Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pemberdayaan Masyarakat
OLEH:
Annisa Fajar Fadhilah
H351150241
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Pemberdayaan masyarakat menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).,
pemberdayaan berasal dari kata berdaya yang mendapat imbuhan pem dan an.
Berdaya mempunyai arti kemampuanj untuk melakukan sesuatu untuk bertindak,
Munculnya konsep pemberdayaan didasari oleh gagasan yang menempatkan manusia
lebih sebagai subjek dari dunianya sendiri 1. Secara harfiah pemberdayaan adalah proses
pemberian daya, kewenangan dan keercayaan kepada masyarakat setempat untuk
menentukan berbagai bentuk program kegiatan pembangunan serta kebutuhan
mereka melalui upaya perlindungan, penguatan, peningkatan taraf kesejahteraan
sosialnya.2
Masyarakat adalah sejumlah manusia atau penduduk dalam arti seluas-luasnya
dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama 3. Adapun kata
masyarakat menurut Koentjoroningrat, bapak Antropologi di indonesia adalah
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem, adat istiadat tertentu
yang bersifat kontinyu, dan terikat oleh satu rasa identitas bersama.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Rencana Strategis Pembangunan
Kampung 2009
Secara nasional pada tahun 2007, Pemerintah Indonesia meluncurkan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang bertujuan untuk
mengurangi kemiskinan, memperkuat kapasitas pemerintah daerah dan lembaga
masyarakat, serta memperbaiki tata kelola pemerintah daerah. Program
penanggulangan kemiskinan ini pada tahun 2008 mencakup sekitar 40.000 desa di
Indonesia dan diharapkan akan mencakup hampir 80.000 desa pada tahun 2009 ini.
Program ini berkembang dari dua program pembangunan masyarakat terdahulu, yakni
Program Pembangunan Kecamatan (PPK) dan Program Penangggulangan Kemiskinan
Perkotaan (P2KP). Program ini memfasilitasi proses perencanaan dan pengambilan
keputusan di tingkat masyarakat yang berujung pada pemanfaatan bantuan langsung
masyarakat (BLM) untuk mendanai kegiatan pembangunan yang diprioritaskan oleh
masyarakat.
Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah daerah Provinsi Papua dan Papua Barat
pada tahun 2008 menjalankan program pemberdayaan masyarakat yang
diharmonisasikan ke dalam PNPM Mandiri yang disebut PNPM RESPEK, dengan
skema Pemerintah Daerah Papua dan Papua Barat menyediakan BLM (Bantuan
Langsung Masyarakat) sebesar Rp 100 juta per desa untuk 3.923 desa di 388 kecamatan,
bersumber dana Otonomi Khusus, sementara Departemen Dalam Negeri menyediakan
lebih dari 1.000 tenaga pendamping (fasilitator) melalui PNPM Mandiri.
Banyak faktor yang melatarbelakangi adanya Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM) Rencana Strategis Pembangunan Kampung (RESPEK) di
Papua dan Papua Barat, di antaranya kondisi geografis wilayah Propinsi Papua dan
Papua Barat yang merupakan wilayah pegunungan yang kaya akan sumber daya
alamnya namun mempunyai keterbatasan fasilitas infrastruktur, sumber daya manusia
yang terbatas, serta hasil Kajian Sintese Kapasitas Pembangunan Papua yang
menunjukkan bahwa:
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), hlm
188.
2 Departemen sosial RI, Panduan Pemberdayaan Adat Terpencil,( Yogyakarta : B2P3KS Press, 2009),hlm 9-10
3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,hlm.567
- Kondisi sosial ekonomi masyarakat Papua terutama yang berada di kampung-
kampung tidak memperlihatkan perubahan yang berarti, selama kurang lebih 50 tahun
pembangunan di daerah ini, termasuk dalam lima tahun pelaksanaan Otsus.
- Lebih dari 40% keluarga di wilayah Papua masih hidup di bawah garis kemiskinan
- Tingkat kematian ibu dan bayi di Papua lebih tinggi daripada rata-rata tingkat
kematian ibu dan bayi skala nasional
- Papua merupakan wilayah yang paling tinggi tingkat infeksi HIV/AIDS di Indonesia.
Salah satu upaya pemerintah daerah Papua dan Papua Barat untuk mengatasi
keadaan ini adalah dengan menjalankan sebuah Program Pemberdayaan Masyarakat,
yaitu RESPEK.
Program RESPEK (Rencana Strategis Pembangunan Kampung) diluncurkan oleh
Gubernur terpilih pertama Provinsi Papua dan Papua Barat pada tahun 2007 dengan
tujuan mendorong pembangunan kampung dalam peningkatan bidang: (i) makanan
dan nutrisi; (ii) pendidikan dasar; (iii) kesehatan; (iv) pengembangan ekonomi lokal;
dan (v) sarana-prasarana desa termasuk transportasi, air bersih, listrik, telekomunikasi
dan perumahan. Dalam program RESPEK ini, masyarakat berkesempatan untuk
berpartisipasi aktif dalam menentukan kebutuhan dan desain kegiatan pembangunan
di wilayah mereka dengan didampingi fasilitator.
