Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial-spiritual yang unik dan menerapkan
sistem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk
mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan
oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
keadaan ini disebut sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal
dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungan. Klien masuk ke
Rumah Sakit dan dirawat mengalami stress fisik dan mental baik dari diri sendiri,
keluarga, maupun lingkungan. Pada Hieraki dalam kebutuhan Maslow dinyatakan
bahwa tingkat yang paling tinggi dalam kebutuhan manusia adalah tercapainya
aktualisasi diri. Untuk mencapai aktualisasi diri diperlukan konsep diri yang sehat.
Adapun pengertian dari konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai
yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri
berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya
dengan orang lain. Konsep diri terdiri dari beberapa komponen yaitu gambaran
diri, ideal diri, haraga diri, penampilan peran dan identitas. Tanda dan gejala
seseorang dengan gangguan konsep diri yaitu cenderung kurang percaya diri,
malu memandang dirinya sendiri, menganggap dirinya kurang berharga dan
cenderung menarik diri dari kontak sosial. Bila hal tersebut tidak segera ditangani
akan berdampak yang sangat negatif, seperti malas melakukan aktifitas perawatan
diri, resiko mencederai diri bahkan perilaku bunuh diri.
Melihat dampak yang diakibatkan sangat berbahaya, maka dalam hal ini
dibutuhkan peran perawat baik sebagai pendidik dan pelaksana dalam
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berorientasi pada
kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual. Dalam fungsinya perawat juga berorientasi
sebagai team kesehatan serta mampu menempatkan keluarga klien sebagai
support system dalam mencapai tujuan yang maksimal.
Berdasarkan hal di atas maka kelompok tertarik untuk mengangkat kasus fiktif
yaitu Asuhan Keperawatan pada Tn. T. dengan Gangguan Konsep Diri:
Peran di Ruang 1 RSUP Fatmawati sebagai judul makalah kelompok.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami gangguan konsep diri: peran.
2. Tujuan Khusus
Diharapkam mahasiswa mampu :
a. Memahami konsep dasar psikososial
b. Menjelaskan pengkajian keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuhan
psikososial
c. Menjelaskan diagnosa keperawatan dengan kebutuhan psikososial
d. Menjelaskan perencanaan keperawatan dengan kebutuhan psikososial
e. Menjelaskan intervensi keperawatan dengan kebutuhan psikososial
f. Menjelaskan evaluasi keperawatan dengan kebutuhan psikososial
C. Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Metode Studi Kasus Fiktif
Berdasarkan dari kasus fiktif mengenai gangguan konsep diri: peran pada Tn. T di
ruang melati kamar 1 RSUP Fatmawati dengan post operasi kaki kiri.
2. Metode Kepustakaan
Dalam membahas kasus tersebut, penulis menggunakan studi kepustakaan dari
berbagai literatur yang berkaitan dengan kasus fiktif pada klien dengan gangguan
konsep diri.
D. Sistematika penulisan
Penulisan makalah ini terdiri dari empat bab yang terdiri dari: BAB I
Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Teori yang terdiri dari:
konsep dasar dan asuhan keperawatan. BAB III Tinjauan Kasus yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan, implmentasi serta evaluasi
keperawatan. BAB IV Penutup yang terdiri dari: kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial yang unik dan menerapkan sistem
terbukaserta saling berintegrasi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan
keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu
untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut sehat.
Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan
keseimbangan diri dan lingkungannya. (Tarwoto, 2003)
Klien masuk kerumah sakit dan dirawat mengalami stres fisik dan mental baik
dari diri sendiri, lingkungan maupun keluarga.
Kebutuhan Maslow dinyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi dalam kebutuhan
manusia adalah tercapainya aktualisasi diri. Untuk mencapai aktualisasi diri
diperlukan konsep diri yang sehat.
Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang
lain. Konsep diri berkembang saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya
dengan orang lain. (Tarwoto, 2003)
2. Komponen Konsep Diri
Komponen-komponen konsep diri menurut (Tarwoto, 2003) terdiri dari:
a. Citra Tubuh ( Body Image )
Adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar,
mencangkup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi
penampilan tubuh saat ini dan masa lalu.
b. Ideal Diri
Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan standar
prilaku.
c. Harga Diri
Adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis, sejauh mana
perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
d. Peran Diri
Adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan
posisinya di masyarakat.
e. Identitas Diri
Adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan
penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu
kesatuan yang utuh.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri menurut (Tarwoto, 2003) adalah
sebagai berikut:
a. Tingkat perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak yaitu dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak
akan mempengaruhi konsep dirinya.
b. Budaya
Pada usia anak-anak dan nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuannya,
kelompoknya dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan
membawa anak lebih dekat pada lingkungannya.
c. Sumber eksternal dan internal
Sumber internal misalnya orang yang humoris koping individunya lebih efektif.
