Você está na página 1de 7

Al Halawatul (manisnya) Ibadah

Di suatu malam diantara malam-malam panjang yang dilewati Rasulullah, Aisyah r.a. begitu
terheran bahkan takjub dengan sikap Rasulullah. Betapa tidak, seorang lelaki yang telah
dijamin 100% Surga oleh Allah Subhanahu wataala, masih saja, tetap melakukan ibadah
sunnah yang panjang hingga kaki nya bengkak.

Melihat fenomena ini, Aisyah bertanya Kenapa kau lakukan itu, ya Rasulullah? Bukankah
Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang dulu dan akan datang?. Sebuah pertanyaan yang
lahir dari perspektif manusia biasa (bukan nabi), yang secara logika manusia secara umum,
dan mungkin termasuk kebanyakan kita, selalu menggunakan logika untung rugi, kalau
sudah dijamin masuk Surga, buat apa beribadah banyak banyak? kan toh nantinya masuk
Surga?.

Ternyata, pandangan umum ini keliru, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam


mencontohkan kepada Ummatnya beyond of this logic, di atas dari logika dasar sekedar
untung rugi.

Dengan sederhana Rasul menjawab, Tak patutkah aku untuk menjadi hamba Allah yang
senantiasa bersyukur?. Ma Sha Allah..ternyata rasa bersyukurlah yang mendorong Nabi
yang mulia Muhammad Shallallahu alaihi melakukan sebuah tambahan ibadah (nafilah)
sunnah yang tak terbatas!.

Kira-kira, apa salah satu rahasia Rasulullah mampu melakukan ibadah yang begitu konsisten
ini?

Rasa syukur yang mampu melahirkan ibadah dengan istiqomah (konsisten) ketika seorang
hamba telah merasakah Halawatul Ibadah (Nikmatnya beribadah). Rasa lelah, kantuk, pegal,
seolah di-cover oleh rasa manis dan nikmatnya beribadah. Kaki bengkak Rasulullah pun
menjadi tak seberapa dibanding rasa lezat dan nikmatnya ber-taqarrub kepada Rabb
semesta alam.

Sehingga dalam salah satu prinsipnya, Hasan Al Banna menuliskan bagaimana manisnya
ibadah sebagai manifestasi iman yang sejati :

Iman yang sejati, ibadah yang sahih dan mujahadah dalam beribadah dapat memancarkan
cahaya dan menghasilkan manisnya beribadah yang dicurahkan oleh Allah ke dalam hati
hamba-Nya yang dikehendaki-Nya.

Materi MABIT I SMP IT BINA INSAN CEMERLANG


Dan inilah dirasakan manusia yang paling mulia, Rasuulullaah shallallaahu alayhi wa
sallam, sebagaimana dalam sabdanya:



dan telah dijadikan penghibur (penghias) hatiku (yaitu kebahagiaanku) dalam shalat

(Shahiih; HR an Nasaa-iy)

Juga sabda beliau:

Bangunlah wahai Bilal, buatlah kami beristirahat dengan (melakukan) shalat. (Shahiih; HR
Abu Daawud)

Ternyata IBADAH-lah yang menjadi letak peristirahatan mereka!!!

Coba bandingkan dengan orang yang kurang kecintaannya terhadap suatu ibadah (atau
bahkan ia membencinya, nauudzubillaah); maka akan tampak darinya sikap yang
menomorsekiankan ibadah tersebut dari aktifitas pribadinya, tidaklah ia menanti-nantinya
Dan ketika datangnya waktu menunaikan ibadah tersebut, maka ia akan merasa berat hati
serta malas-malasan dalam menyambutnya Sehingga ia menunda-nundanya, hingga
akhirnya ia menunaikan pada akhir waktunya, (atau bahkan tidak menunaikannya sama
sekali) Kalaupun ia menunaikannya, maka Allaah membalas keburukan niatnya,
kekurangan tekad yang ada padanya; dengan bermalas-malasannya ia ketika menunaikan
ibadah tersebut Tidaklah ia merasakan manisnya ibadah tersebut, bahkan yang
dipikirkannya adalah kapan selesainya ibadah ini, akhirnya ia pun menunaikannya ala
kadarnya, atau bahkan tidak menunaikan hak-hak ibadah tersebut, bahkan mungkin tidak
menjalankan syarat sahnya ibadah tersebut!

