Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Tinggalkan Balasan
Apakah itu arsen?? Seperti apa bentuknya?? Bagaimana gejalanya bila terjadi
keracunan?? Dimana sumber-sumbernya??
Arsenik merupakan logam berat dengan nomor atom 33, berat atom 74.91. Biasanya arsenik
berwarna abu-abu dengan penampakan seperti logam (steel-gray). Selain abu-abu dapat juga
berwarna kuning, coklat, dan hitam.Pada saat arsenik dipanaskan, maka arsenik akan menyublim
menjadi gas (arsin)secara langsung.
Arsenik termasuk elemen transisional (intermediet) antara logam dan non logam, namun secara
klasik digolongkan sebagai logam berat. Arsenik tidak berbau dan tidak berasa. Bentuknya
seperti bubuk giling dan tidak larut dalam air.
Senyawa arsen yang biasa kita temukan di alam ada 3 bentuk yakni Arsen trichlorida (AsCl 3)
berupa cairan berminyak, Arsen trioksida (As2O3, arsen putih) berupa kristal putih dan berupa
gas arsine (AsH3). Secara garis besar arsen terdiri dari dua bentuk, yakni organik dan inorganik.
Bentuk inorganik merupakan kombinasi dengan elemen seperti oksigen, chlorine, dan sulfur.
Sedangkan bentuk organik merupakan kombinasi dengan elemen karbon dan hidrogen. Bentuk
inorganik memiliki sifat lebih toksik dibandingkan bentuk organik.
Arsen dalam air tanah terbagi dalam dua bentuk, yaitu bentuk tereduksi terbentuk dalam kondisi
anaerobik, sering disebut arsenit. Bentuk lainnya adalah bentuk teroksidasi, terjadi pada kondisi
aerobik, umum disebut sebagai arsenat.
Senyawa arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui 3 cara, yaitu peroral, inhalasi, dan absorpsi
melalui kulit / mukosa membran. Arsen bersifat sitotoksik, karena menyebabkan efek racun
pada protoplasma sel tubuh manusia. Racun arsen yang masuk ke dalam saluran cerna akan
diserap secara sempurna di dalam usus dan masuk ke aliran darah dan disebar ke seluruh organ
tubuh.Distribusinya tergantung dari lama pemberian dan jenis arsen. Sebagian besar arsen
disimpan dalam hati, ginjal, jantung dan paru.
Didalam darah, arsen yang masuk akan mengikat globulin dalam darah. Dalam waktu 24 jam
setelah dikonsumsi, arsen dapat ditemukan dalam konsentrasi tinggi di berbagai organ tubuh,
seperti hati, ginjal, limpa, paru-paru serta saluran cerna, dimana arsen akan mengikat gugus
syulfhidril dalam protein jaringan. Hanya sebagian kecil dari arsen yang menembus blood-brain
barrier. Arsen anorganik yang masuk ke tubuh wanita hamil dapat menembus sawar darah
plasenta dan masuk ke tubuh janin.Didalam tulang arsen menggantikan posisi fosfor, sehingga
arsen dapat dideteksi didalam tulang setelah bertahun-tahun kemudian.
Sebagian arsen dibuang melalui urin dalam bentuk methylated arsenic dan sebagian lainnya
ditimbun dalam kulit, kuku dan rambut.
Mekasnisme Toksisitas :
1. Mempengaruhi respirasi sel dengan cara berikatan dengan gugus sulfhidril (SH) pada
dihidrolipoat, sehingga menghambat kerja enzim yang terkait dengan transfer energi,
terutama pada piruvate dehydrogenase, succinate oxidative pathway, dan tricarbxylic acid
(Krebs) cycle, yang menyebabkan berkurangnya produksi ATP sehingga menimbulkan
efek patologis yang reversibel. Efek toksik ini dikatakan reversible karena dapat
dinetralisir dengan pemberian dithiol, 2,3, dimerkaptopropanol (dimercaprol, BritishAnti-
Lewisite atau BAL) yang akan berkompetisi dengan arsen dalam mengikat gugus SH.
Selain itu sebagian arsen juga menggantikan gugus fosfat sehingga terjadi gangguan
oksidasi fosforilasi dalam tubuh.
2. Senyawa arsen mempunyai tempat predileksi pada endotel pembuluh darah, khususnya di
dearah splanknik dan menyebakan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas yang
patologis. Pembuluh darah jantung yang terkena menyebabkan timbulnya petekie
subepikardial dan subendokardial yang jelas serta ekstravasasi perdarahan. Efek lokal
arsen pada kapiler menyebabkan serangkaian respons mulai dari kongesti, stasis serta
trombosis sehingga menyebabkan nekrosis dan iskemia jaringan.
Keracunan Arsen.
Keracunan arsen akut. Gejala awal keracunan arsen akut ialah rasa tidak enak dalam perut,
bibir rasa terbakar, penyempitan tenggorokan, dan susah menelan, disusul oleh nyeri lambung
hebat, muntah proyektil, dan diare berat. Gejala lain ialah oliguria, proteinuria (terdapat
kelebihan protein di dalam urin), hematuria, anuria (Gunawan, 2007).