Sumber eksternal misalnya adanya dukungan dari masyarakat dan ekonomi yang
kuat.
d. Pengalaman sukses dan gagal
Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri
demikian sebaliknya.
e. Stresor
Dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan ketakutan. Jika
koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri dan
kecemasan.
f. Usia
Keadaan sakit dan trauma misalnya usia tua, keadaan sakit akan mempengaruhi
persepsi dirinya.
4. Kriteria kepribadian yang sehat
Kriteria-kriteria kepribadian yang sehat menurut (Tarwoto, 2003) adalah sebagai
berikut:
a. Citra tubuh positif dan akurat
Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai
akan kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini dan masa lalu.
b. Ideal dan realitas
Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan hidup yang
dapat dicapai.
c. Konsep diri yang positif menunjukan bahwa individu akan sesuai dalam
hidupnya.
d. Seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan memandang dirinya
sebagai seseorang yang berarti dan bermanfaat.
e. Kepuasan penampilan peran
Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan
orang lain, secara intim dan mendapat kepuasan. Ia dapat mempercayai dan
terbuka pada orang lain dan membina hubungan interdependen.
f. Identitas jelas
Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan dalam
mencapai tujuan.
5. Karakteristik konsep diri rendah
Menurut (Carpenito, 1995 dalam Tarwoto, 2003) adalah:
a. Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu.
b. Tidak mau berkaca
c. Menghindari diskusi tentang topik dirinya
d. Menolak usaha rehabilitasi
e. Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat
f. Mengingkari sssperubahan pada dirinya
g. Peningkatan ketergantungan pada dirinya
h. Tanda dari keresahan seperti marah, keputusasaan dan menangis
i. Menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya
j. Tingkah laku yang merusak seperti penggunaan obat-obatan dan alkohol
k. Menghindari kontak sosial
l. Kurang bertanggung jawab
6. Faktor resiko gangguan konsep diri
Faktor resiko gangguan konsep diri menurut (Tarwoto, 2003) adalah:
a. Gangguan identitas diri
1) Perubahan perkembangan
2) Trauma
3) Jenis kelamin yang tidak sesuai
4) Budaya yang tidak sesuai
b. Gangguan citra tubuh (Body image)
1) Hilangnya bagian tubuh
2) Perubahaan perkembangan
3) Kecacatan
c. Gangguan harga diri
1) Hubungan interpersonal yang tidak hurmonis
2) Kegagalan perkembangan
3) Kegagalan mencapai tujuan hidup
4) Kegagalan dalam mengikuti aturan moral
d. Gangguan peran
1) Kehilangan peran
2) Peran ganda
3) Konflik peran
4) Ketidakmampuan menampilkan peran
7. Stress dan Adaptasi
Menurut (Tarwoto, 2003) stress merupakan bagian dari kehidupan yang
mempunyai efek positif dan negatif yang disebabkan karena perubahan
lingkungan. Sedangkan stresor berasal dari internal, yang artinya sesuatu yang
dapat menyebabkan seseorang mengalami stress. Misalnya perubahan hormon,
sakit maupun eksternal seperti temperatur dan pencernaan.
Perubahan dari suatu keadaan dari respons akibat stresor disebut adaptasi. Respon
yang tidak disadari pada saat tertentu disebut respons koping. Contoh adaptasi
yaitu optimalnya semua fungsi tubuh, pertumbuhan dan perkembangan normal,
normalnya reaksi antara fisik dan emosi, kemampuan mentolelir perubahan
situasi.
8. Fisiologi
Menurut (Tarwoto, 2003) tubuh selalu berinteraksi dan mengalami langsung
dengan lingkungan, baik lingkungan internal seperti pengaturan peredaran darah,
pernafasan eksternal seperti cuaca dan suhu yang kemudian menimbulkan respons
normal atau tidak normal. Keadaan dimana terjadi mekanisme relatif untuk
mempertahankan fungsi normal disebut homeostatis. Homeostatis terbagi 2, yaitu
homeostatis fisiologis misalnya respons adanya peningkatan pernafasaan saat
berolahraga dan homeostatis psikologis misalnya perasaan mencintai dan dicintai,
perasaan aman dan nyaman.
