Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kitosan.
Kitosan pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Perancis, Ojier, pada tahun
1823. Ojier meneliti kitosan hasil ekstrak kerak binatang berkulit keras, seperti
udang, kepiting, dan serangga.
Kitosan merupakan jenis polimer alam yang mempunyai bentuk rantai linier, sebagai
produk deasetilasi kitin melalui proses reaksi kimia menggunakan basa kuat
(Muzarelli, 1988). Kitosan adalah poly-D-glukosamine (tersusun lebih dari 5000 unit
glukosamin dan asetilglukosamin) dengan berat molekul lebih dari satu juta dalton,
merupakan dietary fiber (serat yang bisa dimakan) kedua setelah selulosa. (Simunek
et al.,2006). Kitosan merupakan senyawa penting ke-6 dan volume produksinya di
alam bebas menempati peringkat kedua setelah serat, diperkirakan volume total
makhluk laut di atas 100 juta ton per tahun. Selama ini kitosan dianggap sebagai
limbah karena jumlah produksinya yang sangat melimpah dari hasil pengolahan
udang dan kepiting, dan belum termanfaatkan secara maksimal. Sedangkan modal
untuk mengembangkannya jauh lebih mahal daripada penggunaan serat secara
langsung. (http://minabahari.blogspot.com/2009/01/all-about-chitin-chitosan.html)
Penggunaan kitosan sebagai serat (dietary fiber ) secara langsung yakni sebagai
suplemen untuk menyerap lemak dalam usus guna mencegah kegemukan. Karena
5
Universitas Sumatera Utara
6
kitosan mampu menyerap lemak 4-6 kali beratnya sendiri untuk kemudian dibuang
melalui faces. (www.wikipedia,
kimia, kitosan ).
No Parameter Nilai
Urutan kereaktifitasan dari gugus aktif yang ada pada molekul kitosan adalah NH2
> NH > (OH pada C-3) > (OH pada C-6). (Fessenden and Fessenden, 1999).
dan
Gambar 2.7. Reaksi asilasi pada N-kitosan dengan asam formiat dan asam
asetat.
Reaksi N-asilasi kitosan lainnya yaitu, kitosan dengan derajat deasetilasi 0,75 dalam
air, ditambahkan asam 4-klorobutirat. Kemudian ditambahkan metanol,
dimetilsulfoksid (DMSO) dan N-metil-2-pirolidon (NMP). Campuran diaduk dan
direfluks pada suhu 40-72 oC selama 4-8 jam.(Chun K.H, and C.S. Kyu,.1998 ).
Gambar 2.12. Reaksi O-asilasi kitosan dalam basa schiff dengan asilklorida.
kimia dari kitin dan kitosan, sudah banyak menghasilkan senyawa turunan kitin dan
kitosan sehingga aplikasi dan
kegunaan senyawa tersebut sangat luas, seperti bagi industri farmasi, kesehatan,
kosmetik, makanan, pengolah limbah dan air, fotografi, kayu dan kertas.
Kitin dan kitosan dapat digunakan di berbagai macam aplikasi industri
diantaranya, seperti pada tabel 2.2.
Tabel 2.2. Kegunaan dari kitosan dan turunannya.
bersifat polielektrolit kationik (pKa = 6,5) dan bersifat sebagai basa, hal yang
sangat jarang terjadi secara alami. Sifat basa ini menjadikan kitosan :
a. Dapat larut dalam media asam encer membentuk larutan yang kental
sehingga dapat digunakan dalam pembuatan gel. Dalam beberapa variasi
konfigurasi seperti butiran, membran, pelapis kapsul, serat dan spons.
b. Membentuk kompleks yang tidak larut dalam air dengan polianion
yang dapat juga digunakan untuk pembuatan butiran gel, kapsul dan
membran.
c. Dapat digunakan sebagai pengkhelat ion logam berat dimana gelnya
menyediakan sistem produksi terhadap efek destruksi dari ion (Meryati,
2005).
Sifat kitosan sebagai polimer alami mempunyai sifat menghambat absorbsi
lemak, penurun kolesterol, pelangsing tubuh, atau pencegahan penyakit lainnya.
