Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
1
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan yang
siswa.
1
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet
Ke-1, h-4
1
mengajar pada dasarnya merupakan suatu pola interaksi antara siswadengan
mereka miliki.
yang lebih efektif dan efisien. Sebelum mengajar, guru harus merencanakan
belajar mengajar. Salah satu unsur penting dari proses kependidikan adalah
peserta didik.2
2
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 41.
2
adalah hasil belajar yang rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas
ukuran yang ditentukan. Kegagalan guru ini mungkin bukan hanya kurang
menguasai materi bidang studinya, tetapi karena mereka tidak tahu atau
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, maka guru harus
baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun
untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang
ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik. Pendidikan adalah upaya sadar yang
maupun orang lain melalui proses bimbingan, arahan, dan penanaman nilai-
nilai yang mencakup segala aspek baik intektual, spiritual, maupun moralitas.
3
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan. (QS At-Tahriim: 6) 3
saling bergantungan dan saling mempengaruhi satu sama lain untuk mencapai
pembelajaran yang hendak dicapai, memilih metode alat dan sumber belajar
skenario pembelajaran.4
Agama Islam. Sama halnya yang dialami pada siswa kelas VII di MTs Nurul
variatif. Agar pembelajaran Pendidikan Agama Islam ini bisa maksimal dan
3
Chatibul Umam, Quran Hadist, (Kudus: Menara Kudus, 2010), h. 73
4
H.E. Syarifudin dkkStrategi Belajar Mengajar (Jakarta: Diadet Media 2010) Cet. Ke-1 h. 5
4
menyenangkan. Untuk itu para guru harus mampu membangkitkan semangat
siswa dan menjadikan siswa merasa mengalami sendiri apa yang disampaikan
konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Dapat disebutkan bahwa metode
dalam Sains saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri
sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang
juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru
5
L. David Haury, Teaching Science Through Inquiry. (Columbus: ERIC, 2013)
5
selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka
dikurangi.6
siswa kelas VII MTs Nurul Huda Yadin Neroktog Pinang Tangerang,
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sangat rendah. Kondisi ini
terlihat dari sikap siswa yang kurang perhatian pada mata pelajaran tersebut.
oleh guru dan minimnya media pembelajaran yang digunakan. Selain itu
Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VII MTs Nurul Huda
B. Identifikasi Masalah
6
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran. (Bandung, Penerbit Alfabeta, 2009), h.15
6
1. Dalam kehidupan sekolah sering dijumpai guru-guru yang dapat
guru adalah hasil belajar yang rendah, tidak sesuai dengan standar atau
tetapi karena mereka tidak tahu atau belum mampu mengelola kelas.
yang dilakukan oleh guru, maka guru harus memiliki dan menguasai
mengajar.
C. Batasan Masalah
7
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, agar
penelitian ini tidak meluas penulis hanya akan membatasi masalah pada:
1. Penerpan Metode Inquiry dalam Pendidikan Agama Islam siswa kelas VII
2. Hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas VII MTs Nurul Huda
siswa kelas VII di MTs Nurul Huda Yadin Neroktog Pinang Tangerang.
D. Rumusan Masalah
siswa kelas VII MTs Nurul Huda Yadin Neroktog Pinang Tangerang?
2. Bagaimana hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas VII MTs
Pendidikan Agama Islam siswa kelas VII di MTs Nurul Huda Yadin
1. Tujuan Penelitian
8
a. Untuk mengetahui penerpan Metode Inquiry dalam Pendidikan Agama
Islam siswa kelas VII MTs Nurul Huda Yadin Neroktog Pinang
Tangerang
Pendidikan Agama Islam siswa kelas VII di MTs Nurul Huda Yadin
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara Teoritis
b. Secara Praktis
3) Bagi para pembaca skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk
9
4) Bagi Sekolah diharapkan dapat memberikan masukan dari hasil
siswa.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
10
BAB IV : HASIL PENELITIAN
BAB V : PENUTUP
11
BAB II
A. Deskripsi Teori
1. Hasil Belajar
hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru.7
yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat
7
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2006), h.250-
251
8
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.159
12
Sasaran dari hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu ranah
sekolah. Hasil belajar dalam periode tertentu dapat dilihat dari nilai
seseorang.
