Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TUMOR PAYUDARA
Disusun oleh:
Cindy Julia Amanda
1102013063
Nama pembimbing:
dr. Syaharuddin, Sp.B
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 DEFINISI
Tumor payudara secara umum di artikan sebagai benjolan atau
pembengkakan di payudara yang disebabkan pertumbuhan sel abnormal dalam
tubuh. Pertumbuhan tumor dapat bersifat ganas (malignan) atau jinak (benign).
2. 2 ANATOMI PAYUDARA
Mammae terdiri dari berbagai struktur yaitu parenkim epitelial, lemak,
pembuluh darah, saraf, saluran getah bening, otot dan fascia. Setiap payudara
terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar, masing-masing mempunyai saluran
bernama duktus laktiferus yang akan bermuara ke papilla mammae.Tiap lobus
dibentuk oleh lobulus-lobulus yang masing-masing terdiri dari 10-100 asini grup.
Lobulus-lobulus ini merupakan struktur dasar dari mammae.
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan
glandular (kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar meliputi
kelenjar susu (lobus) dan salurannya (ductus). Sedangkan jaringan penopang
meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. Selain itu, payudara juga memiliki
aliran limfe. Aliran limfe payudara sering dikaitkan dengan timbulnya kanker
maupun penyebaran (metastase) kanker payudara.
Jaringan ikat subcutis yang membungkus kelenjar mammae membentuk
septa diantara kelenjar dan berfungsi sebagai struktur penunjang dari kelenjar
mammae. Mammae dibungkus oleh fascia pectoralis superficialis dimana
permukaan anterior dan posterior dihubungkan oleh ligamentum Cooper yang
berfungsi sebagai penyangga dan kerangka untuk payudara (Schwartzs, 2006).
Batas payudara yang normal terletak antara iga 2 di superior dan iga 6 di
inferior. Dua pertiga bagian atas mammae terletak diatas M. Pektoralis Mayor,
sedangkan sepertiga bagian bawahnya terletak di atas M. Serratus Anterior, M.
Oblikus Eksternus Abdominis, dan M. Rectus Abdominis. Setengah bagian atas
3
mammae, terutama quadran lateral atas mengandung lebih banyak komponen
kelenjar dibandingkan dengan bagian lainnya.
4
pembuluh darah melewati ruang retromammary diantara permukaan posterior
jaringan payudara dan Fascia M. Pectoralis Mayor. Oleh karena itu, tindakan
mastectomy total yang benar adalah dilakukan di bawah fascia M. pectoralis. Dari
dermis sampai fascia yang terdalam terdapat Ligamentum Cooper yang memberi
rangka untuk payudara. Jika terdapat tumor pada payudara yang melibatkan
Ligamentum Cooper dapat menyebabkan penyusutan (penarikan) pada kulit dan
retraksi kulit (Sjamsyhidajat, Wim de Jong, 2005).
1. Arteri
Cabang-cabang perforantes A. mammaria interna (A. thoracica interna)
Cabang lateral dari A. intercostalis posterior
Cabang-cabang dari A. axillaris
A. thoracodorsalis yang merupakan cabang A. subscapularis
2. Vena
Cabang-cabang perforantes V. thoracica interna
Cabang-cabang V. axillaris yang terdiri dari V. thoraco-acromialis,
V. thoracica lateralis dan V thoraco dorsalis
Vena-vena kecil yang bermuara pada V. Intercostalis
5
Payudara sisi superior dipersarafi oleh N. Supraclavicula yang berasal
dari cabang ke-3 dan ke-4 plexus servicalis. Payudara sisi medial dipersarafi oleh
cabang N. Cutaneus Anterior dan N. Intercostalis II-VII. Papilla mammae tertama
dipersarafi oleh cabang N. Cutaneus Lateral dari N. Intercostalis IV. Sedangkan
cabang N. Cutaneus Lateral dari N. Intercostalis lain mempersarafi areola dan
mammae sisi lateral.
