pertama, ibu merasa hamil 2 bulan. Keluhan demam disangkal oleh
ibu.

Riwayat penyakit dahulu/ operasi: Ibu menyangkal menderita asma, tekanan darah
tinggi dan kencing manis, tidak pernahoperasi sebelumnya.

Riawayat Penyakit keluarga : Ibu menyangkal dikeluarga ada yang menderita asma,
tekanan darah tinggi dan kencing manis.

Riwayat Pengobatan : Ibu mengkonsumsi vitamin 1x1 tapi lupa apa nama obatnya

Riwayat Alergi : Riwayat Alergi obat dan makanan disangkal. Ibu kadang terasa sesak
jika terkena debu.

Riwayat perkawinan : Belum menikah

Riwayat haid : Haid pertama kali usia 13 tahun, kadang terasa nyeri dan tidak teratur.
Lama haid 5 hari, siklus haid 28 hari. HPHT mei 2014, taksiran persalinan februari 2015

Riwayat ANC
Tidak pernah periksa

2
Riwayat Persalinan
Gravida(1), aterm(0), premature(0), abortus(0), anak hidup(0), SC(0)

No Tempat Penolong Thn Aterm Jenis Penyul JK BBL Keadaan


bersalin Persalinan it Anak (gr)

1 Hamil Ini

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
TD : 110/60 mmHg
Nadi : 78x/mnt
Napas : 24 x/mnt
Suhu : 36,8 0C

Status generalis
Mata : konjungtiva anemis (-)
Sclera ikterik (-)
Mulut : coated tongue (-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Toraks : Vesikuler pada kedua lapang paru, BJ I dan II murni regular
Ekstremitas : edema -/-, akral hangat +/+, CRT < 2dtk +/+

Pemeriksaan dalam : Portio tebal lunak,Pembukaan 5 cm, tidak teraba jaringan pada
ostium uteri, tidak nyeri goyang, posisi uterus antefleksi, tidak terdapat nyeri tekan pada
uterus, tidak teraba masa. Terdapat sedikit darah dan tidak terdapat sisa konsepsi.

Hasil USG :

3
Uterus normal
Cavum uteri kosong
Endometrium tipis
Adnexsa kanan dan kiri normal
Kesan :
Ginekologi tenang, observasi dengan abortus kompleteteus

Assessment
Ibu : G1P0A0 umur 16 tahun hamil 21 minggu dengan Abortus Compelete
Janin : -

Rencana Tindakan
- Infus Cairan RL, Claneksi 3 x 1, Metergin 3 x 1, Feritrin 1 x 1, Ceftriaxone inj 2 x
1 gr
- R/ USG
- Setelah USG pasien pulang

Prognosis
Ibu : Qou Vitam ad bonam
Qou Fungsionam ad bonam
Anak : Qou ad vitam malam
Qou ad fungsionam malam

ABORTUS

I. DEFINISI
Abortus adalah berakhirnya kehamilan pada umur kehamilan <20 minggu
(berat janin 500 gram) atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar
kandungan.
Lamanya kehamilan yang normal ialah 280 hari atau 40 minggu dihitung
dari hari pertama haid terakhir. Kadang-kadang kehamilan berakhir sebelum
waktunya dan ada kalanya melebihi waktu yang normal. Berakhirnya kehamilan
menurut lamanya kehamilan dapat dibagi sebagai berikut :

4
Lamanya Berat anak Istilah
kehamilan
<22 minggu <500 gram Abortus
22-28 minggu 500-1000 gram Partus immaturus
28-37 minggu 1000-2500 gram Partus prematurus
37-42 minggu >2500 gram Partus maturus
42 minggu Partus serotinus

Secara umum, abortus dapat dibagi 2 sebagai berikut :


a.Abortus spontan Abortus yang terjadi secara spontan tanpa penyebab yang jelas
(miscarriage), merupakan 20% dari semua abortus.
b.Abortus provocatus Abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang
bertujuan untuk mengakhiri kehamilan.
Abortus artificialis atau abortus atau abortus therapeuticus
Abortus provocatus artifisialis ialah pengguguran kehamilan, biasanya dengan
alat-alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan / membawa maut bagi
ibu, misalnya karena ibu berpenyakit berat.
Indikasi untuk abortus therapeuticus misalnya : penyakit jantung (rheuma),
hipertensi essentialis, karsinoma dari cervix.

