Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
I. IDENTITAS PASIEN
Umur : 56 tahun
Pendidikan : SMA
No CM : 01066505
4II. SUBYEKTIF
Anamnesis
1. Keluhan utama
Pada hari Jumat tanggal 10 Maret 2016 jam 05.00 pagi hari pasien tidak sadarkan diri. Saat ingin buang
air kecil, pasien merasakan nyeri kepala dan muntah-muntah. Kemudian ketika hendak kembali ke
kamar tidur, pasien mendadak jatuh dan tidak sadarkan diri. Keluarga pasien akhirnya
menggotong pasien ke kamar tidur dan memanggil mantri yang ada di dekat rumah mereka.
Mantri tersebut menyuruh keluarga pasien untuk segera membawa pasien ke rumah sakit. Jam 06.00
pagi, pasien dibawa oleh keluarganya ke IGD rumah sakit umum dr. H. Abdoel Moeloek . Pada saat
tersebut keluarga pasien menyadari bahwa lengan dan tungkai sebelah kanan pasien sering terjatuh.
Begitu tiba dirumah sakit, bicara pasien tidak jelas. Tekanan darah saat masuk rumah sakit 200/120
mmHg.
Riwayat hipertensi diakui sejak 8 tahun yang lalu namun tidak terkontrol dengan baik.
Riwayat DM disangkal.
III. OBJEKTIF
I. IDENTITAS PASIEN
Umur : 56 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No CM : 01066505
II. SUBYEKTIF
Anamnesis
2. Riwayat penyakit sekarang Pada hari Jumat tanggal 10 Maret 2016 jam 05.00 pagi hari pasien tidak
sadarkan diri. Saat ingin buang air kecil, pasien merasakan nyeri kepala dan muntah-
muntah.Kemudian ketika hendak kembali ke kamar tidur, pasien mendadak jatuh dan tidak
sadarkan diri.Keluarga pasien akhirnya menggotong pasien ke kamar tidur dan memanggil mantri
yang ada di dekat rumah mereka.Mantri tersebut menyuruh keluarga pasien untuk segera
membawa pasien ke rumah sakit. Jam 06.00 pagi, pasien dibawa oleh keluarganya ke IGD rumah
sakit umum dr Slamet dengan cara digendong. Pada saat tersebut keluarga pasien menyadari
bahwa lengan dan tungkai sebelah kanan pasien sering terjatuh.Begitu tiba dirumah sakit, bicara
pasien tidak jelas.Tekanan darah saat masuk rumah sakit 200/120 mmHg.
III. OBJEKTIF
1. Status presents
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4M6V3
Tekanan darah : 160/110 mmHg
Nadi : 84x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,8 C
Kepala : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
2. Status interna
Paru Inspeksi : Hemitoraks kanan-kiri simetris saat statis
Palpasi : Hemitorak kanan-kiri simetris pada fremitus taktil
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi : Batas jantung kanan ICS III linea parasternal kanan
Batas jantung kiri ICS V linea midclavicula kiri Batas jantung atas ICS II
linea parasternal kanan Terdapat pembesaran jantung
Auskultasi : BJ I II murni reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Permukaan abdomen datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani pada keempat quadran abdomen
Palpasi : NT/NK/NL : -/-/-. Hepar, lien, ginjal dalam batas normal.
