Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
I. Pendahuluan
suatu kegiatan rutin yang tidak lagi dianggap hanya sebagai pelengkap dalam kehidupan
sehari-hari tetapi sudah menjadi sebuah kultur yang menjadikan rokok bergeser dari
dianggap sebagai kekayaan hayati yang memiliki potensi strategis bagi penghidupan
hajat hidup orang banyak. Industri tembakau memberikan pemasukan yang cukup besar
kepada keuangan negara. Selain itu, perkebunan tembakau dan industri rokok
menyerap jutaan tenaga kerja sehingga tidak bisa diabaikan begitu saja. Di sisi lain
tembakau yang diolah menjadi rokok ini dianggap berbahaya bagi kesehatan masyarakat
Tobaccoatlas.org pada tahun 2014, konsumsi rokok masyarakat Indonesia usia 15 tahun
ke atas mencapai 1.322,3 batang perkapita per tahun yang merupakan tertinggi jika
dibandingkan dengan negara ASEAN yang lainnya. Hal ini menjadi sebuah peringatan
penting bahwa Indonesia sedang kritis karena konsumsi rokok semakin meningkat
begitu juga dengan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh hasil olahan tembakau
tersebut. Tidak hanya itu, industri tembakau di Indonesia pun dipandang hanya
memberikan keuntungan kepada industri besar tidak kepada buruh dan petaninya.
Paper ini akan memaparkan perumusan masalah dalam meta masalah polemik
kebijakan tembakau di Indonesia adalah analisis asumsi. William Dunn (1994) dalam
bukunya Pengantar Analisis Kebijakan Publik, menjabarkan beberapa metode
perumusan masalah yang salah satunya adalah metode analisis asumsi. Analisis asumsi
kebijakan. Analisis asumsi dianggap sebagai metode yang paling komprehensif dari
semua metode perumusan masalah dalam beberapa hal analisis. Gambaran analisis
asumsi yang paling penting bahwa secara eksplisit analisis asumsi diciptakan untuk
kebijakan, pembuat kebijakan, dan pelaku kebijakan lainnya tidak dapat sepakat tentang
bagaimana merumuskan masalah. Kriteria utama untuk mutu suatu rumusan masalah
adalah apakah asumsi-asumsi yang saling bertentangan mengenai situasi masalah telah
kebijakan yaitu :
a) Analisis kebijakan seringkali didasarkan pada asumsi dari satu pembuat keputusan
dengan nilai-nilai yang ditata secara jelas yang dapat direalisasikan pada satu titik
waktu,
self sealingnya membuat sulit atau tidak mungkin untuk menghadapi rumusan-
d) Kriteria yang digunakan untuk menilai kecukupan masalah dan solusinya sering kali
yang dibuat. Pada pihak yang lain komitmen juga penting agar para pendukung dari
setiap kebijakan dapat menunjukkan bukti yang paling kuat (tidak perlu yang terbaik)
untuk mendukung pokok pandangan mereka (Mitroff & Emshoff, 1979 dalam Dunn,
dan dipengaruhi oleh proses kebijakan. Prosedur ini menghasilkan identifikasi para
pelaku kebijakan.
2. Memunculkan asumsi; para analis bekerja mundur dari solusi masalah yang
yang ada. Masing-masing solusi yang direkomendasikan oleh para pelaku kebijakan
harus mengandung sebuah dasar asumsi yang secara eksplisit dan implisit
mendasari rekomendasi.
yang berlawanan. Jika asumsi tandingan tidak masuk akal, maka tidak perlu
dilakukan pertimbangan lebih lanjut, jika asumsi tandingan masuk akal, asumsi
tersebut diuji untuk menentukan kemungkinan untuk dipakai sebagai landasan bagi
sejumlah usulan solusi yang berbeda-beda yang dihasilkan dalam fase sebelumnya
bagi para pelaku kebijakan yang berbeda. Hanya asumsi-asumsi yang paling penting
dan tidak pasti yang dikelompokkan. Tujuan yang paling akhir adalah untuk
menciptakan dasar asumsi yang diterima oleh sebanyak mungkin pelaku kebijakan.
