Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINJAUAN PUSTAKA
1. Sifat mekanis
Bila bahan abrasif pecah, dihasilkan tepi baru yang tajam. Jadi kerapuhan
suatu bahan abraif dapat merupakan suatu keuntungan.
2. Kecepatan gerak menggosok
Gerakan partikel abrasif yang perlahan menghasilkan goresan yang lebih
dalam
3. Tekanan yang diberikan waktu menggosok
Lebih banyak tekanan yang diberikan maka goresan akan semakin dalam.
Tekanan yang terlalu besar dapat membuat partikel abrasif pecah dan
meningkatkan panas yang timbul karena gesekan.
4. Kekerasan
5. Ukuran
6. Bentuk partikel
1
Bentuk partikel dapat berupa spherical ataupun irreguler. Bentuk irreguler
dipahami dapat lebih meningkatkan abrasi dibandingkan bentuk spherical,
karena tepi bentuk irreguler cenderung untuk menggerus permukaan
dibandingkan bentuk bulat yang hanya berputar pada permukaan bahan.
Oleh karena itubentuk spherical kurang mengabrasi dibandingkan bentuk
irregular
1. Ekonomis
2. Mudah digunakan
3. Dapat mengikis dengan baik
4. Estetika baik
5. Anti karat
6. Tidak mengandung bahan toksik
7. Tidak menimbulkan alergi
8. Tidak mengiritasi jaringan lunak rongga mulut atau pernafasan seperti
silikosis
A. Berdasarkan Sumbernya :
1. Bahan Abrasif Alami
a. Batu Arkansas.
Batu Arkansas adalah batu endapan silika yang berwarna abu-abu
muda dan semi transluler yang ditambang di Arkansas.
Mengandung quartz mikrokristal dan mempunyai corak yang padat,
keras, serta seragam. Potongan kecil dari mineral ini dicekatkan
pada batang logam dan ditruing ke bagian bentuk untuk mengasah
email gigi dan logam campuran.
2
b. Kapur.
Salah satu bentuk mineral dari calcite disebut kapur. Kapur adalah
abrasive putih yang terdiri atas kalsium karbonat yang diolah
dengan metode pengendapan. Digunakan sebagai pasta abrasif
ringan untuk memoles email gigi, lembaran emas, amalgam, dan
bahan plastis.
c. Korondum
Bentuk mineral dari oksida alumunium yang biasanya berwarna
putih. Sifat fisiknya lebih rendah daripada oksida alfa-alumunium,
yang sudah banyak menggantikan korondum dalam aplikasi dental.
Korondum digunakan terutama untuk mengasah logam campur dan
tersedia dalam bentuk abrasif bonding dengan bermacam bentuk.
Paling umum digunakan pada instrumen yang disebut white stone.
d. Intan
Intan adalah mineral tidak berwarna, transparan yang terdiri atas
karbon. Ini adalah senyawa yang paling keras. Intan disebut
superabrasif karena kemampuannya untuk mengasah substansi
apapun. Abrasif intan dipasok dalam berbagai bentuk, termasuk
instrumen abrasif bonding yang berputar, ampelas abrasif yang
mempunyai backing logam lentur, dan pasta poles intan. Dapat
digunakan untuk memoles logam campur atau bahan plastis.
e. Akik
Istilah akik mencakup sejumlah bahan yang berbeda yang
mempunyai fisik dan kristalin yang sama. Mineral ini adalah silika
dari alumunium, kobalt, besi, magnesium, dan mangan. Abrasif
akik digunakan dalam kedokteran gigi biasanya berwarna merah
gelap. Akik sangat keras dan jika patah selama pengasahan,
membentuk bidang berbentuk pahat yang tajam, membuat bahan
ini menjadi lebih abrasif yang sangat efektif. Digunakan untuk
mengasah logam campur dan bahan plastik.
f. Pumis
3
Aktivitas gunung berapi mengahasilkan bahan silica berwarna abu-
abu muda. Digunakan terutama dalam bentuk pasir tetapi juga
dapat ditemukan pada abrasif karet. Kedua bentuk ini digunakan
pada bahan plastik. Serbuk pumis adalah derivat batu volkanik
yang sangat halus dari Italia dan digunakan untuk memoles email
gigi, lempeng emas, amalgam gigi, dan resin akrilik.