Efektifitas Program PPK
Program Pemberdayaan Kampung (PPK) dilaksanakan dengan bertumpu pada
peran aktif masyarakat. Sementara pemerintah diharapkan hanya akan berperan
sebagai pendamping. Penelitian Kreuta (2010) 4 PPK dilaksanakan dalam berbagai
bentuk, salah satunya adalah PPK untuk komoditas kakao. Dengan PPK diharapkan
produksi kakao akan meningkat sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dan
sekaligus mempercepat pemerataan pendapatan. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Kreuta (2010) pelaksanaan PPK di Kabupaten Jayapura cukup efektif
meningkatkan pendapatan masyarakat yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan
kapasitas produksi kakao per rumah tangga, peningkatan luas tanam kakao per rumah
tangga dan peningkatan rata-rata kontribusi kakao terhadap pendaptan rumah tangga.
Masih menurut penelitian Kreuta, keberhasilan PPK dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor sosiologis/kewilayahan, yaitu
perhatian yang baik terhadap transparansi, akuntabilitas, paritispasi anggota
komunitas serta aktifitas pendampingan dan pembinaan dalam pelaksanaan program
PPK. Disamping itu, PPK yang dijalankan Pemkab Jayapura didasarkan atas kondisi
ekonomi riil masyarakat desa yang bergantung pada usaha perkebunan kakao. Kondisi-
kondisi itulah yang mendorong kesuksesan program pemberdayaan itu.
Isu gender tidak banyak berperan dalam pelaksanaan program ini. Disamping karena
4 Kreuta. 2010. Analisis Efektifitas Tata Kelola Program Pemberdayaan Kapung (PPK) Serta Dampaknya
Terhadap Perkembangan Wilayah Perdesaan di Kabupaten Jayapura Provinsi Papua. Tesis. Bogor (ID) : IPB
tidak adanya keterangan tentang hal itu dalam tesis Kreuta, juga didukung oleh fakta
kentalnya budaya patriarki masyarakat Papua. PPK kakao juga tidak melibatkan
perempuan secara khusus dalam program pemberdayaannya. Yang dilibatkan adalah
para petani kakao tanpa peduli jenis kelaminnya, namun tentu saja kebanyakan petani
kakao itu adalah laki-laki. Lagi pula, isu gender cenderung kontra produktif jika
dimaknai sebagai pelibatan perempuan dalam aktifitas utama perkebunan kakao.
Masyarakat lokal sudah memiliki sistem sosial sendiri tentang pembagian tugas antara
laki-laki dan perempuan. Jadi, kita tidak perlu memperpanjang bahasan tentang gender
ini.
Pemberdayaan tidak sekedar bermakna pemberian dana, membangun
kemandirian dan meningkatkan pendapatan. Lebih dari itu, pemberdayaan juga harus
diupayakan untuk merekatkan kembali hubungan sosial masyarakat yang sudah lama
hilang karena intervensi praktek ekonomi kapitalis. Dengan demikian, pendekatan
pemberdayaan yang ditujukan untuk meningkatkan daya saing masyarakat kurang
tepat untuk diterapkan. Kita harus berani menghentikan kata bersaing dalam kamus
ekonomi kita. Yang perlu kita bangun adalah kebersamaan, kekeluargaan dan gotong
royong. Logika kompetisi dalam ekonomi kapitalis (dimana pemberdayaan juga
kebanyakan bercirikan kapitalis) tidak relevan dengan struktur nilai sosial masyarakat
Indonesia yang khas dengan nilai kebersamaan (kooprasi). Sehingga, pemberdayaan di
Indonesia secara teknis harus diarahkan untuk membangun kembali kelembagaan
ekonomi koperasi. Koperasi dengan pengertiannya yang asli, bukan pengertiannya yang
di politisasi. Koperasi yang asli adalah lembaga ekonomi rakyat yang mengayomi
beberapa unit produksi yang saling terkait. Sementara koperasi yang di politisasi adalah
koperasi yang dijadikan unit produksi tunggal sehingga memainkan peran layaknya
sebuah perusahaan. Akibatnya, koperasi itu tidak bisa menjadi perekat hubungan
sosial masyarakat karena dijalankan dengan prinsip kompetisi. Pemberdayaan
masyarakat harus diarahkan untuk membangun kelembagaan koperasi yang asli itu.
Dengan demikian, pemberdayaan akan mampu meningkatkan semangat
kewirausahaan, meningkatkan partisipasi serta kemandirian masyarakat sebagaimana
konsep pemberdayaan UNDP dan sekaligus membangun kebersamaan, kekeluargaan
dan gotong royong.
Peran Advokasi
Papua adalah salah satu provinsi termiskin di Indonesia. Meskipun PDRB/kapita
provinsi ini cukup tinggi, tapi itu tidak membuatnya keluar dari status provinsi
termiskin di Indonesia. Hal ini menunjukkan betapa tingginya ketimpangan
pendapatan masyarakat di Papua. PDRB yang tinggi terutama disumbangkan oleh
sektor pertambangan, Sementara sektor ekonomi kerakyatan tidak banyak
berkembang.