9. Respons Fisiologis Terhadap Stres
Respon fisiologis terhadap stress menurut (Tarwoto, 2003) adalah:
a. Local Adaptation Syndrome (LAS) yaitu respons lokal tubuh terhadap stresor
misalnya kalau kita menginjak paku maka secara refleksi kaki akan diangkat.
b. General Adaptation Syndrome (GAS) yaitu reaksi menyeluruh terhadap stresor
yang ada. Melalui tiga fase yaitu:
1) Fase reaksi peringatan
Ditandai oleh peningkatan akfivitas neuroendokrin yang berupa peningkatan
pembuluh darah, nadi, pernafasaan, metabolisme, glukosa, dan dilatasi pupil.
2) Fase resisten
Fungsi kembali normal, adanya LAS, adanya koping dan mekanisme pertahanan.
3) Fase kelelahan
Ditandai dengan adanya vasodilatasi, penurunan tekanan daraah, panik, kritis.
10. Respons Psikologis Terhadap Stress
Menurut (Tarwoto, 2003) respons psikologis terhadap stres dapat berupa depresi,
marah dan kecemasan. Kecemasan adalah respons emosional terhadap penilaian,
misalnya cemas mengikuti ujian karena khawatir nilainya jelek. Tingkat
kecemasan ada 4, yaitu:
a. Cemas ringan
Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa sehari -hari. Individu terdorong
untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respon ini
seperti sesekali bernafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada
lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi
pada masalah, duduk tidak tenang.
b. Cemas sedang
Tingkat ini persepsi masalah menurun. Individu lebih memfokuskan terhadap hal-
hal yang penting. Respon cemas seperti sering bernafas pendek, nadi dan tekanan
darah naik, mulut kering, anoreksia, gelisahm rangsangan luar tidak mampu
diterima. Susah tidur dan perasaan tidak enak.
c. Cemas berat
Tingkat ini lahan persepsi sangat sempit. Cenderung hanya memikirkan hal yang
kecil saja mengabaikan hal lain. Tidak mampu berfikir berat dan harus lebih
banyak pengarahan/tuntutan. Respon ini seperti napas pendek, nadi dan tekanan
darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan,
lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, bloking,
perasaan ancaman meningkat.
d. Panik
Tahap ini persepsi telah menggangu sehingga individu tidak dapat mengendalikan
diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa, walau sudah diberikan pengarahan.
Respons panik seperti napas pendek, rasa tercekik, palpitasi, sakit dada, pucat,
hipotensi, lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berfikir logis, mengamuk,
marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali dan persepsi kacau.
11. Faktor-Faktor yang Dapat Menimbulkan Stress
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stress menurut (Tarwoto, 2003) adalah:
a. Lingkungan yang asing
b. Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan
bantuan orang lain
c. Berpisah dengan pasangan dan keluarga
d. Masalah biaya
e. Kurang informasi
f. Ancaman akan penyakit yang lebih parah
g. Masalah pengobatan
12. Kehilangan Dan Berduka
Menurut (Tarwoto, 2003) kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah
dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada. Sedangkan berduka
adalah respons emosi yang di ekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak napas, susah tidur
dan lainnya. Dalam menghadapi kehilangan, individu dipengaruhi oleh:
a. Bagaimana persepsi individu terhadap kehilangan
b. Tahap perkembangan
c. Kekuatan/koping mekanisme
d. Support system
Menurut (Tarwoto, 2003) fase-fase dari reaksi berduka adalah sebagai berikut:
a. Fase pengingkaran (denial)
Perasaan tidak percaya, syok, biasanya ditandai dengan menangis, gelisah, lemah,
letih dan pucat.
b. Fase marah (anger)
Perasaan ini dapat diproyeksikan pada orang atau benda yang ditandai dengan
muka merah, suara keras, tangan mengepal, nadi cepat, gelisah dan prilaku
agresif.
c. Fase tawar-menawar (bargaining)
Individu menunjukan sikao menarik diri, tidak mau bicara, putus asa. Perilaku
yang muncul seperti menolak makan, susah tidur, dan dorongan libido menurun.
d. Fase menerima (acceptance)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang berpusat
pada objek kehilangan mulai berkurang.
B. Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan psikososial menurut Tarwoto,
2003 adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan psikososial adalah:
a. Status emosional
1) Apakah emosi sesuai perilaku?
