Você está na página 1de 11

AUTOREGULASI GINJAL

Mekanisme autoregulasi intrinsik ginjal mencegah aliran darah ginjal dan GFR akibat
variasi fisiologis pada rentang tekanan darah arteri. Autoregulasi seperti ini berlangsung pada
rentang tekanan darah yang lebar (antara 80 mmHg dan 180 mmHg).
(1) Jika rentang tekanan darah arteri (normalnya 100 mmHg) meningkat, arteriol aferen
berkontriksi untuk menurunkan aliran darah ginjal dan menguragi GFR. Jikar rerata tekanan
darah arteri menurun terjadi vasolidasi arteriol eferen untuk meningkatkan GFR. Dengan
demikian perubahan-perubahan mayor dapat dicegah.
(2) Autoregulasi melibatkan mekanisme umpan balik dari reseptor-reseptor peregang dalam
dinding arteriol dan dari apparatus jukstaglomerular.
(3) Di samping mekanisme autoregulasi ini peningkatan tekanan arteri dapat sedikit
meningkatkan GFR. Karena begitu banyak filtrate glomerular yang dihasilkan sehari,
perubahan yang terkecil pun dapat meningkatkan haluaran urine.
Meskipun suatu perubahan tekanan arteri menyebabkan perubahan jelas dalam
pengeluaran urina, tekanan ini dapat berubah dari sekecil 75 mn.Hg sampai setinggi
160mn.Hg, sementara menyebabkan perubahan yang sangat kecil atas laju filtrasi
glomerulus. Efek ini di lukiskan dalam gambar dan disebut autoregulasi laju filtrasi
glomerulus. Ini penting karena nefron memerlukan laju filtrasi glomerulus yang optimum
jika ia melakukan fungsinya. Bahkan laju filtrasi glomerulus lebih besar atau lebih kecil 5%
dapat menyebabkan pengaruh yang besar dalam menyebabkan kehilangan cairan yang
berlebihan ke dalam urine atau ekskresi produk-produk sisa yang diperlukan, yang terlalu
kecil.
Mekanisme Autoregulasi laju filtrasi Glomerulus umpan balik tubuloglomerulus
Untunglah tiap nefron tidak dilengkapi satu tetapi mekanisme umpan balik yang bersama-
sama menyelenggarakan autolegulasi filtrasi glomerulus dalam deraajat yang diperlukan.
Kedua mekanisme ini adalah
1. Mekanisme umpan balik vasodilator arteriol aferen
2. Mekanisme umpan balik vasokonstriktor arteriol eferen.
Kombinasi kedua mekanisme umpan balik ini dinamai umpan balik tubuloglomerulus.
Dan proses umpan balik mungkin timbul seluruhnya atau hampir seluruhnya pada kompleks
jukstaglomerulus yang mempunyai sifat-sifat berikut ini:
Kompleks jukstaglomerulus mengilustrasikan kompleks juksta glomerulus, yang
memperlihatkan bahwa tubulus distalis melintasi sudut antara arterior aferen dan eferen,
benar-benar berbatasan dengan salah satu dari kedua arteriol ini. Lebih lanjut, sel-sel epitel
tubulus distalis yang berkontak dengan arteriol lebih padat dari pada sel-sel tubulus lain dan
secara bersama-sama dinamai makula densa. Di dalam tubulus distalis makula densa terletak
kira-kira pertengahan di dalam segmen pengenceran tubulus distalis, pada ujung atas bagian
tebal cabang asendenansa Henle. Sel-sel otot polos kedua arteriol aferen dan eferen
membengkak dan mengandung granula gelap tempat ia berkontak dengan makula densa. Sel-
sel ini dinamai sel-sel juksta glomerulus (sel-sel JG) dan granula ini terutama mengandung
renin yang tak aktif.
Mekanisme umpan balik vasodilator arteriol fisiologi dan mekanisme penyakit
Aferen laju filtrasi glomerulus yang rendah memungkinkan reabsorpasi klorida yang
berlebihan di dalam tubulus sehingga menurunkan konsentrasi ion klorida pada mukula
densa. Sebaliknya penurunan ion-ion klorida ini memulai isyarat dari makula densa untuk
mendilatasi arteriol aferen. Letakkan kedua kenyataan ini bersama-sama, yang berikut ini
adalah mekanisme umpan balik vasodilator arteriol aferen untuk mengatur laju filtrasi
glomerulus :
1. Terlalu sedikitnya aliran filtrasi glomerulus kedalam tubulus menyebabkan penurunan
konsentrasi klorida pada makula densa.
2. Penurunan konsentrasi klorida menyeabkan dilatasi arteriol aferen.
3. Sebaliknya ini meningkatkan kecepatan pengaliran darah kedalam glomerulus dan
meningkatkan tekanan glomerulus.
4. Peningkatan tekanan glomerulus meningkatkan laju filtrasi glomerulus kembali kearah
tingkat yang di perlukan.