Pasien sering mengeluh kejang otot rangka dan haus. Jika kehilangan terus berlanjut, akan timbul
syok. Kejang hipoksi dapat terjadi dalam fase lanjut, berakhir dengan koma dan kematian
(Gunawan, 2007).
Keracunan arsen kronik. Tanda dini keracunan arsen kronis yang aling umum ialah kelemahan
dan nyeri otot, pigmentasi kulit, hyperkeratosis, dan edema. Gejala lain ialah napas dan keringat
bau bawang putih, hipersalivasi, hiperhidrolisis, stomatitis, coryza, lakrimasi, parestesia, gatal,
dermatitis, vitiligo, dan alopesia. Dpat pula terjadi hepatomegali, obstruksi saluran empedu,
gangguan fungsi ginjal, neuritis perifer, ensafalopati, dan kerusakan sumsum tulang (Gunawan,
2007).
Pemeriksaan Toksikologi
Dengan berkembangnya tehnik pemeriksaan arsen yang amat sensitif pada saat ini, maka data
temuan arsen harus dianalisis secara berhati-hati. Ditemukannya arsen dalam jaringan belum
tentu menunjukkan adanya intoksikasi kecuali jika data anamnesis, sindroma klinis, pemeriksaan
fisik antermortem dan temuan laboratorium serta perubahan anatomi sangat menyokong
kemungkinan adanya keracunan arsen. Konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran, yang
disemprot dengan lead arsenat anti ulat dan tidak cukup dicuci sebelum dimakan, konsumsi
seafood dalam jumlah besar serta inhalasi asap rokok dapat menghasilkan akumulasi arsen
dalam jaringan dalam jumlah yang cukup besar sehingga dapat terdeteksi secara kimiawi,
meskipun tidak dijumpai adanya gejala klinis maupun kelainan anatomik.
Untuk mendeteksi adanya racun dilakukan terhadap sampel urin, isi lambung, darah perifer, dan
rambut (dicabut dari pangkalnya). Untuk korban keracunan yang meninggal bahan pemeriksaan
diambil juga dari jaringan otak dan hati, ginjal, cairan empedu serta humor vitreus. Selain
bahan-bahan tersebut, sebagai pembanding dapat juga dilakukan pemeriksaan atas bahan
makanan, minuman, obat-obatan yang dicurigai. Pemeriksaan toksikologi terhadap arsen
dilakukan dengan metode kolorimetrik maupun atomic absorption spectroscopy, yang
mendeteksi total arsen. Arsen biasanya telah dapat terdeteksi dalam 2-4 jam setelah masuk
secara per oral. Batasan nilai toksik arsen dalam berbagai jaringan adalah sbb: dalam darah 0,6
9,3 mg/L, dalam hepar 2 20 mg/kg, dalam ginjal 0,270 mg/kg, dalam otak 0,2-4 mg/kg, dalam
rambut atau kuku lebih dari 1 g/gram berat kering.
Cara penanganan
Setelah pajanan akut terhadap arsen, maka tindakan suportif perlu diambil untuk
menstabilkan pasien dan mencegah penyerapan racun lebih lanjut. Perhatian khususnya
diarahkan untuk mengoreksi volume cairan intravascular, karena efeknya terhadap saluran cerna
dapat mengakibatkan syok hipovolemik (kondisi darurat di mana perdarahan parah dan
hilangnya cairan membuat jantung tidak mampu memompa cukup darah ke tubuh) yang fatal.
Untuk memperbaiki hipotensi diperlukan cairan infuse dengan obat yang menaikkan tekanan
darah, misalnya dopamine. Terapi kelasi harus dimulai dengan dimerkaprol 3 mg/kgBB IM tiap
4 jam sampai gejala abnorminal reda. Pengobatan dilanjutkan dengan penisilamin 4 x 250
mg/hari secara oral selama 4 hari berikutnya. Jika gejala berulang kembali setelah dihentikannya
terapi kelasi, maka dapat dilakukan pemberian ulang penisilamin (Gunawan, 2007).
Keracunan arsenik kronis dapat diobati dengan dimerkaprol dan penisilamin, tetapi
penisilamin per oral saja biasanya sudah cukup. Dialisis ginjal mungkin diperlukan pada
nefropati arsen berat; keberhasilan dengan cara dialisis ini pernah dilaporkan (Gunawan, 2007).