Persarafan kulit mammae bersifat segmental dan berasal dari segmen
dermatom T2 sampai T6. Jaringan kelenjar mammae sendiri diurus oleh sistem
saraf otonom. Pada prinsipnya inervasi mammae berasal dari N. intercostalis IV,
V, VI dan cabang dari plexus cervicalis (Sjamsyhidajat, Wim de Jong, 2005).
Di daerah ruang axilla terdapat N. Intercostobrachialis dan N. Cutaneus
Brachiusmedialis, dimana cedera pada saraf ini dapat mengakibatkan mati rasa
atau dysesthesia di sepanjang permukaan medial dan posterior lengan, juga mati
rasa pada kulit axilla di sepanjang dinding dada yang dipersarafinya. Pada diseksi
axilla saraf ini sukar disingkirkan sehingga sering terjadi mati rasa pasca bedah
(Sjamsyhidajat, Wim de Jong, 2005).
6
Terdapat 6 kelompok kelenjar limfatik yang dikenali oleh ahli bedah yaitu
kelompok limfatik vena aksilaris, mammaria eksterna, skapular, sentral,
subclavicular, dan interpektoral (Rotters group). Sekitar 75% aliran limfatik
payudara mengalir ke kelompok limfatik aksila, sebagian lagi ke kelenjar
parasternal (mammaria interna), terutama bagian sentral, medial dan
interpektoralis. Pada aksila, terdapat rata-rata 50 buah kelenjar getah bening yang
berada di sepanjang arteri dan vena brachialis.
2. 3 FISIOLOGI PAYUDARA
Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon.
Estrogen diketahui merangsang perkembangan duktus mamilaris.
Progesterone memulai perkembangan lobules-lobulus payudara. Prolaktin
merangsang laktogenesis.
Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas,
lalu masa fertilitas, sampai klimakterium, hingga menopause.
1. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesterone yang diproduksi
ovarium dan juga hormon hipofisis menyebabkan berkembangnya
duktus dan timbulnya asinus. Pubertas terjadi pembesaran payudara
7
yang diakibatkan karena bertambahnya jaringan kelenjar dan deposit
jaringan lemak.
2. Perubahan selanjutnya terjadi sesuai dengan daur haid. Siklus
menstruasi pada fase premenstruasi akan terjadi pembesaran vascular
dan pembesaran kelenjar, kemudian akan terjadi regresi kelenjar pada
fase pasca menstruasi. Sekitar haid hari ke-8, payudara membesar dan
pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran
maksimal. Kadang, timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.
3. Pada kehamilan, payudara membesar karena epitel duktus lobul dan
duktus alveolus berproliferasi dan tumbuh duktus baru. Sekresi
hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian
dikeluarkan melalui duktus ke putting susu yang dipicu oleh oksitosin.
Pada kehamilan tua dan setelah melahirkan, payudara menghasilkan
kolostrum sampai sekitar 3-4 hari postpartum, kemudian sekresi susu
dimulai sebagai respon terhadap rangsang penghisapan dan bayi
(sucking reflex).
4. Pada saat menopause, terjadi perubahan pada payudara yaitu lobulus
beinvolusi serta lemak menggantikan parenkim.
8
INSIDENS : Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat
pada wanita muda berusia 15-25 tahun. fibroadenoma terjadi secara asimptomatik
pada 25% wanita.
9
masuk). Benjolan tersebut berlobus-lobus. Tumor ini tidak melekat pada jaringan
sekitarnya sehingga mudah untuk digerakkan dan Kadang-kadang fibroadenoma
tumbuh multipel. Mayoritas tumor ini terdapat pada kuadran lateral superior dari
mammae. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, namun kadang nyeri jika ditekan.
B. Kista Mammae
Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular. Kista
terbentuk dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista terlalu kecil
untuk dapat diraba, Kista tidak dapat dibedakan dengan massa lain pada mammae
dengan mammografi atau pemeriksaan fisis dan ditemukan hanya bila jaringan
10
tersebut dilihat di bawah mikroskop. Jika cairan terus berkembang akan terbentuk
makrokista. Makrokista ini dapat dengan mudah diraba dan diameternya dapat
mencapai 1 sampai 2 inchi.
INSIDENS : Dikatakan bahwa kista ditemukan pada 1/3 dari wanita berusia
antara 35 sampai 50 tahun, dan menurun setelah wanita melewati masa
menopause.
