Você está na página 1de 27

REFLEKSI KASUS

ODS DRY EYE SYNDROME


ODS KATARAK SENILIS IMATUR

Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Mata
RSUD Dr. Loekmono Hadi Kudus

Disusun oleh:
Mohamad Reza Hendratmoko
30101206681

Pembimbing:
dr. Djoko Heru Santoso, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU MATA


RSUD DR. LOEKMONO HADI KUDUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2017
BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. SR
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Alamat : Tumpang Krasak 03/07, Jati
Pekerjaan : Pensiunan PNS
No. RM : 616792
Tanggal Pemeriksaan : Selasa, 16 Mei 2017

II. ANAMNESIS

Autoanamnesis pada tanggal 16 Mei 2017 jam 11.00 di Poli Mata.


A. Keluhan Utama :
Pandangan kabur pada kedua mata
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan kedua mata kabur sejak 1 tahun yang lalu dan
memberat kurang lebih 2 bulan terakhir ini. Pandangan kabur dirasa semakin berat.
Pandangan menjadi seperti berkabut. Pasien juga merasa kedua mata gatal, sering berair,
perih dan silau. Pasien belum pernah mengobati kedua matanya. Riwayat penggunaan
kacamata baca (+), riwayat penggunaan lensa kontak (-). Bila di rumah, pasien sering
menggunakan AC. Mata merah (-), halo (-), kemeng pada kedua mata (-), cekot-cekot (-).
C. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat Trauma (-)
D. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluhan serupa pada keluarga
E. Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien sebagai pensiunan PNS, berobat dengan BPJS

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88 kali/ menit
Suhu : 36,6 0C
Respiration Rate (RR) : 20 x/menit
Status Gizi : BB 55kg, TB 160cm, IMT 21,4

B. STATUS OFTALMOLOGI
OD OS
OCULI DEXTRA (OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA (OS)
6/30 Visus 6/24
Tidak dilakukan koreksi Koreksi Tidak dilakukan koreksi
Gerak bola mata normal, enoftalmus Gerak bola mata normal,
(-), eksoftalmus (-), strabismus (-) Bulbus okuli enoftalmus (-), eksoftalmus (-),
strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-), Edema (-), hiperemis(-),
nyeri tekan (-), nyeri tekan (-),
Palpebra
blefarospasme (-), lagoftalmus (-) blefarospasme (-), lagoftalmus (-)
ektropion (-), entropion (-) ektropion (-), entropion (-)
Edema (-), Edema (-),
injeksi silier (-), injeksi silier (-),
injeksi konjungtiva (-), Konjungtiva injeksi konjungtiva (-),
infiltrat (-), infiltrat (-),
hiperemis (-) hiperemis (-)
Putih Sklera Putih
Bulat, jernih Bulat, jernih
edema (-), edema (-),
arkus senilis (-) Kornea arkus senilis (-)
keratik presipitat (-), infiltrat (-), keratik presipitat (-), infiltrat (
sikatriks (-) -), sikatriks (-)
Jernih, dangkal, arkus senilis (+), Camera Oculi Jernih, dangkal, arkus senilis (+),
hipopion (-), hifema (-), Anterior hipopion (-), hifema (-),

Digital N TIO Digital N


Kripta(+), atrofi (-) coklat, Kripta(+), atrofi (-) coklat,
Iris
edema(-), synekia anterior (-) edema(-), synekia anterior (-)

Bulat, Diameter 3mm Bulat, Diameter 3mm


Pupil
refleks pupil L/TL: +/+ refleks pupil L/TL: +/+

Keruh pada sebagian lensa. Keruh pada sebagian lensa.


Shadow test (+) Lensa
Shadow test (+)

Jernih Vitreus Jernih

Papil N.II dalam batas normal, Papil N.II dalam batas normal,
ablatio (-), eksudat (-), excavation Retina ablatio (-), eksudat (-), excavation
glaumatosa (-)
glaumatosa (-)
(+) cemerlang Funduscopy (+) cemerlang

Tidak dilakukan Sistem Lakrimasi Tidak dilakukan


Tidak ada penyempitan lapang Tidak ada penyempitan lapang
Tes Konfrontasi
pandang pandang

