Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. Apa saja perubahan fisiologis dan anatomi yang terjadi pada fase nifas? Bedanya
multipara dan nulipara
Definisi
Masa nifas atau masa puerpurium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah 6 minggu.
adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas 6-8 minggu.
SINOPSIS OBSETRI JILID 1 EGC
Periode :
(1) Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah
40 hari.
(2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang
lamanya 6-8 minggu.
(3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, atau
tahunan.
Mochtar Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Cetakan I, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Beberapa jam setelah placenta keluar: HPL dalam serum tidak terdeteksi, HCG tidak
terdeteksi juga pada hari ke 10), estrogen kembali normal sebelum hari ke 7 masa
nifas, prolaktin meningkat, oksitosin meningkat (kontraksi uterus, ejeksi ASI)
Yang paling terbanyak dan lebih dari 50% : streptococcus anaerob yang sebenarnya
tidak pathogen sebagai penghuni normal jalan lahir
Kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain :
1. Streptococcus haemoliticus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari
penderita lain, alat2 yang tidak suci hama, tangan penolong, dan sebagainya.
2. Staphylococcus aureus
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab
infeksi di rumah sakit.
3. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum, menyebabkan infeksi terbatas.
4. Clostridium welchii
Kuman anaerobic yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
Infeksi
- Patofisiologi
- Kuman-kuman memasuki endometritis, biasanya pada luka insersio plasenta dan
dalam waktu singkat mengikuti seluruh endometrium, infeksi dengan kuman yang
tidak beberapa potogen radang terbatas pada endometrium. Jaringan desi dua
bersama-sama dengan bekuan dari menjadi nekrolis dan mengeluarkan getah
berbau dan terdiri atas keeping-keping nekrolis serta cairan. Infeksi yang lebih berat
batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran, penyebaran melalui
pembuluh darah, septikemia dan piemia.
- Penyebab :
- Infeksi umumnya disebabkan oleh kuman-kuman yang sangat patogen.
- - Streptoeoceus baemolyticus golongan A D sangat berbahaya 50 %.
- - Dari semua kematian karena nifas.
- - Septikomia kuman-kuman dan sarangnya di uterus langsung masuk ke
dalam peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum dan dibawa oleh
aliran darah ke tempat-tempat lain antara lain : paru-pari, ginjal, jantung, dll, dan
menyebabkab terjadi abses.
-
- Penyebaran Melalui Jalan Limpe Dan Jalan Lain :
- Peritonitis
- Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limpe di dalam uterus langsung
mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis atau melalui jaringan diantara
kedua ligamentum latum dan menyebabkan parametritis (Sellulisis Pelvika).
- Peritonitis mungkin terbatas pada rongga pelvis saja (pelvio peritonilis). Peritonilis
umum merupakan komplikasi yang berbahaya dan mrupakan sepertiga dari sebab
kematian infeksi.
- Patofisiologis :
- Infeksi jaringan ikat pelvis dalap terjadi melalui tiga jalan, yakni :
- 1. Penyebaran melalui limpe dari luka serviks yang terinfeksi atau endometritis.
- 2. Penyebaran langsung dari luka serviks yang meluas sampai ke dasar
ligamentum.
- 3. Penyebaran sekunder dari tromboflebilis pelvik, proses ini dapat tinggal
terbatas pada dasar ligamentum latum/menyebar ekstraperitoneal ke semua
jurusan.
-
- Penyebaran Melalui Permukaan Endometrium
- Salpingitis Ooforitis
- Kadang-kadang jaringan infeksi menjalar ketuba fallopii dan ovarium disini terjadi
salpingitis dan/ abfritis yang sukar dipisahkan dari polvio peritonitis
PREDISPOSISI
FREKUENSI
Secara umum frekuensi infeksi puerperalis adalah sekitar 1-3%. Secara proporsional
angka infeksi menurut jenis infeksi adalah :
permukaan endometrium.
Gejalanya berupa rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, kadang-kadang
perih saat kencing.
Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu sekitar
38 derajat selsius dan nadi dibawah 100 per menit. Bila luka yang terinfeksi,
tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik
sampai 39-40 derajat selsius, kadang-kadang disertai menggigil.
1. vulvitis luka bekas episiotomi atau robekan perineum yang kena infeksi
2. vaginitis luka karena tindakan persalina terinfeksi
3. servisitisinfeksi pada serviks agak dalam dapat menjalar ke lig. latum dan
parametrium
4. endometritis infeksi pada tempat insersi plasenta dan bisa mengenai
endometrium
Endometritis :
- Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan selaput
Septikemia :
- Sampai 3 hari pasca persalinan suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai
menggigil.