Abortus provocatus criminalis


Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan
medis yang sah dan dilarang oleh hukum.

II. EPIDEMIOLOGI
Abortus spontan terjadi pada 50-70% kehamilan. Sebagian besar tidak
terdeteksi karena terjadi sebelum periode menstruasi berikutnya. Sekitar 75%
abortus spontan terjadi pada minggu ke 16 dan 62% sebelum minggu ke 12.
Insidensi terjadinya abortus dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya
yaitu : riwayat abortus pada kehamilan sebelumnya, riwayat terjadi kematian

5
janin dalam rahim sebelumnya, atau bayi dengan kelainan kongenital maupun
defek genetik pada kehamilan sebelumnya.

III. KLASIFIKASI
1. Abortus iminens
Abortus mengancam, ditandai oleh perdarahan bercak dari jalan lahir. Dapat
disertai nyeri perut bawah yang ringan, buah kehamilan masih mungkin
berlanjut atau dipertahankan.
2. Abortus insipiens
Abortus sedang berlangsung, ditandai oleh perdarahan ringan atau sedang
disertai kontraksi rahim dan kana berakhir sebagai abortus komplit atau
inkomplit
3. Abortus Inkomplit
Sebagian buah kehamilan telah keluar melalui kanalis servikalis dan masih
terdapat sisa konsepsi dalam rongga rahim.
4. Abortus komplit
Seluruh buah kehamilan telah keluar dari rongga rahim melalui kanalis
servikalis secara lengkap.
5. Abortus tertunda (missed abortion)
Tertahannya hasil konsepsi yang telah mati dalam rahim selama 8 minggu
atau lebih.
6. Abortus habitualis
Abortus spontan yang berlangsung berurutan sebanyak 3 kali atau lebih.

IV. ETIOLOGI
a) Faktor Zigot
Pada hamil muda, abortus selalu didahului oleh kematian janin. Kematian
janin ini dapat disebabkan oleh :
Kelainan kromosom (trisomi, polyploidi)

6
Kelainan kromosom menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedemikian
rupa sehingga janin tidak hidup terus, misalnya karena faktor endogen seperti
trisomi dan polyploidi.
Kelainan pertumbuhan selain oleh kelainan benih dapat juga disebabkan oleh
kelainan lingkungan atau faktor eksogen (virus, radiasi, zat kimia).
Ovum patologis
Telur kosong (blighted ovum) yang berbentuk kantung amnion berisi
air ketuban tanpa janin.
Mola cruenta adalah telur yang dibungkus oleh darah kental. Mola
cruenta terbentuk apabila abortus terjadi dengan lambat laun hingga
darah berkesempatan membeku antara desidua dan chorion. Apabila
darah beku ini sudah sewperti daging disebut juga mola carnosa.
Mola tuberosa ialah telur yang memperlihatkan benjolan-benjolan
disebabkan hematom-hematom antara amnion dan korion.
Kelainan sperma
b) Faktor ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menyebabkan abortus, misalnya :
Penyakit kronis
Infeksi akut yang berat : pneumonie, typhoid, dan lain-lain dapat
menyebabkan abortus atau partus prematurus. Janin dapat meninggal
oleh toksin-toksin atau karena penyerbuan kuman-kuman sendiri.
Keadaan ibu yang toksis juga dapat menyebabkan abortus walaupun
janin hidup.
Mikroorganisme yang infeksius pada serviks, kavum uteri, atau cairan
semen dapat menyebabkan aborsi. Infeksi-infeksi berikut dapat
asimptomatik, yaitu : Toxoplasma gondii, Herpes simplex, Ureaplasma
urealyticum, Mycoplasma hominis.
Kelainan hormonal, misalnya kekurangan progesteron atau disfungsi
kelenjar gondok, polycystic ovarian syndrome (POS) hipersekresi dari
LH, diabetes yang tidak terkontrol.

