Você está na página 1de 17

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 1

GIGI TIRUAN LENGKAP

BLOK KURATIF DAN REHABILITATIF II

Tutor :
drg. Depi Praharani., M.Kes

Ketua : Nanik Rahmawati (NIM : 141610101006)


Sekretaris : Kalvin Juniawan (Meja) (NIM : 141610101077)
Nico Natanael H (Papan) (NIM : 141610101079)
Anggota : Zulfah Al Faizah (NIM : 141610101017)
Nadia Farhatika (NIM : 141610101014)
Umil Syifa Kuluba (NIM : 141610101011)
Yunita Fatma (NIM : 141610101048)
Nufsi Egi Pratama (NIM : 141610101073)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2016
DAFTAR ISI

Daftar Isi 1

Skenario. 2

Kata Sulit... 3

Mapping. 4

Learning Objective. 5

Pembahasan.... 5

Daftar Pustaka 17

1
SKENARIO 1

Seorang pasien laki laki usia 60 tahun, pensiunan PNS, ingin dibuatkan
gigi tiruan baru. Sebelumnya pernah memakai gigi tiruan sebagian lepasan di
rahang atas dan rahang bawah. Tetapi sekarang sudah tidak enak untuk dipakai
terutama pada saat makan. Kesehatan umu baik. Pemeriksaan intra oral gigi 11,
12, 13, 24, 25, 26, 31, 32, 41, 42 resesi gingiva, goyang o3, kalkulus di daerah
lingual. Gigi 45 tinggal sisa akar, gigi 35 karies media, 37 dan 47 karies profunda
perforasi. Gigi 14, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 27, 28, 33, 34, 36, 38, 43, 44, 46, 48
hilang. Dokter gigi melakukan rencana perawatan: ekstraksi semua gigi dengan
pertimbangan estetik, membuat GTL RA dan RB bahan basis akrilik dengan
anasir porselen. Setelah melakukan anamnesis, dokter gigi juga membuat
galengan gigit sendiri dan melakukan penetapan gigit. Setelah GTL diinsersikan,
menghasilkan GTL yang retentive, stabil. Dokter gigi menginstrusikan untuk
control di hari berikutnya, GTL baru bisa untuk berbicara dan untuk makan

2
KATA-KATA SULIT
1. GTL (Gigi Tiruan Lengkap)
Gigi tiruan yang berfungsi untuk menggantikan seluruh gigi beserta
jaringan gusi yang hilang untuk tujuan Mastikasi maupun Fonetik.
2. Retentif
Merupakan faktor yang dapat menahan gigi tiruan, biasanya tempat dari
retensi pada Tuber Maksilla; Ketahanan gigi tiruan dalam keadaan diam.
3. Stabil
Merupakan faktor ketahanan gigi tiruan pada keadaan difungsikan (Dalam
hal mengunyah, berbicara).
4. Galengan Gigit
Bentukan malam (Wax) yang digulung dan diletakkan pada Basis gigi
tiruan yang digunakan sebagai Oklusi sementara.
5. Penetapan Gigit
Catatan hubungan antar rahang yang diproyeksikan dengan bantuan
Galengan Gigit dan Artikulator.
6. Anasir Porselen
Gigi tiruan (Per biji) dengan bahan Porselen dan warna menyerupai gigi
aslinya.

3
MAPPING

PEMERIKSAAN

INDIKASI &
Edentulous Ridge KONTRA
INDIKASI

Gigi Tiruan Lengkap

SYARAT BAHAN PROSEDUR


GTL DASAR

EVALUASI PERAWATAN

(POST-OPERATIVE INSTRUCTION)

4
LEARNING OBJECTIVE
1. Mampu memahami dan menjelaskan Indikasi dan Kontra-indikasi dari
penggunaan GTL
2. Mampu memahami dan menjelaskan syarat penggunaan GTL yang ideal
3. Mampu memahami dan menjelaskan prosedur pembuatan GTL beserta
alat dam bahan yang digunakan
4. Mampu memahami dan menjelaskan Evaluasi (Kontrol) serta instruksi
post-operative GTL

