Você está na página 1de 26

MAKALAH

CHOLESISTITIS

O LE H

NIM :

POLITEKNIK KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

2003
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hati merupakan organ yang berperan pada hampir semua fungsi metabolik

tubuh, dan khususnya bertanggung jawab atas lebih dari 500 aktivitas yang

berbeda. Pembentukan dan sekresi empedu merupakan fungsi utama hati.

Empedu merupakan suatu cairan isosmotik yang mengandung kira-kira 97

% air (Sodeman ; 1995, 599). Selain menyimpan, mengangkut, dan

memngeluarkan empedu, kandung empedu juga berfungsi memekatkan empedu.

Empedu sendiri mengandung garam-garam empedu yang bersifat amfipatik,

pigmen empedu, dan bahan lain yang larut dalam larutan elektrolit alkalis.

Kandung empedu sendiri mampu menyimpan sekitar 45 ml empedu, yang

akan disalurkan ke duodenum oleh adanya relaksasi sfingter oddi.

Pengetahuan mengenai metabolisme garam empedu sangat penting karena

garam empedu dibutuhkan untuk dua fungsi penting, yakni :

1. Pelarutan miselar pada arbsorbsi lemak dalam makanan.

2. Pemeliharaan kolesterol empedu dalam larutan (Sodeman ; 1995, 600).

Empedu akan disekresikan setiap hari. Sebagian komponen empedu

diserap ulang dalam usus, kemudian dieksresikan kembali oleh hati (sirkulasi

enterohepatik) (Ganong;1998, 487 ).


Karena itu kandung empedu juga memegang peranan yang sangat penting

dalam proses metabolik tubuh. Apabila terjadi perubahan konsentrasi pada

komponen empedu maka akan dapat berakibat fatal pada fungsi empedu seperti

cholesistitis yang merupakan diagnosa penyerta dari adanya batu empedu

(kolelitiasis).

B. Pokok Bahasan

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai cholesistitis baik akut maupun

kronik yang meliputi pengertian, etiopathofis, gejala klinik dan komplikasi, studi

diagnosa dan penemuan. Kemudian dilanjutkan dengan asuhan keperawatan yang

dimulai dari pengkajian, analisa data, diagnnosa keperawatan, intervensi,

implementasi sampai dengan evaluasi.

C. Tujuan

1. Umum.

Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mekanisme dari

penyakit cholesistitis.

2. Khusus.

Agar mahasiswa mampu :

Mendefinisikan pengertian cholesistitis.

Mennyebutkan etiologi dengan benar.

Menjelaskan patofisiologis dari colesistitis.

Menyebutkan maniffestasi klinik cholesistitis.


Merumuskan asuhan keperawatan pada pasien dengan cholesistitis dimulai

dari pengkajian, analisa data, merumuskan diagnosa, intervensi,

implementasi sampai evaluasi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Cholesistitis adalah suatu inflamasi pada kandung empedu secara akut atau
kronik dan biasa terjaddi akibat penggendapan batu empedu (Mosby;1991, 1363).
B. Etiologi
Diperkirakan bahwa adanya sumbatan yang dikombinasi dengan infeksi
bakterial merupakan salah satu penyebab dari adanya cholesistitis akut. Sumbatan
tersebut terjadi karena adanya batu empedu yang terbentuk akibat perubahan
komposisi empedu.
Batu-batu empedu tersebut bisa tedapat di duktus koledukus, duktus
hepatikus, dan duktus pankreas. Sumbatan batu empedu dapat mengakibatkan
distensi kandung empedu serta gangguan aliran darah dan limfe dan bakteri
komensal kemudian berkembang biak. Adapun jenis-jenis batu dapat
diklasifikasikan berdasarkann substansi yang membentuknya yaitu batu yang
berasal dari bilirubin dan yang berasal dari kolesterol.
Batu pigmen Batu kolesterol
Penampilan Tepi bergerigi Permukaan halus
Warna Cokelat kemerahan tua Bening
Pembentukan Intraduktus Di dalam vesika felea
Pasca kolesistektomi Dapat kambuh Jarang kambuh
Penyakit yang berkaitan Keadaan hemolitik sirosis Kolesterol berlebihan
investasi parasit
Jenis batu empedu, disadur dari ( Sodeman patofisiologi tab. 31-2 Hal.603 ).
C. Phatofisiologi
Ada beberapa faktor spesifik yang mendukung terbentuknya batu empedu

yaitu; faktor metabolis, stasis dan peradangan.