2) Apakah klien dapat mengendalikan emosi?
3) Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasanya?
4) Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?
5) Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
b. Konsep diri
1) Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
2) Bagaimana orang lain menilai diri klien?
3) Apakan klien suka akan dirinya?
c. Cara komunikasi
1) Apakah klien mudah merespon?
2) Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
3) Bagaimana perilaku non verbal klien dalam berkomunikasi?
4) Apakah klien menolak untuk memberi respons?
d. Pola interaksi
1) Kepada siapa klien mau berinterkasi?
2) Siapa yang paling penting atau berpengaruh bagi klien?
3) Bagaimana sifat asli klien: mendominasi atau positif?
e. Pendidikan dan pekerjaan
1) Pendidikan terakhir
2) Keterampilan yang mampu dilakukan
3) Pekerjaan klien
4) Status keuangan
f. Hubungan sosial
1) Teman dekat klien
2) Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
3) Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
g. Faktor kultur sosial
1) Apakah agama dan kebudayaan klien?
2) Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
3) Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang lain?
h. Pola hidup
1) Dimana tempat tinggal klien?
2) Bagaimana tempat tinggal klien?
3) Dengan siapa klien tinggal?
4) Apa yang klien lakukan untuk meyenangkan diri?
i. Keluarga
1) Apakah klien sudah menikah?
2) Apakah klien sudah mempunyai anak?
3) Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
4) Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
5) Bagaimana tingkat kecemasaan klien?
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah sebagai
berikut:
a. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.
b. Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh.
c. Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan.
d. Gangguan konsep diri: Identitas Diri b.d kesehatan.
3. Intervensi
Intervensi pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah:
a. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.
Tujuan: Klien menunjukkan harga diri yang positif.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan
dengan singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab gangguan harga diri rendah.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
b. Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh.
Tujuan: Gambaran diri klien positif.
Kriteria Hasil:
1) Klien menyukai anggota tubuhnya.
2) Klien tidak merasa malu.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi: .
1) Binalah hubungan saling percaya.
2) Kajilah penyebab gangguan body image.
3) Kajilah kemampuan yang dimiliki klien.
4) Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.
5) Berikan dukungan yang positif dan dukungan emosi.
6) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
c. Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan.
Tujuan: Klien dapat melakukan perannya.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan
dengan singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab perubahan peran.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
d. Gangguan konsep diri: Identitas Diri b.d kesehatan.
Tujuan: Klien dapat menidentifikasi identitasnya yang positif.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan
dengan singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab gangguan identitas diri klien.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
4. Implementasi
Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan intervensi/rencana yang telah
dibuat dan sesuai dengan kondisi klien.
5. Evaluasi
a. Klien menunjukkan harga diri yang positif.
b. Gambaran diri klien positif.
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN
Initial : Tn. T
Umur : 26 Th
Alamat : JL. Cipete, No: 17, RT: 21, RW: 13, Jakarta Selatan
Agama : Islam
Informan : Keluarga dan klien
B. ALASAN MASUK RS
Tn. T masuk Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati pada tanggal 13 Desember
2011 karena kecelakaan sepeda motor.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital : TD : 130/80 mmHg,
N : 82x/mnt,
S : 36,6 C,
RR : 19x/mnt
2. Ukur : TB : 165 cm, BB : 50 kg
3. Keluhan fisik : ( ) ya
Jelaskan
DS: Klien mengatakan : nyeri di sekitar luka bekas operasi amputasi di kaki kiri,
dengan skala nyeri 8, dengan karakteristik seperti tertusuk-tusuk, dengan
intensitas terus-menerus selama 5 menit, nyerinya timbul saat merubah posisi
dan berkurang jika relaksasi napas dalam dan distraksi.
DO : Klien terlihat meringis dan memegangi daerah dekat luka post op.
D. PSIKOSOSIAL
1. Konsep Diri
a. Gambaran diri
DS: Klien mengatakan kaki kirinya sudah tidak ada, badannya kurus, rambutnya lurus
hitam, dan kulitnya hitam.
DO: Klien terlihat melamun, kaki kirinya diamputasi, kurus dan klien tampak malu
dengan kondisinya saat ini.
b. Identitas Diri
DS: Klien mengatakan dirinya seorang laki-laki dan klien mengatakan namanya Tn. T,
umur 26 th, dan beragama islam.