SUMBER-SUMBER ARSEN
1. Alam
Arsen terutama terdapat di dalam tanah dalam konsentrasi yang bervariasi. Tanah yang normal
mempunyai kandungan arsen tidak lebih dari 20 ppm (part per million). Arsen dalam tanah akan
diserap oleh akar tumbuhan dan masuk ke dalam bagian-bagian tumbuhan sehingga tumbuhan
mengandung arsen. Adanya arsen dalam tanah akan menyebabkan sebagian arsen larut di dalam
air. Arsen ini kemudian akan menjadi makanan plankton yang kemudian akan dimakan ikan. Jadi
secara tidak langsung manusia yang mengkonsumsi ikan akan mengkonsumsi arsen. Senyawa
arsen yang paling sering dijumpai pada makanan adalah arsenobetaine dan arsenocholine, yang
merupakan varian arsen organic yang relatif non toksik. Senyawa arsen juga banyak dijumpai
pada daerah pertambangan, karena senyawa arsen merupakan produk sampingan dari ekstraksi
logam Pb, Cu maupun Au. Dalam pertambangan tersebut, senyawa arsen tersebut merupakan
kontaminan pada air sumur keadaan normal, setiap hari tidak kurang dari 0,5 1 mg arsen akan
masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan dan minuman yang kita konsumsi.Dengan
demikian, di dalam darah orang normalpun, kita dapat menjumpai adanya arsen.
2. Bahan-bahan industri
Arsen telah banyak digunakan untuk berbagai kepentingan diantaranya untuk bahan pestisida,
herbisida, insektisida, bahan cat, keramik, bahan untuk preservasi kayu, penjernih kaca pada
industri elektronik. Dalam masyarakat, arsen masih digunakan sebagai anti hama, terutama tikus.
Dalam bentuk bubuk putih, yang dikenal sebagai warangan (As2O3), arsen merupakan obat
pembasmi tikus yang ampuh. Racun ini tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna dan sangat
beracun sehingga dapat mengecoh tikus sehingga mau memakan umpan yang telah diberi racun
tersebut. Tikus yang memakan arsen akan mengalami gejala muntaber, kekurangan cairan
(dehidrasi) dan mati dalam keadaan kering. Karena bahayanya racun ini, maka saat ini arsen
tidak banyak digunakan lagi sebagai pembasmi hama dan perannya digantikan oleh bahan lain
yang lebih aman. Meskipun demikian, sampai saat ini arsen masih banyak digunakan sebagai
bahan preservasi kayu dan komponen dalam industri elektronika, karena belum ada
penggantinya.
Arsenik inorganik telah digunakan untuk pengobatan lebih dari 2500 tahun lalu. Bentuk yang
paling sering digunakan adalah Fowler solution yang mengandung 1% potasium arsenit,
digunakan untuk terapi psoriasis. Selain itu Arsphenamine selama beberapa tahun merupakan
terapi standar untuk penyakit sifilis. Namun penelitian retrospektif menyatakan adanya
peningkatan insiden angiosarkoma hepatik pada orang yang sering diterapi dengan Fowler
solution. Arsen juga pernah digunakan sebagai obat untuk berbagai infeksi parasit, seperti
protozoa, cacing, amoeba, spirocheta dan tripanosoma, tetapi kemudian tidak lagi digunakan
karena ditemukannya obat lain yang lebih aman. Hingga saat ini arsen juga banyak terdapat pada
obat-obat tradisional dari india dan cina
. Mekanisme Toksisitas
Mekanisme Masuknya Arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari
makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus
kemudian masuk ke peredaran darah (Cotton. 2009).
Arsen adalah racun yang bekerja dalam sel secara umum.Hal tersebut terjadi apabila arsen terikat
dengan gugus sulfhidril (-SH), terutama yang berada dalam enzim.Salah satu system enzim
tersebut ialah kompleks.piruvat dehidrogenase yang berfungsi untuk oksidasi dekarboksilasi
piruvat menjadi Co-A dan CO2 sebelummasuk dalam siklus TOA (tricarbocyclic acid). Dimana
enzim tersebut terdiri dari beberapa enzim dan kofaktor.Reaksi tersebut melibatkan transasetilasi
yang mengikat koenzim A(CoA-SH) untuk membentuk asetil CoA dan dihidrolipoil-enzim, yang
mengandung dua gugus sulfhidril.Kelompok sulfhidril sangat berperan mengikat arsen trivial
yang membentuk kelat.kelat dari dihidrofil-arsenat dapat menghambat reoksidasi dari kelompok
akibatnya bila arsen terikat dengan system enzim, akan terjadi akumulasi asam piruvat dalam
darah.
Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua dariglikolosis dengan jalan
berkompetisi dengan fosfat dalama reaksi gliseraldehid dehidrogenase.Dengan adanya
pengikatan arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat, akibatnya tidak terjadi proses enzimatik
hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan tidak memproduksi ATP.Selama Arsen bergabung dengan
gugus SH,maupun gugus SH yang terdapat dalam enzim,maka akan banyak ikatan As dalam
hati yang terikat sebagai enzim metabolic.Karena adanya protein yang juga mengandung gugus
SH terikat dengan As, maka hal inilah yang meneyebbkan As juga ditemukan dalam rambut,
kuku dan tulang.Karena eratnya As bergabung dengan gugus SH, maka arsen masih dapat
terdeteksi dalam rambut dan tulang beberapa tahun kemudian.