1. Status Psikis
Cara berfikir : tidak dapat dinilai
Perasaan hati : biasa
Tingkah laku : baik
Ingatan : tidak dapat dinilai
Kecerdasan : tidak dapat dinilai
2. Status neurologis
A. Kepala
Bentuk : normocephalus
Nyeri tekan : (-)
Simetris : (+)
Pulsasi : (-)
B. Leher
Sikap : dalam batas normal
Pergerakan : dalam batas normal
Kaku kuduk : (+)
C. Nervi kranialis
N. I (olfaktorius)
Subyektif : tidak dilakukan
Dengan bahan : tidak dilakukan
N. II (optikus)
Tajam penglihatan : sulit dinilai
Lapang peglihatan : tidak dilakukan
Melihat warna : tidak dilakukan
Fundus okuli : tidak dilakukan
N. III (okulomotor)
Sela mata : kanan-kiri simetris
Pergerakan bulbus : baik ke segala arah
Strabismus : (-)
Nistagmus : (-)
Eksopftalmus : (-)
Pupil Besarnya : 4 mm
Bentuknya : simetris bulat isokor
Refleks cahaya : +/+
Refleks konsensual : +/+
Refleks konvergensi : tidak dilakukan
Melihat kembar : tidak dilakukan
N. IV (troklearis)
Pergerakan mata : +/+
Sikap bulbus : simetris
Melihat kembar : tidak dilakukan
N. V (trigeminus)
Membuka mulut : tidak simetris, mencong ke kiri
Menguyah : tidak dilakukan
Mengigit : tidak dilakukan
Reflek kornea : tidak dilakukan
Sensibilitas muka : tidak dilakukan
N.VI (abducens)
Pergerakan mata : +/+
Sikap bulbus : simetris
Melihat kembar : tidak dilakukan
N.VII (fascialis)
Mengerutkan dahi : simetris kanan-kiri
Menutup mata : simetris kanan-kiri
Memperlihatkan gigi : plika nasolabialis kanan lebih rendah dari kiri
Bersiul : tidak dilakukan
Perasaan lidah 2/3 bagian depan lidah : tidak dilakukan
N.IX (glosofaringeus)
Perasaan lidah (1/3 bagian belakang) : tidak dilakukan
Sensibilitas faring : tidak dilakukan
N.X (vagus)
Arkus faring : tidak dilakukan
Berbicara : afasia
Menelan : (+)
Nadi : (+)
N.XI (asesorius)
Menengok : tidak dilakukan
Mengangkat bahu : tidak dilakukan
N.XII (hipoglosus)
Pergerakan lidah : (+)
Lidah deviasi : ke kanan
Atrofi : (-)
D. Fungsi luhur
Afasia motorik
IV. Ringkasan
Subbyektif
Pasien datang diantar keluarga dengan keluhan tidak sadarkan diri sejak 1 jam . Sebelumnya pasien
merasakan nyeri kepala disertai muntah.Lalu setelah dari kamar mandi mendadak pasien jatuh dan tidak
sadarkan diri.Kemudian keluarga membawa pasien ke rumah sakit dan menyadari bahwa lengan dan
tungkai kanan pasien sering terjatuh. Riwayat hipertensi diakui.
Obyektif
-Keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan darah 200/120mmHg
-Status interna : jantung terdapat pembesaran, paru dan abdomen dalam batas normal
-Status psikis tidak dapat dinilai
-Status neurologis : Kaku kuduk (+), parese N VII/XII sentral dextra, hemiparesis dextra, fungsi luhur :
afasia motorik, refleks fisiologis BTR/KPR/APR (+) meningkat di ekstrimitas kanan, refleks patologis
Babinsky/Chaddock/Openheim/Gordon/Schaefer +/-, alat vegetatif : kateter terpasang.
V. Diagnosis Stroke ec perdarahan intra serebral dengan sekunder SAB sistem karotis sinistra dengan FR
hipertensi
Rencana terapi
Terapi umum
Airway, membersihkan jalan nafas dari sisa makanan atau gigi palsu.
Breathing, Memberikan oksigen untuk mencegah hipoksia.
Circulation, Menjaga sirkulasi hemodinamik yang baik.
Mencegah stagnasi vena jugularis dengan mengtur posisi kepala semi voler atau 30 derajat (dengan
menggunakan 1 bantal).
Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dengan infus cairan isotonik berupa Kaen 3A atau infus
2A.Menjaga keseimbangan nutrisi (diet dengan kalori 1000-1500kal/hari).
Terapi khusus
Menurunkan tekanan darah sampai normotensi atau hipertensi ringan (atau sampai 180/100mmHg)
dengan pemberian golongan ACE Inhibitor, yaitu Captopril 2 x 6,25 mg
Pemberian infus cairan Manitol 20 %
Fisioterpi
VIII. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad malam
PEMBAHASAN
Stroke adalah manifestasi klinis yang mengenai gangguan fungsi serebri berupa defisit neurologis baik
fokal/ global yang terjadi secara mendadak akibat gangguan peredaran darah otak yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih atau meninggal dunia, dan disebabkan oleh gangguan vaskuler non traumatik.
(1). Berdasarkan etiologi, stroke di klasifikasikan menjadi :
(2) 1. Infark 2.Perdarahan intraserebral 3. Perdarahan subarachnoid
Perdarahan intra serebral adalah stroke yang diakibatkan oleh perdarahan primer yang berasal dari
pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma
) Wolf dan Kannel menulis beberapa faktor risiko terjadinya stroke antara lain :
(4) Risiko mayor : a. Hipertensi b. Penyakit jantung c. Diabetes mellitus
Risiko minor : a. Hiperlipidemia b. Hematokrit tinggi c. Obesitas d. Kadar asam urat tinggi
Faktor lingkungan : a. Kurang olah raga b. Minuman beralkohol c. Minum kopi d. Merokok
Faktor iatrogenik : a. Kontrasepsi oral b. Operasi jantung Pada pasien ditemukan faktor risiko mayor,
berupa riwayat hipertensi.