DO: Klien tampak mampu menyebutkan nama, jenis kelamin, umur dan agama dengan
benar dan Klien adalah seorang laki-laki.
c. Peran
DS: Klien mengatakan: Cemas karena klien tidak mampu melaksanakan perannya
sebagai ayah dari tujuh orang anak yang masih kecil-kecil dalam mencari nafkah.
DO: Klien terlihat sering termenung melihat kakinya saat ini dan saat keluarga datang
berkunjung, klien tampak lebih banyak diam.
d. Ideal diri
DS: Klien mengatakan sangat berharap dapat melakukan aktivitas seperti dulu lagi.
DO: Klien terlihat lebih banyak diam dan raut wajahnya tampak muram.
e. Harga diri
DS : Klien mengatakan : Malu, memikirkan kakinya yang sudah tidak ada dan merasa
dirinya sudah tidak berarti lagi, takut ditinggalkan oleh istri dan anak-anaknya,
khawatir bagaimana dengan pekerjaannya nanti karena klien adalah tukang ojek
yang harus menghidupi keluarganya.
DO : Klien terlihat malu, sering menunduk dan terlihat lebih banyak diam saat
keluarganya datang dan ketika perawat akan melakukan perawatan luka.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah.
2. Hubungan Sosial :
a. Orang yang Berarti
DS : Klien mengatakan istri dan anaknya adalah orang yang berarti baginya juga
keluarga adalah hal yang terpenting dalam kehidupannya.
DO : Klien terlihat sedih saat mengatakan hal mengenai keluarganya, saat berbicara
nada suara klien bergetar dan mata klien terlihat mengeluarkan air mata.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat :
DS : Keluarga klien mengatakan sebelum sakit klien bekerja sebagai tukang ojek dan
aktif dalam kegiatan masyarakat.
DO : Klien terlihat sering dikunjungi oleh rekan-rekan organisasinya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
DS : Klien mengatakan malu bertemu dengan orang lain.
DO : Klien terlihat diam jika ada orang lain menjenguk dan tampak jarang berbincang-
bincang dengan pasien lain.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial.
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
DS : Klien mengatakan seorang muslim dan mengatakan sejak dirawat di rumah sakit
jarang melakukan ibadah sholat.
DO : Klien terlihat tidak melakukan shalat 5 waktu.
b. Kegiatan Ibadah :
DS : Klien mengatakan malas untuk beribadah pada waktu sakit karena merasa frustasi.
DO : Klien terlihat tidak melaksanakan sholat sebagai seorang muslim dan terlihat tidak
pernah berdoa.
Masalah keperawatan : Distress spiritual.
4. Sistem pendukung :
YA TIDAK YA TIDAK
Keluarga () ( ) Teman sejawat () ( )
Profesional ( ) ( ) Kelompok sosial () ( )
DS : Klien mengatakan keluarga, perawat, teman dan tetangganya selalu memberi
motivasi untuknya.
DO : Klien terlihat sangat semangat setelah mendapat dukungan oleh semua pihak
Masalah keperawatan : Tidak ada
5. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif
( ) Bicara dengan orang lain ( - ) Minum alcohol
( - ) Mampu menyelesaikan masalah ( - ) Reaksi lambat/berlebih
( ) Teknik relaksasi ( - ) Bekerja berlebihan
( - ) Aktifitas konstruksi ( ) Menghindar
( - ) Lain-lain ( - ) Mencederai diri
Masalah keperawatan : Tidak ada
E. ASPEK MEDIK
Diagnosa medik : Post operasi amputasi kaki kiri
Terapi Medik : Analgetik
Kelompok 1
DATA FOKUS
Nama / Umur : Tn.T / 26 thn
Ruang / Kamar : Melati / I
ANALISA DATA
Nama / Umur : Tn.T / 26 thn
Ruang / Kamar : Melati / 1
DO:
Klien terlihat meringis dan memegangi
daerah dekat luka post op.
Tanda vital: TD : 130/80 mmHg, N :
82x/mnt, S : 36,6 C, RR : 19x/mnt
Diagnosa medik : Post operasi
amputasi kaki kiri
Terapi medik : analgetik.
2 DS: Nyeri di sekitar Gangguan Kelompok
kaki kiri kebutuhan I
Klien mengatakan :
istirahat & tidur
- Badannya terasa lemas
- Sudah 2 hari tidak dapat tidur karena
memikirkan luka post operasi pada
kakiu kirinya
DO:
Klien terlihat:
- wajahnya pucat
- Mata klien terlihat cekung dan
terdapat lingkaran hitam pada kelopak
mata bagian bawah.