g. Quartz
Bahan Kristal yang secara alami sebagai silica. Bentuk quartz yang
paling sering digunakan adalah yang sangat keras, tidak berwarna,
dan transparan. Ini adalah bentuk mineral yang sangat banyak
tersebar luas. Partikel- partikel kristalin quartz dilumatkan untuk
membentuk partikel angular yang tajam yang bermanfaat dalam
membuat disk abrasif. Abrasif quartz digunakan terutama untuk
merapikan logam campur dan dapat digunakan untuk mengasah
email gigi.
h. Pasir
Pasir adalah campuran partikel mineral kecil yang terutama terdiri
atas silika. Partikel ini berwarna-warni, membuat abrasi pasir
mempunyai penampilan yang khas. Partikel pasir mempunyai
bentuk bulat atau angular. Diaplikasikan dengan tekanan udara
untuk menghilangkan bahan tanam dari logam campur pengecoran.
Juga dapat aplikasikan pada disk kertas untuk mengasah logam
campur dan bahan plastik.
i. Tripoli
Abrasif ini berasal dari endapan batu silica yang ringan dan rapuh
yang ditemukan di dekat Tripoli, ibukota Libya, Afika Utara.
Berwarna putih, abu-abu, pink, merah, kuning. Jenis yang berwarna
abu-abu dan merah adalah yang paling sering digunakan dalam
kedokteran gigi. Batu ini digiling menjadi partikel yang sangat
halus dan dibentuk dengan pengikat lunak menjadi batang-batang
4
senyawa pemoles. Digunakan untuk memoles logam campur dan
beberapa bahan plastik.
j. Zirkonium Silikat
Zirkon atau zirkonium silikat dipasok sebagai mineral berwarna
putih kekuningan. Bahan ini digiling menjadi partikel dengan
berbagai ukuran dan digunakan untuk melapisi disk abrasif serta
ampelas. Sering digunakan sebagai komponen pasta profilaksis
gigi.
k. Cuttle
Cuttlefis cuttle bone, atau cuttle adalah nama yang umum untuk
abrasi ini. Merupakan bubuk putih calcareus yang terbuat dari
bagian dalam rumah kerang laut Mediterania dari genus Sepia,
yang memiliki komposisi silicon dioksida (SiO2). Tersedia sebagai
abrasif lapisan dan digunakan untuk prosedur abrasi yang halus
seperti memoles tepi logam dan restorasi amalgam gigi.
l. Kieselguhr
Bahan ini terdiri atas sisa-sisa silika dari tanaman laut kecil yang
disebut diatom. Bentuk yang lebih kasar disebut tanah
diatomacetous, yang digunakan sebagai bahan pengisi pada
beberapa bahan gigi seperti bahan cetak hidrokoloid. Merupakan
abrasif yang sangat halus.
2. Bahan Abrasif Buatan
a. Silikon Karbid.
Adalah bahan abrasif yang sangat keras dan merupakan abrasid
sintetik yang pertama kali dibuat. Bahan abrasi sintetis ini
diproduksi dari fusi pasi dan kokas pada suhu 2000C. Baik yang
berwarna hijau atau hitam- biru mempunyai sifat fisik yang setara.
Bentuk hijau lebih sering disukai karena substrat terlihat lebih
nyata di balik warna hijau tersebut. Silikon karbid sangat keras dan
rapuh. Partikel-partikelnya tajam dan mudah pecah untuk
membentuk partikel baru yang tajam. Ini menghasilkan efisiensi
5
pemotongan yang sangat tinggi untuk berbagai bahan, termasuk
logam campur, keramik, dan bahan plastik.
b. Oksida Alumunium.
Oksida alumunium adalah abrasif sintetik kedua yang
dikembangkan sesudah silikon karbid. Bahan abrasive ini
diproduksi dari oksida alumunium murni dan diproduksi dalam
ukuran partikel yang bervariasi. Oksida aluminium sintetik
(alumina) dibuat berupa bubuk berwarna putih. Dapat lebih besar
daripada korundum (alumina alami) karena kemurniannya.
Alumina dapat diproses dengan berbagai sifat melalui sedikit
mengubah reaktan pada proses pembuatannya. Oksida aluminium
digunakan secara luas dalam kedokteran gigi. Oksida ini dipakai
untuk membuat abrasif bonding serta abrasive berbentuk lapisan.