Kitosan mampu menurunkan tingkat kolesterol dalam serum dengan efektif dan
tanpa menimbulkan efek samping.(Rismana, 2001). Kitosan dan beberapa tipe
modifikasinya dilaporkan penggunaannya untuk aplikasi biomedi, seperti pelembab
kulit, penyembuh luka, anti koagulan, jahitan pada luka (suuture), obat-obatan, bahan
vaksin, dan dietary fiber. Baru-baru ini, penggunaan kitosan dan derivatnya telah
banyak dikembangkan sebagai proses mineralisasi, atau pembentukan tulang stimulin
endoktrin. (Irawan, 2007). Penelitian yang dilakukan Handayani (2004) menunjukan
bahwa kitin dan kitosan dapat dipergunakan sebagai bahan koagulasi pada sari buah
tomat. Pelapisan menggunakan kitosan (chitosan coating) telah terbukti
meminimalisasi oksidasi, ditunjukan oleh angka peroksida, perubahan warna, dan
jumlah mikroba pada sampel. (Yingyuad et al., 2006).
Kegunaan turunan kitosan dalam bentuk N-alkil kitosan antara lain,
perbaikan jaringan biologis (acaffolds), sensor, bahan bakar sel (membran), model
studi interaksi membran biologis, pelapisan untuk anti bakteri, penyusun DNA,
produk kosmetik, bahan pembawa obat, dan pelapisan membran. Palmitil kitosan
kira-kira 10 % telah digunakan untuk kapsul sebagai pelepas obat secara terkontrol
(Aranaz et al.,2010).
atau
triklorida (PCl3), atau fosfor pentaklorida (PCl5) ataupun dengan tionil klorida
(SOCl2). Reaksinya adalah :
3 CH3COOH + PCl3 3 CH3CO-Cl + H3PO3
CH3COOH + PCl5 CH3CO-Cl + HCl + POCl3
CH3COOH + SOCl2 CH3CO-Cl + HCl + SO2
Pemilihan pereaksi klorinasi harus sedemikian rupa dalam terbentuknya hasil reaksi
dan hasil yang tidak diinginkan agar nantinya dapat dipisahkan dengan cara yang
tidak terlalu rumit. Hal ini berkenaan dengan sifat kimia maupun sifat fisik dari asam
klorida, asam phosfat dan phosforoksitriklorida. (Fessenden and Fessenden,
1999).
sintesis senyawa organik lain, seperti untuk pembuatan senyawa keton, ester atau
amida.
Diantara semua derivat asam karboksilat, halida asamnya merupakan yang
paling reaktif, lebih mudah ditukargantikan. Reaksi berlangsung dalam dua tahap: 1)
adisi nukleofil kepada gugus karbonil, disusul 2) eleminasi ion klor. Hasil reaksi ini
ialah suatu substitusi asil nukleofilik, yang berarti substitusi nukleofilik pada suatu
karbon asil ( RCO- ). Laju reaksi suatu klorida asam dari yang memiliki gugus alkil
pendek sampai kepada gugus alkil panjang akan semakin berkurang (lambat). Efek
ukuran gugus alkil pada laju reaksi adalah efek pada kelarutan dalam air, bukan
dikarenakan efek halangan sterik. Suatu klorida asam dengan gugus alkil kecil adalah
lebih mudah larut dan bereaksi dengan lebih cepat. . (Fessenden and
Fessenden, 1999).
asam kerboksilat induknya, dengan mengubah imbuhan asam ....,-oat (atau at)
menjadi amida. Amida dengan substituen alkil pada nitrogen diberi tambahan N-alkil
di depan namanya, dengan N merajuk pada atom nitrogen. (Fessenden and
Fessenden, 1999).
molekul yang sebenarnya, vibrasi analog terjadi, dimana pasangan atom sedang
mengalami vibrasi satu terhadap yang lain sewaktu ikatan individual
memanjang dan mengkerut, dan kelompok secara keseluruhan berisolasi terhadap
atom atau kelompok lain, sebagai suatu struktur yang sedang mengalami berkembang
atau berkerut. Suatu dipol listrik berisolasi yang berhubungan dengan suatu cara
vibrasi khusus, maka akan terjadi interaksi dengan vektor listrik dari radiasi
elektromagnetik dengan frekwensi yang sama, yang menyebabkan absorsi energi
yang menampakan diri sebagai amplitudo vibrasi yang meningkat. (Day and
Underwood, 1981). Pancaran sinar infra-merah yang serapannya kurang dari 100
cm-1 ( panjang gelombang > 100 m ) mengenai suatu molekul organik dan
diserap oleh molekul tersebut dan kemudian diubah menjadi energi putaran molekul.