- Klien kadang terlihat menguap.
- Klien tampak lemas.
3 DS: Intake yang Resiko Kelompok
Klien mengatakan : tidak adekuat : gangguan I
- Tidak nafsu makan anoreksia pemenuhan
- Badannya terasa lemas kebutuhan
nutrisi : kurang
DO: dari kebutuhan
- Klien terlihat hanya makan dari tubuh
porsi yang disediakan di rumah sakit.
- Klien tampak lemas.
- Tanda-tanda vital : TD = 130/80
MmHg, Nadi = 82x/mnt, RR =
19x/mnt, S = 36,6C
- TB : 165 cm, BB : 50 kg
- Konjungtiva tampak anemis.
DO:
- Klien tampak malu dengan kondisinya
saat ini.
- Klien terlihat melamun.
- Klien terlihat sedih karena tidak bisa
beraktifitas seperti dulu.
- Klien terlihat raut wajahnya tampak
muram.
- Klien terlihat tidak bersemangat
- Klien terlihat malu bertemu dengan
orang lain.
- Klien terlihat diam.
- Klien terlihat sedih saat mengatakan
hal mengenai keluarganya.
- Saat berbicara nada suara klien
bergetar dan mata klien terlihat
mengeluarkan air mata.
- Terdapat benjolan pada kaki sebelah
kiri.
- Postur tubuh klien tinggi, kurus.
DIAGNOSA
INTERVENSI
NO
Tanggal Data Rencana tindakan Rasional Paraf
Dx
13 Des 1 Tujuan : 1. Kaji keluhan nyeri 1. Membantu dalam Kelompok I
2011 Nyeri klien klien perhatikan mengidentifikasi rasa
berkurang setelah intensitas skala ketidak nyamanan :
dilakukan tindakan nyeri (1-10). nyeri.
intervensi dalam 2. Berikan tindakan
waktu 3 x 24 jam. kenyamanan dasar 2. Meningkatkan
KH : dan aktivitas relaksasi dan
- Nyeri klien hiburan. meningkatkan rasa
berkurang 3. Anjurkan klien nyaman klien.
- Klien merasa lebih untuk relaksasi tarik
nyaman nafas dalam dan
3. Mengalihkan perhatian
- Klien tidak terlihat hembuskan perlahan
klien dan mengurangi
kesakitan serta distraksi
rasa nyeri.
- Klien menjadi lebih terhadap nyeri.
rileks 4. Atur posisi yang
4. Meningkatkan
- TTV : TD = nyaman yang dapat
kenyamanan klien dan
130/80mmHg, Nadi mengurangi nyeri.
mengurangi
= 82x/mnt, RR = 5. Kaji TTV meliputi
peningkatan rasa nyeri.
18x/mnt, S = 36,6 TD, Nadi, RR dan
5. Peningkatan frekuensi
C suhu.
nadi indikasi adanya
6. Kolaborasi dengan
nyeri.
dokter : pemberian
6. Mengurangi rasa nyeri.
obat analgetik
sesuai program.
13 Des 2 Tujuan : 1. Lakukan kajian 1. Memberikan informasi Kelompok I
2011 Kebutuhan istirahat gangguan masalah dasar dalam
dan tidur klien tidur, karakteristik, menentukan rencana
kembali terpenuhi dan penyebab keperawatan.
setelah dilakukan kurang tidur klien.
intervensi dalam 2. Lakukan mandi air 2. Meningkatkan
waktu 3 x 24 jam. hangat sebelum relaksasi otot untuk
KH : tidur. beristirahat.
- Badan klien 3. Anjurkan makan 3. Pemenuhan kebutuhan
menjadi segar yang cukup satu jam nutrisi yang cukup
- Klien dapat tidur 6 sebelum tidur. untuk meningkatkan
8 jam setiap kualitas istirahat.
malam 4. Berikan susu hangat4. Meningkatkan
- Klien menjadi sebelum tidur. kelelapan tidur.
rileks dan lebih 5. Jaga ketenangan
nyaman lingkungan klien. 5. Lingkungan yang tidak
- Mata klien tidak tenang dapat
terdapat lingkaran mengganggu
hitam bawah di 6. Kolaborasi dengan kebutuhan istirahat.
bawah mata dokter : pemberian 6. Meningkatkan
- Wajah klien telihat obat tidur, seperti kebutuhan istirahat dan
tidak pucat diazepam. tidur.