5. Sintesis asumsi; fase terakhir adalah penciptaan solusi gabungan atau sistesis
terhadap masalah. Suatu satuan gabungan asumsi yang diterima dapat menjadi
basis untuk menciptakan konseptualisasi baru dari masalah. Ketika isu-isu seputar
konseptualiasi masalah dan potensi pemecahannya telah mencapai titik ini, aktivitas-
aktivitas dari para pembuat kebijakan dapat menjadi kooperatif dan secara kumulatif
produktif.
Selanjutnya Dunn menjelaskan bahwa metode justru dimulai dari solusi-solusi yang
direkomendasikan bagi masalah-masalah, bukan dari asumsi-asumsi itu sendiri. Hal ini
karena sebagian besar para pelaku kebijakan menyadari usulan solusi masalah tetapi
jarang sadar pada asumsi-asumsi yang mendasarinya. Kemudian teknik ini berusaha
sejauh mungkin untuk memusatkan pada serangkaian data yang sama atau informasi
yang relevan dengan kebijakan. Alasan untuk ini adalah bahwa konflik-konflik yang
tetapi masalah yang mencakup interpretasi yang bertentangan dengan data yang sama.
Meskipun data, asumsi dan solusi yang direkomendasikan saling berhubungan, bukanlah
situasi masalah (data) yang menuntun kepada konseptualisasi masalah tetapi asumsi-
asumsilah yang dibawa oleh para analis dan pelaku-pelaku kebijakan lainnya ke situasi
masalah.
kita dapat melihat aktor di dalamnya yaitu pemerintah dan organisasi anti tembakau.
tentang Pertembakauan untuk menjadi RUU Inisiatif dan akan dibahas bersama oleh
dianggap sebagai kekayaan alam hayati yang memiliki potensi strategis bagi
penghidupan orang banyak. Pada tahun 2016, industri rokok menyumbang sekitar
157 triliun rupiah bagi pendapatan negara dari sisi cukai saja dan menyerap tenaga
kerja sampai jutaan orang. Dengan RUU Pertembakauan juga dibuat untuk
melindungi kepentingan petani tembakau dan buruh industri rokok. Wakil Ketua
Badan Legislasi DPR, Firman Soebagyo mengatakan bahwa, Suka atau tidak, industri
tembakau memberi kontribusi ekonomi besar mencapai 157 triliun per tahun dari
Organisasi anti rokok yang didukung oleh para ahli kesehatan termasuk Ikatan
siginifikan. Gangguan kesehatan dan kematian ini tidak hanya terjadi kepada
perokok aktif tetapi juga kepada perokok pasif serta membahayakan masa depan
1
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/03/08/omhrk5282-polemik-ruu-tembakau-
antara-kepentingan-asing-dan-penyelamatan-petani
terhadap RUU Pertembakauan di DPR seperti yang disampaikan oleh Masfar Salim
sebagai Ketua Komite Nasional Kajian Obat dan Farmakoterapi Ikatan Dokter
Indonesia (IDI), Kami induk organisasi kesehatan sangat peduli pada dampak rokok.
