Você está na página 1de 22

INOVASI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA UNTUK MERUBAH AIR

LAUT MENJADI AIR TAWAR DENGAN REKAYASA TEKNOLOGI


TUNGKU OSAMTU

Disusun Oleh:

Rizal Iswandi (C1M013184/2013)

Rezkita Muhammad. R.B (C1M014173/2014)

Diannur Wahyu M (B1D014067/2014)

UNIVERSITAS MATARAM
2016
HALAMAN JUDUL

Karya Tulis Ilmiah


Judul :

Inovasi Pemanfaatan Sampah Kota Untuk Merubah Air Laut Menjadi Air
Tawar Dengan Rekayasa Teknologi Tungku OSAMTU
(Study kasus : Perkotaan Pesisir Indonesia)

Diajukan Untuk Mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Universitas


Padjadjaran

Disusun Oleh:

Rizal Iswandi (C1M013184/2013)

Rezkita Muhammad. R.B (C1M014173/2014)

Diannur Wahyu M (B1D014067/2014)

rizaliswandi13@gmail.com

UNIVERSITAS MATARAM
2016

ii
INNOVATION OF UTILIZATION MUNICIPAL WASTE BY CONVERTING
SEA WATER INTO FRESH WATER WITH OSAMTU TECHNOLOGY
MANIPULATION

(case study : coastal urban of Indonesia)

Rizal iswandi Agroecotechnology / Agriculture


Rezkita Muhammad. R.B Agroecotechnology / Agriculture
Diannur Wahyu M Animal Science
rizaliswandi13@gmail.com

ABSTRACT

Indonesia has a population of 250 million people and based on it,


Indonesia as the ranks fourth most population nation in the world. This leads
increasing of urban growth which have an impact on waste problem and clean
water requirements, with reference to urban and coastal areas with water and
waste production problem. Therefore, it is necessary to have a simple insenarasi
tools that are more effective, efficient, and affordable on society that is
OSAMTU. It is a simple furnace that can be operated easily and able to process
waste production in large quantities in a short time. Based on its working
principle, raised an idea to manipulate the utilization of incinerator furnaces
OSAMTU municipal waste. This innovation is expected could handle the waste
production problem in urban areas effectively and efficiently by converting sea
water into fresh water as an alternative source of clean water requirement in urban
areas and can create a tool that can take advantage of municipal waste. This paper
used descriptive research method which were non hypotheses applied such as
from directly observations that were factual that obtained from realible articles,
scientific journals, and e-book. The Conclusions of this paper is to presents new
innovation of a modified OSAMTU furnace by combining evaporation and
dstilation techniques of sea water into fresh water .
Keyword : Innovation, sea water, freshwater, OSAMTU

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan ilmu, kesehatan, dan hidayah-Nya, sehingga Karya Tulis Ilmiah dengan judul
Pemanfaatan Sampah Kota Untuk Merubah Air Laut Menjadi Air Tawar Dengan
Rekayasa Teknologi Tungku OSAMTU dapat diselesaikan tepat waktu.
Dibuatnya karya tulis ilmiah ini selain sebagai syarat untuk mengikuti pemilihan
Mahasiswa Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2016, juga sebagai ajang bagi penulis
untuk ikut serta dalam pembangunan teknologi bangsa terutama dalam pengembangan
teknologi pengolahan sampah dan penyediaan air bersih bagi masyarakat. Dengan
selesainya karya tulis ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Ir. R.Sri Tejowulan, M.Sc., Ph.D selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah ini dan
pemilik hak paten OSAMTU, yang telah bersedia membimbing dan memberikan izin
kepada penulis untuk mengembangkan kemampuan alat OSAMTU untuk tujuan
penyulingan air laut menjadi air tawar. Dan juga terimakasih kepada keluarga dan teman-
teman yang selalu memberikan suport untuk menyelesaikan karya tulis ini.
Akhir kata, melalui karya tulis ilmiah ini penulis berharap karya ini dapat
menjadi bagian dari pengembangan teknologi pengolahan sampah dan penyediaan air
bersih di Indonesia, dan juga dapat memberikan manfaat dan masukan bagi pembaca,
sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bagi pemerintah dalam pengelolaan
sampah dan penyediaan air bersih.