PEMBAHASAN LO
1. Indikasi dan Kontra-indikasi dari penggunaan GTL
Indikasi pembuatan GTL :
1) Seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.
2) Ada beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi yang
masih ada tidak mungkin diperbaiki.
3) Gigi yang tersisa tidak dapat dipertahankan dan tidak dapat
menyokong GTS.
4) Keadaan umum dan kondisi mulut pasien sehat.
5) Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosis yang akan
diperoleh.
Kontra indikasi pembuatan GTL antara lain :
1) Tidak ada perawatan alternatif
2) Pasien belum siap secara fisik dan mental
3) Pasien alergi terhadap material gigi tiruan penuh
4) Pasien mempunyai resorbsi alveolar ridge yang parah, yang
digunakan sebagai retensi GTL
5) Pasien dengan Gagging Reflex
(Abu Bakar, 2012; Rahmayani, 2013; Abdullaibrahim. 2016)

5
2. Syarat penggunaan GTL yang ideal
Syarat dari gigi tiruan yang ideal:
Penampilan natural
Mempunyai ketahanan yang baik terhadap Oklusi
Memiliki Stabilitas Dimensi
Tidak ada bau dan rasa
Tidak menyerap cairan di dalam rongga mulut
Mempunyai Retensi yang baik terhadap Polimer, Porselen, dan Metal
Mudah untuk diperbaiki
Mudah untuk dimanipulasi
Mudah dibersihkan
Radiopaque
Warna sama dengan Gingiva
(Tonny Johnson, 2012)

3. Prosedur pembuatan GTL beserta alat dam bahan yang digunakan


Prosedur:
1. Membuat model rahang (Klinis *)
Untuk mendapatkan model rahang, pertama kita lakukan :
A. Cetakan Rahang
Cetakan rahang adalah bentuk negatif dari seluruh jaringan pendukung
geligi tiruan. Hasil cetakan rahang harus memberikan kekokohan,
kemantapan dan dukungan pada geligi tiruan. Faktor faktor yang
mempengaruhi kemantapan geligi tiruan lengkap dari hasil cetakan yang
baik adalah: Adhesi, Daya Atmosfir, egangan permukaan, dan daya otot.
(Itjiningsih W.H,1996)

6
a. Macam macam cetakan :
Cetakan awal/ cetakan anatomis.
Yang disebut study model, yang akan kita pelajari apabila timbul masalah
selama pembuatan geligi tiruan lengkap.
Cetakan akhir/fisiologis
Yang disebut sebagai model kerja, yang digunakan untuk membuat geligi
tiruan.
b. Bahan cetak
Bahan cetak yang dipilih harus sesuai fungsinya. Macam bahan cetak :
Pasta zinc okside eugenol
Rubber base
Alginate
Gips cetak
Masing masing bahan tersebut mempunyai sifat kelebihan dan kekurangan
masing-masing.
c. Membuat model kerja :
Setelah cetakan rahang dikeluarkan dari mulut pasien, kemudian dicuci
dengan air yang mengalir.

2. Membuat Desain geligi tiruan (Laboratoris *)


a. Penarikan garis tengah model kerja rahang atas dan bawah. Untuk
mendapoatkan garis tengah pada model rahang, kita harus mempunyai 3
buah patokan yang tetap. Dimana dari ketiga titik yang dihubungkan
tersebut baru diperoleh satu garis.

Garis tengah model rahang atas ditarik dari frenulum labialis atas, titik
pertemuan rugae palatinus kiri dan kanan, titik tengah ke 2 fovea palatinus.

Garis tengah model rahang bawah adalah garis yg ditarik melalui titik :
frenulum labial bawah, titik tengah rahang bawah, frenulum lingual.

7
b. Penarikan garis puncak lingir
Puncak lingir model rahang atas melalui titik titik :
Titik kaninus atas, titik notch / lekukan pterygo maxilaris, dan titik
pertemuan puncak lingir anterior dengan garis tengah.