9
Ibid., h.161-163
10
Nana Sudjana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011), h. 22
11
Ibid., h. 23
13
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, penulis menyimpulkan
belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga ranah tersebut menjadi
tingkat rendah sampai dengan tingkat tinggi. Keenam kategori itu tersusun
secara hirarkis yang berarti tujuan pada tingkat di atasnya dapat dicapai
12
Ibid., h. 24
14
b) Kemampuan kognitif tingkat pemahaman (C2)
ungkapannya sendiri.
kriteria tertentu.
mengadopsi suatu nilai dan sikap tertentu menjadi pedoman dalam bertingkah
15
laku. Krathwol membagi taksonomi pembelajaran ranah afektif ke dalam lima
kategori yaitu:
a) Pengenalan (Receiving)
mematuhi dan ikut serta terhadap sesuatu gagasan, benda, atau sistem nilai.
Penghargaan terhadap nilai adalah kategori jenis perilaku ranah afektif yang
d) Pengorganisasian (Organizing)
e) Pengamalan (Characterization)
13
Achmad Sugandi, Teori Pembelajaran. (Semarang: UPT MKK Unnes Press, 2006), h. 26-27
16
3) Hasil Belajar Ranah Psikomotorik
a) Peniruan (Imitation)
bahkan mungkin masih salah atau tidak sesuai dengan yang ditiru.
b) Manipulasi (Manipulation)
d) Artikulasi (Articulation)
e) Naturalisasi (Naturalization)
14
Nana Sudjana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011), h. 22
17
Berdasarkan pengamatan penulis diantara ketiga ranah itu, ranah
kognitiflah yang di nilai oleh para guru disekolah, karena berkaitan dengan
muslim (baik laki-laki maupun perempuan). Dan hasil dari belajar (ilmu), harus
diamalkan baik untuk diri sendiri maupun bagi orang lain. Pengalaman ilmu
harus dilandasi dengan iman dan nilai-nilai moral. Oleh sebab itu, dalam
faktor yang dapat mempengaruhinya, secara umum ada dua faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor internal (faktor dari dalam diri
pribadi), dan faktor eksternal (faktor yang timbul dari luar diri pribadi).
mempengaruhi hasil belajar siswa dalam belajar, hal ini sejalan dengan
mempengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: Faktor dalam diri siswa dan faktor
15
Ibid., h. 39
18
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kedua faktor itu, maka
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi 2 aspek,
yaitu aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang
bersifat rohaniah).
a) Aspek Fisiologis.
berbekas
b) Aspek psikologis
19
2) Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa)
dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah,
a) Faktor keluarga
Pertama, faktor orang tua. Yang termasuk faktor orang tua adalah cara
orang tua mendidik anak, sering cekcok dan lain-lain. Untuk itu peranan
orang tua dalam mendidik anak dengan penuh kearifan dan bijaksana sangat
dituntut. Hal ini dimaksudkan agar orang tua betul-betul dapat berperan
cekcok dan lain sebagainya akan dapat mengganggu cara belajar seseorang.
Dalam kondisi seperti ini, orang tua dituntut untuk menjaga suasana rumah
tangga agar tetap nyaman, tentram dan damai. Hal ini penting dilakukan
orang tua (keluarga di rumah), demi aman dan nyamannya siswa belajar,
belajarpun tidak memadai atau bahkan tidak ada akibatnya anak tidak dapat
20
bahkan kaya biasanya anak tersebut manja, sehingga ia belajar bersenang-
b) Faktor sekolah
mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa
c) Faktor masyarakat
bioskop, komik dan lain-lain. Mas media yang baik akan berpengaruh
terhadap belajar siswa, sebaliknya mas media yang jelek akan berpengaruh
Kedua, Teman bergaul, hal ini pun tidak kalah pentingnya dalam
16
Ibid., h. 64
21
prestasi belajar siswa yang bersangkutan.
yang besar dalam membentuk kepribadian siswa yang dalam hal ini adalah
jalan diskusi.
belajar mengajar dan hasil belajar yang dicapainya. Hasil belajar yang dicapai
siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal menunjukkan hasil yang
intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang
17
Ibid., h. 70
22
2) Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu
3) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama
kreativitasnya.
yang dicapai bermakna bagi dirinya, hasil belajar yang dicapai bermakna
mengendalikan diri.