- Suhu sekitar 39-40 derajat selsius, keadaan umum cepat memburuk, nadi cepat
- Tidak lama pasca persalinan, pasien sudah merasa sakit, perut nyeri dan suhu
agak meningkat.
- Gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman
Peritonitis :
- Pada peritonotis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan kecil,
perut
- Muka yang semula kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka
- Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat peritonitis
umum.
- Peritonitis yang terbatas : pasien demam, perut bawah nyeri tetapi keadaan
Selulitis pelvik :
- Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri atau
kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya selulitis pelvika.
- Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus.
- Di tengah jaringan yang meradang itu bissa timbul abses dimana suhu yang mula-
Kapita Selekta Kedokteran. Editor Mansjoer Arif (et al.) Ed. III, cet. 2. Jakarta : Media
Aesculapius. 1999.
4. Jelaskan macam-macam lokhea
Macam macam Lochea :
Lochea rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan sisa sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo,dam mekonium, selama 2 hari post
partum.
Lochea Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3 7
post partum.
Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7
- 14 post partum
Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu
Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk
Lochea stasis : lochia tidak lancer keluarnya.
2. Tissue
a. Retensio plasenta
2) Retensio plasenta
a) Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
sehingga menyebabkan mekanisme separasi fisiologis.
b) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki
sebagian lapisan miometrium.
c) Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan
serosa dinding uterus.
d) Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
serosa dinding uterus.
e) Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,
disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
b. Sisa plasenta
Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal itu
dinamakan retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena : plasenta belum
lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas akan tetapi belum
dilahirkan. Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perarahan, tapi
apabila terlepas sebagian maka akan terjadi perdarahan yang merupakan
indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena
:
- Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vilis korealis menembus
desidua basalis (plasenta akreta) sampai miometrium (palsenta inkreta) sampai
dibawah peritoneum ( plasenta perkreta )
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III. Sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah
uterus yang menghalangi keluarnya plasenta ( inkarserasio plasenta ). Sisa
plasenta yang tertinggal merupakan penyebab 20-25 % dari kasus perdarahan
postpartum.Penemuan Ultrasonografi adanya masa uterus yang echogenic
mendukung diagnosa retensio sisa plasenta. Hal ini bisa digunakan jika perdarahan
beberapa jam setelah persalinan ataupun pada late postpartum hemorraghe. Apabila
didapatkan cavum uteri kosong tidak perlu dilakukan dilatasi dan curettage.
3. Trauma
b. Inversi uterus
d. Vaginal hematom
Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa menyebabkan
antara lain grande multipara, malpresentasi, riwayat operasi uterus sebelumnya,
dan persalinan dengan induksi oxytosin. Repture uterus sering terjadi akibat
jaringan parut section secarea sebelumnya. Laserasi dapat mengenai uterus,
cervix, vagina, atau vulva, dan biasanya terjadi karena persalinan secara
operasi ataupun persalinan pervaginam dengan bayi besar, terminasi kehamilan
dengan vacuum atau forcep, walau begitu laserasi bisa terjadi pada sembarang
persalinan. Laserasi pembuluh darah dibawah mukosa vagina dan vulva akan
menyebabkan hematom, perdarahan akan tersamarkan dan dapat menjadi
berbahaya karena tidak akan terdeteksi selama beberapa jam dan bisa
menyebabkan terjadinya syok. Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan yang
berlebihan jika mengenai artery atau vena yang besar, jika episitomi luas, jika ada
penundaan antara episitomi dan persalinan, atau jika ada penundaan antara
persalinan dan perbaikan episitomi. Perdarahan yang terus terjadi ( terutama merah
menyala ) dan kontraksi uterus baik akan mengarah pada perdarahan dari laserasi
ataupun episitomi. Ketika laserasi cervix atau vagina diketahui sebagai penyebab
perdarahan maka repair adalah solusi terbaik. Pada inversion uteri bagian atas
uterus memasuki kovum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol
kedalam kavum uteri. Peristiwa ini terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera
setelah plasenta keluar.
- Fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri tetapi belum keluar dari ruang
tersebut.
Tindakan yang dapat menyebabkan inversion uteri ialah perasat crede pada
korpus uteri yang tidak berkontraksi baik dan tarikan pada tali pusat dengan
plasenta yang belum lepas dari dinding uterus. Pada penderita dengan syok
perdarahan dan fundus uteri tidak ditemukan pada tempat yang lazim pada kala III
atau setelah persalinan selesai. Pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor yang
lunak diatas servix uteri atau dalam vagina. Kelainan tersebut dapat menyebabkan
keadaan gawat dengan angka kematian tinggi ( 15 70 % ). Reposisi secepat
mungkin memberi harapan yang terbaik untuk keselamatan penderita.