Mataram, 10 Juni 2016

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... ii


KATA PENGANTAR....................................................................................................iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iv

RINGKASAN ................................................................................................................. v

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

1.3. Uraian Singkat .................................................................................................. 2

1.4. Tujuan .............................................................................................................. 3

1.5. Manfaat ............................................................................................................ 3

1.6. Metode Penelitian ............................................................................................. 3

BAB II. TELAAH PUSTAKA ........................................................................................ 4

2.1. Penduduk perkotaan di Indonesia dan permasalahannya ................................... 4

2.2. Kebijakan dan tata kelola sampah di Indonesia ................................................. 5

2.3. Kebijakan dan tata kelola air bersih di Indonesia ............................................... 5

2.4. Potensi sampah sebagai sumber energi dan teknologi OSAMTU ..................... 6

2.5. Destilasi sebagai teknik pengubah air laut menjadi air tawar ............................ 7

BAB III. ANALISIS DAN SINTESIS ............................................................................. 8

BAB IV. PENUTUP ..................................................................................................... 12

4.1. Simpulan ........................................................................................................ 12

4.2. Rekomendasi .................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 13

v
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara peringkat 4 dengan kepadatan penduduk tertinggi di


dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Dengan jumlah total penduduk sebanyak
237,6 juta jiwa, sekitar 49,79 persen diantaranya tinggal di perkotaan dengan kepadatan
penduduk yang dapat mencapai 14469 jiwa/km2 (BPS, 2010)[7]. Hal ini menyebabkan
tingginya aktifitas di perkotaan yang berdampak pada peningkatan produksi sampah dan
kebutuhan air bersih, sehingga mengakibatkan timbulnya permasalahan sampah dan air
bersih.
Meningkatnya kebutuhan air di perkotaan setiap tahunnya tidak diimbangi
dengan kemampuan pemerintah dalam menyediakan akses air bersih. Data BPPSPAM
tahun 2011[9], menunjukan bahwa dari total 55,04 persen cakupan layanan air bersih
nasional, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) hanya mampu memenuhi 41,88 persen
kebutuhan air bersih warga perkotaan. Hal ini mendorong warga yang belum mendapat
akses air bersih mengeksploitasi sumber air tanah. Disamping itu berkurangnya debit air
atau matinya air PDAM pada jam-jam sibuk, memaksa warga yang telah mendapat akses
air bersih ikut mengeksploitasi sumber air tanah. Hal ini mengakibatkan berkurangnya
cadangan air tanah dan mendorong terjadinya intrusi air laut ke daratan (Hendrayana,
2002)[14], sehingga air menjadi payau dan tidak layak untuk dikonsumsi.
Meningkatnya jumlah dan aktifitas warga perkotaan telah menyebabkan
meningkatnya produksi sampah di perkotaan. Dari total sampah yang diproduksi, hanya
sebagian yang dapat dikelola (Damanhuri, 2003)[11]. Sedangkan sisanya dibiarkan
menumpuk di tempat pembuangan sementara (TPS) atau dibiarkan hanyut terbawa aliran
air ke gorong-gorong, saluran-saluran air dan sungai, sehingga mengakibatkan terjadinya
pencemaran air dan lingkungan.
Namun pada umumnya teknik pengolahan sampah dengan cara pembakaran atau
insenerasi membutuhkan biaya konstruksi dan teknologi yang mahal. Disamping itu
dibutuhkan juga biaya operasional dan pemeliharaan (maintenance) yang mahal, dan
dibutuhkan pula tenaga ahli untuk mengoperasikannya. Hal ini menyebabkan negara-
negara berkembang seperti Indonesia kesulitan dalam mengaplikasikan teknik
pengolahan sampah menggunakan alat insenerator. Sehingga dibutuhkan suatu alat
insenerasi sederhana yang dapat digunakan dengan lebih mudah, efektif, efisien, dan
murah.

1
OSAMTU merupakan salah satu alat insenerasi atau tungku sederhana yang
dapat dengan mudah, murah, efektif dan efisien untuk dioperasikan. Seperti layaknya alat
insenerasi berteknologi tinggi, alat ini akan menghasilkan panas saat proses pengolahan
sampah (Tejowulan, 2016)[19]. Panas yang terbebas merupakan energi yang sangat
berpotensi untuk dikembangkan dalam berbagai tujuan pemanfaatan. Salah satunya
adalah penggunaan energi panas atau thermal yang dihasilkan tersebut untuk mengubah
air laut menjadi air tawar. Oleh karena itu diperlukan rekayasa modifikasi tungku
OSAMTU untuk memanfaatkan energi thermal yang terbebas guna menghasilkan air
tawar dari air laut. Jika hal ini dapat dilakukan, maka permasalahan sampah dan
penyediaan air bersih di kawasan perkotaan dapat dipecahkan secara cepat dan efektif.
1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kualitas sumber air bersih yang ada di daerah perkotaan?