IV. RESUME
Subjektif
Pasien datang dengan keluhan pandangan kedua mata kabur dan berkabut sejak 1
tahun yang lalu dan memberat 2 bulan terakhir
Kedua mata gatal, sering berair, perih dan silau
Riwayat penggunaan kacamata baca (+)
Sering menggunakan AC
Objektif
Pemeriksaan fisik : dalam batas normal
Pemeriksaan mata :
OCULI DEXTRA (OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA (OS)
6/30 Visus 6/24
Tidak dilakukan koreksi Koreksi Tidak dilakukan koreksi
Gerak bola mata normal, enoftalmus Gerak bola mata normal,
(-), eksoftalmus (-), strabismus (-) Bulbus okuli enoftalmus (-), eksoftalmus (-),
strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-), Edema (-), hiperemis(-),
nyeri tekan (-), nyeri tekan (-),
Palpebra
blefarospasme (-), lagoftalmus (-) blefarospasme (-), lagoftalmus (-)
ektropion (-), entropion (-) ektropion (-), entropion (-)
Edema (-), Edema (-),
injeksi silier (-), injeksi silier (-),
injeksi konjungtiva (-), Konjungtiva injeksi konjungtiva (-),
infiltrat (-), infiltrat (-),
hiperemis (-) hiperemis (-)
Putih Sklera Putih
Bulat, jernih Bulat, jernih
edema (-), edema (-),
arkus senilis (-) Kornea arkus senilis (-)
keratik presipitat (-), infiltrat (-), keratik presipitat (-), infiltrat (
sikatriks (-) -), sikatriks (-)
Jernih, dangkal, arkus senilis (+), Camera Oculi Jernih, dangkal, arkus senilis (+),
hipopion (-), hifema (-), Anterior hipopion (-), hifema (-),

Digital N TIO Digital N


Kripta(+), atrofi (-) coklat, Iris Kripta(+), atrofi (-) coklat,
edema(-), synekia anterior (-) edema(-), synekia anterior (-)

Bulat, Diameter 3mm Bulat, Diameter 3mm


Pupil
refleks pupil L/TL: +/+ refleks pupil L/TL: +/+

Keruh pada sebagian lensa. Keruh pada sebagian lensa.


Shadow test (+) Lensa
Shadow test (+)

Jernih Vitreus Jernih

Papil N.II dalam batas normal, Papil N.II dalam batas normal,
ablatio (-), eksudat (-), excavation Retina ablatio (-), eksudat (-), excavation
glaumatosa (-)
glaumatosa (-)
(+) cemerlang Funduscopy (+) cemerlang

Tidak dilakukan Sistem Lakrimasi Tidak dilakukan


Tidak ada penyempitan lapang Tidak ada penyempitan lapang
Tes Konfrontasi
pandang pandang

V. DIAGNOSA DIFFERENSIAL
ODS Katarak Senilis Insipien
ODS Katarak Senilis Imatur
ODS Katarak Senilis Matur
ODS Katarak Senilis Hipermatur
ODS Dry Eyes Syndrome
ODS Conjunctivitis Alergika
VI. DIAGNOSA KERJA
ODS Katarak Senilis Imatur
ODS Dry Eyes Syndrome
VII. DASAR DIAGNOSIS
a) ODS Katarak Senilis Imatur
Subjektif
Usia > 50 tahun
Pandangan kabur dan berkabut sejak 1 tahun yang lalu
Objektif :

OCULI DEXTRA (OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA (OS)


6/30 Visus 6/24
Keruh pada sebagian lensa. Keruh pada sebagian lensa.
Lensa
Shadow test (+) Shadow test (+)
dangkal COA dangkal

b) ODS Dry Eyes Syndrome


Subjektif
Mata gatal, sering berair, terasa perih dan silau
Objektif :
Tidak dilakukan

VIII. TERAPI
Promotif :
Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan kepada penderita
Menjelaskan tentang penyakit kepada penderita
Menjelaskan kepada penderita tentang akibat akibat atau komplikasi yang
mungkin dapat ditimbulkan oleh penyakit dan cara mencegahnya
Preventif
Kontrol secara teratur
Rutin menggunakan obat tetes mata
Bila ada keluhan mata terasa cekot-cekot, pandangan gelap, melihat halo dan
tanda-tanda glaukoma langsung berobat ke dokter spesialis mata
Kuratif
Medikamentosa
Cendo lyteers
S 4dd gtt 1 ODS
Rehabilitative
Memakai obat secara teratur
Mengurangi penggunaan AC
Bila mata terasa kering langsung meneteskan tetes mata
IX. PROGNOSIS

OKULI DEKSTRA (OD) OKULI SINISTRA (OS)

Quo Ad Visam Dubia ad malam Dubia ad malam

Quo Ad Vitam Ad bonam Ad bonam

Quo Ad Kosmetikam Ad bonam Ad bonam

Quo Ad Sanam Dubia ad bonam Dubia ad bonam

X. USUL DAN SARAN


Usul :
Dilakukan pemeriksaan schimer test untuk mengukur jumlah air mata
Dilakukan pemeriksaan ferning test untuk mengetahui kualitas air mata
Dilakukan fluorescin test untuk mengetahui ada defek pada kornea atau tidak
Dilakukan pemeriksaan menggunakan slit lamp untuk mengetahui terputusnya
atau tiadanya meniskus air mata di tepian palpebra
Penambahan medikamentosa berupa pemberian tetes mata vitamin A dan tablet
vitamin E dan C
Dilakukan operasi katarak EKEK + IOL
Saran :
Kontrol dan menggunakan obat secara teratur
Mengurangi penggunaan AC
Bila melihat TV/handphone yang memancarkan radiasi menggunakan kacamata
Koreksi visus setelah operasi katarak dan pembuatan kacamata 3 bulan post
operasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

KATARAK

2.1 Definisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua duanya.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat
tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.