White stone dibuat dari oksida aluminium yang disintering dan
populer untuk merapikan email gigi, logam campur, maupun bahan
keramik. Abrasif oksida aluminium yang berwarna pink dan merah
delima dibuat dengan menambahkan senyawa kromium pada bahan
asli. Variasi ini dipasarkan untuk mempreparasi logam campur
logam-keramik sebelum menerima porselen ke logam campur.
Hasil tinjauan ulang dari Yamamoto (1985) menunjukan bahwa bur
karbid merupakan instrumen yang paling efektif untuk merapikan
jenis logam campur ini karena tidak mengkontaminasi permukaan
logam dengan terjebaknya partikel abrasif.
c. Abrasif Intan Sintetik.
Bahan abrasif ini diproduksi pertama kali pada tahun 1955 oleh
GEC Amerika dengan kompresi granit dibawah tekanan 800.000-
1800.000 psi pada temperature sekitar 5000C. Intan buatan
digunakan khusus sebagai abrasif dan dibuat lima kali lebih besar
dari tingkat abrasif intan alami. Jenis abrasif ini digunakan pada
pembuatan gergaji intan, roda, dan bur intan. Blok yang ditanam
partikel intan digunakan untuk mengasah jenis abrasif yang lain.
6
Pasta pemoles intan juga dibuat dari partikel yang diameternya
lebih kecil dari 5 m dan digunakan untuk memoles bahan
keramik. Abrasif intan sintetik digunakan terutama untuk struktur
gigi, bahan keramik, dan resin komposit.
d. Rouge.
Oksida besi adalah senyawa abrasif yang halus dan berwarna
merah dalam rouge. Bahan ini dipadukan seperti tripoli, dengan
berbagai pengikat lunak menjadi bentuk bubuk. Digunakan untuk
memoles logam campur mulia yang berkadar tinggi
e. Oksida Timah.
Abrasif yang sangat halus ini digunakan secara luas sebagai bahan
pemoles untuk gigi dan restorasi logam di dalam mulut. Bahan ini
dicampur dengan air, alkohol, atau gliserin untuk membentuk pasta
abrasif ringan.
B. Berdasarkan Jenis dan Komposisi yang Dinilai Menurut Kekerasan dan
Ukuran dari Partikel Bahan Abrasif :
1. Bahan Abrasif Keras
a. Diamond
b. Carbides : boron, tungsten, silicon
c. Oxide : aluminium, corundum
2. Bahan Abrasif Sedang
a. Silikat : magnesium, pumice, Tripoli
b. Zircates : zirconium silikat
c. Kieselguhr
C. Berdasarkan Kegunaannya :
1. Bahan Abrasif Finishing
Merupakan bahan abrasif yang umumnya keras, kasar yang digunakan
pada permulaan untuk menghasilkan suatu kontur/bentuk dari sebuah
restorasi taupreparasi gigi dan untuk membuang segala komponen
permukaan yang tidak teratur.
Contoh : sand/pasir, carbides, zirconium silikat, emery.
7
2. Bahan Abrasif Polishing
Mempunyai ukuran partikel yang lebih halus dan bahan abrasi yang
digunakan umumnya kurang kekerasannya daripada bahan abrasi yang
digunakan untuk finishing. Bahan abrasi polishing ini digunakan
untuk permukaan yang lebih halus yang telah diasah terlebih dahulu
oleh bahan abrasi finishing.
Contoh : aluminium oksid, garnet, pumice, kalsit, dll.
3. Bahan Abrasif Cleansing
Merupakan bahan yang halus dengan partikel yang berukuran kecil,
dan diharapkan mampu menghilangkan deposit-deposit halus yang
melekat di enamel atau pada suatu bahan restorasi.
Contoh : kaolin, kieselguhr
8
6. Pumice
7. Tin Oxide
8. Zirconium Oxide
9. Garnet
10. Kieselguhr
C. Instrumen Poles
1. Abrasif karet
2. Disk dengan partikel halus
3. Pasta dengan partikel halus
1. Ekonomis
2. Mudah digunakan
3. Estetika baik
4. Kesehatan Oral
B. Kekurangan Bahan Abrasif
9
Aplikasi Bahan Abrasif
Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs, berbagai
tipe dari flexibe disks, abrasive impregnated rubber point dan cups,
metal dan plastic finishing strips, dan pasta polishing (Manappallil, 2003).
b. Discs
Digunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang paling kasar
digunakan untuk mengurangi ekses-ekses yang yang besar sedangkan yang halus
efektif untuk membuat permukaan menjadi halus dan berkilau. Keuntungan yang
utama dari penggunaan alat ini adalah dapat membuat permukaan yang
terdapat ekses membentuk groove, membentuk bentuk permukaan yang
diinginkan serta membentuk permukaan yang konkaf pada lingual gigi
anterior.
d. Finishing stips
10
tidak dapat memotong enamel, cementum, dan dentin. Sedangkan plastic strips
dapat digunakan untuk finishing dan polishing. Juga tersedia dalam beberapa jenis
dari yang kasar sampai halus yang dapat digunakan secara berurutan (Manappallil,
2003).