Kalau ada aturan yang mendukung konsumsi yang membahayakan kesehatan, kami
2
menolak. Hal ini mengacu pada data World Health Organization (WHO) tahun 2014
bahwa epidemi tembakau telah membunuh sekitar 6 juta orang per tahun, 600 ribu
2. Memunculkan asumsi
Pada tahun 2015, penerimaan cukai sebanyak 96,4 persen disumbangkan oleh cukai
rokok sebesar 139,5 triliun. Hal ini melebihi target yang ditentukan dalam APBN-P
2015 yaitu 100,3 persen. Ditjen Bea dan Cukai memungut pajak dalam rangka impor
(PDRI) dan PPN hasil tembakau sebesar 193,6 triliun. Maka, total penerimaan yang
dipungut oleh Ditjen Bea dan Cukai adalah Rp. 387,6 triliun atau 30,3 persen dari
3
realisasi penerimaan pajak sebesar 1.235,8 triliun. Pada tahun 2017, pemerintah
menargetkan pendapatan pajak dari cukai rokok sebesar Rp. 149,9 triliun, naik 6
persen dari APBN-P 2016. Penerimaan cukai rokok ini setara dengan 10 persen
4
target pendapatan pajak 2017. Nilai ekspor rokok Indonesia pada tahun 2011
Sumber : Pusdatin
2
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/02/20/oloare409-idi-dan-belasan-organisasi-
kesehatan-tolak-ruu-pertembakauan
https://m.tempo.co/read/news/2016/01/08/092734426/cukai-rokok-sumbangkan-rp-139-5-triliun-selama-
3
2015
http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/03/24/berapa-pendapatan-pemerintah-dari-cukai-rokok
4
Pendapatan Negara dari Cukai Rokok 2010-2016 (dalam
triliun rupiah)
160
140
120
100 Pendapatan Negara
80 dari Cukai Rokok 2010-
60 2016 (dalam triliun
40 rupiah)
20
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
sebanyak 5,98 juta orang yang terbagi di sub sektor manufaktur, kemudian sebanyak
4,28 juta orang pada sub sektor distribusi serta 1,7 juta orang di sub sektor
5
perkebunan. Hal ini tidak bisa diabaikan karena kebijakan menyangkut tembakau
juga menyangkut lapangan kerja jutaan orang dalam industri tersebut. Penyusunan
RUU Pertembakauan salah satunya bertujuan untuk melindungi buruh dan petani
tembakau.
Namun pada tahun 2013, seorang peneliti dari Universitas Gadjah Mada, Dr Toto
kesehatan. Pada daun tembakau terdapat senyawa bioaktif seperti flavonoid dan
fenol. Dua senyawa itu menjadi antioksidan yang dapat mencegah penyakit kanker,
anti-karsinogen, anti poliferasi, anti flamasi, serta memberikan efek proteksi
terhadap penyakit kardiovaskuler. Selain itu, di dalam daun tembakau juga terdapat
vitamin C atau asam askorbat yang menjadi antioksidan dan dapat bereaksi dengan
antiradikal bebas dengan cara memberikan efek proteksi sel. Selanjutnya di dalam
tembakau juga ada zinc (Zn) yang berguna dalam pembentukan struktur enzim dan
5
http://katadata.co.id/berita/2017/03/10/banyak-pabrik-tutup-produktivitas-industri-rokok-malah-naik
protein yang bermanfaat bagi tubuh. Tembakau juga mengandung minyak astiri
6
(essential oil) yang dapat digunakan sebagai antibakteri dan antiseptik.
Dari uraian di atas kita dapat melihat asumsi-asumsi yang dipakai pemerintah
cukup besar yaitu sekitar 10 persen dari total pendapatan negara dari sektor
pajak.
6 juta orang.
3. Mempertentangkan asumsi
organisasi anti tembakau yang tersebar di daerah-daerah dan juga ahli kesehatan
penyakit serius dan adiktif. Lebih dari 5.000 bahan kimia atau kandungan dalam
asap, terbentuk ketika tembakau dibakar. Lebih dari 100 kandungan asap ini telah
Epidemic Warning about the dangers of Tobacco, 2011, sebagian besar perokok
tidak sadar akan bahaya merokok dan lebih dari setengah total perokok meninggal
disebabkan oleh penyakit yang ditimbulkan oleh zat-zat yang terkandung dalam
tembakau. Penggunaan tembakau membunuh hampir 6 juta orang dan 600 ribu di
kapitanya rendah. Jika tren ini terus berlanjut, pada tahun 2030 tembakau akan
6
https://m.tempo.co/read/news/2013/12/23/173539731/peneliti-tembakau-baik-untuk-kesehatan,
http://www.neraca.co.id/article/36691/antioksidan-pada-tembakau-cengkeh-dapat-cegah-penyakit
7
http://www.sampoerna.com/id_id/tobacco_regulation/smoking_and_health/pages/smoking_and_health.as
px
membunuh lebih dari 8 juta orang setiap tahunnya yang 80 persennya adalah
meningkat menjadi 36,3 persen. Di antara remaja usia 13-15 tahun, terdapat 20%
perokok di mana 41% di antaranya adalah remaja laki-laki dan 3,5% remaja
perempuan. Jumlah tersebut meningkat dua kali lipat di tahun 2016 sebesar 23,1%
8
dari sebelumnya 12,7% pada tahun 1995. Dengan peningkatan ini, Indonesia
kemudian menjadi negara nomor tiga terbanyak jumlah perokoknya di dunia setelah
Dari sisi kesehatan lain yang berkaitan tentang manfaat dari tembakau, Yayi
terapi. Riset tersebut dianggap tidak mengikuti prinsip atau kaidah keilmuan.