Hipofibrinogenemia,
Trombocitopeni,
Idiopathic thrombocytopenic purpura,
HELLP syndrome ( hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count ),
Disseminated Intravaskuler Coagulation,
Dilutional coagulopathy bisa terjadi pada transfusi darah lebih dari 8 unit karena
darah donor biasanya tidak fresh sehingga komponen fibrin dan trombosit sudah
rusak.
perdarahan yang lebih dari normal dimana telah menyebabkan perubahan tanda
vital (Sarwono; 2001) seperti:
- Pasien mengeluh lemah, limbung
- Berkeringat dingin
- Menggigil
- Hipernea
- Sistolik < 90 mm Hg
- Nadi > 100 x/mnt
- Kadar Hb < 8 gr %
Riwayat hemorraghe postpartum pada persalinan sebelumnya merupakan faktor
resiko paling besar untuk terjadinya hemorraghe postpartum sehingga segala
upaya harus dilakukan untuk menentukan keparahan dan penyebabnya.
Beberapa faktor lain yang perlu kita ketahui karena dapat menyebabkan terjadinya
hemorraghe postpartum :
1. Grande multipara
2. Perpanjangan persalinan
3. Chorioamnionitis
4. Kehamilan multiple
5. Injeksi Magnesium sulfat
6. Perpanjangan pemberian oxytocin
Demam :
meningkatnya suhu badan 38 derajat C/lebih selama 2 hari dalam 10 hari post
partum.
Etiologi
Infeksi akibat adanya luka saat persalinan
Akibat dari proses persalinan (penolong, alat dan tempat) yang kurang steril
Kurang memperhatikan kebersihan luka
Daya tahan tubuh ibu menurun karena anemia, malnutrisi, DM
patofisiologi
adanya luka, proses persalinan yang kurang steril, kurang memperhatikan
kebersihan luka kuman masuk daya tahan tubuh ibu menurun kuman tidak
dapat di fagosit gejala inflamasi rubor, kalor, tumor, dolor, fungsiolesa sakit
Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhnya kuman adalah di daerah bekas
insersio (pelekatan) plasenta. Insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang
ditutupi oleh trombus. Selain itu, kuman dapat masuk melalui servik, vulva, vagina
dan perineum.
Etiologi :
Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa
nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi
38 oC tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari
Penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe, dan melalui
permukaan endometrium
Penyebaran melalui pembuluh darah :
- Septikemia
- Piemia
Penyebaran melalui jalan limfe dan jalan lain :
- Peritonitis
- Parametritis
Penyebaran melalui permukaan endometrium
- Salpingitis
- Ooforitis
Endometritis
Infeksi yang paling sering ialah endometritis.
Patofisiologi
Kuman-kuman memasuki endometritis, biasanya pada luka insersio plasenta dan
dalam waktu singkat mengikuti seluruh endometrium, infeksi dengan kuman yang
tidak beberapa potogen radang terbatas pada endometrium. Jaringan desi dua
bersama-sama dengan bekuan dari menjadi nekrolis dan mengeluarkan getah
berbau dan terdiri atas keeping-keping nekrolis serta cairan. Infeksi yang lebih berat
batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran, penyebaran melalui
pembuluh darah, septikemia dan piemia.
Penyebab :
Infeksi umumnya disebabkan oleh kuman-kuman yang sangat patogen.
- Streptoeoceus baemolyticus golongan A D sangat berbahaya 50 %.
- Dari semua kematian karena nifas.
- Septikomia kuman-kuman dan sarangnya di uterus langsung masuk ke
dalam peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum dan dibawa oleh
aliran darah ke tempat-tempat lain antara lain : paru-pari, ginjal, jantung, dll, dan
menyebabkab terjadi abses.
Penyebaran Melalui Jalan Limpe Dan Jalan Lain :
Peritonitis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limpe di dalam uterus
langsung mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis atau melalui jaringan
diantara kedua ligamentum latum dan menyebabkan parametritis (Sellulisis
Pelvika).
Peritonitis mungkin terbatas pada rongga pelvis saja (pelvio peritonilis).
Peritonilis umum merupakan komplikasi yang berbahaya dan mrupakan sepertiga
dari sebab kematian infeksi.
