Você está na página 1de 4

Laporan Praktikum Difusi-Osmosis dan

Penyerapan Zat pada Kentang dengan Metode


Osmometer Sederhana

OLEH:
AYU SAVITRI SISKAYANI
1503010272

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
DENPASAR
2015
PANTAI BERLUMPUR HUTAN MANGROVE

Pantai berlumpur merupakan pantai yang lebih terlindung dari gerakan ombak,
keduanya cenderung mempunyai butiran yang lebih halus dan mengakumulasi lebih banyak
bahan organik sehingga menjadi berlumpur. Pantai berlumpur memiliki substrat yang
sangat halus dengan diameter kurang dari 0,002 mm. Pantai berlumpur tidak dapat
berkembang dengan hadirnya gerakan gelombang. Karena itu, pantai berlumpur hanya
terbatas pada daerah intertidal yang benar-benar terlindungi dari aktivitas gelombang laut
terbuka.
Pantai berlumpur dicirikan oleh ukuran butiran sedimen sangat halus dan memiliki
tingkat bahan organik yang tinggi, pantai ini pula banyak dipengaruhi oleh pasang surut yang
mengaduk sedimen secara periodik. Interaksi organisme dengan sedimen dan pengaruh
evaporasi perairan sangat tinggi di lingkungannya. Seperti yang terdapat di laut Kuning,
Korea Selatan dan teluk Fundy di Amerika Utara adalah gambaran luasnya daerah kepesisiran
dengan dominasi sebagai daerah pengendapan lumpur (mud deposition) yang mengurung
daerah tersebut. Sehingga menjadikan pantai berlumpur sebagai mintakat yang memiliki
pengaruh energi rendah seperti estuary dan lagoon juga sebagai daerah pemasukan air tawar
(influx freshwaters) dalam jumlah yang besar sehingga kompleksitas sedimen dominan
adalah berbutir halus (dominantly fine-grained sediments).
Pantai berlumpur dapat berkembang dengan baik jika ada suatu sumber partikel
sedimen yang butirannya halus. Pantai berlupus berada di berbagai tempat, sebagian di teluk
yang tertutup, gobah, pelabuhan, dan terutama estuaria. Pantai berlumpur cenderung untuk
mengakumulasikan bahan organik, yang berarti bahwa tersedia cukup banyak makanan yang
potensial untuk organism penghuni pantai, tetapi berlimpahnya partikel organik yang halus
yang mengendap di daratan lumpur juga mempunyai kemampuan untuk menyumbat
permukaan alat pernapasan.
Pantai berlumpur juga merupakan tempat dimana beberapa organisme berlindung,
bertelur dan membesarkan anak. Merupakan juga area yang kaya nutrisi banyak jenis
tumbuhan marin dan pantai. Pantai berlumpur banyak terdapat di kawasan yang landai dan
sering berasosiasi pada hutan manggrove dan lamun. Ekosistem Pantai Lumpur terbentuk dari
pertemuan antara endapan lumpur sungai dan laut yang berada di muara sungai dan
sekitarnya. Apabila sungainya besar, lumpur tersebut membentang luas hingga menjorok ke
laut. Ekosistem pantai lumpur yang terdapat di muara disebut Monsun Estuaria. Habitatnya
berbagai jenis ikan gelodok. Komunitas tumbuhannya adalah Tricemia, Skeratia dan Enhalus
Acoroides (rumput laut). Hewan-hewan ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Biasanya
ekosistem ini kita temui pada sungai-sungai lebar seperti di Pulau Kalimantan, Irian Jaya,
Sumatra dan Jawa. Salah satu contoh ekosistem pasir berlumpur adalah hutan mangrove
(Sein, 2013).
Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi
pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon
mangrove. Mangrove adalah tumbuhan berwujud semak
dan pohon dengan akar tunjang, yaitu akar yang banyak
tumbuh dari batang menjadi penopang tumbuhan
tersebut. Selain itu juga ada juga mangrove yang
mempunyai akar pernapasan yang menyembul dari
tanah. Mangrove dengan akar tunjang dan akar
pernapasan yang begitu ruwet di pantai dapat
menangkap lumpur sehingga terjadi sedimentasi. Pantai Berlumpur
Guguran daun dan ranting menjadi serasa organik
sehingga mempersubur perairan pantai, sehingga banyak mengundang hewan antara lain
beberapa jenis ikan dan udang. Hutan bakau ini dapat berfungsi sebagai peredam energy
gelombang, sehingga pantai dapat terlindung dari erosi.
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang kaya dan menjadi salah satu
sumberdaya yang produktif. Hutan mangrove sebagai salah satu sumberdaya kelautan
mempunyai peranan yang cukup penting. Secara ekologis berbagai jenis hewan laut hidup di
daerah mangrove. Pada hutan mangrove: tanah, air, flora dan fauna hidup saling memberi dan
menerima serta menciptakan suatu siklus ekosistem tersendiri. Hutan mangrove memberikan
masukan unsur hara terhadap ekosistem air, menyediakan tempat berlindung dan tempat
asuhan bagi anak-anak ikan, tempat kawin/pemijahan, dan lain-lain. Sumber makanan utama
bagi organisme air di daerah mangrove adalah dalam bentuk partikel bahan organik (detritus)
yang dihasilkan dari dekomposisi serasah mangrove (seperti daun, ranting dan bunga).
Vegetasi Hutan Mangrove memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, dengan jumlah
jenis yang tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri dari 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis
liana, 44 jenis epifit dan 1 jenis sikas. Namun tidak semua jenis mangrove dapat ditemukan
pada ekosistem mangrove, paling tidak didalam hutan mangrove terdapat salah satu jenis
tumbuhan sejati yang dominan pada hutan mangrove, sepeti famili Rhizophoraceae,
Sonneratiaceae, Avicenniaceae, Meliaceae.
Ciri-ciri ekosistem mangrove terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari
habitatnya yang unik, adalah :
memiliki jenis pohon yang relatif sedikit;
memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung
dan menjulang pada bakau Rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti
pensil pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia spp.;
memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya,
khususnya pada Rhizophora;
memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.
Sedangkan tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-ciri
khusus ekosistem mangrove, diantaranya adalah :
tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada
saat pasang pertama;
tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat;
daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;
airnya berkadar garam (bersalinitas) payau hingga asin.
Beberapa manfaat dan fungsi hutan mangrove dapat dikelompokan sebagai berikut:
A. Manfaat / Fungsi Fisik :
1. Menjaga agar garis pantai tetap stabil
2. Melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi.
3. Menahan badai/angin kencang dari laut
4. Menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan terbentuknya
lahan baru.
5. Menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi air daratan
yang tawar.
6. Mengolah limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2.
B. Manfaat / Fungsi Biologis :
1. Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton,
sehingga penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan.
2. Tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang.
3. Tempat berlindung, bersarang dan berkembang biak dari burung dan satwa lain.
4. Sumber plasma nutfah & sumber genetik.
5. Merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota.

Você também pode gostar