kesembuhan sejumlah orang harus dikaji lebih dalam dan tidak bisa dilakukan
secara serampangan serta masyarakat harus pandai memeriksa rekam jejak peneliti
9
yang melakukan riset tersebut.
Besarnya pemasukan cukai untuk penerimaan negara dianggap tidak ada artinya
jika tidak memberi kesejahteraan kepada tenaga kerja dari sektor tembakau ini.
8
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20170521/3720963/hari-tanpa-tembakau-sedunia-
2017-rokok-ancam-pembangunan/
9
https://nasional.tempo.co/read/news/2017/05/31/078880263/hari-tanpa-tembakau-peliknya-
pengendalian-tembakau-di-indonesia
Menurut data Kementerian Perindustrian pada tahun 2014-2015, ada sekitar 100 unit
usaha Industri Hasil Tembakau (IHT) yang tutup. Menurunnya jumlah unit usaha ini
disebabkan adanya perubahan pasar IHT. Konsumsi rokok jenis Sigaret Kretek
Tangan (SKT) yang produksinya menyerap tenaga kerja banyak, semakin berkurang.
Konsumen lebih memiliih Sigaret Kretek Mesin (SKM) baik yang regular maupun
ringan (mild). Produksi rokok ini lebih banyak mengandalkan mesin dan tidak
membutuhkan pekerja yang banyak. Semakin tinggi produksi rokok, semakin tinggi
pula impor tembakau dari luar negeri. Pada tahun 2012, impor tembakau mencapai
10
angka 150,1 ribu ton. Jumlah itu sudah mencapai 72,5 persen dari total
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dan LDFEBUI mencatat buruh
tani tembakau di Kendal, Jawa Tengah sebesar Rp. 15.899 per hari, di Bojonegoro,
Jawa Timur sebesar Rp. 17.256 per hari dan di Lombok Timur sebesar Rp. 13.920 per
4. Mengelompokkan asumsi
kemudian dikelompokkan dan dinilai mana yang memiliki tingkat kepastian dan
Indonesia, maka akan muncul dua pihak yaitu pro tembakau dan kontra tembakau.
tingkat kepastian dan kepentingannya lebih tinggi serta paling bisa diterima oleh
aspek ekonomi, aspek ketenagakerjaan dan aspek kesehatan. Asumsi yang diberi
tanda () berarti memiliki tingkat kepentingan dan kepastian yang lebih tinggi
sedangkan asumsi yang diberi tanda () berarti memiliki kepentingan dan kepastian
10
Data Kementerian Perindustrian, 2015
Pro Tembakau vs Kontra Tembakau
Aspek ekonomi
Pada tahun 2015, pendapatan dari Penyakit dan kematian yang
sektor pertembakauan mencapai 139,5 ditimbulkan oleh tembakau
triliun rupiah dan ditargetkan mencapai menyebabkan kerugian mencapai
vs
149,9 triliun rupiah pada tahun 2017 miliaran rupiah. Hal ini banyak
yang setara dengan 10 persen dari total terjadi di negara-negara
pendapatan negara dari pajak berkembang termasuk di Indonesia
Aspek ketenagakerjaan
Sektor pertembakauan menyerap Pekerja di sektor pertembakauan
tenaga kerja sebanyak 5,98 juta orang tidak sejahtera. Industri tembakau
di sub sektor manufaktur, 4,28 juta hanya menguntungkan industri
orang di sub sektor distribusi dan 1,7 besar. Makin banyak produksi
vs
juta orang di sub sektor perkebunan rokok menggunakan mesin dan
semakin banyak tembakau yang
diimpor. Di sisi lain pendapatan
petani sangat kecil
Aspek kesehatan
Tembakau memiliki zat-zat yang Tembakau mengakibatkan
berguna dan dapat menyembuhkan kematian sekitar 6 juta orang per
berbagai penyakit tahun, 600 ribu di antaranya adalah
vs perokok pasif. Di Indonesia,
perokok semakin bertambah.
