Você está na página 1de 5

Aplikasi NANDA, NOC Dan NIC Dalam Asuhan Keperawatan:

Ketidakefektifan Pola Makan Bayi (Infant feeding pattern, ineffective)

Apa kabar? Mudah-mudahan pembaca semua selalu dalam lindungan-Nya. Amin ya


Rabbalalamin. Hampir lima bulan vakum dengan tulisan aplikasi asuhan keperawatan, ada
perasaan rindu ingin berbagi ilmu dengan pembaca sekalian, khususnya teman sejawat perawat.

Edisi kali ini kita akan membahas 1 (satu) dari 206 (dua ratus enam) diagnosa keperawatan yang
ada dalam Diagnosa Keperawatan NANDA Internasional. Sekedar mengingatkan bahwa selama
ini perawat dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan terkesan hanya sekedar menjalankan
kewajiban dan rutinitas, sehingga tidak memperhatikan penggunaan bahasa yang standar.
Keadaan ini menimbulkan kesan yang jelek bagi profesi-profesi koleganya, bahwa perawat ga
mutu, perawat tidak mau belajar, perawat tidak ingin mengembangkan diri dan
pengetahuannya, dan lain sebagainya.

Penulis yakin image negatif tersebut dapat diubah jika masing-masing individu perawatnya mau
membuka diri dan mempunyai keinginan untuk belajar dan merubah pola fikir. Sebuah motto
Tinggal boleh di kampung tapi pola fikir harus kota. Setuju?

Terlalu panjang mukaddimahnya, sekarang kita bahas sebuah diagnosa keperawatan


Ketidakefektifan Pola Makan Bayi. Masalah ini terdapat di domain nutrisi dan kelas
pencernaan. Sekedar mengingatkan bahwa diagnosa keperawatan diangkat berdasarkan keluhan
klien. Ingat!! berdasarkan keluhan klien.

Apa itu Ketidakefektifan Pola Makan Bayi?

Dulu diagnosa ini berbunyi Ketidakefektifan Pola Menyusu, namun ada revisi dalam NANDA
2009-2011. Ketidakefektifan Pola Makan Bayi adalah gangguan kemampuan bayi untuk
mengisap atau mengordinasi respons mengisap/menelan yang mengakibatkan ketidakadekuatan
nutrisi oral untuk kebutuhan metabolik.
Kapan masalah keperawatan Ketidakefektifan Pola Makan Bayi ini ditegakkan?

Masalah ini dapat ditegakkan oleh perawat bila menemukan data-data (dalam bahasa
diagnosanya adalah batasan karakteristik) sebagai berikut:

1. Bayi tidak mampu untuk mengordinasikan mengisap, menelan, dan bernapas, dan atau
2. Bayi tidak mampu untuk memulai mengisap yang efektif, dan atau
3. Bayi tidak mampu mempertahankan mengisap yang efektif.

Apa etiologi atau faktor yang berhubungan dengan masalah Ketidakefektifan Pola Makan Bayi?

Ada 6 (enam) kemungkinan faktor yang bisa menyebabkan masalah Ketidakefektifan Pola
Makan Bayi, meliputi:

1. Abnormalitas anatomik (misalnya labioscizis, atau palatoscizis, atau labiopalatoscizis)


2. Keterlambatan neurologis
3. Gangguan neurologis
4. Hipersensitivitas oral
5. Prematuritas, serta
6. Status puasa yang lama.

Bagaimana menuliskan diagnosa keperawatan berdasarkan Diagnosa Keperawatan Nanda


Internasional?

Kembali Penulis sekedar mengingatkan bahwa untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan
aktual harus terdiri dari problem/masalah (P), etiologi/ penyebab (E) yang dihubungkan
dengan kata sambung berhubungan dengan serta sign/symptom atau tanda gejala (S)
dalam hal ini sama dengan batasan karekteristik yang muncul pada klien.

Contoh kasus:
Saat assessment pada Bayi Q berusia 1 hari, Ns. Dian menemukan data sebagai berikut: bayi
lahir saat usia kehamilan ibu 28 minggu, tidak ada cacat fisik, bayi tidak mampu mencari
puting susu ibu, lama dirangsang untuk mulai menyusu namun durasi menyusu singkat,
mengisap lemah.

Data yang digaris bawahi adalah data-data senjang yang mendukung untuk ditegakkan diagnosa
keperawatan. Untuk itu perawat meneliti faktor apa yang memicu (berhubungan) terjadinya
masalah Ketidakefektifan Pola Makan Bayi. Perhatikan kalimat yang digarisbawahi dan
ditebalkan, kemudian bandingkan dengan faktor yang berhubungan pada alinea sebelumnya.
Ternyata ada faktor Prematuritas yang artinya sama dengan lahir kurang bulan (normalnya 38-
42 minggu). Sehingga bunyi diagnosa keperawatannya berdasarkan Diagnosa Keperawatan
NANDA Internasional adalah:

Ketidakefektifan Pola Makan Bayi (P) berhubungan dengan prematuritas (E) Ditandai dengan
(S):
Data Subjektif (DS):

Ibu bayi mengatakan bayi tidak mamapu mencari puting susu ibu.
Ibu mengatakan untuk mulai menyusui, bayi lama dirangsang, serta isapan bayi lemah.

Data Objektif (DO):

Durasi menyusu sebentar.

Nah, tugas kita menegakkan sebuah diagnosa keperawatan telah selesai. Langkah selanjutnya
adalah menetapkan tujuan dan indikator keberhasilan (kalau dulu disebut kriteria hasil). Untuk
itu kita menggunakan bahasa standar yang tercantum pada Nursing Outcomes Classification
(NOC).

Dalam merumuskan tujuan keperawatan, idealnya harus memuat unsur Subjek (S), Predikat (P),
Objek (O), Keterangan waktu (T), serta Indikator keberhasilan/kriteria hasil. Keterangan waktu
adalah prediksi waktu yang diyakini mampu untuk tercapainya keberhasilan pencapaian tujuan/
indikator keberhasilan.

Dulu untuk menetapkan tujuan keperawatan, perawat selalu menggunakan kata-kata pada
problem untuk objeknya sehingga bahasa tujuan terkesan asal, misalnya:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 124 jam, ketidakefektifan pola makan bayi teratasi.

Ternyata rumusan tujuan keperawatan di atas kurang tepat menurut NOC, karena ada capaian-
capain spesifik yang harus diangkat.

Untuk diagnosa Ketidakefektifan Pola Makan Bayi, NOC menyarankan 6 (enam) tujuan
keperawatan digunakan yang disesuaikan dengan masalah klien. Dari 6 (enam) pilihan ini, dapat
diambil satu atau lebih dari satu. Keenam saran untuk tujuan keperawatan dimaksud adalah:

Pencegahan aspirasi, (artinya mencegah tersedak)

Penetapan menyusui bayi, (artinya membantu mengajarkan bayi menyusu)

Mempertahankan menyusui, (artinya mempertahankan kemampuan bayi menyusu)

Hidrasi, (artinya meningkatkan/mempertahan status cairan bayi)

Status nutrisi: intake makanan dan cairan, (artinya meningkatkan/mempertahan cairan dan
makanan yang masuk).

Status menelan, (artinya keamanan jalur cairan dari mulut ke lambung).

Data senjang yang ada pada diagnosa keperawatan ditelaah, ternyata masalahnya adalah
ketidakmampuan bayi untuk mencari puting serta mengisap. Sehingga dari 6 (enam) pilihan
tujuan keperawatan yang ditawarkan oleh NOC, yang paling tepat digunakan untuk diagnosa ini
adalah pilihan yang ke-2: penetapan menyusui bayi (breastfeeding establishment:infant), dan
penulisannya adalah:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 324 jam, penetapan menyusui bayi adekuat, dengan
indikator keberhasilan:

1. Bayi mampu menyerap areola


2. Benar cara mengisap dan posisi lidah bayi
3. Terdengar bunyi menelan
4. Minimum 8 kali menyusui perhari

Empat item di atas adalah data/kondisi yang diharapkan setelah perawat melakukan tindakan
keperawatan. Artinya tindakan keperawatan berhasil bila dalam waktu 3 hari keempat item ini
terpenuhi/tercapai.

Langkah terakhir dalam perencanaan tindakan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan
(intervensi keperawatan). Dulu bahkan sekarang perawat menetapkan rencana tindakan bersifat
asal jadi, apa yang ingat di kepala saat itu langsung ditulis. Atau bahkan perawat melakukan
tindakan menunggu instruksi dari profesi kolega. Namun dalam Nursing Interventions
Classification (NIC), disusun rencana tindakan-tindakan keperawatan yang bersifat mandiri
bahkan sampai kolaboratif dan disesuaikan tujuan yang ada pada NOC. Rencana tindakan ini
sudah berdasarkan evidencebase atau penelitian-penilitian para pakar keperawatan.

Untuk diagnosa keperawatan Ketidakefektifan Pola Makan Bayi ini, NIC menyarankan beberapa
pilihan intervensi, dan perawat harus menelaah dan memilih intervensi yang cocok untuk
masalahnya. Intervensi yang diisarankan untuk masalah ini diantaranya:

1. Pencegahan aspirasi (aspiration precaution)


2. Menilai kondisi payudara untuk kesiapan menyusui (breast examination)
3. Bantuan menyusui (breastfeeding assistance)
4. Pemberian nutrisi (feeding)
5. Pengelolaan cairan (fluid management), dan lain sebagainya.

Oleh karena masalah pada Bayi Q di atas adalah ketidakmampuannya mencari puting serta
kelemahan dalam mengisap, maka pilihan yang tepat untuk intervensinya adalah Bantuan
menyusui (breastfeeding assistance).

Adapun langkah-langkah atau aktivitas yang berkenaan dengan bantuan menyusui berupa
diantaranya:

1. Diskusikan dengan orang tua harapan jangka pendek dan jangka panjang terkait menyusui
bayinya.
2. Lakukan inisiasi menyusui pada ibu secara dini dalam 2 jam setelah kelahiran.
3. Monitor kemampuan mengisap bayi.
4. Dorong dan bantu ibu untuk menyusui 8-10 kali dalam 24 jam.
5. Observasi posisi bayi saat menyusui meliputi benar posisi, kemampuan menelan dan mengisap.
6. Monitor kemampuan bayi mengisap puting susu.
7. Instruksikan ibu untuk monitor isapan bayi.
8. Instruksikan ibu menyusui dalam posisi yang benar dan nyaman.
9. Monitor integritas kulit puting susu.
10. Diskusikan bagaimana cara penggunanan pompa ASI bila bayi tidak mampu mengenal puting.
11. Ajarkan dan instruksikan ibu untuk menyendawakan bayi pasca menyusui.
12. Instruksikan ibu menyimpan dan menghangatkan susu yang ditampung.
13. Identifikasi support system pada ibu selama menyusui.
14. Dorong ibu meningkatakan waktu istirahat.
15. Dorong ibu menyeimbangkan diit selama menyusui
16. Dorong ibu meningkatkan asupan cairan selama menyusui
17. Dan lainnya.

Langkah-langkah dia atas merupakan sebagian dari sekian bayak pilihan tindakan dalam bantuan
menyusui. Perawat memilih mana yang sesuai untuk dilakukan kepada klien.

Sebenarnya jika dilihat dari intervensi-intervensi keperawatan yang ada dalam NIC, tindakan
mandiri perawat begitu banyak sehingga sebenaarnya tidak memungkinkan bagi perawat
mengikuti aktivitas profesi lain. Tinggal sekarang mau atau tidaknya perawat membuka
wawasan.

Hayoo.. lebih bangga mana mengerjakan aktivitas sendiri atau profesi lain? Sampai ketemu
di edisi mendatang, masih ada 205 (dua ratus lima) diagnosa keperawatan yang perlu kita bahas
dan pelajari bersama.

Você também pode gostar