7
Kelainan alat reproduksi, seperti : hipoplasia uteri, tumor uterus, cervix
yang pendek, retrofleksio uteri incarcerata, kelainan endometrium dapat
menyebabkan abortus.
Gangguan nutrisi
Obat-obatan
Inkompatibilitas rhesus
Trauma misalnya laparotomi atau kecelakaan dapat menyebabkan
abortus.
c) Faktor Eksternal
Radiasi, Dosis 1-10 rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu pertama
dapat merusak janin, dan dosis lebih tinggi dapat menyababkan
keguguran
Obat-obatan antagonis folat, antikoagulan, dan lain-lain.
Sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16
minggu, kecuali telah dibuktikan bahwa obat tersebut tidak
membahayakan janin atau untuk pengobatan ibu yang parah.
Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan
benzen.

V. PATOLOGI
Kelainan yang terpenting ialah perdarahan dalam decidua dan nekrose
sekitarnya. Karena perdarahan ini ovum terlepas sebagian atau seluruhnyadan
berfungsi sebagai benda asing yang menimbulkan kontraksi. Kontraksi ini
akhirnya mengeluarkan isi rahim. Pada abortus spontan, biasanya kematian bayi
terjadi 2 minggu sebelum terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, pengobatan
untuk mempertahankan janin tidak layak untuk dilakukan jika telah terjadi
perdarahan yang banyak karena abortus tidak dapat dihindari.
Sebelum minggu ke 10 telur biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini
disebabkan karena sebelum minggu ke 10 vili korialis belum menanamkan diri
dengan erat ke dalam decidua, sehingga telur mudah terlepas seluruhnya. Antara
minggu ke 10-12 korion tumbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan

8
decidua makin erat, sehingga mulai saat itu sisa-sisa korion (plasenta) sering
tertinggal apabila terjadi abortus.

VI. KRITERIA DIAGNOSIS, PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN


PENGELOLAAN ABORTUS
1. Abortus Iminens (Threatened abortion)
Didiagnosa apabila seorang wanita dengan kehamilan < 20 minggu
mengeluarkan darah sedikit pervaginam. Perdarahan dapat berlangsung beberapa
hari atau dapat berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri
punggung bawah seperti saat menstruasi. Setengah dari abortus iminens ini akan
menjadi abortus komplit atau inkomplit, sedangkan sisanya kehamilan masih terus
berlangsung. Pada kasus ini ada resiko untuk terjadinya gangguan pertumbuhan
janin dan prematuritas
Perdarahan yang sedikit pada hamil muda mungkin juga disebabkan oleh
hal-hal lain seperti placental sign, ialah perdarahan daripembuluh-pembuluh
darah sekitar plasenta. Erosi porsio lebih mudah berdarah pada kehamilan,
demikian juga polip serviks, ulserasi vagina, karsinoma serviks, kehamilan
ektopik, kelainan trofoblas harus dibedakan dari abortus imminens karena dapat
memberikan perdarahan pervaginam. Pemeriksaan spekulum dapat membedakan
polip, ulserasi vagina, atau karsinoma serviks. Sedangkan kelainan lain
membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi.

Klinis
Anamnesis : - Perdarahan sedikit dari jalan lahir
- Nyeri perut tidak ada atau ringan
Pemeriksaan dalam : - fluksus sedikit
- ostium uteri tertutup
Pemeriksaan penunjang
USG dapat memberikan hasil sebagai berikut :

9
Buah kehamilan masih utuh, ditemukan tanda kehidupan janin
Meragukan : kantong kehamilan masih utuh, pulsasi jantung janin belum
jelas.
Buah kehamilan tidak baik : janin mati.
Terapi
Bila kehamilan masih utuh :
- Rawat jalan
- Tidak diperlukan tirah baring total
- Anjurkan untuk tidak melakukan aktivitas berlebihan atau hubungan
seksual.
- Bila perdarahan berhenti dilanjutkan jadwal pemeriksaan kehamilan
selanjutnya.
- Bila perdarahan terus berlangsung, nilai ulang kondisi janin (USG) 1
minggu kemudian
Bila hasil USG meragukan, ulangi pemeriksaan USG 1-2 minggu kemudian.
Bila hasil USG tidak baik : evakuasi tergantung umur kehamilan

2. Abortus Inspiens (Inevitable abortion)


Didiagnosis apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan banyak,
kadang-kadang keluar gumpalan darah, disertai nyeri karena kontraksi rahim
kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat
masuk dan ketuban dapat teraba. Kadang-kadang perdarahan dapat
menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat
meyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan.
Janin biasanya sudah mati, dan mempertahankan kehamilan pada keadaan
ini merupakan kontraindikasi.
Klinis
Anamnesis : perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri/kontraksi rahim
Pemeriksaan dalam : - Ostium terbuka
- Buah kehamilan masih dalam rahim
- Ketuban utuh, dapat menonjol.