11
GAMBARAN KLINIS : Karakteristik kista mammae adalah licin dan teraba
kenyal pada palpasi. Kista dapat tunggal maupun multipel, unilateral atau bilateral
dan biasanya terasa nyeri bila di palpasi. Kista teraba sebagai massa yang berbatas
jelas, mobile, dan berisi cairan. Gambaran klasik dari kista ini bisa menghilang
jika kista terletak pada bagian dalam mammae. Jaringan normal dari nodular
mammae yang meliputi kista bisa menyembunyikan gambaran klasik dari lesi
yakni licin semasa dipalpasi.
C. Papilloma Intraduktus
Papilloma Intraduktus merupakan tumor benigna pada epithelium duktus
mammae dimana terjadinya hipertrofi pada epithelium dan mioepithelial. Tumor
ini bisa terjadi disepanjang sistem duktus dan predileksinya adalah pada ujung
dari sistem duktus yakni sinus lactiferous dan duktus terminalis.
12
INSIDENS : Papilloma Intraduktus soliter sering terjadi pada wanita
paramenopausal atau postmenopausal dengan insidens tertinggi pada dekade ke
enam.
GAMBARAN KLINIS : Hampir 90% dari papilloma intraduktus adalah dari tipe
soliter. Papilloma Intraduktus soliter sering timbul pada duktus laktiferus dan
hampir 70% dari pasien datang dengan nipple discharge yang serous dan
bercampur darah. Ada juga pasien yang datang dengan keluhan massa pada area
subareola walaupun massa ini lebih sering ditemukan pada pemeriksaan fisis.
Massa yang teraba sebenarnya adalah duktus yang berdilatasi.
13
D. Perubahan Fibrokistik
Penyakit fibrokistik atau yang dulu dikenal sebagai kelainan fibrokistik adalah
benjolan payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita dan bukanlah
merupakan suatu kelainan. Kelainan fibrokistik timbul pada berbagai usia,
terjadi akibat ketidakseimbangan hormonal, dan terkait dengan proses penuaan
alami. Benjolan ini harus dibedakan dengan keganasan. Kelainan fibrokistik pada
payudara adalah kondisi yang ditandai penambahan jaringan fibrous dan
glandular.
INSIDENS : Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada wanita berusia 25-
50 tahun (>50%).
14
Apabila melalui pemeriksaan fisik didapatkan benjolan difus (tidak memiliki
batas jelas), terutama berada di bagian atas-luar payudara tanpa ada benjolan yang
dominan, maka diperlukan pemeriksaan mammogram dan pemeriksaan ulangan
setelah periode menstruasi berikutnya. Apabila keluar cairan dari puting, baik
bening, cair, atau kehijauan, sebaiknya diperiksakan tes hemoccult untuk
pemeriksaan sel keganasan. Apabila cairan yang keluar dari puting bukanlah
darah dan berasal dari beberapa kelenjar, maka kemungkinan benjolan tersebut
jinak.
INSIDENS : Tumor ini terdapat pada semua usia, kebanyakan pada usia sekitar
30 tahun.
GAMBARAN KLINIS : Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor
payudara, yang hampir sama dengan fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan,
jaringan stroma dan glandular. Berbentuk bulat lonjong dengan permukaan
berbenjol-benjol, berbatas tegas dengan ukuran yang lebih besar dari
15
fibroadenoma. Benjolan ini jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan
biasanya muncul sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan
FAM. Ukuran bervariasi, meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM,
mungkin karena pertumbuhannya yang cepat.
F. Adenosis Sklerosis
Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan kelainan
fibrokistik. Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang mencakup
kelenjar-kelenjar yang lebih banyak dari biasanya. Apabila pembesaran lobulus
saling berdekatan satu sama lain, maka kumpulan lobulus dengan adenosis ini
kemungkinan dapat diraba. Adenosis sklerotik adalah tipe khusus dari adenosis
dimana pembesaran lobulus disertai dengan parut seperti jaringan fibrous.