2. Bagaimana cara untuk menangani masalah sampah di perkotaan secara efisien?
3. Bagaimana cara memanfaatan energi thermal yang dibebaskan alat tungku
OSAMTU untuk menghasilkan air bersih?
1.3. Ruang Lingkup Masalah
Perkotaan merupakan daerah yang paling rawan terhadap ancaman sampah dan
krisis air bersih. Besarnya produksi sampah yang dihasilkan di perkotaan menjadi sebuah
potensi untuk dikembangkan sebagai sumber energi terbarukan. Jika pengelolaan sampah
tersebut dapat dipadupadankan dalam upaya penyediaan air bersih warga perkotaan, maka
permasalahan sampah dan penyediaan air bersih di perkotaan dapat terpecahkan.
Pemanfaatan energi thermal yang terbebas dari tungku OSAMTU dapat dilakukan
melalui suatu rekayasa modifikasi tungku OSAMTU dengan memasang alat penguap air
laut dan destilasi air laut menjadi air tawar.
1.4. Manfaat dan Tujuan

Manfaat dan Tujuan dibuatnya karya tulis ilmiah ini, yaitu:

1. Untuk menghasilkan alternatif sumber air bersih di perkotaan.


2. Untuk menangani masalah sampah di daerah perkotaan secara efektif dan efisien.
3. Untuk menghasilkan rekayasa teknologi pengubah air laut menjadi air tawar
dengan merekayasa penggunaan tungku pembakar sampah OSAMTU.
1.5. Manfaat

1. Bagi masyarakat, untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang ditinjau


dari segi kebersihan lingkungan (bebas sampah) dan ketersediaan air bersih.

2
2. Bagi pemerintah, untuk memberikan referensi dalam cara pengolahan sampah
dan penyediaan air bersih.
3. Bagi penulis lain, untuk memberikan referensi lebih tentang pengolahan sampah
dan rekayasa penyediaan air bersih untuk kajian lebih lanjut.

3
BAB II. KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian terdahulu


Untuk mendukung karya tulis ini, maka diperlukan beberapa penelitian
terdahulu sebagai rujukan. Adapun penelitian terdahulu yang dianggap berkaitan
dengan karya tulis yang dibuat yaitu:
Secara umum pengolahan sampah di Indonesia dilakukan dengan cara
pewadahan, pengangkutan, dan penimbunan di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) atau
land-filling. Cara pengolahan ini dapat diterapkan dengan efektif jika sampah yang diolah
tidak terlalu banyak dan tersedia lahan yang cukup luas. Akan tetapi perkotaan dengan
jumlah penduduk yang tinggi dan luas daerah yang semakin sempit menyebabkan cara
pengolahan ini kurang efektif. Selain kurang efektif, penimbunan sampah di TPA
berpotensi sebagai sumber penyakit dan kerusakan lingkungan melalui dihasilkannya air
lindi, gas methan dan gas-gas lain perusak lingkungan (Anonym, 2015)[5].
Salah satu cara untuk menanggulangi sampah secara cepat dan efisien adalah
dengan teknik pembakaran. Selain cepat dan efisien, pengolahan sampah dengan teknik
pembakaran tidak membutuhkan areal yang luas untuk pengolahannya. Sehingga teknik
tersebut dapat diaplikasikan di daerah perkotaan dengan areal yang terbatas (Rahmaputro,
2012)[18].

oleh penulis sekarang ini, terutama dalam hal perspektif yang digunakan.
Penelitian pertama menguraikan perspektif pengelolaan, pewadahan,
pengangkutan, dan penimbunan di Tempat Pemerosesan akhir (TPA) dan
pembakaran yang membutuhkan areal yang luas sedangkan penulisan saat ini
lebih luas yakni mengolah sampah dengan sebuah tenknologi tungku OSAMTU
yang mengolah sampah dengan tuntas dan tidak memerlukan areal yang luas.
Lebih luas lagi penelitian ini juga memanfaatkan sampah sebagai energy utnuk
merubah air laut menjadi air tawar sehingga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat
kota pada umumnya. Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa tulisan ini
memiliki perbedaan dari penelitian sebelumnya.