10
Terapi
Evakuasi
Uterotonika pasca evakuasi
Antibiotika selama 3 hari

3. Abortus Inkomplit
Didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada
vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta). Perdarahan
biasanya terus berlangsung, banyak, dan membahayakan ibu. Sering serviks tetap
terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda
asing (corpus alienum). Oleh karena itu, uterus akan berusaha untuk
mengeluarkannya dengan mengandalkan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri
namun tidak sehebat pada abortus insipiens.

Pada beberpa kasus perdarahan tidak banyak, dan bila dibiarkan serviks kan
menutup kembali.
Klinis
Anamnesis : Perdarahan dari jalan lahir, nyeri/kontraksi rahim ada.
Abortus inkomplit sering berhubungan dengan aborsi/abortus tidak aman, oleh
karena itu periksa tanda-tanda komplikasi yang mungkin terjadi akibat abortus
provokatus seperti perforasi, tanda-tanda infeksi atau sepsis.
Pemeriksaan dalam : - Ostium uteri terbuka
- Teraba sisa jaringan buah kehamilan.

Terapi
Bila ada syok, atasi dahulu syok (perbaiki keadaan umum)
Transfusi bila Hb < 8 gr%
Evakuasi
Uterotonika (metil ergometrin tablet 3 dd 0,125 mg
Beri antibiotika spektrum luas selama 3 hari

11
4. Abortus Komplit
Didiagnosis kalau telur lahir dengan lengkap. Pada keadaan ini, kuretase
tidak perlu dilakukan. Pada abortus komplit, perdarahan segera berkurang setelah
isi rahim dikeluarkan dan selambatn-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti
sama sekali karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah
selesai. Serviks juga dengan segera menutup kembali. Jika 10 hari stelah abortus
masih terdapat perdarahan, abortus inkomplit atau endometritis pasca abortus
harus dipikirkan.
Klinis
Anamnesis : Perdarahan dari jalan lahir sedikit, pernah keluar buah kehamilan
Pemeriksaan dalam : Ostium biasanya tertutup, bila ostium terbuka teraba rongga
uterus kosong.
Terapi
Beri antibiotika selama 3 hari

5. Abortus Tertunda
Didiagnosis apabila buah kehamilan yang telah mati tertahan dalam rahim
selama 8 minggu. Dengan pemeriksaan USG tampak janin tidak utuh dan
membentuk gambaran kompleks, tetapi diagnosis USG tidak selalu harus tertahan
8 minggu.
Sekitar kematian janin kadang-kadang ada perdarahan pervaginam sedikit
sehingga menimbulkan gambaran abortus imminens. Selanjutnya, rahim tidak
membesar, bahkan rahim mengacil karena absorbsi air ketuban dan maserasi
janin. Bahkan buah dada pun mengecil kembali. Gejala-gejala lain yang penting
tidak ada, hanya saja amenorrhea berlangsung terus.
Klinis
Anamnesis : Perdarahan bisa ada atau tidak
Pemeriksaan dalam : - Fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan
- Bunyi jantung janin tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
USG : terdapat tanda janin mati

12
Laboratorium : Hb, fibrinogen, waktu perdarahan, waktu pembekuan, waktu
protrombin.
Terapi
Evakuasi
Beri antibiotika selama 3 hari

6. Abortus Febrilis/Infeksiosa
Abortus febrilis adalah abortus inkomplit atau abortus insipiens yang
disertai infeksi. Manifestasi klinin ditandai dengan adanya demam, lokia yang
berbau busuk, nyeri diatas simpisis atau diperut bawah, abdomen kembiung atau
tegang sebagai tanda peritonitis. Abortus ini dapat menimbulkan syok
endotoksin. Keadaan hipotermi pada umumnya menandakan sepsis.
Klinis
Anamnesis : Waktu masuk rumah sakit mungkin disertai syok septik
Pemeriksaan dalam :
Ostium uteri umumnya terbuka dan teraba sisa jaringan, baik rahim maupun
adneksa terasa nyeri pada perabaan, fluksus berbau.
Terapi
Perbaiki keadaan umum, atasi syok septik bila ada
Posisi fowler
Antibiotika yang adekuat (berspektrum luas, aerob, dan anaerob) dilanjutkan
dengan tindakan kuretase.

