Você está na página 1de 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Poliomielitis merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus

dengan predileksinya merusak sel anterior masa kelabu sumsum tulang

belakang (anterior horn cells of the spinal cord) dan batang otak (brain stem);

dengan akibat kelumpuhan otot-otot dengan distribusi dan tingkat yang

bervariasi serta bersifat permanen (Syahril, 2006)

Poliomyelitis adalah penyakit menular, disebabkan oleh infeksi virus polio

terutama menyerang pada anak-anak, yang dapat menyebabkan kelumpuhan

dan kematian (WHO, 2007).

Gejala awal dari poliomyelitis seperti demam, kelelahan, sakit kepala,

muntah, kaku pada leher dan nyeri pada tungkai. Kurang dari 1% orang yang

terinfeksi virus polio akan mengalami kelumpuhan yang ireversibel.

Poliomyelitis terutama menyerang anak-anak yang berusia kurang dari 5

tahun. 5% sampai 10% akan mengalami kelumpuhan akibat komplikasi

pernafasan oleh virus polio yang telah mati (Atkinson et al, 2009)

Virus poliomyelitis mempunyai afinitas khusus pada sel-sel kornu anterior

medulla spinalis dan inti saraf motorik tertentu dibatang otak. Jika yang

terserang adalah sel motorik maka gejala-gejala klinis akhirnya berkisar pada

otot-otot yang mengakibatkan kelemahan atau kelayuan sehingga otot dapat


mengalami pengecilan atau atrofi di anggota gerak seperti lengan dan tungkai

kaki, tetapi bila terserang sel motorik untuk bernafas maka bisa

mengakibatkan kematian (Vakili et al, 2015).

Virus polio menyebar diseluruh dunia termasuk Indonesia. Tahun 1988, WHO

mencanangkan dunia bebas polio pada tahun 2000, akan tetapi sampai saat ini

secara global dunia belum bisa bebas polio karena banyak Negara yang masih

mempunyai kasus poliomyelitis seperti India, Pakistan, Afganistan, Nigeria

dan Negara lainnya. Negara-negara di wilayah Amerika, Eropa, dan Asia

Pasifik telah dinyatakan bebas polio oleh WHO, sedangkan untuk wilayah

Asia tenggara dan Afrika masih belum bebas (WHO, 2007)

Pencegahan dan pemberantasan virus polio sebenarnya sangat mudah karena

sudah ada vaksin yang efektif yaitu vaksin polio oral (OPV) dan vaksin polio

inaktif (IPV). Penyebaran virus polio melalui fekal oral. Anak yang terinfeksi

virus polio mengekskresikan virus polio melalui feses selama 14 hari tetapi

dapat juga ditemukan sampai 30 hari meskipun kemungkinannya sangat kecil

(Vakili et al, 2015).

Sejak pertama ditemukan kasus, virus menyebar dengan cepat dan jumlah

anak yang terinfeksi terus meningkat, hingga akhir tahun 2005 jumlah kasus

polio liar mencapai 303 pada 46 kabupaten di 10 provinsi di pulau Jawa dan

Sumatera. Setelah dilakukan upaya penguatan imunisasi rutin dan tambahan

(PIN) yang intensif, jumlah kasus virus polio liar menurun. Pada tahun 2006

hanya ditemukan 2 kasus. Kasus terakhir ditemukan di kabupaten Aceh


Tenggara provonsi Aceh dengan onset tanggal 20 Februari 2006. 2,5 tahun

setelah kasus berakhir, belum ada kasus baru yang dilaporkan (WHO, 2006)
DAFTAR PUSTAKA

Syahril, P. (2006). Aspek Diagnostik Poliomyelitis. Universitas Sumatera

Utara

World Health Organization. (2007). WHO Global Action Plan to Minimize

Poliovirus Facility Associated Risk in The Post-Eradication. The 3rd

editon

Vakili, R., et al. (2015). Poliomyelitis: Current Status In Iran And Worldwide.

Iran: Department of pediatrics Mashhad University

World Health Organization. (2006). Inactivated Poliovirus Vaccine Following

Oral Polio Vaccine Cessation. Weekly epidemiologi record releve

epidemiologique hebdomadaire No 15 (81): p.137-144

Você também pode gostar