Banyak istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, diantaranya adenosis
agregasi, atau tumor adenosis. Sangat penting untuk digarisbawahi walaupun
merupakan tumor, namun kondisi ini termasuk jinak dan bukanlah kanker.
16
PENATALAKSANAAN : Biopsi melalui aspirasi jarum halus biasanya dapat
menunjukkan apakah tumor ini jinak atau tidak. Namun dengan biopsi melalui
pembedahan dianjurkan untuk memastikan tidak terjadinya kanker.
G. Galaktokel
Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang
hamil atau menyusui atau dengan kata lain merupakan dilatasi kistik suatu duktus
yang tersumbat yang terbentuk selama masa laktasi. Galaktokel merupakan lesi
benigna yang luar biasa pada payudara dan merupakan timbunan air susu yang
dilapisi oleh epitel kuboid. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti
kanker.
I. Ductus Ectasia
Ektasia duktus merupakan lesi benigna yang ditandai adanya pelebaran
dan pengerasan dari duktus. Kelainan ini merupakan kelainan jinak akibat
kerusakan elastin dinding duktus payudara, diikuti infiltrasi sel radang dan hasil
akhirnya adalah dilatasi dan pemendekan duktus.
17
INSIDENS : Ektasia duktus adalah kondisi yang biasanya menyerang wanita usia
sekitar 40 sampai 50 tahun dan di anggap sebagai variasi normal proses payudara
wanita usia lanjut
J. Nekrosis Lemak
Nekrosis lemak terjadi bila jaringan payudara yang berlemak rusak, bisa
terjadi spontan atau akibat dari cedera yang mengenai payudara. Ketika tubuh
berusaha memperbaiki jaringan payudara yang rusak, daerah yang mengalami
kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut.
GAMBARAN KLINIS : Nekrosis lemak berupa massa keras yang sering agak
nyeri tetapi tidak membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak
rata.
18
GAMBARAN HISTOPATOLOGIS : Terdapat nekrosis jaringan lemak yang
kemudian menjadi fibrosis.
A. Noninvasif
1. Karsinoma duktal in situ (DCIS)
Karsinoma duktal in situ merupakan kanker non-invasif dimana sel-sel
abnormal ditemukan pada lapisan duktus laktiferus. DCIS mempunyai gambaran
histologis yang bermacam-macam, dari arsitekturnya yaitu tipe
komedokarsinoma, solid, kribiformis, papilaris, dan clinging (menempel) serta
gambaran nukleus yang bervariasi dari derajat rendah dan monomorfik hingga
derajat tinggi dan heterogen. Prognosis DCIS lebih dari 97% pasien dapat
bertahan hidup lama (Kumar et al, 2007).
2. Penyakit paget
Penyakit pada puting payudara yang disebabkan oleh perluasan karsinoma
duktal in situ ke duktus laktiferus, tampak sebagai erupsi eksematosa (eritema,
edema, papul, vesikel) kronik yang berkembang menjadi ulkus basah
(Sjamsuhidayat, 2010).
19
3. Karsinoma lobular in situ (LCIS)
Sel-sel abnormal tumbuh dalam lobulus, kelenjar penghasil susu pada
akhir saluran payudara. Pertumbuhnannya tetap dalam lobulus dan tidak
menyebar ke jaringan sekitarnya. Karsinoma lobular in situ biasanya didiagnosis
sebelum menopause pada rentang usia 40-50 tahun. Gambaran mikroskopis dari
LCIS adalah uniform, sel bersifat monomorfik dengan nukleus polos bulat dan
terdapat dalam kelompok kohesif di duktus dan lobules (Kumar et al, 2007).
B. Invasif
20
Penelitian Wahyuni (2006), menunjukkan bahwa karsinoma duktal invasif
mempunyai ketahanan hidup lima tahun sebesar 70% (Wahyuni, 2006).
3. Karsinoma inflamasi
Karsinoma inflamasi ini jarang ditemukan yang mempunyai gambaran
klinis berupa pembesaran dan pembengkakan payudara, kemerahan, biasanya
tanpa teraba massa yang disebabkan oleh penyumbatan pada saluran limf dermis.
Kanker ini tumbuh dan menyebar dengan cepat, dengan prognosis yang buruk
(Kumar et al, 2007).