Penyerapan tersebut tercatu sedemikian, tampak sebagai spektrum rotasi molekul
yang terdiri dari garis-garis tersendiri. Pancaran infra merah antara 10.000 10 cm-1
(1-100 m) yang diserap oleh sebuah molekul senyawa organik, kemudian diubah
menjadi energi getaran molekul. Pencatuan spektrum getaran tampak sebagai pita-
pita, bukan sebagai garis-garis. Hal itu disebabkan oleh perubahan energi getaran
tunggal selalu disertai sejumlah perubahan energi putaran. Pita getaran putaran yang
khusus terletak antara 4.000 cm-1 dan 666 cm-1. Terdapat dua macam getaran
molekul, yaitu getaran ulur dan getaran tekuk. Getaran ulur adalah suatu gerakan
berirama disepanjang sumbu ikatan sehingga jarak antar atom bertambah atau
berkurang. Getaran tekuk dapat terjadi karena perubahan sudut-sudut ikatan antara
ikatan-ikatan pada sebuah atom, atau karena gerakan sebuah gugusan atom terhadap
sisa molekul tanpa gerakan nisbi atom-atom di dalam gugusan. Hanya getaran yang
menghasilkan perubahan momen dwikutub secara berirama saja yang teramati di
dalam infra merah. Medan listrik yang berganti-ganti, yang dihasilkan oleh
perubahan penyebaran muatan yang menyertai getaran, menjodohkan getaran
molekul dengan medan listrik pancaran elektromagnet yang berayun. (Silverstein, et
al., 1999 ).
2. Daerah Cuplikan
Berkas acuan dan berkas cuplikan masuk kedalam daerah cuplikan dan masing-
masing menembus sel cuplikan dan sel acuan.
3. Monokromator
Monokromator berfungsi untuk menyeleksi panjang gelombang.
4. Detektor
Detektor akan mendeteksifrekuensi yang dilewatkan pada sampel yang tidak diserap
oleh senyawa. Banyaknya frekuensi yang melewati senyawa (yang tidak
diserap) akan diukur sebagai persen transmitan. (Silverstein, et al., 1999).
Bilangan Panjang
Getaran/goyangan
Golongan Struktur ikatan gelombang gelombang
molekul
(cm-1) (m)
CH3- assymetris 2975 2950 3,36 3,37
CH- stretching
-CH2- symetris 2870 - 2845 3,47 3,50
Alkil CH3- assymetris 1470 1435 6,80 6,97
CH- deformation
-CH2- symetris 1480 - 1440 6,76 6,94
-CH2- rocking in C-(CH2)n-C ; n 6 ~ 722 ~ 13,90
carboksylic acid dimer 3300 2500 3,03 4,00
(C-OH)
Senyawa -OH stretching
C - OH 3560 - 3500 2,81 2,86
karbonil
C=O stretching -COOH 1723 - 1700 5,80 5,88
Amide primery 3500 - 3300 2,86 3,03
-NH stretching
Amina Amide secondary ~ 3450 ~ 2,89
-NH deformation Amide primery 1650 - 1580 6,06 6,33
Amida-I -NH stretching C=O stretching;
- primery ~ 1690 ~ 5,92
- secondary ~ 1680 ~ 5,95
- tertier 1670 - 1630 5,98 6,13
Free
- Primery 1620 - 1590 6,17 6,29
Mainly-NH in - Secondary 1550 - 1510 6,45 6,62
Amida-II Associated
plane deformation
- Primery 1650 1620 6,06 6,17
- Secondary 1570 - 1515 6,37 6,60
Amida-III CN stretching-NH Primery ~ 1400 ~ 7,14
deformation Secondary ~ 1290 ~ 7,75
Pita serapan tertentu, misalnya yang muncul dari uluran C-H, O-H, dan C=O,
didalam spektrum tetap berada dalam daerah-daerah yang cukup sempit. Perincian
penting mengenai struktur, dapat digali dari kepastian letak pita serapan di dalam
daerah yang sempit itu. Geseran letak serapan dalam perubahan pita yang menyertai
perubahan lingkungan molekul, dapat pula menunjukan perincian penting mengenai
struktur. Dua kawasan penting dalam pemeriksaan awal sebuah spektrum ialah
daerah 4000 1300 cm-1 (2,5 7,7 m) dan
daerah 909 650 cm-1 (11,0 15,4 m). Bagian serapan tinggi dari sebuah
spektrum disebut sebagai daerah gugus fungsi. Gugus-gugus fungsi yang penting,
seperti OH, NH dan C=O terletak pada bagian ini.