2.2. Penduduk perkotaan di Indonesia dan permasalahannya

Pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 237,6 juta jiwa.
Dari total jumlah penduduk tersebut, 49,79 persen diantaranya tinggal di perkotaan

4
dengan kepadatan penduduk tertinggi yang dapat mencapai 14.469 jiwa/km2. Kepadatan
penduduk tersebut diperkirakan akan meningkat drastis sepuluh tahun kedepan mengingat
laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang mencapai rata-rata 1,49 persen per tahunnya
(BPS, 2010)[7] .
Meningkatnya penduduk dan beragamnya aktivitas masyarakat di daerah
perkotaan menimbulkan persoalan dalam pelayanan sampah. Menurut laporan Bank
Dunia, produksi sampah padat di Indonesia secara nasional mencapai 151.921 ton/hari.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap harinya seorang penduduk membuang sampah padat
rata-rata 0,85 kg (Anonym, 2012)[1]. Dari jumlah sampah yang dihasilkan di perkotaan
hanya sekitar 60 persen yang terangkut sampai ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
(Damanhuri, 2003)[10]. Sisanya terbuang sebagai zat pencemar air dan lingkungan di
perkotaan. Jumlah produksi sampah tersebut diperkirakan akan terus meningkat sebesar
70 persen hingga tahun 2025 (Anonym, 2012)[1]. Jika tidak segera ditangani dengan
cepat, tepat dan efektif, maka permasalahan sampah kedepan akan semakin sulit untuk
diselesaikan.
Hal lain yang menjadi perhatian akibat meningkatnya penduduk dan kepadatan
penduduk di perkotaan adalah kebutuhan air bersih. Saat musim kemarau beberapa kota
di Indonesia akan mengalami krisis air bersih. Salah satu contoh adalah D.K.I.Jakarta,
dengan jumlah penduduk 9.607.787 jiwa (BPS, 2010)[7] penyediaan air bersih merupakan
permasalahan yang sulit. Jika diasumsikan kebutuhan air setiap orang maksimal 175
liter/hari, maka Jakarta membutuhkan air bersih lebih dari 1,6 juta m3/hari. Berdasarkan
data Neraca Lingkungan Hidup Daerah D.K.I. Jakarta tahun 2003, Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) hanya mampu memenuhi 52,13 persen kebutuhan air bersih warga
Jakarta (Kompas, 20 Juni 2005)[15]. Dengan terus meningkatnya produksi sampah dan
meningkatnya kebutuhan air bersih di perkotaan, maka tantangan yang dihadapi oleh
pemerintah semakin hari akan semakin besar. Oleh karena itu perlu dikembangkan upaya-
upaya teknologi pengolahan sampah dan air bersih yang efektif dan efisien.
2.2. Kebijakan dan tata kelola sampah nasional

Di Indonesia, peraturan tentang pengelolaan sampah telah diatur dalam UU No


18 Tahun 2008. Dalam peraturan tersebut terdapat dua kategori pengelolan sampah yaitu:
(1) pengurangan sampah dan (2) penanganan sampah. Pengurangan sampah biasanya
dilakukan dengan cara pembatasan terjadinya sampah, penggunaan ulang, dan daur ulang
sampah. Sedangkan penanganan sampah biasanya dilakukan dengan cara pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan (Damanhuri, 2010)[11].
2.3. Kebijakan dan tata kelola air bersih di Indonesia

5
Pada tahun 2002 UNESCO telah menetapkan hak dasar manusia atas air yaitu
sebesar 60 liter/orang/hari (Anonym, 2013)[2]. Di Indonesia standar kebutuhan air setiap
orang telah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 pada
Bab satu pasal satu ayat delapan yang menyatakan bahwa, standar kebutuhan pokok air
minum adalah 10 meter kubik/kepala keluarga/bulan atau 60 liter/orang/hari, atau sebesar
satuan besaran volume lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sumber daya air (MENDAGRI,
2006)[17]. Namun fakta di lapangan menunjukan bahwa pemenuhan angka tesebut sangat
sulit terpenuhi.
Berdasarkan ringkasan yang dibuat oleh UNICEF Indonesia tentang akses air
bersih menunjukan bahwa akses air bersih di Indonesia terus mengalami penurunan.
Kondisi ini umumnya disebabkan oleh penurunan akses air bersih yang terjadi di daerah-
daerah perkotaan sebesar 23 persen sejak 2007 (UNICEF, 2012)[20]. Hal ini dilanjutkan
dengan terjadinya penurunan kapasitas produksi efektif dari perusahaan air milik
pemerintah (PAM) yang dimulai sejak 2012 hingga 2014 (BPS, 2015)[8]. Penurunan akses
air bersih umumnya disebabkan oleh pertambahan penduduk yang tidak terkendali,
disamping meningkatnya faktor pencemaran dan kerusakan sumberdaya air akibat
industrialisasi dan peningkatan penduduk (Marfai, 2008)[16].
Penurunan akses air bersih di perkotaan terutama di kawasan-kawasan pesisir,
mendorong warga untuk mengekspliotasi air tanah dangkal dan dalam secara berlebihan.
Sebagai akibatnya air tanah dangkal dan dalam terus mengalami penurunan. Dibeberapa
kota seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya eksploitasi air tanah tersebut telah
mengakibatkan terjadinya peningkatan intrusi air laut ke daratan dan penurunan
permukaan tanah (subsidance) (Hendrayana, 2002)[14].
2.4. Potensi sampah sebagai sumber energi dan teknologi OSAMTU