18
Ibid., h. 57
23
2. Metode Inquiry
Through Inquiry, inquiry merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha
memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, inquiry berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai Sains dan akan
lebih tertarik terhadap Sains jika mereka dilibatkan secara aktif dalam
19
Haury, L. David. Teaching Science Through Inquiry. (Columbus, OH: ERIC Clearinghouse for
Science, Mathematics, and Environment Education, 2013)
24
punggung metode inquiry. Investigasi ini difokuskan untuk memahami
dapat meningkatkan hasil belajar dan sikap anak terhadap Sains dan
25
dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan
sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat
pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman
atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab
pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku,
20
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009)
21
Janetta Garton, Inquiry-Based Learning. (Willard R-II School District, Technology Integration
Academy, 2010)
26
menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau
melakukan evaluasi.
27
kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang
bervariasi.
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena
itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka
Dengan demikian, melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif,
28
4) Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya.
dipertanggungjawabkan.
guru untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti
suatu masalah di kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-
sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang pleno kesimpulan
yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan, hal itu
siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri
pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama
inquiry dapat ditumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan
29
sebagainya. Akhirnya dapat mencapai kesimpulan yang disetujui bersama. Bila
Inquiry.
pembelajaran (scientific inquiry) oleh guru dan sebagai materi pelajaran sains
(science as inquiry) yang harus dipahami dan mampu dilakukan oleh siswa.
kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa agar dapat melakukan penyelidikan
30
Meskipun sudah cukup banyak bukti-bukti yang menunjukkan
keunggulan Inquiry sebagai model dan strategi pembelajaran, dewasa ini masih
banyak guru yang merasa keberatan atau tidak mau menerapkannya di dalam
kelas. Kebanyakan guru dan dosen masih tetap bertahan pada strategi
2004 dan standar isi dari BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) juga
mencantumkan Inquiry dalam hal ini Metode Ilmiah baik sebagai proses
menekankan agar semua pendidik dalam bidang sains pada seluruh jenjang
yang dicari tidak diketahui lebih dahulu oleh siswa, (c) siswa dimotivasi
bagaimana, atau pertanyaan seperti: betulkah pertanyaan kita ini?, (e) suatu
22
Depdiknas. Standar Kompetensi Kurikulum 2004. Jakarta: Puslitbang Depdiknas. Joyce, B Weil
dan Shower B. 2000. Models of Teaching. Fourth Edition. (Massachusettes: Allyn and Bacon
Publishing Company, 2013)
31
masalah ini dip ecahkan oleh siswa, (f) hipotesis dirumuskan oleh siswa
yang diperlukan untuk menguji hipotesis, dan (i) para siswa mengolah data
d. Tingkatan-tingkatan Inquiry
meliputi topik masalah, sumber masalah atau pertanyaan, bahan, prosedur atau
a. Traditional hands-on
dari topik sampai kesimpulan yang harus ditemukan siswa dalam bentuk
32
buku petunjuk yang lengkap. Pada tingkat ini komponen esensial dari
dan kesimpulan dilakukan oleh siswa. Jenis yang ketiga ialah Inquiry
sebagai Inquiry penuh karena pada tingkatan ini siswa bertanggung jawab
research). Dalam Inquiry tipe ini, guru hanya berperan sebagai fasilitator
Ada tiga bentuk keterlibatan siswa di dalam Inquiry, yaitu: (a) identifikasi
23
Ibid
33
masalah, (b) pengambilan keputusan tentang teknik pemecahan masalah,
dan (c) identifikasi solusi tentatif terhadap masalah. Ada tiga tingkatan
masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku teks kemudian
bawah bimbingan yang intensif dari guru. Inquiry tipe ini, tergolong
diprediksikan sejak awal. Inquiry jenis ini cocok untuk diterapkan dalam
misalnya kejadian, data, materi dan berperan sebagai pemimpin kelas, (4)
34
tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna
tertentu akan diperoleh dari siswa, (7) guru memotivasi semua siswa
b) Inquiry Bebas
merancang cara untuk menguji gagasan tersebut. Untuk itu siswa diberi
35
mengontrol ketersediaan materi dan menyarankan materi inisiasi, (4) dari
interaksi dengan siswa lain, (7) guru tidak membatasi generalisasi yang
dapat mengarahkan siswa pada penentuan cara kerja yang tepat serta asumsi
Oleh karena itu, guru harus berusaha mengembangkan Inquiry mulai dari
secara bertahap ke arah kegiatan Inquiry yang lebih kompleks dan mandiri
36
siswa dalam menemukan dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang
Inquiry belajar. Oleh karena itu, pada tahap awal Inquiry guru harus melatih
siswa untuk mampu merumuskan pertanyaan dengan baik. Hal ini berkaitan
orang lain, terbuka terhadap gagasan baru, berpikir kritis, jujur dan kreatif.
lebih baik.