7. Abortus Habitualis
Didiagnosis apabila abortus spontan terjadi 3 kali berturut-turut atau lebih.
Kejadiannya jauh lebih sedikit daripada abortus spontan. Lebih sering terjadi pada
primi tua. Etiologi abortus ini ialah kelainan genetik/kromosomal, kelianan
hormonal (imunologik) dan kelainan anatomis. Pengelolaan abortus
habitualis tergantung pada etiologinya. Pada kelainan antomi, mungkin dapat
dilakukanm operasi Shridokar atau McDonald.

13
V. METODE ABORTUS
Beberapa macam teknik aborsi:
Teknik operasi
Dilatasi cerviks diikuti dengan evakuasi uterus
Kuretase
Aspirasi vakum(kuretase dengan suction)
Dilatasi dan evakuasi
Dilatasi dan ekstraksi
Aspirasi menstruasi
Laparotomy
Histerotomy
Histerektomy
Teknik dengan obat-obatan
Oksitosin intravena
Intra amnionic hyperosmotik fluid
20% saline
30% urea
Prostaglandin E2, F2, dan analognya
suntikan intraamnion
suntikan ekstraovular
vaginal insertion
suntikan parenteral
ingesti oral
Antiprogesteron-RU 486(mifepriston)
Berbagai macam kombinasi dari tersebut diatas

Dilatasi dan kuretase


Aborsi operasi sebelum usia kehamilan 14 minggu di lakukan pertama-tama
dengan mendilatasi serviks dan kemudian mengeluarkan buah kehamilan dengan
scraping mekanik dengan aspirasi vakum. Setelah kehamilan lebih dari 16
minggu, dipilih dilakukan dilatasi dan evakuasi(D & E), ini terdiri dari dilatasi

14
serviks secara luas di ikuti dengan destruksi mekanik dan evakuasi dari bagian
fetus. Dengan mengeluarkan seluruh bagian dari fetus, vakum kuretase di
gunakan untuk mengeluarkan plasenta dan jaringan yang tersisa. Dilatasi dan
ekstraksi (D & X) adalah sama dengan dilatasi dan evakuasi, kecuali pada Dilatasi
dan ekstraksi, bagian dari fetus diekstraksi terlebih dahulu melalui serviks yang
didilatasi.

Dilator higroskopik
Laminaria tents adalah yang paling banyak di gunakan untuk membantu
mendilatasi serviks terutama pada aborsi operasi. Dilator higroskopik sintetis juga
bisa di gunakan. Lamicel adalah polimer polivinil alkohol yang diperkaya dengan
Magnesium sulfat anhidrous. Trauma dari dilatasi mekanik dapat di kurangi
dengan penggunaan dilator higroskopik.

Komplikasi
Terutama pada aborsi operasi elektif, wanita dengan vaginosis bakterialis
harus di obati dengan metronidazole untuk mengurangi infeksi postoperatif.
Perforasi uterus mungkin bisa terjadi selama diltasi dan kuretase. Terdapat dua
faktor penting yang berperan pada komplikasi ini, yaitu skill dari dokter dan
posisi dari uterus (terutama pada uterus retroversi).
Karena komplikasi yang bisa di timbulkan seperti perforasi uterus, laserasi
serviks, perdarahan, pengeluaran fetus dan plasenta yang tidak lengkap dan
infeksi yang meningkat setelah trimester pertama, maka kuretase atau aspirasi
vakum sebaiknya dilakukan sebelum kehamilan berusia 14 minggu. Jika tidak ada
penyakit sistemik pada ibu maka terminasi kehamilan dengan kuretase, evakuasi,
atau ekstraksi dapat dilakukan dengan pasien tanpa harus dirawat di Rumah
Sakit.