- Klien tidak
menguap.
- Klien tidak tampak
lemas.
13 Des 3 Tujuan : 1. Pantau intake 1. Mengidentifikasi Kelompok I
2011 Nutrisi klien makanan setiap hari. defisiensi nutrisi.
kembali terpenuhi 2. Dorong pasien
dalam waktu 3 x 24 untuk makan diet 2. Membantu dalam
jam. tinggi kalori kaya identifikasi malnutrisi
KH : nutrient, dengan protein-kalori.
- Nafsu makan klien masukan cairan
bertambah adekuat.
- Klien 3. Anjurkan untuk 3. Mempercepat
menghabiskan 1 banyak perbaikan jaringan
porsi makanan yang mengonsumsi yang rusak dan
diberikan rumah makanan yang memperlancar
sakit tinggi protein dan pencernaan.
- Badan klien tidak kaya serat.
lemas 4. Ciptakan suasana 4. Membuat waktu
- Konjungtiva emis makan yang makan lebih
- TTV : TD = menyenangkan. menyenangkan, yang
130/80mmHg, Nadi dapat meningkatkan
= 60 80x/mnt, RR intake yang adekuat.
= 18x/mnt, S = 36,6 5. Mengidentifikasi yang
C 5. Dorong komunikasi menyebabkan tidak
- TB: 165 cm, BB: 55 terbuka mengenai nafsu makan.
kg masalah anoreksia.
6. Timbang berat
badan klien setiap 6. Mengetahui status gizi
hari. dan kebutuhan nutrisi
7. Tawarkan makanan klien.
yang disukai klien 7. Meningkatkan nafsu
selama tidak makan klien.
bertentangan
dengan diet klien.
8. Hidangkan
makanan selagi
hangat. 8. Meningkatkan nafsu
9. Kaji TTV meliputi: makan klien.
TD, Nadi, suhu, RR.
10. Kolaborasi dengan 9. Membantu mengkaji
tim gizi keadaan klien.
10. Mengidentifikasi
kebutuhan diet klien.
13 Des 4 Tujuan : 1. Bina hubungan 1. Dasar Kelompok I
2011 Harga diri klien saling percaya dan mengembangkan
meningkat setelah menjelaskan semua tindakan keperawatan.
dilakukan tindakan prosedur dan tujuan
intervensi selama 3 dengan singkat dan
x 24 jam. jelas.
KH : 2. Kaji penyebab 2. Merencanakan
- Klien tidak merasa gangguan harga diri intervensi lebih lanjut.
malu lagi jika rendah, body image,
bertemu dengan peran. 3. Motivasi dapat
orang lain 3. Berikan motivasi meningkatkan
- Klien mau kepada klien dengan kepercayaan diri.
menerima keadaan melibatkan orang
dirinya sekarang terdekat.
- Klien dapat 4. Sampaikan hal-hal 4. Penerimaan oleh orang
berinteraksi dengan positif sesuai realita lain meningkatkan
baik pada perawat perasaan makna diri
- Klien dapat 5. Gunakan sentuhan 5. Jalan untuk
melaksanakan tangan jika perlu mendekatkan diri
hubungan sosial 6. Libatkan keluarga
secara bertahap dan orang terdekat 6. Support sistem dapat
- Kepercayaan diri untuk memberikan memotivasi dalam
klien meningkat support. peningkatan harga diri
- Klien dapat 7. Berikan klien
melakukan reinforcement yang
perannya sebagai positif
ibu rumah tangga 7. Meningkatkan
- Percaya diri klien kepercayaan diri.
meningkat
IMPLEMENTASI
Hari /
NO NAMA
Tanggal CATATAN
Dx JELAS
Pukul
Selasa / 1 dan 3 - Mengkaji TTV
13 R = TTV Klien K
Desember TD : 130/80mmHg E
2011 RR : 18x/mnt L
08.00 N : 82x/mnt O
S : 36,6 C M
1 - Mengkaji keluhan nyeri klien dengan intensitas nyeri P
(1-10). O
08.15 R = Klien mengatakan nyerinya dengan skala 8. K
1 - Memberikan analgetik sesuai dengan anjuran dokter.
R = Klien mengatakan nyeri sudah agak berkurang I
09.00 setelah diberi obat analgetik.
- Mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori
3 kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
R = Klien mengatakan menghabiskan satu porsi
09.30 makanan dari rumah sakit.