37
2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
sendiri.
dari cara belajar tradisional dan dapat memberikan waktu kepada siswa
informasi.
metode pembelajaran inquiry adalah tingkah laku yang terlibat dalam usaha
38
3. Pendidikan Agama Islam
beberapa literatur, berasal dari dua kata, yaitu pendidikan dan Islam.
kata Islam merupakan kata kunci yang berfungsi sebagai sifat, penegas
kita telaah, banyak para pakar pendidikan memberikan makna pada arti
berikut: Pendidikan dari segi bahasa berasal dari kata dasar didik, dan
diberi awalan men-, menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya
berarti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok
latihan.24
rangka membentuk para peserta didik menjadi sosok yang berkualitas secara
24
W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2010), h. 702
39
nalar-intelektual dan berkualitas secara moral spiritual.25 Azizy menjelaskan
dari generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup.26
atau latihan yang berlangsung seumur hidup baik di sekolah maupun di luar
yang dapat memainkan peranan yang tepat dan konstruktif dalam berbagai
lingkungannya baik fisik maupun sosial, mulai dari lahir sampai akhir
hayatnya sebagai suatu proses dengan pewarisan sosial sebagai bagian dari
25
Faisal Ismail, Masa Depan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bakti Aksara Persada, 2013), h. 2
26
Abdul Majid, et.al.. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Jakarta: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 131
27
Redja Mudyahardjo. Filsafat Ilmu Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 59
28
Ibid., h. 61
29
Ahmad D. Marimba., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma,arif, 2006), h.19
40
Dewantara sebagaimana dikutip oleh Abudinata, pendidikan adalah usaha
derajat kemanusiaan.30
yang dilaksanakan oleh orang dewasa dalam arti memiliki bekal ilmu
bertahap dan apa yang diberikan kepada anak didik itu semaksimal mungkin
30
Abudinata, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu, 2011), h.9
31
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, Bandung: Fokusmedia, 2003, h. 3
41
Kata Islam berasal dari bahasa Arab Islaam, yang berasal dari
tunduk, atau patuh. 32 Islam dari segi bahasa adalah bentuk ism
orang yang telah menyatakan dirinya untuk taat, berserah diri, patuh dan
terdapat dalam kitab suci Al-Quran dan sunah dalam bentuk perintah-
tidak mengenal pemisahan dan pemutusan pengaruh antara agama dan iptek.
32
Ade Armando, et. al, Ensiklopedia Islam untuk Pelajar, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve,
2009), h. 35
33
Abudinata, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu, 2011), h. 11
34
Azyumardi Azra et. al., Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 2013), h. 246
42
ayat qauliyah) dan alam ssemesta adalah ayat-ayat yang tidak tertulis (ayat-
kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam atau suatu upaya dengan
ajaran Islam atau tuntunan agama Islam dalam usaha membina dan
membentuk pribadi muslim yang bertakwa kepada Allah SWT, cinta kasih
35
Faisal Ismail, Masa Depan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bakti Aksara Persada, 2013), h. 37
36
Moh. Athiyah al-Abrasyi, Dasar- Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
2010), h. 15
37
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara Bekerja Sama dengan
Departemen Agama, 2005), h. 152
38
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernitas Menuju Milenium Baru, Jakarta:
Logos, 2002, h. 5
43
kepada orang tuanya dan sesama hidupnya dan juga kepada tanah airnya,
Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta
dari sumber utamanya; kitab suci Al-Quran dan hadits, melalui kegiatan
39
A. Tafsir, Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Mumbar Pustaka, 2009), h. 285
40
Depdiknas. Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Pusat
Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2012), h. 5
44
eksperimentasi, kajian, studi, analisis, penelitian dan riset dalam dunia ilmu-
ilmiah sangat diperlukan dalam konteks kegiatan ini. Dalam kaitan ini, Nabi
proses pendidikan) adalah wajib bagi setiap Muslim dan Muslimah. Dengan
45
Kedua, Seluruh pola rangkaian kegiatan pendidikan dalam konsep
Islam adalah merupakan ibadah kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman
.... ....
Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (Q.S. At-
Tahrim: 6)
harus bermuara pada bangunan watak, perilaku dan kepribadian para peserta
didik.
kepada orang-orang terdidik, terpelajar, sarjana dan ilmuan. Hal ini dapat
....
....
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat
. (Q.S. Al-Mujadilah: 11).
orang-orang yang berilmu (para ilmuan atau pakar) tentang sesuatu yang
. ....
46
maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kamu tidak mengetahui. (Q.S. An-Nahl: 43).
hayat (life long education). Ini dapat dipahami dari hadits Nabi Muhammad
SAW yang mengajarkan kepada umat Islam untuk menuntut ilmu dari sejak
buaian ibu sampai ke liang kubur. Pendidikan sepanjang hayat ini bisa
dilakukan melalui jalur formal maupun jalur non formal (otodidak). Hal ini
konstruk ajaran Islam adalah bersifat dialogis, inovatif dan terbuka. Artinya,
lembaga-lembaga pendidikan dari mana saja, baik dari timur maupun dari
barat. Itulah sebabnya Nabi Muhammad pada masa hayat beliau tidak
dan teknologi, umat Islam bisa belajar baik dari timur maupun barat
47
dan pencerahan intelektualitas umat Islam. Awal kebangkitan dan kemajuan
peradaban umat Islam Arab pada abad ke-8 Masehi juga dipicu oleh upaya-
dan pendidikan dalam Islam bersifat dialogis, kreatif, inovatif dan terbuka.41
4) Keimanan;
5) Al-Quran/Al-Hadits;
6) Akhlak
7) PAI/Ibadah.42
berjalan dan berhasil dengan baik, jika tidak memiliki tujuan. Menurut
48
usaha pendidikan untuk mencapainya, baik pada tingkah laku individu dan
alam sekitar tentang individu itu hidup, atau pada proses pendidikan sendiri
dan proses pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai proporsi
dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan
43
Omar Mohammad Al Toumy Al Syaibani, Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyah, terj. Hasan
Langgulung, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2009), h. 399
44
Puskur Balitbang. Kurikulum Pendidikan Agama Islam,... h. 19
49
1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga.
tingkat perkembangannya.
50
5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya
Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Pada Siswa Kelas VIII
lebih baik dari kelompok kontrol. Hal ini ditunjukkan dari nilai thitung = 2,81.
45
Abdul Majid et. al., Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 134 - 135
51
pembelajaran Inquiry Discovery Learning terhadap hasil belajar peserta didik
belajar kognitif dan psikomotorik siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari
rata hasil belajar siswa ranah kognitif dan ranah psikomotorik kelas eksperimen
dalam kelas kontrol yaitu kelas yang tidak memakai pembelajaran Inquiry
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah 0,022 < 0,050 yang berarti
tinggi, sedang, dan rendah adalah 0,704 > 0,050 yang berarti rata-rata kedua
tingkat kemandirian tinggi, sedang, dan rendah dan siswa kelompok kontrol
dengan tingkat kemandirian tinggi, sedang, dan rendah adalah 0,407 > 0,050
52
yang berarti rata-rata kedua kelompok sama, sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat interaksi antara metode inkuiri dan kemandirian belajar
sebesar 87, dan pertemuan III menunjukkan 78,89% dengan nilai rata-rata
sebesar 84. Setelah dilakukan perbaikan pada siklus I yaitu pada aspek
sebesar 83, dan pertemuan III menunjukkan 90,79% dengan nilai rata-rata
kesimpulan.
C. Kerangka Berpikir
proses belajar mengajar dan metode inquiry banyak disukai karena dapat
53
membangkitkan daya imajinasi dan daya tangkap anak didik sehingga hal ini
dapat meningkatkan hasil belajar mereka. Tapi metode inquiry yang dapat
inquiry yang bersandar pada kekuatan sains, dan menghayati inquiry dengan
guru untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti
suatu masalah di kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-
sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang pleno kesimpulan
yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan, hal itu
perlu diperhatikan.
terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan
masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam
54
merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
ditumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya.
C. Hipotesis Penelitian
ini adalah:
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
bulan, terhitung dari bulan Januari 2017 sampai dengan bulan Juli 2017.
lokasi penelitian.