Menurut Tejowulan (2016)[19] (Tabel 1): sampah memiliki energi potensial yang
sangat tinggi.

Tabel 1. Kandungan energi sampah


Sampah Kandungan energi (kcal/kg)
Sisa minyak 18991
Kulit 10550
Plastik 7780-20932
Karet 5560-13104
Kayu 4450-8256

6
Kertas 4000-8082
Kain tekstile 4150-6795
Sisa-sisa sayur dan buah 1100-4030
Kaleng 170
Kaca 30
Sumber: L.J.Cohan & J.H.Fernandes (1975 dalam Hadiwiyono 1983)[13] dan Tejowulan
(2016)[19]
Dari Tabel 1 di atas tampak jelas bahwa sampah dapat digunakan sebagai sumber energi
thermal.
Pembebasan energi thermal tersebut dilakukan dengan cara pembakaran di dalam
alat insenerasi sampah. Sistem ini terdiri dari fasilitas penerimaan, unit pernafasan, unit
pembakaran dan perangkat pengendali emisi (Rahmaputro, 2012)[18]. Energi thermal yang
dihasilkan selanjutnya dapat digunakan dalam berbagai pemanfaatan. Salah satu
pemanfaatan yang diajukan oleh penulis adalah dengan merubah air laut menjadi air
tawar dengan teknik penguapan dan destilasi.
OSAMTU sebagai tungku pembakar sampah merupakan desain, sistem, dan
teknologi olah sampah terpadu dan tuntas. Alat ini merupakan tungku pembakar sampah
berteknologi tepat guna (TTG) yang efektif dan efisien. Dengan ukuran 2,2m x 2,2m x
7m, tungku ini mampu membakar sampah sebanyak 2 ton/jam. Teknologi ini
menggunakan prinsip dan hukum alam sebagai dasar proses kerjanya. Dengan desain inti
magma yang dimiliki OSAMTU dapat membakar sampah dengan suhu mencapai 1000oC
selama 2,5-3 tahun tanpa henti sepanjang ditambahkan sampah. Dengan suhu yang tinggi
tersebut sebagian besar limbah B3 akan terurai menjadi unsur-unsur penyusunnya
sehingga sifat beracun dan berbahayanya dapat dinetralkan (Tejowulan, 2016)[19].
2.5. Destilasi sebagai teknik pengubah air laut menjadi air tawar

Teknologi pengubahan air laut menjadi air tawar dari waktu ke waktu terus
mengalami perkembangan. Teknologi pertama yang dikenal untuk merubah air laut
menjadi air tawar adalah teknik destilasi. Dimana air laut dipanaskan dan uap air yang
dihasilkan didinginkan, yang selanjutnya ditampung di wadah terpisah dari garam
(Anonym, 2014[4]; Underwood,1983[12]).
Hingga kini berbagai teknologi pengubah air laut menjadi air tawar telah
dikembangkan, diantara teknologi tersebut adalah solar still. Solar still merupakan alat
yang digunakan untuk proses destilasi air laut dengan menggunakan energi radiasi
matahari secara langsung (Aba, 2007)[6]. Namun beberapa tahun terakhir teknologi solar
still telah digantikan dengan teknologi reverse osmosis atau RO. Teknologi tersebut

7
mengandalkan kemampuan osmosis terbalik dan teknologi membran semipermeable,
dimana membran ini hanya bisa ditembus oleh molekul air (Anonym, 2013) [3].
Teknologi-teknologi moderen tersebut umumnya sangat mahal dan membutuhkan biaya
konstruksi, operasional, dan perawatan yang mahal, sehingga sulit diaplikasikan karena
keterbatasan teknologi, sumber daya manusia, dan keuangan. Berdasarkan uraian diatas
tampaknya teknologi destilasi merupakan pilihan teknologi yang paling sederhana,
murah, dan tepat untuk kondisi Indonesia secara umum.