Etiologi : (5) 1. Spasme arteriolar 2.Angioma kongenital (arterio-venosa malformasi) 3.Poliarteritis
nodosa 4.Toksin 5.Arteripati 6.Diskrasia darah 7.Neoplasma 8.Trombosis sinus dura dan vena serebral
9.Drug abuse (psikotropika, amfetamin) Patofisologi (3) Gambaran patologi menunjukkan adanya
ekstravasasi darah karena robeknya pembuluh darah di otak.Arteri yang sering pecah adalah arteri
lentikulostriata di wilayah kapsula interna.Dinding arteri yang pecah selalu menunjukkan tanda bahwa
disitu terdapat aneurisma (Charcot Bouchart) yang sering timbul pada orang dengan hipertensi kronik.
Pada lonjakan tekanan darah sistemik sewaktu-waktu aneurisma tersebut dapat pecah dan sebagai
akibatnya darah akan merembes atau mengalir ke parenkim otak (hematoma) diikuti pembentukan
edema disekitar hematom. Akbatnya terjadi diskontinuitas jaringan dan kompersi parenkim otak oleh
hematoma dan edema pada struktur sekitar termasuk pembuluh darah otak dan akan menyempitkan
atau menyumbat, sehingga terjadi iskemik pada jaringan. 70% kasus perdarahan intra serebral terjadi di
kapsula interna, 20% di fosa posterior (batang otak dan serebelum) dan 10% di hemisfer (diluar kapsula
interna) Gejala klinik (2) Onset : kejadian berlangsung secara mendadak dan sering pada waktu
sedang melakukan aktivitas fisik Nyeri kepala dan muntah : sering terjadi pada awal serangan
Penurunan kesadaran : sangat sering Hipertensi : ringan-sedang Rangsangan meningeal kadang
ada Defisit neurologik fokal sampai global Gejala tekanan intrakranial ada Dari anamnesa
ditemukan : Adanya penurunan kesadaran Nyeri kepala dan muntah Lumpuh anggota gerak sebelah
kanan Bicara tidak jelas Riwayat hipertensi diakui Dari hasil pemeriksaan pasien tanggal 12 Desember
2007 ditemukan gejala-gejala antara lain : Kesadaran compos mentis Hipertensi : 160/110mmHg
Rangsangan meningeal : kaku kuduk (+) Parese N.VII, XII kanan sentral Hemiparese tubuh sebelah
kanan Hemihipestesia kanan Refleks fisiologis BTR/KPR/APR (+) meningkat di ekstrimitas kanan
Refleks patologis Babinsky, Chaddock, Gordon, Openheim, Schaefer +/- Diagnosis (4) 1. Anamnesis yang
teliti 2.Pemeriksaan fisik umum dan neurologik 3.Melokalisasi tempat lesi 4.Mencari penyebab dan
faktor risiko 5.Pemeriksaan tambahan EKG Foto toraks CT Scan/MRI Pemeriksaan
laboratorium lengkap Terapi (2) A (airway), yaitu dengan menilai sistem pernafasan.Pemeriksaan
terhadap jalan nafas meliputi pemeriksaan daerah mulut, seperti adakah sisa makanan, gigi palsu, atau
benda asing lainnya. Masalah jalan nafas umumnya terjadi pada pasien stroke perdarahan B
(breathing), dengan pemberian O2 tambahan 1-2 liter/menit untuk mencegah hipoksia C (circulation),
dengan memperbaiki sirkulasi dan perfusi otak secara sukup dengan cara mempertahankan curah
jantung dan tekanan darah. Mencegah stagnasi vena jugularis dengan mengtur posisi kepala semi
voler atau 30 derajat. Menjaga keseimbangan cairan elektrolit dengan pemberian infus cairan isotonis
dapat berupa : 2A atau KAEN 1B 15 tetes/menit Pemasangan NGT, DC Menurunkan tekanan darah
sampai normotensi atau hipertensi ringan (atau tekanan darah sampai 180/100mmHg) dengan
pemberian golongan ACE Inhibitor, yaitu Captopril 26,25 mg Pemberian infus cairan Manitol 20 %
Fisioterapi Komplikasi (2) Terdiri dari : 1. Komplikasi neurologik Herniasi otak Hidrocephalus akut
Infark berdarah Vasospasme 2. Komplikasi non neurologik Decubitus Infeksi paru (statis
oneumonia) Sistitis DVT (deep vein trombosis) Prognosis Ukuran dan lokasi lesi yang diperoleh dari
CT Scan sangat membantu dalam menentukan prognosis. Pada perdarahan putamen, lesi yang lebih
besar dari 140 mm2 mempunyai prognosis yang buruk. Perdarahan thalamus, lesi dengan diameter yang
lebih besar dari 3,3 cm mempunyai prognosis yang buruk, hal yang sama juga pada perdarahan
sereberal dengan besar lebih dari 3 cm. Dari data diatas diketahui bahwa besar volume hematom
berhubungan dengan prognosis yang buruk. Tekanan nadi dan tingkat kesadaran yang ditentukan
dengan GCS juga sangat menentukan prognosis. (6) Secara umum prognosis dipengaruhi oleh beberapa
faktor : (3) a. Usia Usia 70 tahun atau lebih, angka kematian meningkat b. Tingkat kesadaran Sadar
: 16% meninggal Somnolen : 39% meninggal Koma : 100% meninggal c. Jenis kelamin
Laki-laki lebih banyak (61%) yang meninggal dibanding wanita (41%) d. Tekanan darah Tensi tinggi
prognosis buruk e. Lain-lain Kecepatan dan ketepatan pertolongan DAFTAR PUSTAKA 1. Junaidi Iskandar.