Puncak lingir rahang bawah melalui titik-titik :


Titik kaninus bawah, titik retromolar pad, dan titik pertemuan puncak
lingir anterior dengan garis tengah.

3. Penentuan dimensi vertikal dan oklusi sentris (Klinis & Laboratoris *)


Pasien yang sudah kehilahangan seluruh giginya berarti sudah kehilangan:
1) Bidang oklusal
2) Tinggi gigitan/ dimensi vertikal
3) Oklusi sentris
Ke 3 hal tersebut harus dicari kembali saat membuat geligi tiruan lengkap
dengan media tanggul gigitan / galengan gigit. (Itjiningsih W.H,1996).
Fungsi tanggul gigit adalah :
1. Menentukan dimensi vertikal
2. Mendapatkan dukungan bibir dan pipi pasien.
Tanggul gigitan terdiri dari :
1. Bentuk landasan .
2. Galangan malam.

i. Membuat bentuk landasan


Shelac base plate dilunakkan dengan lampu spiritus , lalu diletakkan
diatas model kerja (yang telah dibasahi air ) dan ditekan dengan tangan.
Shelac base plate dibuang dengan gunting, 1-2 mm dari tepi landasan/
Apabila masih terdapat ruang, maka diisi kembali dengan shelac base
plate yang sudah dicairkan.
Dirapikan tepi-tepi nya

8
ii. Membuat tanggul malam
Ada dua cara membuat tanggul malam, diantaranya :
1. Dengan Wax Rims former
2. Pembuatan tanggul malam dengan malam yang digulung
Ambil selembar malam, lalu lunakkan diatas api bunsen.
Lembaran malam digulung sampai membentuk silinder.
Setiap gulungan harus melekat satu dengan yang lain.
Gulungan malam yang berbentuk silinder tadi dibentuk seperti tapal
kuda dengan tebal 10-12 mm.
iii. Membuat tanggul gigitan
Meletakkan tanggul malam diatas bentuk landasan.
Sebagai pedoman untuk tanggulk gigitan atas adalah low lip line yaitu
pada saat pasien istirahat, garis insisal/bidang oklusi/ bidang orientasi
tanggul gigitan atas stinggi garis bawah bibir atas dilihat dari muka dan
dilihat dari lateral, sejajar garis ala nasi tragus. Sedangkan pada saat
tersenyum garis insisal / bidang orientasi tanggul gigitan atas ini terlihat
kira-kira 2mm dibawah sudut mulut. (Itjiningsih W.H,1996).

Pengukuran dimensi vertikal ada 2 cara :


1) Dengan willis bite gauge
Pada alat ini ada 3 bagian penting :
a. Fixed arm, yang diletakkan dibawah hidung
b. Sliding arm, yang dapa digeser dan mempunyai sekrup diletakkan
dibawah dagu
c. Vertical arm orientation gauge, yang mempunya skala dalam mm/ cm
ditempatkan sejajar sumbu vertikal dari muka.
2) Two dot technique
Mengukur 2 titik (satu pada rahang atas, dan satu lagi pada rahang bawah)
yang ditempatkan pada daerah yang tidak bergerak yaitu diatas dan di
bawah garis bibir dan kedua titik diukur dengan jangka sorong.

9
Penentuan gigitan sentrik / oklusi sentrik
Setelah dimensi vertikal didapat, kita cari relasi sentrik pasien yaitu
dengan menentukan relasi sentrik tanpa alat dengan cara:
a. Gerakan menelan
b. Menempatkan ujung lidah pada bulatan malam yang ditempatkan pada
garis tengah landasan paling posterior.
c. Membantu pasien agar rahang bawah dalam posisi paling belakang,
dengan mendorong rahang rahang bawah dalam keadaan otot kendor.
d. Mengadahkan posisi kepala pasien semaksimal mungkin.