Sebanyak 20 persen umur 13-15
tahun merokok dan dapat merusak
pembangunan bangsa
sangat penting karena memiliki sisi strategis dalam memberi pendapatan yang
besar bagi negara. Meskipun tingkat kepastian dari asumsi ini cukup tinggi tapi tidak
konsumsi terhadap rokok. Dengan mematok harga cukai yang tinggi secara tidak
konsumsi rokok oleh masyarakat karena faktor kesehatan. Tetapi di sisi lain, jika
pemerintah menganggap cukai ini penting sebagai salah satu sumber pendapatan
negara maka produksi rokok sebagai hasil pengolahan dari tembakau justru tidak
pendapatan negara dari cukai rokok menjadi rendah. Di sisi lain, menurut WHO,
penyakit dan kematian yang disebabkan oleh rokok menyebabkan kerugian yang
mencapai miliaran dollar. Di Indonesia, pendapatan negara dari cukai rokok dinilai
tidak sebanding dengan nilai kerugian yang dihasilkan. Pada tahun 2012, kerugian
yang ditimbulkan oleh rokok mencapai Rp. 254,41 triliun dengan rincian, uang yang
dikeluarkan untuk pembelian rokok Rp. 138 triliun, biaya perawatan medis rawat
inap dan jalan Rp. 2,11 triliun, kehilangan produktivitas akibat kematian prematur
11
dan mordibitas maupun disabilitas Rp. 105,3 triliun. Data ini kemudian menjadikan
asumsi dari pihak kontra tembakau tingkat kepentingannya menjadi lebih tinggi.
yang diserap oleh sektor pertembakauan yang lebih dari 6 juta orang memiliki
berhubungan dengan hajat hidup orang banyak sehingga perlu suatu kebijakan
yang berpihak kepada para tenaga kerja dalam sektor pertembakauan. Rancangan
kontra tembakau bahwa tenaga kerja yang terserap pada sektor pertembakauan
memang tinggi tetapi jauh dari kata sejahtera. Hal ini dibuktikan dengan
berkurangnya industri tembakau yang mengurangi jumlah tenaga kerja tetapi tidak
digantikan oleh mesin menjadi penyebab utama munculnya asumsi ini. Semakin
tembakau yang terhitung sangat rendah karena harga tembakau impor yang lebih
sebagai berikut :
bagi kesehatan memiliki kepastian dan kepentingan yang sangat rendah karena
hasil penelitian tersebut dinyatakan belum valid dan tidak memenuhi kaidah ilmiah.
Selain itu belum ada data pasti tentang berapa jumlah penyakit yang telah berhasil
diobati oleh tembakau. Asumsi ini masih didasari oleh testimoni yang belum bisa
11
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/09/19/mtd6bm-kerugian-akibat-rokok-capai-rp-
25441-t
diuji validitasnya. Sedangkan asumsi pihak kontra tembakau terkait kesehatan
memiliki tingkat kepastian dan kepentingan yang tinggi. WHO pada tahun 2013
mengeluarkan data bahwa setiap tahun ada sekitar 6 juta orang yang meninggal
karena rokok dan 600 ribu di antaranya adalah orang yang tidak merokok tetapi
terpapar asap dari rokok. Indonesia menempati posisi pertama konsumsi rokok di
Asia Tenggara pada tahun 2014 dan itu terus meningkat setiap tahun. Peningkatan
ini terutama terjadi kepada anak usia 15-19 tahun. Di antara remaja usia 13-15
laki-laki dan 3,5 persen remaja perempuan. Jumlah tersebut meningkat dua kali lipat
tahun 2016 sebesar 23,1 persen dari sebelumnya 12,7 persen pada tahun 1995.