8
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Tulisan


Penulisan ini merupakan jenis penulisan deskriptif dengan pendekatan
kualitatif yaitu prosedur penulisan yang menghasilkan data deskriptif (uraian
terhadap suatu peristiwa atau masalah) berupa kata-kata tertulis dari orang-orang
dan perilaku yang diamati tidak secara langsung, atau studi kasus tunggal dan
dalam satu lokasi saja yang menekankan pada paradigma analisis masalah yang
holistik dan rinci (Tim Penulis Universitas Negeri Malang, 2004).

3.2 Jenis Data


Dalam penulisan ini, jenis data yang digunakan adalah data sekunder, data
sekunder yaitu sumber data penulisan yang diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data sekunder
umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam
arsip (data dokumenter), baik yang dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan
(Moelong, 2004). Dalam melakukan pengkajian, data yang telah ada dari hasil
peneliti-peneliti lain dikumpulkan dan diseleksi. Analisis dan sintesis dilakukan
sehingga diperoleh suatu konsep bahwa terdapat korelasi positif antara efektifitas
proses deradikalisasi dengan system pengembangan pancasila.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penulisan ini
adalah: (1) Studi pustaka, (2) Dokumenter, (3) Diskusi dan (4) Intuitif-Subjektif
(Indiarto dan Supomo, 1999).
3.4 Teknik Analisa Data
Berdasarkan permasalahan yang tertulis pada rumusan masalah dan
pendekatan penulisan yang digunakan, penulis menganalisa data-data yang
diperoleh dengan metode analisa deskriptif yang dilakukan dalam penulisan ini
terjadi secara bolak balik dan berinteraktif, yang terdiri dari: 1) Pengumpulan data
(data collection), 2) Reduksi data (data reduction), 3) Penyajian data (data
display), 4) Pemaparan dan penegasan kesimpulan (conclution drawing and
verification) (Moelong, 2004).

9
10
BAB III. PEMBAHASAN

Sampah dan penyediaan air bersih merupakan masalah umum di setiap perkotaan.
Tingginya populasi dan laju pertambahan penduduk serta kepadatan penduduk semakin
memperparah permasalahan tersebut. Menurut laporan Bank Dunia, setiap orang
membuang sampah padat rata-rata 0.85 kg/hari. Kota Jakarta dengan penduduk sebanyak
9.607.787 jiwa (BPS,2010), maka setiap harinya akan dihasilkan sampah sebanyak lebih
dari 7.600 ton. Hal ini dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan jika tidak segera
ditangani dengan cepat dan tepat. Sampah yang menumpuk tidak terkontrol dengan baik
berpotensi mengganggu kesehatan warga perkotaan dan dapat mencemari sumber air
bersih.
Pengelolaan sampah di Indonesia masih mengandalkan sistem land-filling atau
penumpukan pada satu tempat. Sistem ini memerlukan areal yang luas dalam
pengaplikasiannya disebabkan banyaknya sampah yang diolah. Biasanya sistem ini
dibangun jauh di luar kawasan perkotaan, sehingga dalam aplikasinya memerlukan biaya
yang sangat besar dari segi operasional (pewadahan, pengangkutan, penimbunan dan
pemrosesan) sampah.
Dalam hal air bersih, semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan
kepadatan penduduk mengakibatkan semakin berkurangnya ketersediaan pasokan air
bersih. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 23 Tahun 2006 setiap warga negara
Indonesia berhak mendapatkan pasokan air bersih sebesar 60 liter/orang/hari. Namun
kenyataannya, masih banyak warga negara yang kekurangan akses air bersih atau bahkan
tidak mendapatkan akses air bersih. Hal ini utamanya disebabkan oleh rusaknya sumber
pasokan air bersih yang diakibatkan oleh pencemaran sampah dan limbah industri hasil
dari meningkatnya aktifitas manusia, sehingga masyarakat akan sangat rentan terserang
penyakit sebagai akibat pencemaran tersebut.
Melihat permasalahan sampah yang semakin akut, maka lahirlah sebuah konsep
rekayasa modifikasi tungku OSAMTU untuk memanfaatkan energi thermal hasil
pembakaran sampah untuk merubah air laut menjadi air tawar. Ide rekayasa teknologi ini
adalah dengan menggabungkan alat insenerasi OSAMTU dengan alat penguapan dan
destilasi air laut menjadi air tawar. Adapun gambaran lengkap rekayasa teknologi tersebut
disajikan pada Gambar 1.