Patofisiologis :
Infeksi jaringan ikat pelvis dalap terjadi melalui tiga jalan, yakni :
1. Penyebaran melalui limpe dari luka serviks yang terinfeksi atau
endometritis.
2. Penyebaran langsung dari luka serviks yang meluas sampai ke dasar
ligamentum.
3. Penyebaran sekunder dari tromboflebilis pelvik, proses ini dapat tinggal
terbatas pada dasar ligamentum latum/menyebar ekstraperitoneal ke semua
jurusan.
Pengobatan :
Memberikan injeksi methergin setiap hari ditambah dengan ergometrin peroral
Bila ada sisa plasenta lakukan kuretase
Berikan antibiotika sbg pelindung infeksi
Perdarahan nifas sekunder
yaitu yang terjadi setelah > 24 jam postpartum dan biasanya terjadi pada minggu
kedua nifas. Frekuensinya kira2 1% dari semua persalinan.
Faktor2 penyebab :
-Sisa plasenta
-Mioma uteri
-Kelainan uterus
-Inversio uteri
-Mioma uteri
Kelainan pada mamma
Pembendungan air susu
Adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau
oleh kelenjar2 tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada
puting susu
Keluhan ibu payudara bengkak, keras, panas, dan nyeri
Penanganan
sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah
terjadinya kelainan2.
Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika),
kosongkan payudara (bukan ditekan) dengan BH
Sebelum menyusukan pengurutan dulu atau dipompa sehingga sumbatan hilang
Kalau perlu berikan stil bestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari
untuk membendung sementara produksi air susu
Mastitis
Adalah suatu peradangan pada payudara disebabkan kuman, terutama
Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau melalui peredaran darah
Pembagian mastitis :
-Yang berada dibawah areola mammae
-Ditengah areola mammae
-Mastitis yang lebih dalam antara payudara dan otot2
Keluhan2 Payudara membesar, keras, nyeri, kulit kemerahan dan
membisul(abses), dan akhirnya pecah dengan borok serta keluarnya cairan nanah
bercampur air susu. Dapat disertai suhu badan naik dan menggigil
Profilaksis : pemeriksaan ANC dan perawatan puting susu selama dalam kehamilan
Kuman-kuman memasuki endometritis, biasanya pada luka insersio plasenta dan
dalam waktu singkat mengikuti seluruh endometrium, infeksi dengan kuman yang
tidak beberapa potogen radang terbatas pada endometrium. Jaringan desi dua
bersama-sama dengan bekuan dari menjadi nekrolis dan mengeluarkan getah
berbau dan terdiri atas keeping-keping nekrolis serta cairan. Infeksi yang lebih
berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran, penyebaran
melalui pembuluh darah, septikemia dan piemia.
Galaktokel
Air susu membeku dan terkumpul pada suatu bagian payudara menyerupai
tumor kistik. Terjadi karena sumbatan air susu. Hanya dengan pengurutan dan
tekanan ketat pada payudara dapat hilang sendirinya
2. Etiologi
Aerob Anaerob Lain-lain
Streptokokus Group A, B Peptokokus sp Mikoplasma sp
dan D
Enterokokus Peptostreptokokus sp Klamidia trakomatis
Bakteri gram negative-E. Bakteroidis fragilis grup Neisseria gonnorhea
coli, Klebsiella, dan
Proteus sp
Stafilokokus aureus Prevotella sp
Stafilokokus epidermidis Klostridium sp
Gardnerella vaginalis Fusobakterium sp
Mobilunkus sp
Kebanyakan infeksi nifas disebabkan oleh bakteri yang aslinya memang ada di
jalan lahir. Meskipun bakteri tersebut mempunyai virulensi yang rendah, namun
bila terjadi hematoma atau jaringan yang rusak akan menjadi pathogen.
(Ilmu Kebidanan)
Yang paling terbanyak dan lebih dari 50% : streptococcus anaerob yang sebenarnya
tidak pathogen sebagai penghuni normal jalan lahir
Kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain :
5. Streptococcus haemoliticus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari
penderita lain, alat2 yang tidak suci hama, tangan penolong, dan sebagainya.
6. Staphylococcus aureus
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab
infeksi di rumah sakit.
7. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum, menyebabkan infeksi terbatas.
8. Clostridium welchii
Kuman anaerobic yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
Patogenesis pada infeksi postpartum
Infeksi
PREDISPOSISI
FREKUENSI
Secara umum frekuensi infeksi puerperalis adalah sekitar 1-3%. Secara proporsional
angka infeksi menurut jenis infeksi adalah :
permukaan endometrium.