Pihak kontra tembakau menyatakan angka kecanduan rokok harus diturunkan pada
5. Sintesis asumsi
asumsi-asumsi yang tingkat kepastian serta tingkat kepentingan yang lebih tinggi.
Asumsi-asumsi tersebut telah diberi tanda () untuk yang tingkat kepastian dan
kepentingannya tinggi dan tanda () untuk asumsi yang tingkat kepastian serta
gabungan atau sintesis masalah yang dapat menjadi basis untuk menemukan
1. Meskipun pendapatan negara dari cukai rokok tergolong tinggi, tetapi kerugian
yang diakibatkan oleh konsumsi tembakau dalam bentuk rokok juga terbilang
tinggi. Tingginya harga cukai yang dipatok pemerintah harusnya menjadi salah
rokok itu sendiri karena berharap banyak kepada pendapatan negara dari cukai
Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat
Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan namun pada tahun 2016,
dampak buruk dari segi ekonomi dan kesehatan serta perkembangan masa
mengenai bahaya yang ditimbulkan pun harus lebih banyak diarahkan kepada
kesehatan.
3. Tenaga kerja pada sektor pertembakauan yang terbilang cukup banyak masih
asing ke Indonesia harus dikendalikan melalui regulasi yang tepat dan tidak
jumlah impor tembakau juga menjadi momok bagi para buruh dan petani
tembakau terkait dengan harga jual tembakau yang dihasilkan dari pengelolaan
perkebunan
IV. Alternatif Kebijakan
Metode pengembangan alternatif kebijakan dalam masalah ini adalah tinjauan pustaka ( Literature Review). Negara-negara di beberapa
belahan dunia telah menandatangani dan mengaksesi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yaitu sebuah perjanjian
internasional yang diinisiasi oleh WHO terkait pengendalian tembakau melalui berbagai cara. Walaupun fokus dari FCTC adalah melindungi
generasi masa kini dan masa mendatang dari dampak konsumsi tembakau, namun WHO tetap memberikan alternatif kepada buruh dan
petani tembakau untuk meningkatkan kesejahteraannya. Australia dan Selandia Baru mematok harga rokok yang tinggi yaitu sekitar Rp. 200
12
ribu rupiah. Efek dari mahalnya harga rokok ini kemudian membuat para perokok berhenti secara signifikan. Selanjutnya di Brazil sebagai
salah satu penghasil tembakau melakukan diversifikasi pertanian tembakau setelah menandatangani FCTC. Hal ini dilakukan dengan tujuan
13
agar petani tembakau memiliki alternatif lain untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Alternatif
12
http://bisnis.liputan6.com/read/2581195/7-negara-dengan-harga-rokok-paling-mahal-di-dunia
13
Kurniawan, 2014
V. Rekomendasi Kebijakan
dilakukan atas dasar kemampuan setiap alternatif memenuhi (Satisfy) semua kriteria
Pada masalah kebijakan tembakau, ada dua alternative kebijakan yaitu kenaikan harga
rokok dan diversifikasi pertanian tembakau. Kriteria yang hendak dipenuhi adalah :
2. Naiknya harga tembakau dan besar penghasilan buruh dan petani tembakau yang
Dari kriteria di atas, alternatif yang paling sesuai untuk mengatasi masalah
harga rokok, dapat menekan jumlah perokok dan juga pasien penyakit yang diakibatkan
oleh rokok. Kesulitan akses terhadap produk akibat tingginya harga dapat secara efektif
mengurangi konsumsi tembakau. Selain itu, kebijakan ini juga dapat menaikkan harga
tembakau yang berimplikasi pada pendapatan buruh dan petani tembakau. Dengan
berkurangnya permintaan rokok, maka impor tembakau dapat ditekan juga sementara