2.2 Faktor Resiko

Faktor resiko terjadinya katarak sangat bervariasi bergantung dari proses


patogenesis. proses umur, genetik, makanan, diabetes melitus, radiasi ultraviolet,
merokok merupakan faktor penyebab terjadinya katarak.
Katarak adalah penyakit degeneratif yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yang berpengaruh antara lain
adalah umur, jenis kelamin dan faktor genetik, sedangkan faktor ekstrinsik yang
berpengaruh antara lain adalah pendidikan dan pekerjaan yang berdampak langsung
pada status sosial ekonomi dan status kesehatan seseorang serta faktor lingkungan,
dalam hubungannya dengan paparan sinar ultraviolet.

2.3 Klasifikasi
Berdasarkan waktu perkembangannya katarak diklasifikasikan menjadi
katarak kongenital, katarak juvenil dan katarak senilis.
1. Katarak kongenital dapat berkembang dari genetik, trauma atau infeksi prenatal
dimana kelainan utama terjadi di nukleus lensa. Kekeruhan sebagian pada lensa yang
sudah didapatkan pada waktu lahir dan umumnya tidak meluas dan jarang sekali
mengakibatkan keruhnya seluruh lensa
2. Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah
lahir.Kekeruhan lensa terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat
lensa.Biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft cataract.
Katarak juvenil biasanya merupakan bagian dari satu sediaan penyakit keturunan lain.
3. Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Telah diketahui
bahwa katarak senilis berhubungan dengan bertambahnya usia dan berkaitan dengan
proses penuaan lensa.
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Massif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test Negative Positif Negatif Pseudopos
Penyulit - Glaucoma - Uveitis +
glaucoma

Berdasarkan stadiumnya, katarak dibagi menjadi stadium insipien, stadium


imatur,stadium matur, dan stadium hipermatur.
1. Stadium insipien. Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan
visus. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti
baji (jari-jari roda),terutama mengenai korteks anterior, sedangkan aksis relatif
masih jernih. Gambaran ini disebut spokes of a wheel yang nyata bila pupil dilebarkan.
2. Stadium imatur. Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan
terutama terdapat di bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak
ada kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang
dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian posterior lensa, maka sinar oblik yang
mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan,
terlihat di pupil ada daerah yang terang sebagai refleks pemantulan cahaya pada
daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap,akibat bayangan iris pada lensa yang
keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).
3. Stadium matur . Pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga
semua sinar yangmelalui pupil dipantulkan kembali di permukaan anterior lensa.
Tak ada bayangan iris. Shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara. Shadow
test membedakan stadium matur dari imatur, dengan syarat harus diperiksa lebih
lanjut dengan midriatika,oleh karena pada katarak polaris anterior juga terdapat
shadow test (-), karena kekeruhan terletak di daerah pupil. Dengan melebarkan pupil,
akan tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil saja. Kadang-
kadang, walaupun masih stadium imatur, dengankoreksi, visus tetap buruk, hanya
dapat menghitung jari, bahkan dapat lebih buruk lagi1/300 atau satu per tak hingga,
hanya ada persepsi cahaya, walaupun lensanya belumkeruh seluruhnya. Keadaan ini
disebut vera matur.
4. Stadium hipermatur. Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah
mencair, sehingga nukleus lensa turun oleh karena daya beratnya ke bawah. Melalui
pupil, pada daerah yang keruh, nukleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran di
bagian bawah, dengan warna yang lain daripada bagian yang diatasnya, yaitu
kecoklatan. Pada stadium ini juga terjadikerusakan kapsul lensa, yang menjadi lebih
permeabel, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis,
yang di bawahnya terdapat nukleus lensa. Keadaan ini disebut katarak Morgagni.
Pada perjalanan dari stadium I ke stadium IV, dapat timbul suatu keadaan yang
disebut intumesensi yaitu penyerapan cairan bilik mata depan oleh lensa sehingga
lensamenjadi cembung dan iris terdorong ke depan, bilik mata depan menjadi dangkal.
Hal ini tidak selalu terjadi.Pada umumnya terjadi pada stadium II.
Selain itu terdapat jenis katarak lain :
Katarak rubella :
Ditularkan melalui Rubella pada ibu hamil
Katarak Brunesen
Katarak yang berwarna coklat sampai hitam, terutama pada nucleus lensa
Dapat terjadi pada pasien diabetes mellitus dan myopia tinggi.
Katarak Komplikata :
Katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan proses degenerasi.
Mempunyai tanda khusus yaitu selamanya dimulai di korteks atau dibawah
kapsul menuju ke korteks atau dibawah kapsul menuju sentral
Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular ayng sewaktu-waktu menjadi
katarak lamelar.
Katarak Diabetik :
Akibat adanya penyakit Diabetes Mellitus.
Meningkatkan insidens maturasi katarak
Pada lensa terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsularyang sebagian
jernih dengan pengobatan.
Katarak Sekunder
Adanya cincin Soemmering (akibat kapsul pesterior yang pecah) dan
Mutiara Elsching (epitel subkapsular yang berproliferasi)
Katarak Traumatika
Dapat terjadi akibat trauma mekanik, agen-agen fisik (radiasi, arus listrik,
panas dan dingin)
2.4 Patofisiologi
Lensa mengandung tiga komponen anatomis yaitu :
Nukleus zone sentral
Korteks perifer
Kapsul anterior dan posterior
Sebagian besar katarak terjadi karena suatu perubahan fisik dan perubahan kimia
pada protein lensa mata yang mengakibatkan lensa mata menjadi keruh. Perubahan fisik
(perubahan pada serabut halus multiple (zonula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar lensa) menyebabkan hilangnya transparansi lensa.
Perubahan kimia pada protein inti lensa mengakibatkan pigmentasi progresif
sehingga nukleus menjadi kuning atau kecokelatan juga terjadi penurunan konsentrasi
glutation dan kalium, peningkatan konsentrasi natrium dan kalsium serta peningkatan
hidrasi lensa. Perubahan ini dapat terjadi karena meningkatnya usia sehingga terjadi
penurunan enzim yang menyebabkan proses degenerasi pada lensa.
Penyebab pada katarak senilis belum diketahui pasti, namun diduga terjadi karena:
a. Proses pada nucleus
Oleh karena serabut-serabut yang terbentuk lebih dahulu selalu terdorong ke arah
tengah, maka serabut-serabut lensa bagian tengah menjadi lebih padat (nukleus),
mengalami dehidrasi, penimbunan ion kalsium dan sklerosis. Pada nukleus ini
kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi lebih
hipermetrop. Lama kelamaan nukleus lensa yang pada mulanya berwarna putih
menjadi kekuning-kuningan, lalu menjadi coklat dan kemudian menjadi kehitam-
hitaman. Karena itulah dinamakan katarak brunesen atau katarak nigra.
b. Proses pada korteks
Timbulnya celah-celah di antara serabut-serabut lensa, yang berisi air dan
penimbunan kalsium sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan
membengkak, menjadi lebih miop. Berhubung adanya perubahan refraksi ke arah
miopia pada katarak kortikal, penderita seolah-olah mendapatkan kekuatan baru
untuk melihat dekat pada usia yang bertambah
c. Gejala Klinis

Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada
pemeriksaan mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah :
i. Silau
Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya mulai dari
penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang hingga silau pada saat
siang hari atau sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari.
Keluhan ini khususnya dijumpai pada tipe katarak posterior subkapsular. pemeriksaan
silau (test glare) dilakukan untuk mengetahui derajat gangguan penglihatan yang
disebabkan oleh sumber cahaya yang diletakkan di dalam lapang pandangan pasien.
ii. Diplopia monokular atau polypia
Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus lensa,
menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa.Daerah ini dapat dilihat
dengan refleks merah retinoskopi atau oftalmoskopi direk.Tipe katarak ini kadang-
kadang menyebabkan diplopia monokular atau polypia.
iii. Halo
Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih menjadi
spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.
iv. Distorsi
Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang, sering dijumpai pada
stadium awal katarak.
v. Penurunan tajam penglihatan
Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa nyeri. Umumnya
pasien katarak menceritakan riwayat klinisnya langsung tepat sasaran, dan pasien
menceritakan kepada dokter mata, aktivitas apa saja yang terganggu. Dalam situasi
lain, pasien hanya menyadari adanya gangguan penglihatan setelah dilakukan
pemeriksaan. Setiap tipe katarak biasanya mempunyai gejala gangguan penglihatan
yang berbeda-beda, tergantung pada cahaya, ukuran pupil dan derajat miopia. Setelah
didapat riwayat penyakit, maka pasien harus dilakukan pemeriksaan penglihatan
lengkap, dimulai dengan refraksi. Perkembangan katarak nuklear sklerotik dapat
meningkatkan dioptri lensa, sehingga terjadi miopia ringan hingga sedang.
vi. Sensitivitas kontras
Sensitivitas kontras mengukur kemampuan pasien untuk mendeteksi variasi tersamar
dalam bayangan dengan menggunakan benda yang bervariasi dalam hal kontras,
luminance, dan frekuensi spasial. Sensitivitas kontrak dapat menunjukkan penurunan
fungsi penglihatan yang tidak terdeteksi dengan Snellen. Namun, hal tersebut
bukanlah indikator spesifik hilangnya tajam penglihatan oleh karena katarak.
vii. Myopic shift
Perkembangan katarak dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan lensa, yang
umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan katarak
nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena meningkatnya
miopia akibat peningkatan kekuatan refraktif lensa nuklear sklerotik, sehingga
kacamata baca atau bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut second
sight. Namun, seiring dengan perubahan kualitas optikal lensa, keuntungan tersebut
akhirnya hilang juga.
d. Diagnosis
a) ANAMNESIS :
Penurunan ketajaman penglihatan secara bertahap (gejala utama katarak)
Mata tidak merasa sakit, gatal , atau merah
Gambaran umum gejala katarak yang lain seperti :
Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
Perubahan daya lihat warna
Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat
menyilaukan mata
Lampu dan matahari sangat mengganggu
Sering meminta resep ganti kacamata
Penglihatan ganda (diplopia)
b) PEMERIKSAAN FISIK MATA
1. Pemeriksaan ketajaman penglihatan
2. Melihat lensa dengan penlight dan loop
Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat
dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa
yang keruh (iris shadow).Bila letak bayangan jauh dan besar berarti
kataraknya imatur, sedangkan bayangan dekat dan kecil dengan pupil
terjadi katarak matur.
3. Slit lamp
4. Pemeriksaan opthalmoskop (sebaiknya pupil dilatasi)
e. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi medis untuk katarak. Ekstraksi lensa diindikasikan apabila
penurunan penglihatan mengganggu aktivitas normal penderita. Indikasi pembedahan
pada katarak senilis :
Bila katarak menimbulkan penyulit seperti uveitis atau glukoma, meskipun
visus masih baik untuk bekerja, dilakukan operasi juga setelah keadaan
menjadi tenang.
Bila sudah masuk dalam stadium matur karena dapat meninmbulkan
penyulit
Bila visus meskipun sudah dikoreksi, tidak cukup untuk melakukan
pekerjaan sehari-hari atau visus < 6/12.
Terapi pembedahan :
a. EKIK (Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler)
Teknik ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik EKEK. Pada EKIK
dilakukan pengangkatan seluruh lensa, termasuk kapsul lensa. Pada teknik ini
dilakukan sayatan 12-14 mm, lebih besar dibandingkan dengan teknik EKEK. Dapat
dilakukan pada zonula zinn yang telah rapuh/ berdegenerasi/ mudah diputus.2
- Keuntungan :
o Tidak timbul katarak sekunder
o Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi, cryoprobe,
forsep kapsul)
- Kerugian :
o Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan :
o Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda
o Astigmatisma yang signifikan
o Inkarserasi iris dan vitreus
o Lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis,
endolftalmitis.

b. EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler)


Dilakukan dengan merobek kapsul anterior, mengeluarkan nukleus dan korteks.
Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior ditinggal. Cara ini umumnya
dilakukan pada katarak dengan lensa mata yang sangat keruh sehingga sulit
dihancurkan dengan teknik fakoemulsifikasi. Selain itu, juga dilakukan pada tempat-
tempat di mana teknologi fakoemulsifikasi tidak tersedia. Teknik ini membutuhkan
sayatan yang lebar, karena lensa harus dikeluarkan dalam keadaan utuh. Setelah lensa
dikeluarkan, lensa buatan/ Intra Ocular Lens (IOL) dipasang untuk menggantikan
lensa asli, tepat di posisi semula. Lalu dilakukan penjahitan untuk menutup luka.
Teknik ini dihindari pada penderita dengan zonulla zinii yang rapuh.2
- Keuntungan :
o Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK
o Karena kapsul posterior utuh maka :
Mengurangi resiko hilangnya vitreus durante operasi
Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL
Mengurangi insidensi ablasio retina, edema kornea, perlengketan
vitreus dengan iris dan kornea
Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa molekul
antara aqueous dan vitreus
Menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang dapat
menyebabkan endofthalmitis.
- Kerugian :
o Dapat timbul katarak sekunder.
c. Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi adalah teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran-getaran
ultrasonik untuk mengangkat nucleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (2-
5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca-operasi, disamping
perbaikan penglihatan juga lebih baik. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital,
traumatik dan kebanyakan katarak senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak
senilis yang padat, dan keuntungan insisi limbus yang kecil agak berkurang kalau
akan dimasukkan lensa intraokuler. Kerugiannya kurve pembelajaran lebih lama,
biaya tinggi, dan komplikasi saat operasi bisa lebih serius.1,4 Teknik ini menghasilkan
insidensi komplikasi luka yang lebih rendah, proses penyembuhan dan rehabilitasi
visual lebih cepat. Teknik ini membuat sistem yang relatif tertutup sepanjang
fakoemulsifikasi dan aspirasi, oleh karenanya mengontrol kedalaman COA sehingga
meminimalkan risiko prolaps vitreus.5
Persiapan operasi :
1. Status oftalmologik
Tidak dijumpai tanda-tanda infeksi
TIO normal
Saluran air mata lancar
2. Keadaan umum/sistemik
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan, waktu
perdarahan, kadar gula darah dalam batas normal
Tidak dijumpai batuk produktif
Pada penderita DM atau hipertensi, keadaan penyakit tersebut harus
terkontrol.
Perawatan pasca operasi :