Stroke A-Z.seri kesehatan popular. Bhuana Ilmu Populer. Gramedia : Jakarta. 2006 2. Rumantir,
Christianus. U. Pola Penderita Stroke. UPF. Ilmu Pneyakit Saraf FK Unpad : Bandung. 1984-1985 3.
Harsono.DSS. Kapita Selekta Neurologi. Fakultas Kedokteran Unversitas Gajah Mada : Yogyakarta. . 2005
4.Nurimaba, nurdjaman.dkk. Diktat neurologi klinis.UPF Ilmu Penyakit Saraf FK Unpad : Bandung. 1993
5. PP. PERDOSI. Buku Ajar Neurologi Klinis. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada : Yoyakarta .
2005 6. Caplan, Louis R, Stroke a Clinical Approach. Butterworth-Heinemann.United States of
America:1993
Recommended
PEMBAHASAN
Stroke adalah manifestasi klinis yang mengenai gangguan fungsi serebri berupa
defisit neurologis baik fokal/ global yang terjadi secara mendadak akibat gangguan
peredaran darah otak yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau meninggal dunia,
1. Infark
2. Perdarahan intraserebral
3. Perdarahan subarachnoid
Perdarahan intra serebral adalah stroke yang diakibatkan oleh perdarahan primeryang berasal dari
pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma
(3) Wolf dan Kannel menulis beberapa faktor risiko terj adinya stroke antara lain :
Risiko mayor :
a. Hipertensi
b. Penyakit jantung
c. Diabetes mellitus
Risiko minor :
a. Hiperlipidemia
b. Hematokrit tinggi
c. Obesitas
Faktor lingkungan :
b. Minuman beralkohol
c. Minum kopi
d. Merokok
Faktor iatrogenik :
a. Kontrasepsi oral
b. Operasi jantung
Etiologi :
1. Spasme arteriolar
3. Poliarteritis nodosa
4. Toksin
5. Arteripati
6. Diskrasia darah
7. Neoplasma
Patofisologi
Gejala klinik
Hipertensi : ringan-sedang
Dari hasil pemeriksaan pasien tanggal 10 Maret 2016 ditemukan gejala-gejala antara lain :Kesadaran
compos mentis, Hipertensi : 160/110mmHg, Rangsangan meningeal : kaku kuduk (+) Parese N.VII, XII
kanan sentral, Hemiparese tubuh sebelah kanan, Hemihipestesia kanan, Refleks fisiologis BTR/KPR/APR
(+) meningkat di ekstrimitas kanan, Refleks patologis Babinsky, Chaddock, Gordon, Openheim, Schaefer
+/-.
Diagnosis
5. Pemeriksaan tambahan
6.Fisioterapi
Komplikasi
Terdiri dari :
1. Komplikasi neurologik
Herniasi otak
Hidrocephalus akut
Infark berdarah
Vasospasme
Decubitus
Sistitis
Prognosis
Ukuran dan lokasi lesi yang diperoleh dari CT Scan sangat membantu dalam menentukan prognosis.
Pada perdarahan putamen, lesi yang lebih besar dari 140 mm mempunyai prognosis yang buruk.
Perdarahan thalamus, lesi dengan diameter yang lebih besar dari 3,3 cm mempunyai prognosis yang
buruk, hal yang sama juga pada perdarahan sereberal dengan besar lebih dari 3 cm. Dari data diatas
diketahui bahwa besar volume hematom berhubungan dengan prognosis yang buruk. Tekanan nadi dan
tingkat kesadaran yang ditentukan dengan GCS juga sangat menentukan prognosis.
a. Usia
b. Tingkat kesadaran
Sadar : 16% meninggal
c. Jenis kelamin
d. Tekanan darah