Anonim. (2017). Doa Bersama Petani Tembakau Menuntut Regulasi dan Tolak Tembakau Luar
Negeri. Koran Bogor, diambil dari https://koranbogor.com/berita/2017/03/17/doa-
bersama-petani-tembakau-menuntut-regulasi-dan-tolak-tembakau-luar-negeri, diakses
pada tanggal 13 Juni 2017
Al Habsyi, Syarifah. (2017). Dilema Industri Tembakau Indonesia (Refleksi Hari Tanpa Tembakau
Sedunia). Banjarmasin Post, diambil dari
http://banjarmasin.tribunnews.com/2017/05/26/dilema-industri-tembakau-indonesia-
refleksi-hari-tanpa-tembakau-sedunia, diakses pada tanggal 12 Juni 2017
Azzura, Siti Nur. (2016). Petani Tembakau Dinilai Paling Susah Sejahtera. Diambil dari
https://www.merdeka.com/uang/petani-tembakau-dinilai-paling-susah-sejahtera.html,
diakses pada tanggal 10 Juni 2017
Dunn, William. (2004). Public Policy Analysis: An Introduction. Terjemahan Muhadjir Darwin dkk.
2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik edisi kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Hadna, Agus Heruanto. (2017). Pengembangan Kriteria dan Seleksi Alternatif Kebijakan. MSK-
UGM
Kurniawan, Deni. (2014). FCTC dan Pilihan Bagi Petani Tembakau. Indonesian Institute for Social
Development
Maharani, Shinta. (2017). Hari Tanpa Tembakau: Peliknya Pengendalian Tembakau di Indonesia.
Tempo, diambil dari https://nasional.tempo.co/read/news/2017/05/31/078880263/hari-
tanpa-tembakau-peliknya-pengendalian-tembakau-di-indonesia, diakses pada tanggal 12
Juni 2017
Organization, World Health. (2011). WHO Report On The Global Tobacco Epidemic, 2011;
Warning About The Dangers of Tobacco.
Priherdityo, Endro. (2016). Penyakit Akibat Rokok Disebut Rugikan Negara US$ 4,5 Triliun . CNN
Indonesia, diambil dari http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160531043412-255-
134602/penyakit-akibat-rokok-disebut-rugikan-negara-us-45-triliun/, diakses pada tanggal
11 Juni 2017
RI, Kementerian Kesehatan. (2016). HTTS 2016: Suarakan Kebenaran, Jangan Bunuh Dirimu
Dengan Candu Rokok, diambil dari
http://www.depkes.go.id/article/print/16060300002/htts-2016-suarakan-kebenaran-
jangan-bunuh-dirimu-dengan-candu-rokok.html, diakses pada tanggal 9 Juni 2017
RI, Kementerian Kesehatan. (2017). Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2017: Rokok Ancam
Pembangunan, diambil dari http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-
media/20170521/3720963/hari-tanpa-tembakau-sedunia-2017-rokok-ancam-
pembangunan/, diakses pada 12 Juni 2017
Rudi, Alsadad. (2016). Petani Tembakau Dinilai Sering Dijadikan Tameng oleh Pengusaha
Rokok. Kompas, diambil dari
http://nasional.kompas.com/read/2016/10/01/08282111/petani.tembakau.dinilai.sering.dij
adikan.tameng.oleh.pengusaha.rokok, diakses pada tanggal 14 Juni 2016
Ucu, Karta. (2017). Polemik RUU Tembakau Antara Kepentingan Asing dan Penyelamatan Petani .
Republika, diambil dari
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/03/08/omhrk5282-polemik-ruu-
tembakau-antara-kepentingan-asing-dan-penyelamatan-petani, diakses pada tanggal 13
Juni 2017
Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung
Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan
Sumber Lainnya
http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/31/konsumsi-rokok-per-kapita-indonesia-
tertinggi-di-asean
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39179264
http://amti.id/