Gejalanya berupa rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, kadang-kadang
perih saat kencing.
Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu sekitar
38 derajat selsius dan nadi dibawah 100 per menit. Bila luka yang terinfeksi,
tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik
sampai 39-40 derajat selsius, kadang-kadang disertai menggigil.
5. vulvitis luka bekas episiotomi atau robekan perineum yang kena infeksi
6. vaginitis luka karena tindakan persalina terinfeksi
7. servisitisinfeksi pada serviks agak dalam dapat menjalar ke lig. latum dan
parametrium
8. endometritis infeksi pada tempat insersi plasenta dan bisa mengenai
endometrium
Endometritis :
- Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan selaput
Septikemia :
- Sampai 3 hari pasca persalinan suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai
menggigil.
- Suhu sekitar 39-40 derajat selsius, keadaan umum cepat memburuk, nadi cepat
Piemia :
- Tidak lama pasca persalinan, pasien sudah merasa sakit, perut nyeri dan suhu
agak meningkat.
- Gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman
Peritonitis :
- Pada peritonotis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan kecil,
perut
- Muka yang semula kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka
- Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat peritonitis
umum.
- Peritonitis yang terbatas : pasien demam, perut bawah nyeri tetapi keadaan
Selulitis pelvik :
- Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri atau
kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya selulitis pelvika.
- Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus.
- Di tengah jaringan yang meradang itu bissa timbul abses dimana suhu yang mula-
Kapita Selekta Kedokteran. Editor Mansjoer Arif (et al.) Ed. III, cet. 2. Jakarta : Media
Aesculapius. 1999.
a. Vulvitis : luka bekas episiotomy atau robekan perineum yang kena infeksi.
b. Vaginitis : luka karena tindakan persalinan terinfeksi.
c. Servisitis : infeksi pada serviks agak dalam dapat menjalar ke lig. Latum dan
parametrium.
d. Endometritis : infeksi terjadi pada tempat insersi plasenta dan dalam waktu singkat
dapat mengenai seluruh endometrium. Kalau tidak diobati dapat terjadi penjalaran
keseluruh tubuh (septikemia). Ibu demam, lokia berbau, dan involusi tidak
sempurna (sub-involusi)
1. Pencegahan
a. Selama Kehamilan
Perbaikan status gizi, pencegahan anemia dan perawatan antenatal yg adekuat
merupakan upaya pencegahan timbulnya infeksi nifas. Oleh karenanya, pemberian
makanan yg bergizi dalam jenis dan jumlah yg cukup sangat diperlukan. Selain itu,
perlu ditambahkan senam/olahraga yg sesuai utk meningkatkan kebugaran ibu
hamil.
Koitus pada ibu hamil tua perlu dipertimbangkan untung ruginya karena dapat
mengakibatkan timbulnya infeksi dan pecahnya selaput ketuban.
b. Selama persalinan
Proses persalinan dan tindakan yg dilakukan pada saat itu sangat berpengaruh
terhadap terjadinya infeksi nifas. Oleh karena itu pencegahan infeksi selama
persalinan merupakan langkah yg sangat penting dlm mencegah timbulnya infeksi
nifas.
c. Selama Nifas
Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan lahir. Pada hari-
hari pertama pascapersalinan harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki
kuman-kuman dari luar. Oleh sebab itu semua alat dan kainyg berhubungan dgn
daerah genital harus suci hama. Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada
hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin. Tiap penderita dgn tanda-tanda infeksi
nifas jgn dirawat bersama dgn penderita dlm nifas yg sehat.
2. Pemeriksaan USG
Hal ini dilakukan bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan konsepsi
intrauterine
4. Urinalisis
Memastikan kerusakan kandung kemih
5. Profil Koagulasi
Menentukan peningkatan degradasi kadar produk fibrin, penurunan fibrinogen,
aktivasi masa tromboplastin dan masa tromboplastin parsial
1. Penatalaksanaan
Penanganan infeksi nifas :
Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.
Berikan terapi antibiotik.
Perhatikan diet.
Lakukan transfusi darah bila perlu.
Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga
perineum.
Sumber : Kapita Selekta Kedokteran. Editor Mansjoer Arif (et al.) Ed. III, cet. 2. Jakarta :
Media Aesculapius. 1999.
1. Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dari secret vagina, luka operasi,
dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat dalam
pengobatan.
2. Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.
3. Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika spectrum
luas (broad spectrum) menunggu hasil laboratorium.
4. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infuse atau transfuse darah
diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai
11. Mengapa dokter memberikan paracetamol dan meminta pasien banyak minum