Allaah berfirman tentang mereka:




Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka
BERMAKSUD RIYAA (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka
mengingat Allah (dalam shalat mereka) kecuali sedikit sekali. (an Nisaa : 142)

Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam bersabda:

Materi MABIT I SMP IT BINA INSAN CEMERLANG








(Shalat Ashar) itulah shalat (yang biasanya ditelantarkan) orang munafik, ia duduk
mengamat-amati matahari, jika matahari telah berada diantara dua tanduk setan, ia
melakukannya dan ia mematuk empat kali (- Rasul pergunakan istilah mematuk, untuk
menyatakan sedemikian cepatnya, bagaikan jago mematuk makanan -pent) ia tidak
mengingat Allah didalam shalat tersebut, kecuali sedikit sekali. (HR. Muslim)

Kenikmatan beribadah hanyalah diraih oleh seorang yang mencintai ibadah yang ia lakukan
tersebut; yang kecintaannya terhadap ibadah tersebut tampak dari bagaimana ia menanti-nanti
datangnya waktu ibadah tersebut, bersegeranya ia menyambut ibadah tersebut, maka ketika ia
menunaikan ibadah tersebut, Allaah balas kebaikan niatnya, kejujuran niatnya, kesungguhan
tekadnya tersebut dengan dirasakannya kenikmatan ketika menunaikan ibadah tersebut

Mereka adalah orang yang MENGETAHUI bahwa Allaah adalah satu-satunya sesembahan
yang berhak diibadahi, maka mereka menyembahNya dengan penuh pengagungan, dan
mereka menjadikan segala macam peribadatan kepadaNya sebagai salah satu wasilah untuk
mengingatNya :

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) selain
Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku[1. Dan sungguh jika
mereka mengingatNya, maka mereka akan dibalas dengan yang lebih baik dari itu, yaitu
Allaah akan mengingat mereka, sebagaimana firmanNya:

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (al Baqarah: 152)

Berkata para ulamaa: Sesungguhnya pengingatan Allaah terhadapmu JAUH LEBIH BESAR
daripada pengingatanmu terhadapNya.

Memang demikian! Inilah Dia, Rabb semesta alam, Yang Maha Mulia lagi Maha Kaya, yang
mengingati diri kita.. yang sangat faqiir, yang tidak ada apa-apanya! Bukankah ini suatu yang
amat ingin kita raih?! Maka mengapa kita tidak meraih sebanyak-banyaknya pengingatanNya
dengan memperbanyak dan memperbaiki kualitas ibadah kita kepadaNya?!

Materi MABIT I SMP IT BINA INSAN CEMERLANG


Ketahuilah jika kita adalah orang-orang yang paling banyak mengingatNya selama di dunia,
maka sungguh Dia tidak akan melupakan kita, kelak dihari kiamat!

Dia berfirman kepada orang-orang yang melupakanNya di dunia:

Dan dikatakan (kepada orang-orang kaafir): Pada hari ini Kami melupakan kamu
sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini dan tempat kembalimu
ialah neraka dan kamu sekali-kali tidak memperoleh penolong. (al jaatsiyah: 34)

Maka semoga kita termasuk orang yang banyak mengingatNya.. yaitu yang banyak beribadah
kepadaNya dengan hati, (dan/atau) lisan, (dan/atau) anggota badan kita yang semoga
dengan hal tersebut, kelak akan diingatNya serta ditolongNya dihari dimana tiada penolong
kecuali Dia, yang mana diselamatkanNya kita dari adzab yang pedih, dan dimasukkannya
kita kedalam surga

Hakikat Ibadah

Syaikh Shalih AlUtsaimin dalam Syarh Tsalatsatul Ushul mendefinisikan Ibadah sebagai
Perendahan diri kepada Allah karena faktor kecintaan dan pengagungan yaitu dengan cara
melaksanakan perintah-perintah-Nya baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang
tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir). serta menjauhi larangan-larangan-Nya
sebagaimana yang dituntunkan oleh syariat-Nya.

Syaikhul Islam Imam Ibnu Taimiyyah berkata, Siapa yang menghendaki kebahagiaan abadi,
maka hendaklah ia masuk dari pintu ubudiyah

Ibadah ini pula dimana Allah telah tetapkan tujuan penciptaan jin dan manusia sebagaimana
firman-Nya Adz Zariyat 56 :
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku.

Nataijul Ibadah (Buah Ibadah)

Ibadah yang dilakukan secara ikhlas (karena Allah Tabaraka Wataala) dan benar (me-
referpada tata cara Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam), setidaknya melahirkan
lima buah dari ibadah (Nataijul Ibadah) :

1. Meningkatnya keimanan :

Materi MABIT I SMP IT BINA INSAN CEMERLANG


Salah satu indikator Ibadah yang telah berbuah ketika hati kita merasakan sesuatu yang hebat
setelah mendengar ayat-Nya dibacakan :

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal (Al-Anfal:2).

2. Khauf & Roja

Kita akan selalu takut akan setiap ibadah yang kita lakukan ditolak oleh Allah, dan kita harus
selalu berharap ( Raja ) agar Allah mengampuni segala dosa dosa kita, menerima segala
amal ibadah kita, dan memasukkan kita ke dalam Jannah-Nya.

Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab Minhajul Qashidin, Khauf dan Roja merupakan dua
sayap yang bisa digunakan untuk terbang mendekatkan diri pada setiap kedudukan yang
tinggi. Keduanya merupakan tunggangan untuk menuju perjalanan ke akhirat dengan
menghalau segala bentuk rintangan.