4. Memilih Gigi (Klinis *)


Padfa kasus pasien ompong, pemilihan gigi berpedoman pada bentuk
wajah, jenis kelamin, dan umur pasien untuk menentukan warnanya dan
tingkat keausannya.
I. Bentuk wajah dan rahang
Menurut Leon Williams : bentuk gigi sesuai dengan bentuk muka dan
bentuk rahang yaitu persegi/square , lancip/ tapering dan lonjong/ovoid
dilihat dari pandangan fasial.
II. Jenis kelamin
Perbedaan kecembungan kontur labial ada kaitannya dengan jenis kelamin.
Pria mempunyai permukaan labial yang datar, sedangkan wanita
mempunyai permukaan labial yang cembung.
Perbedaan bentuk gigi, pria bentuk gigimya persegi dan sudut dislatnya
juga persegi sedangkan wanita bentuk giginya lonjong dan bersudut.

5. Penyusunan gigi (Laboratoris *)


Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap, yaitu penyusunan gigi anterior
atas, gigi anterior bawah, gigi posterior atas, gigi M-1 bawah dan gigi
posterior bawah lainnya dengan syarat utama :
Setiap gigi mempunyai 2 macam kecondongan / inklinasi.
Dilihat dari oklusal berada diatas lingir rahang.

10
a. Penyusunan gigi anterior atas
Untuk memudahkan penyusunan gigi gambaran lengkung rahang kita
pindahkan ke meja artikulator dan insisal edge gigi anterior atas
menyentuh lengkung ini pada meja artikulator saat penyusunan gigi.
b. Penyusunan gigi anterior bawah
Penyusunan gigi anterior bawah disesuaikan dengan anterior atas, posisi
gigi anterior atas dan bawah harus diberi jarak vertikal / overbite dan jarak
horisontal/ overjet secukupnya menyesuaikan dengan tinggi cusp gigi
posterior.
c. Penyusunan gigi posterioratas harus disesuaikan sedemikian :
Sehingga terbentuk lengkung kurva dari spee ke arah anterior dan
kurva dari wilson ke arah lateral kiri dan kanan.
Agar tetap berada dalam hubungan yang tepat dengan gigi lawannya
tidak saja saat oklusi sentrik tapi juga saat pergerakan protusif dan
pergerakan lateral dari rahang bawah selama fungsi pengunyahan. Gigi
posterior atas harus disusun dengan cusp-cuspnya membentuk kurva
antero-posterior dan kurva lateral
d. Penyusunan gigi posterior bawah harus disusun sedemikian sehingga
terbentuk lengkung dari monson. Agar tetap berada dan berhubungan yang
tepatterhadap ggi geligi lawannya, tidak saja saat oklusi sentris tetapi juga
semua gerakan dari rahang bawah selama pengunyahan.

6. Wax contouring geligi tiruan (Laboratoris *)


Wax counturing dari geligi tiruan adalah membentuk dasar dari geligi
tiruan malam, sedemikian rupa sehingga harmonis dengan otot-otot
orofasial penderita semirip mungkin dengan anatomis gusi dan jaringan
lunak rongga mulut.
Setelah diuji coba geligi tiruan malam dalam mulut pasien, kedua geligi
atas dan bawah ditempatkan kembali pada rtikulator lalu kita bentuk luar
permukaan gigi tiruan tersebut untuk memenuhi tujuan estetis.
(Itjiningsih W.H,1996).

11
*Prosedur pembuatan GTL dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Prosedur Klinis: Prosedur yang dilakukan berhubungan langsung
dengan pasien.
2. Prosedur Laboratoris: Prosedur yang dilakukan tidak perlu
berhubungan langsung dengan pasien, melainkan dapat dilakukan di
Lab. maupun dengan bantuan orang lain (Techniker).
(Barnes IE, 2006)

Prosedur Klinis meliputi Pembuatan Model Rahang, Penentuan Dimensi


Vertikal & Oklusi Sentris, dan Pemilihan/Sampling Gigi. Sedangkan
Prosedur Laboratoris meliputi Desain Gigi Tiruan, Pembuatan Galengan
Gigit, Penyusunan Gigi, dan Wax Contouring.

Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan basis geligi tiruan dapat


digolongkan dalam:
A. Bahan Basis Logam (Metallic Base Materials). Termasuk ke dalam
golongan ini adalah :
1. Logam Campur Emas Kuning (Yellow Gold Alloy)
2. Logam Campur Emas Putih (White Gold Alloy)
3. Logam Baja Tahan Karat (Stainless Steel)
4. Logam Camput Kobalt Kronium
B. Bahan Basis Bukan Logam (Non-metalic Base Materials). Yang
termasuk golongan ini :
1. Resin Akrilik (Polimer atau Plasik)
Ada tiga jenis plastic yang dianjurkan pemakaiannya sebagai bahan basis
geligi tiruan, yaitu :
a. Polimetil-metakrilat
b. Polivinil akrilik
c. Polistiren
2. Kemarik (Porselen)

12
C. Bahan Elemen
Elemen tiruan yang banyak dipasarkan biasanya terbuat dari resin atau
porselen. (Gunadi et al, 1995).

Sifat-sifat Gigi Resin :


1. Tidak mudah patah.
2. Dapat menyerap sebagian gaya kunyah, karena itu linger sisa jadi lebih
awet.
3. Biasanya melekat dengan basis secara kimiawi, sehingga taka da
perembesan cairan antara basis dengan elemen. Dengan demikian, tidak
ada perubahan warna di daerah servikal gigi. (Gunadi et al, 1995).

Sifat-Sifat Elemen Porselen :


1. Rapuh dan mudah patah
2. Tahan terhadap gaya mastikasi sehingga tak mudah aus.
3. Karena permukaan labial gigi porselen tak mudah aus, bentuk jadi
lebih awet dan bentuk dapat dipertahankan lebih lama.
(Gunadi et al, 1995).

4. Evaluasi (Kontrol) serta instruksi post-operative GTL


A. Prosedur evaluasi (Kontrol) dibagi menjadi 2 yakni:
Prosedur pemanggilan kembali jangka pendek
Perjanjian untuk kontrol pertama tidak boleh lebih dari satu minggu
setelah gigi tiruan dipasang. Pada kunjungan ini perlu riwayat yang
cermat dari keluhan seperti rasa sakit, atau longgarnya gigi tiruan tersebut.
Perlu dilakukan pemeriksaan secara seksama. Hal ini karena bisa saja
terjadi luka pada mukosa, bahkan luka yang meradang tanpa disadari oleh
pasien.

13
Contoh luka pada mukosa yang timbul karenakesalahan pada permukaan
cetakan gigi tiruan termasuk kerusakan pada sulkus karena sayap yang
terlalu panjang. Dan pada bagian alveolar yang paling berbonggol dengan
basis gigi tiruan yang tidak cukup dilonggarkan.
Perawatan pada tahap kontrol jangka pendek dapat meliputi koreksi oklusi
dan penyesuaian batas gigi tiruan serta permukaan cetakan. Selain dari itu
harus dilakukan pemeriksaan mengenai perkembangan adaptasi pasien
terhadap gigi tiruannya yang baru. Mengingat bahwa 20% dari pemakaian
gigi tiruan yang telah berpengalaman memerlukan waktu selama sebulan
agar menjadi terampil. (RM Basker, 1996).

Prosedur pemanggilan kembali jangka panjang


Perubahan jangka panjang dari bentuk tulang alveolar dan akibat yang
kemudian timbul pada gigi tiruan telah diteliti secara efektif.
Berkurangnya tinggi tulang alveolar secara terus menerus. Nampaknya ada
penurunan yang mecolok pada tahun pertama pemakaian gigi tiruan dan
beberapa tahun berikutnya ada penyusutan yang berkelanjutan sebesar
rata-rata 1mm tiap tahun. (RM Basker, 1996).
Resopsi tulang membawa akibat dari turunnya jarak dimensi vertikal
oklusal dan dimensi vertikal fisiologis.
Perawatan yang diperlukan pada kunjungan berkala adalah salah satu atau
kombinasi dari hal-hal sebagai berikut :
Penyesuaian permukaan cetakan atau perluasan sayapnya.
Penyesuaian oklusi dengan atau tanpa catatan pemeriksaan.
Pembuatan gigi tiruan pengganti.
Melapis atau mengganti basis gigi tiruan.