FAKTOR RISIKO
1. Usia: Faktor usia paling berperan dalam menimbulkan kanker payudara. Satu
dari delapan keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita berusia
dibawah 45 tahun. Dua dari tiga keganasan payudara invasif di temukan pada
wanita berusia 55 tahun.
2. Genetik: Sekitar 5-10% kanker payudara terjadi akibat adanya predisposisi
genetik terhadap kelainan ini.
3. Reproduksi dan hormonal: Usia menarche yang lebih dini, yakni dibawah 12
tahun, meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak 3 kali, sedangkan usia
menopause yang lebih lambat, yakni diatas 55 tahun meningkatkan risiko
kanker payudara sebanyak 2 kali. Perempuan yang melahirkan bayi aterm
lahir hidup pertama kalinya pada usia diatas 35 tahun mempunyai risiko
tertinggi mengidap kanker payudara. Selain itu, penggunaan kontrasepsi
hormonal eksogen juga turut meningkatkan risiko kanker paudara.
21
4. Gaya hidup: Obesitas pascamenopause, kurangnya aktifitas fisik, merokok,
dan mengkonsumsi alkohol terbukti dapat meningkatkan risiko kanker
payudara.
5. Lingkungan: Pajanan eksogen dari lingkungan hidup juga berisiko
menginduksi timbulnya kanker payudara. Salah satu zat kimia yang
berpengaruh adalah pestisida atau DDT. Pekerjaan lain yang berisiko adalah
penata kecantikan kuku yang setiap harinya menghirup uap pewarna kuku,
penata radiologi, tukang cat yang sering menghirup cadmium dari larutan
catnya.
PATOGENESIS
Patogenesis kanker payudara terbagi atas beberapa tahap:
1. Hiperplasia duktal, Terjadi proliferasi sel epitel poliklonal yang tersebar tidak
rata dengan inti yang saling bertumpang tindih dan lumen duktus tidak teratur
dan sering menjadi tanda awal kecenderungan keganasan. Sel-sel tersebut
relatif memiliki sedikit sitoplasma dan batas selnya tidak jelas.
2. Hiperplasia atipik (klonal), Perubahan lebih lanjut, sitoplasma sel menjadi
lebih jelas dan tidak tumpang tindih dengan lumen duktus yang teratur.
Secara klinis risiko kanker payudara meningkat.
3. Karsinoma in situ, terjadi proliferasi sel dengan gambaran sitologis sesuai
keganasan. Proliferasi belum menginvasi stroma atau menembus membran
basal. Karsinoma in situ lobular biasanya menyebar ke seluruh jaringan
payudara, bahkan hingga bilateral, dan tidak teraba pada pemeriksaan serta
tidak terlihat pada pencitraan. Kasinoma duktal in situ sifatnya segmental,
dapat mengalami kalsifikasi sehingga gambarannya bervariasi.
4. Karsinoma invasif, sel-sel tumor menembus membran basal dan menginvasi
stroma, tumor menjadi invasif, dapat menyebar secara hematogen dan
limfogen sehingga menimbulkan metastasis.
22
PATHOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis yang timbul bergantung pada lokasi dan jenis tumor. Biasanya
pasien datang dengan:
Benjolan di payudara yang tidak nyeri
Nyeri lokal di salah satu payudara
Retraksi puting
Keluarnya cairan dari putting, radang dan ulserasi
Pembesaran KGB pada ketiak
Retraksi kulit (skin dimpling) akibat infiltrasi kanker pada otot
pektoralis akan bertambah jelas saat otot dikontraksikan
23
Limfangitis karsinomatosa dapat tampak sebagai inflamasi infeksius
(nyeri, bengkak, merah, demam dan malaise)
Peau dorange
TATALAKSANA
Pasien dengan kecurigaan kanker payudara dirujuk ke spesialis bedah onkologi
untuk mendapatkan tata laksana definitif. Tindakan bedah hanya dilakukan pada
kanker dibawah stadium IIIA. Untuk stadium IIIB dan IV tatalaksana yang
diberikan adalah paliatif.