- Membina hubungan saling percaya dan menjelaskan
4 semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas.
R = Klien mengerti dan percaya pada perawat serta
10.15 meminta perawat untuk memberikan dukungan
mental.
- Memberikan susu hangat sebelum tidur.
R = Klien mengatakan mengantuk setelah minum
2 susu.
- Mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori
13.00 kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
3 R = Klien mengatakan menghabiskan satu porsi
makanan dari rumah sakit.
15.30 - Memberikan tindakan kenyamanan dasar dan
aktivitas hiburan.
1 R = Klien mengatakan sedikit agak rileks.
- Mengatur posisi klien yang nyaman yang dapat
18.20 mengurangi nyeri.
1 R = Klien mengatakan nyerinya agak berkurang.
- Mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori
19.00 kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
3 R = Klien mengatakan selera makannya membaik.
- Membina hubungan saling percaya dan menjelaskan
19.25 semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas.
4 R = Klien mengatakan kekhawatirannya dengan
kondisinya sekarang.
21.00 - Memberikan susu hangat sebelum tidur.
R = Klien mengatakan ingin tidur setelah minum
susu.
2
- Mengkaji TTV
22.05 R = TTV klien
TD : 125/80mmHg
1 dan 3 RR : 18x/mnt K
N : 82x/mnt E
Rabu / 14 S : 37,1 C L
Desember - Menganjurkan klien untuk relaksasi tarik nafas O
2011 dalam dan hembuskan perlahan. M
07.00 R = Klien lebih rileks dan lebih lega. P
1 - Mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori O
kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat. K
07.30 R = Klien mengatakan lahap mengonsumsi makanan
3 yang disediakan. I
- Memberikan motivasi kepada klien dengan
08.40 melibatkan orang terdekat.
R = Klien mengatakan terima kasih dan lebih
4 bersemangat.
- Mengatur posisi klien yang nyaman yang dapat
09.30 mengurangi nyeri.
R = Klien mengatakan nyerinya semakin berkurang.
1 - Memandikan klien dengan air hangat sebelum tidur.
R = Klien mengatakan lebih segar.
10.30 - Menganjurkan klien untuk relaksasi tarik nafas
dalam dan hembuskan perlahan.
2 R = Klien mengatakan lebih rileks setelah
menghembuskan nafas perlahan-lahan.
13.10 - Memberikan reinforcement yang positif.
1 R = Klien mengatakan lebih percaya diri.
- Menciptakan suasana makan yang menyenangkan.
15.30 R = Klien mengatakan merasa sangat nyaman dan
senang untuk makan.
1 - Mengkaji keluhan nyeri klien dengan intensitas nyeri
(1-10).
15.45 3 R = Klien mengatakan nyerinya berkurang dengan
skala 5.
16.00 - Menganjurkan klien untuk relaksasi tarik nafas
1 dalam dan hembuskan perlahan.
R = Klien mengatakan lebih rileks dan lebih nyaman.
18.30 - Menciptakan suasana makan yang menyenangkan.
R = Klien mengatakan merasa sangat nyaman dan
1 senang untuk makan.
- Memberikan motivasi kepada klien dengan
18.45 melibatkan orang terdekat.
R = Klien mengatakan terima kasih dan keluarga
3 klien mengatakan akan mengikuti saran perawat.
- Memberikan susu hangat sebelum tidur.
19.30 R = Klien mengatakan mengantuk setelah minum
4 susu.
19.00
4
20.00
22.00
EVALUASI
EVALUASI
Rabu / 14
Desember 2011
20.00
EVALUASI
BAB III
PENUTUP
B. Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan dalam praktek klinik, khususnya
pada
mahasiswa Akademi Keperawatan Fatmawati:
1. Dalam membuat makalah tentang kasus fiktif, kelompok diharapkan dapat
memahami
dan menguasai teori tentang psikososial dan kebutuhan lainnya.
2. Mahasiswa harus dapat melakukan tindakan keperawatan secara benar dan
terampil.
3. Mahasiswa perlu ditingkatkan keaktifannya dalam bertanya kepada
pembimbing
ataupun kakak perawat lainnya.
4. Mahasiswa diharapkan dapat lebih menggunakan waktu sebaik-baiknya.
5. Mahasiswa diharapkan dapat lebih meluangkan waktunya untuk
berkumpul
d alam pembuatan makalah untuk seminar.
6. Mahasiswa diharapkan dapat lebih teliti dalam membuat Asuhan
Keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA