Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Menurut teori tingkah laku, belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari
interaksi antara stimulus dan respon. Atau lebih tepat perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuan untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus
dan respon. Meskipun semua penganut aliran ini setuju dengan premis dasar ini, namun mereka
berbeda dalam beberapa hal penting.Tokoh-tokohnya antara lain :
a. Edward L. Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus
adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain
yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta
didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi
perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati,
atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat
mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku
yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin,
2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan
(3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu
dapat memperkuat respon.
b. Robert M. Gagne
Lahir pada 21 Agustus 1918.Teori belajar Hierarki Gagne didasarkan pada pembelajaran yang
merupakan faktor sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif
dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.
Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-
kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk
mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal
adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Hal ini
memunculkan pemikiran Gagne bahwa pembelajaran harus dikondisikan untuk memunculkan
respons yang diharapkan.
c. B.F. Skinner
B.F. Skinner (104-1990) berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan
pendekatan model instruksi langsung (directed instruction) dan meyakini bahwa perilaku dikontrol
melalui proses operant conditioning. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar
dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan (drill) dan latihan (exercise).
Manajemen kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku
(behavior modification) antara lain dengan penguatan (reinforcement) yaitu memberi penghargaan
pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan pada perilaku yang tidak tepat.
Operant Conditioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku
operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang
kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas berbeda dengan
perilaku responden dalam pengkondisian Pavlov yang muncul karena adanya stimulus tertentu.
Contoh perilaku operan yang mengalami penguatan adalah: anak kecil yang tersenyum mendapat
permen oleh orang dewasa yang gemas melihatnya, maka anak tersebut cenderung mengulangi
perbuatannya yang semula tidak disengaja atau tanpa maksud tersebut. Tersenyum adalah perilaku
operan dan permen adalah penguat positifnya.
Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain:
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi
penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
5. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk
menghindari adanya hukuman.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan
digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
7. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi kerena adanya syarat-
syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya
latihan dan pengulangan.Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis
keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
e. David Ausubel
Lahir pada 25 Oktober 1918 di Brooklyn New York.Belajar menurut Ausubel adalah proses
internal yang tidak dapat diamatisecara langsung. Perubahan terjadi dalam kemampuan seseorang
untuk bertingkahlaku dan berbuat dalam situasi tertentu, perubahan dalam tingkah laku
hanyalahsuatu reflek dari perubahan internal (berbeda dengan aliran behaviorisme, alirankognitif
mempelajari aspek-aspek yang tidak dapat diamati secara langsungseperti, pengetahuan, arti,
perasaan, keinginan, kreativitas, harapan dan pikiran).
Belajar bermakna menurut Ausubel merupakan suatu proses dikaitkannya informasi barupada
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorangfaktor yang paling penting
yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telahdiketahui siswa.Pandangan Ausubel agak
berlawanan dengan Burner yang beranggapanbahwa belajar dengan menemukan sendiri (discovery
learning) adalah sesuaidengan hakikat manusia sebagai seorang yang mencari-cari secara aktif
danmenghasilkan pengetahuan serta pemahaman yang sungguh-sungguh bermakna Sedang
menurut Ausubel kebanyakan orang belajar terutama dengan menerimadari orang lain (reception
learning).
Kedua pandangan tersebut sangat mirip yakni sebuah konstruksipengetahuan baru yang
sesungguhnya bergantung pada sistem pembelajaran yangbermakna. Hanya saja discovery learning
Burner menonjolkan corak berpikirinduktif sedangkan reception learning Ausubel menonjolkan
corak berpikirdeduktif. Sebagai konsekuensinya, Ausubel mencanangkan mengajar yangdisebutkan
mengajar dengan menguraikan (expository teaching).Psikologi pendidikan yang diterapkan oleh
Ausubel adalah bekerja untuk mencari hukum belajar yang bermakna.
f. Baruda
Baruda mengemukakan bahwa siswa belajar itu melalui meniru. Pengertian meniru di sini
bukan berarti menyontek, tetapi meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain, terutama guru. Jika
tulisan guru baik, guru berbicara sopan santun dengan menggunakan hahasa yang baik dan benar,
tingkah laku yang terpuji, menerangkan dengan jelas dan sistematik, maka siswa akan menirunya.
Jika contoh-contoh yang dilihatnya kurang baik ia pun menirunya. Dengan demikian guru harus
menjadi manusia model yang profesional. Teori social learning (belajar sosial), anak belajar dari
meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain. Dengan demikian, lingkungan adalah faktor penting
yang mempengaruhi perilaku, meskipun proses kognitif juga tidak kalah pentingnya manusia
memiliki kemampuan untuk mengendalikan polanya sendiri
2. ALIRAN KONTRUKTIVISME
a. Jean Piaget
Jaen Piaget lahir di Neuchtel, Swiss, 9 Agustus 1896 meninggal 16 September 1980 pada
umur 84 tahun) adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss, yang terkenal
karena hasil penelitiannya tentang anak-anak danteori perkembangan kognitifnya. Menurut Ernst
von Glasersfeld, Jean Piaget adalah juga "perintis besar dalam teori konstruktivis tentang
pengetahuan". Karya Piaget pun banyak dikutip dalam pembahasan mengenai psikologi kognitif.
Adapun Teori perkembangan kognitif Piaget menyatakan bahwa kecakapan kognitif atau
intelektual anak dan orang dewasa mengalami kemajuan melalui empat tahap (dalam Hudojo,
2003), yaitu sensori-motor (lahir sampai 2 tahun); pra-operasional (2 sampai 7 tahun): operasi
konkret (7 sampai 11 atau 12 tahun), dan operasi formal (lebih dari 11 atau 12 tahun). Dalam
pandangan Piaget pengetahuan didapat dari pengalaman, dan perkembangan mental siswa
bergantung pada keaktifannya berinteraksi dengan lingkungan (Slavin, 2000)
b. Jarome S. Brunner
Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S.Bruner seorang ahli psikologi (1915) dari Universitas
Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan agar
pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir.
Pendirian yang terkenal yang dikemukakan oleh J. Bruner ialah, bahwa setiap mata pelajaran dapat
diajarakan dengan efektif dalam bentuk yang jujur secara intelektual kepada setiap anak dalam
setiap tingkat perkembangannya. Pendiriannya ini didasarkan sebagian besar atas penelitian Jean
Piaget tentang perkembangan intelektual anak.Menurut Bruner, dalam prosses belajar siswa
menempuh tiga tahap, yaitu:
Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai
materi yang sedang dipelajari.
Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan
menjadi bentuk yang abstrakatau konseptual.
3. Tahap evaluasi
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah
ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau masalah yang dihadapi.
Kelebihan dan kekurangan teori Gestal Kelebihan teori ini lebih melihat manusia sebagai
seorang individu yang memiliki keunikan, dimana mereka harus berhubungan dengan lingkungan
yang ada disekitar mereka. Dengan teori Gestalt yang lebih menekankan akan pentingnya pengertian
dalam mempelajari sesuatu, maka akan lebih berhasil dalam mencapai kematangan dalam proses
belajar.Teori ini juga memiliki kelemeahan, karena menurut Gestalt sesuatu yang dipelajari dimulai
dari keseluruhan, maka dikawatirkan akan menimbulkan kesulitan dalam proses belajar, sebab
beban yang harus ditanggung sangatlah banyak.
d. William Brownell
Teori belajar William Brownell didasarkan atas keyakinan bahwa anak-anak memahami apa
yang sedang mereka pelajari jika belajar secara permanen atau secara terus menerus untuk waktu
tang lama. Salah satu cara bagi anak-anak untuk mengembangkan pemahaman tentang matematika
adalah dengan menggunakan benda-benda tertentu ketika mereka mempelajari konsep
matematika. Sebagai contoh, pada anak-anak baru pertama kali di perkenelkan dengan konsep
membilang, mereka akan lebih mudahmemahami konsep itu jika mereka menggunakan benda
kongkrit yang mereka kenal ;seperti mangga, kelereng,bola atau sedotan. Dengan kata lain,teori
belajar William brownel ini mendukung penggunaan benda-benda kongret untuk dimanipulasikan
sehingga anak-anak dapatmemahami makna dari konsep dan keterampilan baru yang mereka
pelajari. Teori belajar William Brownell ini dikenal dengan nama meaning theory.
e. Zalton P. Dienes
f. Van Hiele
Suatu karakteristik tahap berpikir Van Hiele adalah bahwa kecepatan untuk berpindah dari satu
tahap ke tahap berikutnya lebih banyak dipengaruhi oleh aktifitas dalam pembelajaran. Dengan
demikian, pengorganisasian pembelajaran, isi, dan materi merupakan faktor penting dalam
pembelajaran, selain guru juga memegang peran penting dalam mendorong kecepatan berpikir
siswa melalui suatu tahapan. Tahap berpikir yang lebih tinggi hanya dapat dicapai melalui latihan-
latihan yang tepat bukan melalui ceramah semata. Dalam perkembangan berpikir, van Hiele (dalam
Clements dan Battista, 1992:436) menekankan pada peran siswa dalam mengkonstruksi
pengetahuan secara aktif. Siswa tidak akan berhasil jika hanya belajar dengan menghapal fakta-
fakta, nama-nama atau aturan-aturan, melainkan siswa harus menentukan sendiri hubungan-
hubungan saling Keterkaitan antara konsep-konsep geometri daripada proses-proses geometri.
g. Dubinsky (APOS)
Teori APOSTeori kita ini dimulai dengan hipotesis bahwa pengetahuan matematika terdiri
dalam individu kecenderungan untuk berurusan dengan situasi yang dirasakan masalah matematika
denganmembangun mental yangtindakan, proses, dan benda-benda dan mengorganisir mereka
dalam skema untuk memahami situasi dan memecahkan masalah. Dalam referensi untuk konstruksi-
konstruksi mental yang kita sebut Teori APOS
h. Vygotsky (ZPDI)
Vygotsky mengemukakan bahwa jalan pikiran siswa harus dimengerti dari latar sosial budaya
dan sejarahnya. Menurut Vygotsky (1978:134) perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif
seseorang sesuai dengan teori sosiogenesis. Dimensi kesadaran sosial bersifat primer, sedangkan
dimensi individualnya bersifat turunan (derivative) atau merupakan turunan yang bersifat sekunder,
artinya pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari sumbersumber sosial di luar
dirinya. Berarti siswa harus bersikap aktif dalam perkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky juga
menekankan pentingnya peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya.
tampak dari kemampuan siswa untuk menyelesaikan tugastugas dan memecahkan masalah ketika
siswa dibimbing, atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten (kemampuan
intermental)..
Konsepkonsep kunci yang dicatat Vygotsky adalah bahwa perkembangan dan belajar bersifat
interdependen atau saling terkait, perkembangan dan belajar bersifat context dependent atau tidak
dapat dipisahkan dari konteks sosial, dan sebagai bentuk fundamental dalam belajar adalah
partisipasi dalam kegiatan social
Pendidikan behaviorisme merupakan kunci dalam mengembangkan keterampilan dasar dan dasar-
dasar pemahaman dalam semua bidang subjek dan manajemen kelas. Ada ahli yang menyebutkan
bahwa teori belajar behavioristik adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai
secara konkret.
Ciri dari teori belajar behaviorisme adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat
mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon,
menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan
kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Guru yang
menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap
lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.
Dalam hal konsep pembelajaran, proses cenderung pasif berkenaan dengan teori behavioris. Pelajar
menggunakan tingkat keterampilan pengolahan rendah untuk memahami materi dan material sering
terisolasi dari konteks dunia nyata atau situasi. Little tanggung jawab ditempatkan pada pembelajar
mengenai pendidikannya sendiri.
Ada beberapa tokoh teori belajar behaviorisme. Tokoh-tokoh aliran behavioristik tersebut
antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas
karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran.
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa
yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat
ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik
ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan
tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak
konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan
pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak
dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan
(3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu
dapat memperkuat respon.
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk
menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin.
Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk
menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis
(drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi
sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun
hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin
dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga
dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang
disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama
(Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk
menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan
mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar
hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon
yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan
belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon
bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang
peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu
mengubah tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat.
Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak
boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh
sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebihkomprehensif.
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan
lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang
dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak
sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar
stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki
konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya
perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus
memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang
mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut.
Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai
alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat
yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan
praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon
atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori
behaviorisme memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.
Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan,
sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang
belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag
sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan
dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.
Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.
Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Metode behaviorisme ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membuthkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek,
daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan
komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-
anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus
dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.
Referensi :
https://www.msu.edu/~purcelll/behaviorism%20theory.htm
http://www.scumdoctor.com/psychology/behaviorism/Theory-And-Definition-Of-
Behaviorism.html
http://www.funderstanding.com/content/behaviorism
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik
Read more: TEORI BELAJAR >> Teori Belajar Behaviorisme