14
B. Instruksi dokter gigi setelah pemasangan GTL
1. Menggunakan GTL memerlukan ketekunan dan adaptasi dari pasien.
GTL harus dilepas setiap malam dan direndam di dalam air alkaline
peroxide
2. Usahakan untuk makan makanan yang lunak. Jika mengunyah wajib
menggunakan 2 sisi
3. Jika penggunaan GTL dirasa masih ada yang tidak nyaman segera
dikonsultasikan ke dokter gigi
4. Menjaga kebersihan dari denture. Sebaiknya denture dibersihkan
setelah makan karena GTL merupakan sumber plak, debris, stain, dan
kalkulus.
(Crispian Scully, 2016)

Ada dua metode yang dapat digunakan untuk membersihkan gigi tiruan
lepasan, dapat dibersihkan dengan secara mekanis atau kimia.
Metode mekanis termasuk menyikat (dengan air, sabun, pasta gigi).
Menyikat gigi dengan pasta gigi adalah salah satu metode yang paling
umum untuk membersihkan gigi tiruan dan dianggap sederhana, murah,
dan efektif.
Metode kimia yang dilakukan untuk membersihkan gigi tiruan terutama
meliputi perendaman dalam larutan pembersih gigi tiruan. Bahan
pembersih gigi tiruan lepasan seperti larutan peroksida alkalin, bahan ini
dapat dipakai untuk membersihkan gigi tiruan lepasan akrilik maupun
kerangka logam. Bahan ini efektif untuk plak dan stain yang ringan, tetapi
sulit untuk membersihkan kalkulus dan stain yang banyak. Cara
menggunakannya gigi tiruan lepasan direndam dalam bahan peroksida
alkalin yang dicampur dengan air selama 6-8 jam. Contoh lainnya seperti
laruan buffer hipoklorit alkalin, laruan asam, larutan enzim dan
disinfektan. Penggunaan alkali hipoklorit baik untuk gigi tiruan resin
akrilik, tetapi pada kerangka logam dapat menyebabkan perubahan warna
atau korosi. (Rahmayani, 2013).

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdullaibrahim, Abdulmaheed. 2016. Journal of Complete Denture. Lux Dental


American.

Abu Bakar. 2012. Kedokteran Gigi Klinis. Penerbit Quantum Sinergis Media:
Aceh, hal. 65.
Barnes IE, Walls A. 2006. Perawatan Gigi Terpadu untuk Lansia. EGC: Jakarta,
Hal. 215.
Basker, RM., Davenport, J.C and Thomlin, H.R. 1996. Perawatan Prostodontik
bagi Pasien Tak Bergigi (Terjemahan) Edisi III. Jakarta :EGC
Gunadi, HA. et al. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan
Cetakan 2016. Jakarta: Hiprokrates.
Humairah, Wildan. 2015. Jurnal: Aplikasi Prosedur Perawatan Prostodontik pada
Praktik Dokter Gigi Umum Di Kota Medan. Repository Usu.
Itjiningsih W.H .1996. Geligi Tiruan Lengkap Lepasan Cetakan 2013. EGC:
Jakarta, hal. 147-67.

Johnson, Tonny. Wood, Duncan J.. 2012. Technique in Complate Denture.Wiley-


Blackwell : UK.
Rahmayani, L., Herwanda., dan Idawani, Melisa. 2013. Perilaku Pemakai Gigi
Tiruan Terhadap Pemeliharaan Kebersihan Gigi Tiruan Lepasan. Jurnal
PDGI Vol. 62, No. 3, September-Desember.

Scully, Crispian. 2016. Churcils Pocketsbooks Clinical Dentistry 4th. EGC:


Jakarta.

16

Você também pode gostar