1. Tindakan pembedahan:
Mastektomi radikal klasik: Pengangkatan seluruh kelenjar payudara dengan
sebagian besar kulitnya, otot pektoralis mayor, minor dan kelenjar limfe
kadar I, II dan III.
Mastektomi radikal modifikasi: Sama dengan mastektomi radikal klasik
namun otot pektoralis mayor dan minor dipertahankan.
Mastektomi sederhana: seluruh kelenjar payudara diangkat, tanpa
pengangkatan kelenjar limfe aksila dan otot pektoralis. Dilakukan jika
dipastikan tidak ada penyebaran ke kelenjar limfe.
Breast conserving surgery (BCS). Prosedur ini membuang massa tumor
dengan memastikan batas bebas tumor dan diseksi aksila kadar I dan II atau
dilakukan sentinel node biopsy terlebih dahulu.
2. Radioterapi
Radioterapi dapat digunakan sebagai adjuvan kuratif pada pembedahan
BCT, mastektomi simpel, mastektomi radikal modifikasi dan terapi paliatif pasca
mastektomi, metastasis tulang dan otak. Pemberian radioterapi dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu penyinaran dari luar dan dari dalam. Radiasi dari luar
dilakukan bergantung pada jenis prosedur bedah yang dilakukan dan ada tidaknya
keterlibatan kelenjar getah bening. Radiasi dari dalam atau brakiterapi adalah
24
menanam bahan radioaktif di jaringan payudara sekitar lesi (Sjamsuhidayat,
2010).
3. Terapi hormonal
Terapi hormonal terdiri dari obat-obatan anti-estrogen seperti (tamoksifen,
toremifen) analog LHRH, inhibitor aromatase selektif (anastrazol, letrozol), agen
progetasional (megesterol asetat), agen androgen dan prosedur ooforektomi
(Price, 2005; Sjamsuhidayat, 2010).
4. Kemoterapi
Kemoterapi dapat berupa kemoterapi adjuvan maupun paliatif. Kemoterapi
adjuvan merupakan kemoterapi yang diberikan pasca mastektomi untuk
membunuh sel-sel tumor yang mungkin tertinggal atau menyebar secara
mikroskopik. Kemoterapi neoadjuvan merupakan kemoterapi yang diberikan
sebelum pembedahan untuk memperkecil besar tumor sehingga dapat diangkat
dengan lumpektomi atau mastektomi simpel. Regimen kemoterapi yang paling
sering digunakan yaitu CMF (ciklofosfamid, metotreksat, dan 5-fluorourasil),
FAC (5-fluorourasil, adriamisin, siklofosfamid,), AC (adriamisin dan
siklofosfamid), dan CEF (ciklofosfamid, epirubisin, 5-fluorourasil) (Peraboi,
2003; Sjamsuhidayat, 2010).
2. 6 PEMERIKSAAN PAYUDARA
ANAMNESIS
Keluhan Utama
1. Benjolan di payudara
2. Kecepatan tumbuh dengan/tanpa rasa sakit
3. Nipple discharge, retraksi puting susu, dan krusta
4. Kelainan kulit, dimpling, peau dorange, ulserasi,venektasi
5. Benjolan ketiak dan edema lengan
25
Keluhan Tambahan
1. Nyeri tulang (vertebra, femur)
2. Sesak dan lain sebagainya
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan status lokalis, regionalis, dan sistemik.
Biasanya pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai status generalis (tanda vital-
pemeriksaan menyeluruh tubuh) untuk mencari kemungkinan adanya metastase
dan atau kelainan medis sekunder.
26
Palpasi payudara dilakukan pada pasien dalam posisi terlentang (supine), lengan
ipsilateral di atas kepala dan punggung diganjal bantal. Kedua payudara dipalpasi
secara sistematis, dan menyeluruh baik secara sirkular ataupun radial. Palpasi
aksila dilakukan dilakukan dalam posisi pasien duduk dengan lengan pemeriksa
menopang lengan pasien. Palpasi juga dilakukan pada infra dan supraklavikula.