11
Gambar 1. Desain rekayasa teknologi pemanfaatan tungku OSAMTU untuk merubah air laut menjadi air tawar melalui teknik penguapan dan destilasi.

Keterangan: 4. Bak penampung abu hasil 9. Pipa air laut 13. Bak penampung air tawar
pembakaran 10. Unit penguapan air laut 14. Bak penampung garam
1. Tungku pembakar sampah 5. Pipa pengembunan asap
2. Tempat masuknya sampah 6. Bak penampung asap cair
3. Outlet abu hasil pembakaran 7. Pompa air laut 11. Alat pengatur kemiringan unit
penguapan
8. Alat pengatur volume air laut 12. Pipa pengembunan uap

12
Mekanisme kerja alat ini dimulai dari disortirnya sampah berdasarkan golongan
sampah dan nilai ekonomianya, sampah yang masih memiliki nilai ekonomi akan didaur
ulang sedangkan sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi akan dibakar di dalam
tungku pembakar sampah OSAMTU (1). Pembakaran sampah di dalam tungku tersebut
akan menghasilkan asap dan abu. Asap yang dihasilkan akan masuk kedalam pipa
pengembunan asap (5) untuk diubah menjadi liquid yang selanjutnya ditampung dalam
bak penampung asap cair (6). Sementara abu hasil pembakaran akan jatuh ke outlet abu
hasil pembakaran (3) dan selanjutnya dikumpulkan ke dalam bak penampung abu hasil
pembakaran (4). Selain asap dan abu, dihasilkan juga energi thermal dari tungku tersebut.
Energi thermal akan digunakan untuk menguapkan air laut pada unit penguapan air laut
(10) yang terletak tepat di atas tungku pembakaran. Air laut dipompa (7) dari sumbernya
ke unit penguapan air laut (10) melalui alat pengatur volume air laut (8). Unit penguapan
air laut dibuat miring untuk mengalirkan air laut secara gravitasi. Aliran air laut dibuat
sangat tipis dengan tujuan mempercepat proses penguapan dan untuk mempercepat
pergerakan garam menuju bak penampungan garam (13). Untuk mengatur secara tepat
jumlah air laut yang akan diuapkan, maka dipasang alat pengatur volume air laut (8). Unit
penguapan air laut terbuat dari baja berkualitas yang memiliki daya hantar panas yang
baik, titik leleh yang tinggi, dan tahan korosi. Selain itu permukaan baja dibuat licin agar
garam tidak menempel pada permukaan baja dan untuk mempercepat pergerakan garam
menuju bak penampungan garam (14). Sudut kemiringan baja dapat diatur dengan alat
pengatur kemiringan unit penguapan (11).
Pada saat air laut dialirkan, maka proses destilasi air laut terjadi. Dimana air akan
menguap dan meninggalkan garam pada lempeng baja. Uap air yang diproduksi akan
begerak masuk ke pipa pengembunan uap (12) untuk proses pengubahan uap menjadi air.
Air yang dihasilkan selanjutnya ditampung di bak penampungan air tawar (13).
Sedangkan garam yang terbentuk akan bergerak keluar menuju bak penampung garam
(14) secara gravitasi.
Berbagai hasil sampingan proses olah sampah (bank sampah, garam, asap cair,
dan abu) tersebut dapat digunakan sebagai biaya tambahan operasional dan pemeliharaan
alat. Asap cair dapat digunakan sebagai bahan pengawet kayu dan minyak plastik dapat
dijadikan sebagai sumber energi alternatif. Abu hasil pembakaran sampah organik dapat
digunakan sebagai pupuk abu mineral dan abu hasil pembakaran sampah anorganik dapat
digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan batako, batu bata, dan atau
pavimblok. Sedangkan garam yang dihasilkan dapat dijual ke pasar setelah melalui proses
penambahan yodium. Keseluran komponen proses tersebut terlihat bahwa sebagian

13
komponen sampah dapat diolah dan dijadikan produk yang bermanfaat dan bernilai
ekonomi.
Kunggulan utama dari alat modifikasi ini, dibandingkan alat sejenisnya yaitu:
1. Didalam satu alat terdapat dua fungsi, yaitu sebagai alat insenerasi sampah dan
alat destilasi air laut menjadi air tawar.
2. Menggunakan energi ramah lingkungan.
3. Tidak membutuhkan tempat yang luas dalam aplikasinya.
4. Tidak memerlukan tenaga ahli untuk pengoperasiannya.
5. Menghasilkan produk sampah dan produk-produk turunan sampah yang bernilai
ekonomi.