- Mata dibebat
- Diberikan tetes antibiotika dengan kombinasi antiinflamasi
- Tidak boleh mengangkat benda berat, menggosok mata, berbaring di sisi mata
yang baru dioperasi, dan mengejan keras.
- Kontrol teratur untuk evaluasi luka operasi dan komplikasi setelah operasi.
- Bila tanpa pemasangan IOL, maka mata yang tidak mempunyai lensa lagi (afakia)
visusnya 1/60, sehingga perlu dikoreksi dengan lensa S+10D untuk melihat jauh.
Koreksi ini diberikan 3 bulan pasca operasi. Sedangkan untuk melihat dekat perlu
diberikan kacamata S+3D.
d. Komplikasi
Komplikasi operasi katarak bervariasi berdasarkan waktu dan luasnya.
Komplikasi dapat terjadi intra operasi atau segera sesudahnya atau periode pasca operasi
lambat. Oleh karenanya penting untuk mengobservasi pasien katarak paska operasi
dengan interval waktu tertentu yaitu pada 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, dan 3 bulan setelah
operasi katarak. Angka komplikasi katarak adalah rendah. Komplikasi yang sering terjadi
endoftalmitis, ablasio retina, dislokasi atau malposisi IOL, peningkatan TIO, dan edema
macula sistoid.
e. Prognosis

Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan


tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis, karena adanya ambliopia dan kadang-
kadang anomali saraf optikus atau retina. Prognosis untuk perbaikan ketajaman
pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling
baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat. Prognosis
penglihatan pasien dikatakan baik apabila:
Fungsi media refrakta baik
Fungsi retina baik
Fungsi makula baik
Fungsi optik disc baik
Fungsi N. Opticus (N.II) baik
Fungsi serebral baik
Tidak terdapat kelainan refraksi
Tidak ada amblyopia
DRY EYE SYNDROME
a. DEFINISI
Definisi Sindroma Mata Kering (Dry Eye Syndrome) ialah suatu gangguan pada
permukaan mata yang ditandai dengan ketidakstabilan produksi dan fungsi dari
lapisan air mata Mata kering adalah penyakit multifaktorial pada air mata dan
permukaan mata yang menghasilkan gejala tidak nyaman, gangguan penglihatan,
dan tidak stabilnya film air mata yang berpotensi mengalami kerusakan pada
permukaan mata. Mata kering juga disertai dengan peningkatan osmolaritas film
air mata dan peradangan pada permukaan mata.
b. ETIOLOGI
Banyak diantara penyebab dry eye mempengaruhi lebih dari satu komponen film
air mata atau berakibat perubahan permukan muka yang secara sekunder
menyebabkan film air mata menjadi tidak stabil. Ciri histopatologik termasuk
timbulnya bintik-bintik kering kornea dan epitel konjungtiva, pembentukan
filamen, hilangnya sel goblet konjungtiva, pembesaran abnormal sel epitel non-
goblet, peningkatan stratifikasi sel, dan penambahan keratinasi
Etiologi dari dry eye syndrome/keratokeratokonjungtivitis sika yaitu1:
A. Kondisi ditandai hipofungsi kelenjar lakrimal

1. Kongenital
a. Dysautonomia familier (sindrom Riley-Day)
b.Apalasi kelenjar lakrimal (alakrima kongenital)
c. Aplasia nervus trigeminus
d.Dysplasia ektodermal
2. Didapat
a. Penyakit sistemik
1.Sindroma sjorgen
2.Sklerosis sistemik progresif
3.Sarkoidosis
4.Leukemia, limfoma
5.Amiloidosis
6.Hemokromatosis
b. Infeksi
1. Trachoma
2. Parotitis epidemica
c. Cedera
1. Pengangkatan kelenjar lakrimal
2. Iradiasi
3. Luka bakar kimiawi
d. Medikasi
1. Antihistamin
2. Antimuskarinik; atropin, skopalamin
3. Anestetika umum; halothane, nitrous oxide
4. Beta-adregenik blocker; timolol, practolol
e. Neurogenik-neuroparalitik (fasial nerve palsy)
B. Kondisi ditandai defisiensi musin
1. Avitaminosis A
2. Sindrom steven-johnson
3. Pemfigoid okuler
4. Konjungtivitis menahun
5. Luka bakar kimiawi
6. Medikasi-antihistamin, agen muskarin, agen beta-adregenic blocker
C. Kondisi ditandai defisiensi lipid
1. Parut tepian palpebra
2. Blepharitis
c. EPIDEMIOLOGI
Mata kering merupakan salah satu gangguan yang sering pada mata, persentase
insidenisanya sekitar 10-30% dari populasi, terutama pada orang yang usianya
lebih dari 40 tahun dan 90% terjadi pada wanita. Frekuensi insidensia sindrom
mata kering lebih banyak terjadi pada ras Hispanic dan Asia dibandingkan dengan
ras kaukasius
d. MANIFESTASI KLINIS
Pasien dengan mata kering paling sering mengeluh tentang sensasi gatal atau
berpasir (benda asing). Gejala umum lainnya adalah gatal, sekresi mukus berlebihan,
tidak mampu menghasilkan air mata, sensasi terbakar, fotosensitivitas, merah, sakit,
dan sulit menggerakkan palpebra.

Pada kebanyakan pasien, ciri paling luar biasa pada pemeriksaan mata adaah
tampilan yang nyata-nyata normal. Ciri yang paling khas pada pemeriksaan slitlamp
adalah terputus atau tiadanya meniskus air mata di tepian palpebra inferior. Benang-
benang mukuskental kekuning-kuningan kadang-kadang terlihat dalam fornix
conjungtivae inferior. Pada konjungtiva bulbi tidak tampak kilauan yang normal dan
mungkin menebal, beredema dan hiperemik.

Epitel kornea terlihat bertitik halus pada fissura interpalpebra. Sel-sel epitel
konjungtiva dan kornea yang rusak terpulas dengan bengal rose 1% dan defek pada
epitel kornea terpulas dengan fluorescein. Pada tahap lnjut keratokonjungtivitis sicca
tampak filamen-filamen dimana satu ujung setiap filamen melekat pada epitel kornea
dan ujung lain bergerak bebas. Pada pasien dengan sindrom sjorgen, kerokan dari
konjungtiva menunjukkan peningkatan jumlah sel goblet. Pembesaran kelenjar
lakrimal kadang-kadang terjadi pada sindrom sjorgen.

e. PATOFISIOLOGI
f. DIAGNOSIS

Diagnosis dan penderajatan keadaan mata kering dapat diperoleh dengan teliti memakai
cara diagnostik berikut:

A. Tes Schirmer
Tes ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan memasukkan strip
Schirmer (kertas saring Whatman No. 41) kedalam cul de sac konjungtiva inferior
pada batas sepertiga tengah dan temporal dari palpebra inferior. Bagian basah yang
terpapar diukur 5 menit setelah dimasukkan. Panjang bagian basah kurang dari 10
mm tanpa anestesi dianggap abnormal.
Bila dilakukan tanpa anestesi, tes ini mengukur fungsi kelenjar lakrimal utama,
yang aktivitas sekresinya dirangsang oleh iritasi kertas saring itu. Tes Schirmer yang
dilakukan setelah anestesi topikal (tetracaine 0.5%) mengukur fungsi kelenjar
lakrimal tambahan (pensekresi basa). Kurang dari 5 mm dalam 5 menit adalah
abnormal.
Tes Schirmer adalah tes saringan bagi penilaian produksi air mata. Dijumpai hasil
false positive dan false negative. Hasil rendah kadang-kadang dijumpai pada orang
normal, dan tes normal dijumpai pada mata kering terutama yang sekunder terhadap
defisiensi musin.1,5

Gambar2. Diambil dari http://webeye.ophth.uiowa.edu


B. Tear film break-up time
pengukuran tear film break-up time kadang-kadang berguna untuk
memperkirakan kandungan musin dalam cairan air mata. Kekurangan musin mungkin
tidak mempengaruhi tes Schirmer namun dapat berakibat tidak stabilnya film air
mata. Ini yang menyebabkan lapisan itu mudah pecah. Bintik-bitik kering terbentuk
dalam film air mata, sehingga memaparkan epitel kornea atau konjungtiva. Proses ini
pada akhirnya merusak sel-sel epitel, yang dapat dipulas dengan bengal rose. Sel-sel
epitel yang rusak dilepaskan kornea, meninggalkan daerah-daerah kecil yang dapat
dipulas, bila permukaan kornea dibasahi flourescein.
Tear film break-up time dapat diukur dengan meletakkan secarik keras
berflourescein pada konjungtiva bulbi dan meminta pasien berkedip. Film air mata
kemudian diperiksa dengan bantuan saringan cobalt pada slitlamp, sementara pasien
diminta agartidak berkedip. Waktu sampai munculnya titik-titik kering yang pertama
dalam lapisan flourescein kornea adalah tear film break-up time. Biasanya waktu ini
lebih dari 15 detik, namun akan berkurang nyata oleh anestetika lokal, memanipulasi
mata, atau dengan menahan palpebra agar tetap terbuka. Waktu ini lebih pendek pada
mata dengan defisiensi air pada air mata dan selalu lebih pendek dari normalnya pada
mata dengan defisiensi musin.