27
o Konsistensi
o Bentuk dan batas tumor
o Terfiksasi atau tidak ke kulit, m.pectoral atau dinding dada
o Perubahan kulit
Kemerahan, dimpling, edema/nodul satelit
Peau de orange, ulserasi
o Perubahan puting susu/nipple
Tertarik
Erosi
Krusta
Discharge
Status kelenjar getah bening
o Kgb aksila: Jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir terhadap sesama
atau jaringan sekitar
o Kgb infraklavikula: idem
o Kgb supraklavikula: idem
Pemeriksaan pada daerah metastasis
o Lokasi : tulang, hati, paru, otak
o Bentuk
o Keluhan
28
Cara melakukan SADARI adalah :
1. Wanita sebaiknya melakukan SADARI pada posisi duduk atau berdiri
menghadap cermin.
2. Pertama kali dicari asimetris dari kedua payudara, kerutan pada kulit
payudara, dan puting yang masuk.
3. Angkat lengannya lurus melewati kepala atau lakukan gerakan bertolak
pinggang untuk mengkontraksikan otot pektoralis (otot dada) untuk
memperjelas kerutan pada kulit payudara.
4. Sembari duduk / berdiri, rabalah payudara dengan tangan sebelahnya.
5. Selanjutnya sembari tidur, dan kembali meraba payudara dan ketiak.
6. Terakhir tekan puting untuk melihat apakah ada cairan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dua jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi dini benjolan pada payudara
adalah mammografi dan ultrasonografi (USG). Teknik yang baru adalah
menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Nuklear skintigrafi.
1. Mammografi
Mammografi dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi tidak
teraba; jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan screening. Ketepatan 83
95%, tergantung dari teknisi dan ahli radiologinya.
Mamografi dapat bertujuan skrining kanker payudara, diagnosis kanker
payudara, dan follow up / kontrol dalam pengobatan. Mammografi
dikerjakan pada wanita usia diatas 35 tahun, namun karena payudara orang
Indonesia lebih padat maka hasil terbaik mamografi sebaiknya dikerjakan
pada usia >40 tahun.
Pemeriksaan Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke 7-10 dihitung
dari hari pertama masa menstruasi; pada masa ini akan mengurangi rasa
tidak nyaman pada wanita pada waktu di kompresi dan akan memberi hasil
yang optimal.
29
2. Ultrasonografi
Kegunaan USG adalah untuk membedakan lesi solid atau kistik, ukuran,
tepi, dan adanya kalsifikasidan vaskularisasi intralesi. Salah satu kelebihan
USG adalah dalam mendeteksi massa kistik.
Gambaran USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di antaranya:
o Permukaan tidak rata
o Taller than wider
o Tepi hiperekoik
o Echo interna heterogen
o Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor
membentuk sudut 90 derajat.
3. Diagnosis Pasti
Diagnosa pasti hanya dapat ditegakan dengan pemeriksaan histopatologis.
Bahan pemeriksaan dapat diambil dengan beberapa cara, yaitu
Biopsi aspirasi (fine needle biopsy)
30
Needle core biopsi dengan jarum Silverman
Excisional biopsy dan pemeriksaan frozen section (potong beku)
waktu operasi
4. Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan
menggunakan antibodi sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam
potongan jaringan (tissue sections) ataupun bentuk preparasi sel lainnya.
Pemeriksaan imunohistokimia yang standar dikerjakan untuk kanker
payudara adalah:
1. Reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen (ER) dan reseptor
progesteron (PR)
2. HER2
3. Ki-67
2.7 STADIUM
Kategori T (Tumor)
TX Tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 Tumor primer tidak terbukti
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) Ductal carcinoma in situ
Tis (LCIS) Lobular carcinoma in situ
Tis(Pagets) Pagets disease pada puting payudara tanpa tumor
T1 Tumor 2 cm atau kurang pada dimensi terbesar
T1mic Mikroinvasi 0.1 atau kurang pada dimensi terbesar
T1a Tumor lebih dari 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm pada
dimensi terbesar
T1b Tumor lebih dari 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm pada
dimensi terbesar
T1c Tumor lebih dari 1 cm tetapi tidak lebih dari 2 cm pada
31
dimensi terbesar
T2 Tumor lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar
T3 Tumor berukuran lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar
T4 Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada / kulit
T4a Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk otot pectoralis
T4b Edema (termasuk peau dorange) atau ulserasi kulit
payudara atau satellite skin nodules pada payudara yang
sama
T4c Gabungan T4a dan T4b
T4d Inflammatory carcinoma
32
pN2b KGB mamaria interna, terlihat secara klinis tanpa KGB
aksila
N3 Metastatis pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa
keterlibatan KGB aksila, atau pada KGB mamaria interna yang terdekteksi
secara klinis*
dan jika terdapat metastasis KGB aksila secara klinis; atau metastasis pada
KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila
atau mamaria interna.