Khauf merupakan rasa takut kepada Allah sehingga dengan rasa takut ini seorang hamba
bersungguh sungguh dalam melakukan ketaatan. Sebagian ulama mengatakan Orang yang
takut bukanlah orang yang menangis, akan tetapi orang yang takut adalah orang yang
meninggalkan apa yang dilarang-Nya, selalu memperbaiki kekurangan disertai taat atas
segala perintahNya.

Dan bagi siapa yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga[9] (Ar
Rahman 46)

Keutamaan rasa takut dijelaskan pula melalui Hadits Riwayat Ibnu Abbas,

Ada dua mata yang tidak akan tersentuh oleh api neraka untuk selamanya. Yaitu mata yang
menangis karena takut kepada Allah dan mata yang senantiasa berjaga-jaga di jalan
Allah (HR Turmudzi, Minhajul Qashidin hal 189)

Sedangkan Raja merupakan harapan kepada Allah taala agar Allah menurunkan karunia Nya
serta tidak berputus asa untuk selalu taubat mengharap ampunan rahmat Nya.

Katakanlah, Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri!
Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-
dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Az Zumar
53)

Materi MABIT I SMP IT BINA INSAN CEMERLANG


3. Ikhbat (tunduk)

Ketundukan yang penuh lahir dari pemahaman yang mendalam dan keimaanan yang kuat
sebagaimana firman Allah:
Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran Itulah yang
hak dari Tuhan-mu, lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadaNya dan
sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan
yang lurus. (Al-Hajj 54).

Tunduk atas hukum-hukum yang telah Allah tetapkan, baik melalui Al Quran maupun
sunnah-sunnah Rasul-Nya, hingga hawa nafsu nya mengikuti apa yang telah digariskan oleh-
Nya. Membenci apa yang Allah dan Rasul-Nya benci, dan mencintai apa yang Allah dan
Rasul-Nya cintai. inilah sebentuk rasa tunduk yang totalitas dari seorang hamba.

4. Tawakkal

Merupakan sikap hati yang berserah diri dan bergantung pada Allah untuk mendapatkan
segala yang diinginkan serta menolak apa yang tidak diinginkan disertai dengan sikap
bergantung pada Allah dan melakukan sebab-sebab yang disyariatkan [10].

Menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam kitab Madarijus Salikin, Tawakkal adalah separuh
agama, yang separuhnya lagi inabah. Agama terdiri dari permohonan pertolongan dan
ibadah. Tawakkal merupakan permohonan pertolongan sedangkan inabah adalah ibadah.

Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. tidak ada suatu
binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya
Tuhanku di atas jalan yang lurus. (Hud :56).

5. Khusyu

Khusyu menurut pengertian bahasa berarti tunduk, rendah dan tenang, seperti firman Allah
Dan merendahlah semua suara kepada Rabb Yang Maha Pemurah. Khusyu juga berarti
keberadaan hati dihadapan Allah, dalam keadaan tunduk dan merendah, yang dilakukan
secara bersamaan.

Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyu
mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka) dan
janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu,
kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras dan

Materi MABIT I SMP IT BINA INSAN CEMERLANG


banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik (Al Hadid:16)

Pribadi Taqwa, Puncak Hasil ibadah

Kelima komponen buah ibadah ini berujung pada satu bentuk level tertinggi bagi seorang
hamba, yaitu Muttaqin (orang yang bertaqwa). Inilah tujuan utama dari ibadah adalah agar
membentuk manusia bertaqwa :

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa. (Al-Baqarah: 21)

Sebuah kesalahan cara berpikir bagi para muslim, manakala menerjemahkan


bahasa taqwahanya pada sebatas aspek ubudiyah (ibadah yang zhahir terlihat saja), tidak
menyentuh aspek aspek kehidupan lain yang juga sangat penting. Pribadi taqwa adalah
bagaimana seorang mumin memiliki fikrah syumuliah (menyeluruh), seluruh aspek
kehidupan, dari ekonomi, sosial budaya, bahkan hingga politik, cara pandang seorang
Muslim haruslah berpijak dari islam, bukan dari cara pandang atau pemikiran atau paham
yang bertentangan dengan islam, seperti halnya Atheisme, Komunisme, Sekulerisme,
Pluralisme, Liberalisme, dst.

Ketika Ibadah telah berbuah sehingga menjadikan seseorang dengan level muttaqin, maka ia
dituntut totalitas dalam membela agamanya, kecenderungan menuju Allah dalam setiap lini
kehidupan. Kesukaan dan kebencian terhadap segala sesuatu berdasarkan harapan ingin
mendapatkan ridha dari Allah. Menyukai makanan halal membenci makanan haram,
mencintai pemimpin muslim yang adil serta membenci pemimpin kafir nan zhalim, mencintai
Nabi Muhammad melebihi cinta kepada diri sendiri, hingga mencintai dan taat kepada Allah
di atas segala sesuatu apapun yang ada di dunia ini tanpa ada satupun yang setara apalagi
melebihi-Nya. Inilah sebentuk totalitas seorang Muttaqin.

Materi MABIT I SMP IT BINA INSAN CEMERLANG

Você também pode gostar