Bagian tengah spektrum, merupakan daerah sidik jari adalah daerah antara panjang
-1 -1
gelombang 1300 cm 909 cm (7,7 11,0 m). Corak serapan didaerah ini
seringkali rumit dengan pita-pita yang ditimbulkan oleh cara-cara getaran yang
berantaraksi. Bagian spektrum ini sangat berharga dalam hubungannya dengan
bagian spektrum lainnya. ( Silverstein, et al., 1999 ).
Pada daerah sidik jari suatu senyawa akan memberikan pola serapan yang
khas yang tidak dimiliki oleh senyawa lainnya, sehingga dengan melihat pola
serapan di daerah tersebut dapat disimpulkan struktur kimianya, pada daerah itu pula
suatu isomer dapat dibedakan dengan yang lainnya. (Underwood, et al., 2002).
Adanya gugus fungsional yang berbeda dari molekul akan memberikan
perubahan yang menyolok pada distribusi puncak serapannya, oleh karena itu
bila dua spektrum mempunyai penyesuaian yang tepat di daerah ini, maka hal
tersebut merupakan bukti yang kuat bahwa senyawa senyawa yang memberikan
spektrum yang sama adalah identik. Kebanyakan ikatan tunggal memberikan
serapan di daerah ini, oleh karena energi vibrasi berbagai ikatan tunggal adalah
hampir sama besarnya, maka akan terjadi antaraksi yang kuat antara vibrasi berbagai
ikatan tunggal yang berdekatan, oleh karena itu pula maka pita serapan yang
dihasilkan merupakan gabungan atau hasil dari berbagai antar aksi dan bergantung
kepada struktur rangka keseluruhan dari molekul yang bersangkutan. Berdasarkan
hal tersebut di atas, maka spektrum di daerah sidik jari ini biasanya rumit untuk
analisa gugus, sehingga terkadang sukar untuk melakukan interpretasi. Akan tetapi
apabila kita analisa lebih jauh, maka justru kerumitan ini bersifat khas untuk setiap
senyawa. (Siverstein, et al., 1999).
Dalam keadaan cair atau padat, dan juga dalam larutan yang kepekatannya
lebih daripada 0,01 M, dengan pelarut CCl4, asam-asam karboksilat berada sebagai
dimer akibat kuatnya ikatan hidrogen.
Semua amida memperlihatkan sebuah pita serapan karbonil yang disebut pita
Amida-I. Kedudukan pita tersebut tergantung pada derajat ikatan hidrogen dan
dengan demikian tergantung pula pada keadaan fisik senyawanya. Amida-amida
primer memiliki dua buah pita uluran N-H simetrik dan taksimetrik. Amida skunder
hanya menunjukan sebuah pita uluran N-H. Seperti halnya uluran O-H, serapan ulur
N-H juga mengalami penurunan oleh adanya ikatan hidrogen walaupun dengan
derajat yang lebih kecil. Kedudukan serapan ulur N-H dan O-H bertumpangan
dalam pengamatan untuk membedakan kedua struktur tersebut perlu kecermatan.
Amida primer dan skunder memperlihatkan sebuah atau banyak pita di daerah sekitar
1650 1515 cm-1 yang terutama dihasilkan oleh tekukan NH2 atau NH disebut pita
Amida-II. Penyerapan itu melibatkan pengkopelan antara tekukan N-H dan getaran-
getaran dasar yang lain serta menuntut suatu geometri trans. Kibasan NH
keluar bidang adalah penyebab adanya suatu pita lebar dengan kekuatan menengah
di daerah 800 666 cm-1. Spektrum dalam gambar 2.17., adalah khas amida primer
suatu alifatik.
Dalam larutan yang lebih pekat dan sampel padat, pita NH bebas digantikan oleh
pita-pita jamak/terdarab di daerah 3330 3060 cm-1. Pita-pita jamak/terdarab itu
teramati karena gugus amida dapat mengikat membentuk dimer berkonformasi cis,
atau membentuk polimer berkonformasi tran,
Spektrum dalam gambar 2.18., adalah khas amida skunder suatu alifatik. (Silverstein,
et al. 1999, Fessenden and Fessenden, 1999).