1. Faktor metabolis.

Peningkatan salah satu dari tiga komponen utama empedu (asam empedu,

bilirubin dan kolesterol) dapat mendukung terbentuknya batu. Metabolisme

kolesterol yang tidak sempurna sering dijumpai pada orang dengan obesitas,

grafida, diabetes dan hypotiroidisme.

2. Statis.

Penimbunan bilirubin dalam kandung empedu akann mengakibatkan

penyerapan air yang berkelebihan dan darah empedu akan membantu

mempercepat proses terbentuknya batu.

3. Peradangan.

Mukosa kandung empedu yang sebenarnya tidak permiabel akan menjadi

permiabel dan asam empedu yang membantu melarutkan kolesterol diserap

sehingga kolesterol gagal dilarutkan.

Setelah batu terbentuk, maka akan menimbulkan nekrosis, tekanan dan

infeksi pada dinding saluran empedu. Akibanya akan terjadi kejang dan nyeri

akibat peradangan. Cholesistitis kronik merupakan perpanjangan cholesistitis

akut. Namun cholesistitis kronik lebih banyak disebabkan oleh mekanikal dan

injuri bahan kimia olehh batu empedu, akibat scar dan ulcer pada dinding saluran

empedu. Pada cholesisttitis kronik dapat terjadi infeksi bakteri, dan pada saluran

empedu akan terlihat putih mutiara dan cairan empedu menjadi keruh.
Perdangan pada cholesistitis akut dan kronik akan merangsang respon

tubuh. Nyeri dapat terjadi akibat hambatan aliran empedu. Selain menimbulkan

nyeri, peradangan juga dapat mengakibatkan tendernes ( lunak ) pada saluran

kanan atas. Pada cholesistitis kronis dapat terjadi abstraksi dalam jangka waktu

yang lama dan mengakibatkan gangguan fungsi gastrointestinal dan joundice.

Pathofisiologi pathway :

Faktor Spesifik
Metabolisme Statis Peradangan

Peningkatan salah Satu Bilirubin tertimbun Mukosa kandungan empedu


(asam empedu, bilirubin, menjadi pemiabel
kolesterol).

Penyerapan air >> (garam


empedu mempercepat)

Terbentuk batu

Nekrois tekanan dan infeksi


Saluran empedu

Kejang, nyeri (radang)

Acut Kronik
Radang, Istemia Akibat mekanisme dan kimia batu empedu

Infeksi sekunder dari sejumlah organisme Penebalan dinding saluran


melalui pembuluh darah dan ke lime Empedu

Kendung empedu membesar dan keras Muncul infeksi bakteri sekunder


(dinding akan variabel dan nekrotik)

Radang pada selaput perut Kandung empedu tampak bulat putih dan
berisi empedu yang keruh

Dapat melekat pada dinding abdomen atau


dinding sekitar

Manifestasi klinik
(akut dan kronik)
D. Manifestasi klinik dan komplikasi

1. Cholesistitis akut
Nyeri hebat pada epigastrium kanan atas secara mendadak, lalu akan

menyebar ke punggung dan bahu kanan.

Penderita berkeringat banyak dan gelisah.

Nausea dann vomiting.

Nyeri dapat berlangsung lama dan dapat kambuh lagi.

Bila sakit mereda, maka nyeri dapat terjadi di atas kandung empedu,

gejala nyeri akan bertambah bila makan banyak lemak.

Demam dan ikterus (bila terdapat batu di duktus koledokus dan

sistikus).

2. Cholesistitis kronis

Manifestasi klinis cholesistitis kronik hampir sama dengan cholesistitis akut

tetapi beratnya nyeri dan tanda-tanda fisik tak kelihatan. Komplikasi yang

biasa terjadi adalah adanya infeksi kandung empedu serta obstruksi pada

duktus sistikus atau duktus koledokus.

E. Studi diagnosa dan penemuan

1. Pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan adanya leukositosis,

hiperbilirubinemia, dan peninggian alkali fosfatase.

2. Pemeriksaan radiologik :

a. Ultrasound : menyatakan kalkuli, distensi kandung empedu/duktus

empedu.
b. Kolesistogram (untuk cholesistitis kronik) menyatakan adanya batu pada

kandung empedu.

c. Skan CT : menyatakan kista kandung empedu, dilaktasi duktus empedu

dan membedakan antara ikterik obstraksi/non obstraksi

d. Foto abdomen (multi posisi) : menyatakan gambaran radiology

(klasifikasi) batu empedu, klasifikasi dinding atau pembesaran kandung

empedu.

ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
1. Data subjekif

a. Adanya gangguan rasa nyaman/nyeri : lokasi,

lama, beratnya, aktor pencetus.

b. Pada gastrointestinal : nausea, vomiting,

anorexia, eruction, tidak toleransi pada makanan berlemak, perubahan

warna urine dan faeces.

c. Riwayat demam dan menggigil, serangan

jaundice.

d. Masalah pengetahuan tentang pengobatan dan

harapan akan pengobatan.

2. Data objektif

a. Tanda vital : TD, nadi, pernapasan dan suhu meningkat.

b. Status cairan : BB, turgor kulit, mukosa membran lembab, intake

dan out put.

c. Adanya jaundice.

d. Distensi abdomen, tendernes pada kuadran kanan atas.

e. Wajah menahan nyeri, perilaku berhati-hati dan gelisah.

II. Diagnosa Keperawatan

1. Potensial kekurangan volume cairan tubuh b/d Nausea, vomiting, penurunan

intake,demam.

Goal : pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan yang

adekuat selama perawatan.


Objective : -. Dalam jangka waktu 24 jam mukosa mulut lembab, turgor

kulit normal dan TTV dalam batas normal.

-. Dalam jangka waktu 2 3 Jam pasien tidak menunjukkkan

gejala mual muntah.

2. Potensial terjadi injuri dan pendarahan b/d gangguan obstruksi vitamin K.

Goal : pasien akan mempertahankan keutuhan / integritas kulit selama

dalam perawatan.

Objective : pasien tidak akan menunjukkan tanda-tanda pendarahan dan

kerusakan integritas kulit.

3. Nyeri b/d agen cedera biologis : obstruksi/spasemen duktus, proses inflamasi,

iskemia jaringan/nekrosis.

Goal : pasien akan menunjukkan perasaam nyaman selama perawatan.

Objective : dalam jangka waktu 1 2 Jam pasien akan menunjukkan perasaan

nyaman dan perilaku nyeri hilang.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual/muntah dyspepsia

dan gangguan pencernaan lemak sehubungan dengan obstruksi aliran empedu.

Goal : pasien akan pertahankan pola nutrisi yang adekuat selama perawatan.

Objective : -. Dalam jangka waktu 1 2 Jam mual / muntah akan berhenti.

-. Pasien akan menghabiskan porsi makan yang diberikan setiap

kali makan.

5. Kurang pengetahuan b/d kurang terpapan informasi


Goal : pasien akan memahami tentang penyakit dan berpartisipasi dalam

program pengobatan selama pengobatan.

Objective : dalam jangka waktu 30 menit setelah penjelasann pasien dapat

menjelaskan gambaran penyakit secara umum.

III. Intervensi (perencanaan)

Diagnosa Intervensi Rasional


1. Potensia Kaji membran mukosa / kulit, Memberikan informasi

l nadi perifer dan pengisian tentang status cairan /

kekurangan kapiler. volume sirkulasi dan

volume Awasi tanda / gejala kebutuhan penggantian.

cairan b/d peningkatan / berlanjutnya Muntah berkepanjangan,

Nausea, mual muntah, keram aspirasi gaster dan

vomiting; abdomen,kelemahan kejang, pembatasan pemasukan

penurunan kejang ringan, kecepatan oral dapat menimbul-

intake jantung tak teratur, parestesia, kan defisit natrium,

demam. hipoaktif/ tak adanya bising kalium dan klorida.

usus, depresi pernapasan.

Hindarkan lingkungan yang

berbau. Menurunkan rangsangan

Lakukan kebersihan oral pada pusat muntah.

dengan pencuci mulut : Menurunkan kekeringan

berikan minyak. membran mukosa, menu-


runkan resiko pendara-

Kaji pendarahan yang tak han oral.

biasanya.Contoh : Protrombin menurun dan

pendarahan terus-menerus waktu koagulasi

pada sisi injeksi, mimisan, memanjang bila aliran

pendarahan gusi, ekimosis, empedu terhambat,

petekkie, hematemesis / meningkatkan resiko

melemah. pendarahan/ hemonagi.

Kolaborasi

Masukkan selang NG,

hubungkan ke penghisap Memberikan istirahat

dan pertahankan potensi pada traksus GI.

sesuai indikasi.

Berikan anti emetik, contoh :

proglorperazin (compazine). Menurunkan mual dan

Kaji ulang pemeriksaan mencegah muntah.

laboratorium. Contoh : Membantu dalam eva-

Ht/Hb, elektrolit; GDA (pH); luasi volume sirkulasi,

waktu pembekuan. mengidentifikasi defisit

dan mempengaruhi

pilihan intervensi atau


Berikan cairan IV, elektrolit penggantian/koreksi.

dan vitamin K. Mempertahankan

volume sirkulasi dan

memperbaiki ketidak-

seimbangan.

Lakukan tekanan pada area

bekas injeksi ( vena + 5 Menurunkan trauma,

2. Potensia menit, arteri + 10 menit ) resiko pendarahan/pem-

l terjadi dan gunakan jarum terkecil bentukan hematoma.

injuri dan untuk menyuntik.

pendarahan Gunakan sikat gigi lembut

b/d dan kain penyeka, Bantu Menghindari resiko

gangguan pasien untuk beraktivitas tinggi teradap cedera dan

obstruksi sehingga tak jatuh, pasien pendarahan.

vitamin K. memakai sepatu / sendal bila

berjalan.

Kolaborasi

Berikan vitamin K sesuai

aturan. Memperbaiki ketidak-

seimbangan.

Observasi dan catat lokasi,


beratnya (skala 0 10) dan Membantu membedakan

3. Nyeri b/d karakter nyeri (menetap, penybab nyeri dan

agen cedera hilang timbul, kolik). memberikan informasi

bioplogis : tentang kemajuan/perbai-

obstruksi/s kan penyakit, dan

pasme Tingkatkan tirah baring, terjadinya komplikasi.

duktus, biarkan pasien melakukan Tirah baring pada posisi

proses posisi yang nyaman. fowler rendah

inflamasi, menurunkan tekanan

iskemia intraabdomen ; namun

jaringan/ pasien akan melakukan

nekrosis. posisi yang menghilang-

Gunakan sprei halus/katun ; kan nyeri secara alamiah.

cairan kalamin ; minyak Menurunkan iritasi/kulit

mandi (Alpha keri), kompres kering dan sensasi gatal.

dingin sesuai indikasi.

Dorong menggunakan

tekhaik relaksasi, contoh Menigkatkan isirahat,

bimbingan imajinasi, memusatkan kembali

vasualisasi, latihan nafas perhatian, dapat

dalam. meningkatan koping.


Kolaborasi

Perahankan status puasa,

masukan/pertahankan Membuang secret gastes

penghisapan NG sesuai yang merangsang

indikasi. pengeluaran

Berikan obat sesuai indikasi: kolesistokinin dan

kontraksi kandung

Antikolinergik, empedu.

contoh : atropin, Menghilangkan refleks

propantelin (pro- spasme/kontraksi otot

Banthine). halus dan membantu

dalam manajemen nyeri.

Sedatif, contoh Meningkatkan istirahat

fenobarbital. dan merilekskan otot

halus, menghilangkan

nyeri.

Narkotik, contoh : Memberikan penurunan

meperidine hidroklorida nyeri hebat.

(Demerol), morfin sulfat

4. Perubahan

nutrisi Kaji distensi abdomen, Tanda-tanda non-verbal


kurang dari berhati-hati, mendadak ketidak-nyamanan b/d

kebutuhan bergerak. gangguan pencernaan.

tubuh b/d Kaji/hitung pemasukan Mengidentifikasi

mual/mun- kalori. kekurangan/kebutuhan

tah, nutrisi.

dyspepsia Timbang BB sesuai indikasi. Mengawasi keefektifan

dan rencana diet.

gangguan Berikan suasana Untuk meningkatkan

pencernaan menyenangkan pada saat nafsu makan/menurun-

lemak makan, hilangkan kan mual.

sehubungan rangsangan berbau.

dengan Berikan kebersihan oral Mulut yang bersih

obstruksi sebelum makan. meningkatkan nafsu

aliran makan.

empedu. Ambulasi dan tingkatkan Membantu dalam

aktivitas sesuai toleransi. mengeluarkan flatus dan

penurunan distensi

Kolaborasi abdomen.

Konsul dengan ahli diet/tim Berguna dalam membuat

pendukung nutrisi sesuai kebutuhan nutrisi

indikasi. individual melalui rute


yang paling tepat.

Mulai diet cair rendah lemak Pembatasan lemak

Setelah selang NG di lepas. menurunkan rangsangan

pada kandung empedu

serta mencegah

kekambuhan.

5. Kurang Berikan garam empedu, Meningkatkan

pengtahuan contoh : biliron : zanchol : pencernaan dan absorbsi

b/d kurang asam dehidrokoik (decholin) lemak, vitamin larut

terpapar sesuai indikasi. dalam lemak, kolesterol.

informasi. Berguna pada kolesitis

kronis.

Awasi pemeriksaan Memberkan informasi

laboratorium, contoh : BUN, tentang kekurangan

albumin/protein serum, nutrisi/keefektifan terapi.

kadar transferin.

Berikan penjelasan atau alas Informasi menurunkan

an tes dan persiapannya. cemas, dan rangsangan

simpatis.

Kaji ulang proses penyakit / Memberikan dasar


progosis. Diskusikan pengetahuan dimana

perawatan dan pengobatan. pasien dapat membuat

pilihan berdasarkan

informasi.

Diskusikan program Kegemukan adalah

penurunan BB bila factor resiko yang

diindikasikan. dihubungkan dengan

kolesistitis.

Anjurkan pasien untuk Mencegah/membatasi

menghindari makanan/minu- terulangnya serangan

man tinggi lemak. kandung empedu.

Anjurkan istirahat pada Meningkatkan aliran

posisi semi-fowler setelah empedu dan relaksasi

makan. umum selama proses

pencernaan awal.

IV. Implementasi

Diagnosa I :

1. Mengkaji membran mukosa/kulit, nadi perifer dan pengirian kapiler.

2. Mengawasi tanda/gejalah peningkatan/berlanjutnya mual muntah, kram

abdomen, kejang, kecepatan jantung, pernapasan dan bising usus.


3. Menciptakan lingkungan yang nyaman (bebas dari bau).

4. Membnatu pasien membersihkan oral dengan pencuci mulut (minyak).

5. Mengkaji perdarahan yang tidak biasanya terjadi.

6. Kolaborasi dengan dokter untuk memasang selang NG, pemberian anti emetik

dan memberikan IV, elektrolit serta Vitamin K.

7. Mengkaji kembali pemeriksaan laboratorium.

Diagnosa II :

1. Melakukan tekanan yang lebih lama pada area bekas injeksi dan untuk

menyuntik menggunakan arum yang terkecil.

2. Menggunakan sikat gigi lembut dan kain penyeka, membantu pasien

beraktvitas, mengajurkan pasien menggunakan sandal/sepatu.

3. Kolabrasi untuk memberikan vitamn K sesuai aturan.

Diagnosa III :

1. Mengobservasi dan mencatat lokasi nyeri, berat (skala 0-10) dan karakter

nyeri.

2. Membiarkan pasien melakukan posisi yang nyaman dan meningkatkan tirah

baring.

3. Memasang sprei halus/katun, melakukan kompres dingin/lembab dan

memberikan cairan kalamin.

4. Kolaborasi untuk memberikan obat sesuai indikasi.

5. Mempertahankan status puasan, masukan/mempertahankan pengisapan NG

sesuai indikasi.
Diagnosa IV :

1. Menkaji distensi abdomen, pemasukan kalori dan respon (berhati-hati,

menolak) serta BB.

2. Menciptakan suasana nyaman yaitu kebersihan oral sebelum makan,

menghilangkan rangsangan berbau.

3. Meningkatkan aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi tindakan kolaborasi.

4. Melakukan kolaborasi dengan ahli diet/tim pendukung nutrisi.

5. Memberikan diet cair rendah lemak setelah selang NG dilepas dan

memberikan garam empedu.

6. Mengkaji kembali pemeriksaan laboratorium.

Diagnosa V :

1. Menjelaskan alas an tes persiapannya.

2. Mendiskusikan penurunan BB bila diindikasikan serta perawatan dan

pengobatan.

3. Mengkaji ulang proses penyakit/prognosis.

4. Menganjurkan pasien untuk menghindari makanan/minuman tinggi lemak.

5. Menganjurkan agar pasien beristirahat pada posisi semi-fowler setelah makan.

Jenis prosedur operasi yang dapat dilakukan dan didefinisinya :

1. Cholechystectmy : pengangkatan kandung empedu.

2. Cholecystostomy : membuka gald badder untuk mengalirkan empedu dan

mengurangi tekanan pada saluran empedu.


3. Choleclochostomy : Insisi bedah pada saluran empedu biasa.

4. Choledocholithotomy : Pengangkatan batu empedu dari saluran empedu yang

biasa.

5. Choledochoduodenostomy : Membuat hubungan antara saluran empedu dan

duodenum.

6. Cholechystogastrostmy : Anastomosis (sambung) antara gall bladder dengan

lambung.

V. Evaluasi

1. Volume cairan tubuh dalam batas normal ditandai dengan keseimbangan

intake dan out put, TTV kembali normal (5 : 36,5o , 37,5o , TD : 120/80 mm

Hg, R : 18 x/mnt, N : 80 x/mnt).

2. Tidak teradi injuri dan pasien tidak menunjukan tanda-tanda perdarahan,

integritas kulit kembali normal.

3. Pasien tidak merasa nyeri (nyeri berkurang dari skala 10-0) dan tidak

menunjukan perilaku nyeri lagi.

4. Pola kebutuhan nutrisi pasien kemmbali normal, mual muntah hilang dan

dapat menghabiskan setiap porsi makan yang diberikan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Cholesistitis merupakan suatu inflamasi pada kandung empedu yang

merupakan diagnosa penyerta dari cholelitiasis. Cholesistitis dapat terjadi oleh

beberapa faktor yaitu metabolik, stasis dan peradangan.

Cholesistitis dapat terjadi secara akut dan kronik pada penderita cholesistitis

biasanya akan menimbulkan gejala nyeri hebat pada epigastrium kanan,

berkeringat dan gelisah, mual/muntah, dan tanda-tanda vital meningkat.

Studi diagnosa yang dapat dilakukan pada penderita cholesistitis antara lain : ultra

sound, kolesistogram, CT skan, dan foto abdomen. Sedangkan pada pemeriksaan

laboratorium akan ditemukan adanya leukositosis, hiperbilirubin,dan alkali-

fosfatase yang meningkat.

B. Saran

Dalam upaya mutu meningkatkan pelayanan kesehatan terutama dalam

melaksanakan asuhan keperawatan ada pasien cholesistitis maka disarankan bagi

para perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan demi peningkatan mutu

pelayanan dan dapat solusi bagi masalah baik individu, keluarga dan kelompok.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn. E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi
3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC ; Jakarta.

Ganong William. F, 1998, Buku Ajaran Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC ; Jakarta.

Junaidi. P, dkk, 1982, Kapitsa Selekta Kedokteran, Media Aesculapius ; Jakarta.

Long. P and Cassmeyer. W, 1991, Medical-Surgical Nursing Concepts and


Clinical Practice, Fourth Edition, Mosby Year Book.

Sodeman. A dan Sodeman. Thomas, 1995, Sodeman Patofisiologi, Edisi 7 Jilid


II, Hipokrates ; Jakarta.

Você também pode gostar