Oksitosin
Induksi aborsi pada kehamilan trimester kedua dapat berhasil dengan baik
dilakukan dengan pemberian oksitosin dosis tinggi yang diberikan melalui cairan

15
intravena. Regimennya adaalah dengan menambahkan 10 IU/mL oksitosin pada
1000 mL Ringer Laktat. Larutan ini mengandung 100mU oksitosin per mL.
Pemberiannya di mulai 0,5ml per menit(50 mU/menit), pemberiannya di
tingkatkan dengan interval 15-30 menit dengan jumlah maksimum 2
ml/menit(200mU/menit). Jika kontraksi yang efektif tidak di dapatkan maka
dengan jumlah tersebut, maka konsentrasi oksitosin dapat di tingkatkan pada
cairan tersebut, yaitu terdiri dari konsentrasi 100 mU oksitosin per Ml. Dengan
konsentrasi oksitosin tersebut, harus diperhatikan secara seksama frekuensi dan
intensitas kontraksi dari uterus. Jika induksi awal ini tidak berhasil, induksi serial
2-3 hari biasanya dapat berhasil. Kemungkinan keberhasilan induksi dengan
oksitosis dosis tinggi ini dapat dipengaruhi dengan penggunaan dilator
higroskopik seperti laminaria tents yang di masukkan pada malam sebelumnya.

Prostaglandin
Prostaglandin dan analognya dapat di gunakan untuk terminasi kehamilan
terutama pada trimester kedua. Yang paling umum di gunakan adalah
prostaglandin E2, prostaglandin F2, dan analog-analognya, terutama 15
metilprostaglandin F2 methyl ester, PGE1 metil ester(gemeprost), dan
misopristol.

RU 486(mifepriston)
Antiprogesteron oral ini di gunakan untuk menghasilkan efek aborsi pada
awal gestasi. Dosis single 600 mg RU 486 efektif jika di berikan terutama pada
gestasi 6 minggu, trimester pertama. RU 486 juga memiliki efektivitas yang tinggi
untuk kontrasepsi emergensi post coitus jika di berikan sebelum 72 jam. Efek
samping dari RU 486 adalah mual, muntah dan nyeri gastrointestinal.

VIII. PENYULIT
Kebanyakan penyulit dari abortus disebabkan abortus kriminalis walaupun dapat
timbul juga pada abortus yang spontan.
Perdarahan yang hebat

16
Kerusakan serviks
Infeksi, kadang-kadang sampai terjadi sepsis, infeksi dari tuba dapat
menimbulkan infertilitas
Renal failure (faal ginjal rusak); disebabkan karena infeksi dan syok. Pada
pasien dengan abortus, diurese harus selalu diperhatikan.
Syok bakterial; terjadi syok yang berat yang disebabkan toksin-toksin.
Perforasi, terjadi saat kuretase atau karena abortus kriminalis.

IX. PENCEGAHAN
Sebagian besar abortus tidak dapat dicegah terutama apabila penyebabnya
adalah kelainan kromosom. Tetapi beberapa abortus dapat dicegah dengan
pencegahan dan pengobatan penyakit ibu sebelum kehamilan, Pre Natal Care
sejak dini, diabetes dan hipertensi yang terkontrol, serta proteksi ibu terhadap
mikroorganisme penyebab infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat cetakan ketiga. 2010.


Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2. Sastrawinata, R. S, Kelainan Lamanya Kehamilan, Obstetri Patologi. 1981. Bandung :
Bagian Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
Hal 7-18.

17
3. Sastrawinata, R. S, Terapi Operatif Abortus, Obstetri Operatif. 1981. Bandung :
Bagian Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
Hal 9-18.

4. Krisnadi R.S., Mose J.C., Effendi J.S., Kelainan Lamanya Kehamilan, Padoman
Diagnosis dan Trapi Obstetri dan Ginekologi RS DR. Hasan Sadikin. 2005.
Bandung : Bagian Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung. Hal 41-49.

5. DeCherney AH, Pernol ML. Current Obstetric and Gynecologic Diagnostic and
Treatment. 1990. Connecticut : Pleton dan Lange.

6. Cunningham FG, Leveno KJ, Gant NF, Gilstap L.C, Houth J.C, Wenstrom K.D.
William Obstetrics 22th ed. 2005. London : McGraw-Hill.

7. Chamberlain, G. Steer, P, J. Sporadic and Recurrent miscarriage, in Trunbulls


Obstetrics. 2002. London : Churli Livingstone.

18

Você também pode gostar