Lebih jauh, dalam aplikasinya, pemanfaatan teknologi ini tidak hanya terbatas di
perkotaan, namun juga dapat digunakan di pulau-pulau kecil berpenduduk padat yang
memiliki akses air bersih yang sulit. Akhirnya penulis berharap dengan dikembangkannya
alat ini dapat menjadi solusi dalam mengani permasalahan sampah dan penyediaan air
bersih bagi sebagian warga Indonesia di perkotaan dan pulau-pulau berpenduduk padat.

14
BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan sintesis yang telah dilakukan dan terbatas dalam lingkup
karya ilmiah ini maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Air laut dapat digunakan sebagai sumber air bersih di perkotaan setelah melalui
proses penguapan dan destilasi.
2. Penggunaan alat insenerasi sampah sederhana tungku OSAMTU sangat efektif dan
efisien karena tidak memerlukan tempat yang luas dan biaya yang mahal.
3. Modifikasi tungku OSAMTU dengan memadukan teknik penguapan dan destilasi
air laut menjadi air tawar dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif teknologi
untuk penyelesaiaan permasalahan samah dan pemenuhan kebutuhan air bersih bagi
warga perkotaan.
5.2. Rekomendasi
Rekomendasi yang diberikan sehubungan dengan karya tulis ini yaitu sebaiknya
dilakukan uji coba dan kajian lebih lanjut untuk hasil rekayasa teknologi pemanfaatan
energi thermal untuk merubah air laut menjadi air tawar.

15
DAFTAR PUSTAKA

[1] Anonym. 2012. Sampah Padat di Kota-Kota Dunia Naik 70%. hijauku.com
(Diakses: 27 Maret 2016).
[2] Anonym. 2013. Standar Kebutuhan Air Setiap Orang. atbbatam.com (Diakses: 27
Maret 2016).
[3] Anonym. 2013. Proses Penyaringan Air Laut. nanosmartfilter.com (Diakses: 1
April 2016).
[4] Anonym. 2014. Penyulingan Air Laut Menjadi Tawar. nanosmartfilter.com
(Diakses: 31 Maret 2016).
[5] Anonym. 2015. Konversi Sampah Perkotaan Menjadi Bahan Bakar. olahsampah.
Com (Diakses: 27 Maret 2016).
[6] Aba, La. 2007. Karakteristik Permukaan Absorber Radiasi Matahari pada Solar
Still dan Aplikasi Sebagai Alat Destilasi Air Laut Menjadi Air Tawar. ISSN
1978-1873.
[7] BPS. 2010. Sensus Penduduk 2010. bps.go.id (Diakses: 27 Maret 2016).
[8] BPS, 2015. Statistik Air Bersih 2010-2014. ISSN: 0853-6449
[9] BPPSPAM, 2011. Cakupan Pelayanan Air Bersih di Indonesia Masih Rendah.
bppspam.com (Diakses: 7 April 2016).
[10] Damanhuri, Enri. 2003.Permasalahan dan Alternatif Teknologi Pengelolaan
Sampah Kota di Indonesia. Seminar dan Teknologi untuk Negeri-BPPT, Jakarta
20-22 Maret 2013.
[11] Damanhuri, Enri dan Tri Padmi. 2010.Pengelolaan Sampah. Bandung: ITB Press.
[12] Day, R.A.Jr and A.L. Underwood. 1998.Analisis Kimia Kualitatif edisi kelima.
Penerbit Erlangga : Jakarta.
[13] Hadiwiyono, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta: Yayasan
Idayu.
[14] Hendrayana, Heru. 2002. Intrusi Air Asin ke dalam Akuifer Daratan. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
[15] Kompas. 20 Juni 2005. Cerita Lama, Jakarta Kekurangan Air Bersih. Jakarta:
Gramedia.
[16] Marfai,Muh Aris. 2008. Krisis Air, Tantangan Management Sumberdaya Air.
arismarfai.staff.ugm.ac.id (Diakses: 27 Maret 2016).

16
[17] MENDAGRI. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006
Tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada
Perusahaan Air Daerah. kemendagri.go.id (Diakses: 27 Maret 2016).
[18] Rahmaputro, Syawalianto. 2012. Mengelola Sampah Menjadi Energi. hijauku.com
(Diakses: 27 Maret 2016).
[19] Tejowulan, Sri. 2016. Olah Sampah Terpadu dan Tuntas. Personal statement 31
Maret 2016.
[20] UNICEF Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Air Bersih, Sanitasi dan Kebersihan.
unicef.org>Indonesia (Diakses: 27 Maret 2016)

17

Você também pode gostar