56
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
Bulan
No Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
a. Identifikasi
Masalah
b. Pembuatan
Instrumen
2 Pelaksanaan
a. Observasi
b. Wawancara
3 Pelaporan
a. Mengolah
data
b. Menganalisis
Data
c. Interpretasi
Data
4 Sidang Skri
5 Perbaikan
B. Metode Penelitian
57
suatu variabel dengan variabel-variabel yang lain, 47 dan bertujuan pula
yaitu:
1. Populasi
47
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), cet. ke-3. h. 58
48
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), cet.V, h. 9
49
Ronny Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: Penerbit PPM,
2009), cet. II, h. 137
58
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs
populasi, selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-
kurang dari 100, maka peneliti mengambil sampel seluruh siswa kelas VII
orang.
Tabel 3.2
Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian
No Siswa Total
1 Laki-laki 20 Orang
2 Perempuan 24 Orang
Jumlah 44 Orang
50
Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 2009), h. 84
51
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2012), cet. XIII, h. 134
59
D. Instrumen Penelitian
a. Definisi Konseptual
belajar.
b. Definisi Operasional
a. Definisi Konseptual
b. Definisi Operasional
60
Table 3.2
Langkah-langkah Operasional
Metode Inquiry
mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Skor pada item
menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah52 Uji validitas digunakan
52
Ibid., h.56
61
untuk menentukan validitas item soal menggunakan rumus korelasi product
moment.53
N . xy - x y
rxy
N. x 2
- x
2
N. y 2
- y
2
Keterangan:
X = Hasil variabel X
Y = Hasil variabel Y
digunakan sudah valid. Sebaliknya jika rhitung < rtabel artinya soal tersebut
tidak valid, maka soal tersebut harus direvisi atau tidak digunakan.54
b. Uji Reliabilitas
2
11 = [ ][ ]
( 1) 2
53
Ibid., h.72
54
Ibid
55
Ibid., h.73
62
Keterangan:
1 : Bilangan konstan
S2 : Varian total
kemudian dibandingkan dengan rtabel product moment, jika rhitung < rtabel
sebagai berikut:
1. Editing
2. Skoring
berikut:
63
a. Pensekoran untuk variabel X
3. Tabulating
blanko yang telah tersusun rapi dan rinci dalam bentuk tabel. Untuk
adalah:
R
NP = x 100%
SM
Keterangan:
64
SM = Skor ideal56
teknik untuk mencari korelasi antar dua variabel. Adapun rumus korelasi
N . xy - x y
rxy
N. x 2
- x
2
N. y 2
- y
2
Keterangan:
X = Hasil variabel X
Y = Hasil variabel Y
bawah ini:
56
Ngalim Purwanto, Prinsip dan Teknik Evaluasi, (GIP, IKIP Jakarta, 2011), h. 102
65
Tabel 3.3
Interpretasi Data
Besarnya r
Product Moment (rxy) Interpretasi
F. Hipotesis Statistik
pada taraf signifikan 5% atau pun pada taraf 1%, kemudian dibuat
kesimpulan apakah terdapat korelasi positif yang signifikan atau tidak. Untuk
Ha: Ada hubungan yang signifikan antara metode Inquiry dengan hasil
Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara metode Inquiry dengan
Tangerang
66
Ha : rhitung > rtabel, Ha diterima dan Ho ditolak
df = N-nr
keterangan:
df = Degree of freedom
N = Number of cases
KD = r2 x 100%
Keterangan:
67
DAFTAR PUSTAKA
al-Abrasyi, Moh. Athiyah. Dasar- Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 2010)
Armando, Ade et. al, Ensiklopedia Islam untuk Pelajar, (Jakarta: PT Ichtiar Baru
van Hoeve, 2009)
Azra, Azyumardi et. al., Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve,
2013)
68
Haury, L. David. Teaching Science Through Inquiry. (Columbus, OH: ERIC
Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment Education,
2013)
Ismail, Faisal. Masa Depan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bakti Aksara Persada,
2013)
Purwanto, Ngalim. Prinsip dan Teknik Evaluasi, (GIP, IKIP Jakarta, 2011)
Syarifudin H.E. dkk Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Diadet Media 2010)
69
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008)
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara Bekerja Sama
dengan Departemen Agama, 2005)
70