N3a Metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral
pN3a > 10 KGB aksila atau infraklavikula
N3b Metastasis pada KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB
aksila
pN3b KGB mamaria interna, terlihat secara klinis, dengan KGB
aksila atau >3 KGB aksila dan mamaria interna dengan
metastasis mikro melalui sentinel node biopsy namun tidak
terlihat secara klinis
N3c Metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral
pN3c KGB supraklavikula
*Terdeteksi secara klinis maksudnya terdeteksi pada pemeriksaan imaging (tidak termasuk
lymphoscintigraphy) atau pada pemeriksaan fisis atau terlihat jelas pada pemeriksaan patologis.
Pengelompokan Stadium
Penetapan stadium berguna untuk:
a. Penetapan diagnosa
b. Penetapan strategi terapi
c. Prakiraan prognosa
33
d. Penetapan tindak lanjut setelah terapi ( follow up )
e. Pengumpulan data epidemiologis dalam registrasi kanker (standarisasi)
f. Penilaian beban dan mutu layanan suatu institusi kesehatan
2.8 PENCEGAHAN
Tumor payudara dapat dicegah dengan mengetahui faktor risiko dan
mengetahui cara pencegahannya. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) satu bulan sekali sekitar hari ke-8
menstruasi, obat profilaksis untuk keganasan payudara seperti tamoksifen dan
mamografi sebagai screening kanker payudara yang dapat dilakukan setiap tahun
sejak usia 25 tahun, mamografi terutama dilakukan pada wanita yang telah
menopause atau usia 50 tahun ke atas (Sjamsuhidayat, 2010). Selain itu,
pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan, indeks massa tubuh (IMT) sekitar 20-25
kg/m2, menghindari konsumsi alkohol, konsumi makanan seimbang, dan olahraga
yang teratur juga dapat dilakukan untuk mencegah kanker payudara (Kresnawan,
2012).
34
2.9 PROGNOSIS
Prognosis kanker payudara buruk jika pasien menderita kanker payudara
bilateral, pada usia muda, adanya mutasi genetik, dan adanya triple negatif yaitu
grade tumor tinggi dan seragam, reseptor ER (estrogen receptor) dan PR
(Progesteron receptor) negatif, dan reseptor permukaan sel HER-2 juga negatif
Tipe histologik karsinoma payudara (tubulus, medular, lobulus, papilar, dan
musinosa) lebih baik dibandingkan dengan tipe histologik karsinoma duktal
(Kumar, 2007; Sjamsuhidayat, 2010).
35
BAB III
KESIMPULAN
36
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan
Media Aesculapius FKUI.
Helvia S 2013. Gambaran kejadian tumor payudara di RSUD Serang. Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Kemenkes, Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara, Komite Penanggulangan
Kanker Nasional.
Kresnawan T 2012. Mengatur makanan untuk pencegahan dan terapi kanker
payudara. Jakarta: Departemen Kesehatan. Available from:
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/mengatur-makanan-
kanker-payudara.pdf [Acessed June, 12, 2017]
Pierce A.G, Neil R.B. 2007. At a Glance Ilmu Bedah, Edisi 3, Jakarta: Erlangga
Snell and Richard S 2006. Anatomi Klinis berdasarkan sistem. EGC, Jakarta.
Sjamsuhidajat, R, Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta:
EGC. hal : 475-478.
Staf pengajar bagian ilmu bedah FKUI: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. 2010
Jakarta: Penerbit FKUI, , hal : 324-326; 333-334.
37