Gambar 3. Diambil dari http://www.systane.ca

C. Tes Ferning Mata


Sebuah tes sederhana dan murah untuk meneliti mukus konjungtiva dilakukan
dengan mengeringkan kerokan konjungtiva di atas kaca obyek bersih. Arborisasi
(ferning) mikroskopik terlihat pada mata normal. Pada pasien konjungtivitis yang
meninggakan parut (pemphigoid mata, sindrom stevens johnson, parut konjungtiva
difus), arborisasi berkurang atau hilang.1
D. Pemulasan Flourescein
Menyentuh konjungtiva dengan secarik kertas kering berflourescein adalah
indikator baik untuk derajat basahnya mata, dan meniskus air mata mudah terlihat.
Flourescein akan memulas daerah-daerah tererosi dan terluka selain defek
mikroskopik pada epitel kornea.1
E. Penguji Kadar Lisozim Air Mata
Penurunan konsentrasi lisozim air mata umumnya terjadi pad awal perjalanan
sindrom Sjorgen dan berguna untuk mendiagnosis penyakit ini. Air mata ditampung
pada kertas Schirmer dan diuji kadarnya. Cara paling umum adalah pengujian secara
spektrofotometri.
F. Osmolalitas Air Mata
Hiperosmollitas air mata telah dilaporkan pada keratokonjungtivitis sicca dan
pemakaian kontak lens dan diduga sebagai akibat berkurangnya sensitivitas kornea.
Laporan-laporan menyebutkan bahwa hiperosmolalitas adalah tes paling spesifik bagi
keratokonjungtivitis sicca. Keadaan ini bahkan dapat ditemukan pada pasien dengan
Schirmer normal dan pemulasan bengal rose normal.
G. Lactoferrin
Lactoferrin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan hiposekresi
kelenjar lakrimal. Kotak penguji dapat dibeli dipasaran.

g. PENGOBATAN

Pasien harus mengerti bahwa mata kering adalah keadaan menahun dan
pemulihan pemulihan total sukar terjadi, kecuali pada kasus ringan, saat
perubahan epitel pada kornea dan konjungtiva masih reversibel.1 Air mata buatan
adalah terapi yang kini dianut. Salep berguna sebagai pelumas jangka panjang,
terutama saat tidur. Bantuan tambahan diperoleh dengan memakai pelembab,
kacamata pelembab bilik, atau kacamata berenang.

Fungsi utama pengobatan ini adalah penggantian cairan. Pemulian musin


adalah tugas yang lebih berat. Tahun-tahun belakangan ini, ditambahkan polimer
larut air dengan berat molekul tinggi pada air mata buatan, sebagai usaha
memperbaiki dan memperpanjang lama pelembaban permukaan.agen
mukomimetik lain termasuk Na-hialuronat dan larutan dari serum pasien sendiri
sebagai tetesan mata. Jika mukus itu kental, seperti pada sindrom Sjorgen, agen
mukolitik (mis, acetylcystein 10%) dapat menolong.

Topikal cyclosporine A
Topikal corticosteroids
Topikal/sistemik omega-3 fatty acids: Omega-3 fatty acids menghambat
sintesis dari mediator lemak dan memblok produksi dari IL-1 and TNF-alpha.

Pasien dengan kelebihan lipid dalam air mata memerlukan instruksi


spesifik untuk menghilangkan lipid dari tepian palpebrae. Mungkin diperlukan
antibiotika topikal atau sistemik. Vitamin A topikal mungkin berguna untuk
memulihkan metaplasia permukaan mata.

Semua pengawet kimiawi dalam air mata buatan akan menginduksi


sejumlah toksisitas kornea. Benzalkonium chlorida adalah peparat umum yang
paling merusak. Pasien yang memerlukan beberapa kali penetesan sebaiknya
memakai larutan tanpa bahan pengawet. Bahan pengawet dapat pula
menimbulkan reaksi idiosinkrasi. Ini paling serius dengan timerosal.1

Pasien dengan mata kering oleh sembarang penyebab lebih besar


kemungkinan terkena infeksi. Blepharitis menahun sering terdapat dan harus
diobati dengan memperhatikan higiene dan memakai antibiotika topikal. Acne
rosacea sering terdapat bersamaan dengan keratokonjungtivitis sicca, dan
pemgobatan dengan tetrasklin sistemik ada manfaatnya.
Tindakan bedah pada mata kering adalah pemasangan sumbatan pada
punktum yang bersifat temporer (kolagen) atau untuk waktu lebih lama (silikon),
untuk menahan sekret air mata. Penutupan puncta dan kanalikuli secara permanen
dapat dilakukan dengn terapi themal (panas), kauter listrik atau dengan laser

h. PROGNOSA
Secara umum, prognosis untuk ketajaman visual pada pasien dengan sindrom
mata kering baik
i. KOMPLIKASI
Pada awal perjalanan keratokonjungtivitis sicca, penglihata sedikit
terganggu. Dengan memburuknya keadaan, ketidaknyamanan sangat menggangu.
Pada kasus lanjut, dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea, dan perforasi.
Kadang-kadang terjadi infeksi bakteri sekunder, dan berakibat parut dan
vaskularisasi pada kornea, yang sangat menurunkan penglihatan. Terapi dini
dapat mencegah komplikasi-komplikasi ini.

Você também pode gostar