1. Batu Arkansas
Merupakan batu endapan silika berwarna abu - abu muda dan semitranslusen yang
ditambang di daerah Arkansas. Mengandung quartz mikrokristal, teksturnya padat
dan keras. Diaplikasikan untuk mempolishing logam campur dengan cara
potongan kecil batu Arkansas dicekatkan pada barang logam lalu ditruin ke
berbagai bentuk untuk mengasah logam campur.
2. Pasir
11
BAB II
LANGKAH KERJA
Bahan-bahan :
1. Kertas Gosok
2. pumice dan cryet
3. resin akrilik
B. Tahap Pekerjaan :
1. Lempeng resin akrilik yang digunakan adalah lempeng resin akrilik dari tahap
perkerjaan skill lab.
2. Merapikan lempeng akrilik menggunakan bur strainght hand piece dan mata
bur frazzer, bentuk lempeng sesuai dengan outline dan bebaskan daerah
mukosa bergerak dan tak bergerak.
3. Tahap selanjutnya adalah polishing, meratakan permukaan lempeng akrilik
dengan menggunakan kertas gosok, setelah rata dan halus pulas dengan mesin
pulas dengan menggunakan pumice dan cryet.
4. Hasil yang maksimal adalah lempeng akrilik halus, rata dan mengkilat.
12
BAB III
PEMBAHASAN
Pada skill lab mengenai bahan abrasive disini dimulai dengan membuka
akrilik hasil rebusan yang lalu. Setelah itu menyiapkan mini drill beserta adaptor
yang sudah ada diruang skill lab. Lalu menyiapkan mata bur seperti frasser,
rubber dan stone. Setelah semua sudah siap jangan lupa memakai masker agar
monomer pengikisan akrilik tidak masuk kesaluran pernafasan. Pertama dengan
tujuan mengurangi dan membentuk akrilik sesuai struktur anatomis
menggunakan frasser hingga seluruh akrilik terbentuk dan sesuai serta digunakan
untuk meratakan permukaan akrilik yang sangat tidak rata. Setelah itu
menggunakan rubber yang berwarna hijau untuk menghaluskan seluruh
permukaan akrilik hingga halus. Setelah semua permukaan depan dan belakang
halus mulai dengan polishing dengan menggunakan feltcone yang sebelumnya
resin akrilik telah diberi pumice. Lalu digosok secara terus menerus hingga
terbentuk permukaan yang mengkilap. Kendala pada skill lab kali ini yaitu hati
hati dengan penggunaan frasser karena jika terlalu lama menggosok dengan
frasser maka kita akan kehilangan bahan secara berlebihan atau kekurangan.
Selanjutnya atur juga kecepatan saat menggunakan setiap bahan abrasive karena
jika terlalu cepat akan menimbulkan panas pada resin akrilik tersebut cara
mengatasi panas pada akrilik saat mengikis dengan dicelup air secara berkala dan
tidak lupa bagian yang dibuat pegangan harus kering agar akrilik tidak terlempar
saat mengikis . Lalu mulai lah dengan mata bur dengan susunan yang keras lalu
dilanjutkan dengan yang sedikit lunak.
13
BAB IV
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.
Jakarta: EGC.
Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta :
Balai Pustaka
Craig, Robert G, and John M. Power. 2002. Restorative Dental Material: 11th
edition. United State of America : Mosby.
Hatrick, Carol Dixon. 2003. Dental Material : Clinical Application for Dental
Assistants and Dental Hygienist. Philadelphia : Saunders.
Phillips. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi 10th ed, Jakarta. EGC, 2003:
388-94
Syafiar L, Rusfian, Sumadhi S, Yudhit A, Harahap KI, Adiana ID. Bahan Ajar
Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran gigi. 1st ed, Medan. USU Press,
2011: 35-45.
Van Noorth, Richard. 2002. Dental Material second edition. London : Mosby.
15