Mekanisme umpan balik vasokonstriktor arteriol eferen


Ion-ion klorida yang terlalu sedikit pada makula densa di anggap juga menyebabkan sel-
sel jukstaglomerulus melepaskan renin dan sebaliknya ini menyebabkan pembentukan
angiontensi. Kemudian angiontensi tertama mengkontriksikan arteriol eferen karena ia lebih
sensitive terhadap angiontensi II dari pada arteriol aferen.
Dengan kenyataan ini dalam pikiran, sekarang kita dapat mendeskripsikan mekanisme
vasokonstriktor arteriol eferen yang membantu mempertahankan laju filtrasi glomerulus yang
konstan :
1. Laju filtrasi glomerulus yang terlalu rendah menyebakan reabsopsi ion-ion klorida yang
berlebihan dalam filtrat, mengurangi konstrentasi klorida pada makula densa.
2. Kemudian konsentasi ion-ion klorida yang rendah menyebabkan sel-sel JG bebaskan renin
dan granula-granulanya.
3. Renin menyebabkan pembentukan angiontensi II.
4. Angiontensi II mengkonstriksikan arterioal eferen, yang menyebabkan menigkatnya tekanan
di dalam glomelurus.
5. Kemudian peningkatan tekanan meningkatkan laju filtrasi glomerulis kembali kearah yang
normal.
Jadi ini masih mgerupakan mekanisme umpan balik negatif lainnya yang membantu
mempertahankan laju filtrasi glomerulus yang saat konstan ia melakukan itu dengan
mengkonstriksikan arteriol eferen pada waktu yang sama sehingga mekanisme vasodilator
aferen yang dilukiskan diatas mendilatasi ateriol aferen. Bila kedua mekanisme ini berfungsi
bersama-sama maka laju filtrasi glomerulus hanya meningkat beerapa persen walaupun
tekanan arteri berubah antara batas 75 mm.Hgdan 160 mm.Hg.
Autoregulasi aliran darah ginjal
Bila tekanan arteri berubah hanya beberapa menit pada suatu waktu, maka aliran darah
ginjal dan laju filtasi glomerulus diautorigulasi pada waktu yang sama. Ini dilukiskan pada
gambar ia memperlihatkan aliran darah ginjal yang relatif konstan antara batas 70 dan 160
mm.Hg tekanan arteri.
Mekanise umpan balik vasodilator arteriol aferen yang dilukiskan di gambar yang
menyebabkan autoregulasi aliran darah ginjal ini. Ini dapat dijelaskan sebagai berikut : bila
aliran darah ginjal menjadi terlalu sedikit, maka tekanan glomerulus turun dan laju filtrasi
glomerulus juga menjadi terlalu sedikit. Sebagai akibatnya, mekanisme umpan balik
menyebabkan arteriol aferen berdilatasi untuk menembalikan laju filtrasi glomerulus kembali
ke arah normal. pada waktu yang sama, dilatasi juga meningkatkan aliran darah kembali
kearah nomal walaupun tekanan arteri rendah.

D. SISTEM RENIN ANGIOTENSIN DI GINJAL


Renin adalah hormon lain yang diproduksi oleh ginjal. Fungsi utama hormon ini adalah
untuk mengatur aliran darah pada waktu terjadinya iskeemia ginjal (penurunan suplai darah).
Renin disintesis dan dilepaskan dari sel jukstaglomerulus, yang berada di apparatus
jukstaglomerulus ginjal.
Peranan Sistem Renin Angiotensin dan Mekanisme Vasokonstriktor Eferen Dalam
memelihara Air dan Garam Tetapi Membuang Urea Selama Hipotensi Arteri
Mekanisme vasokonstriktor arteriol eferen tak hanya membantu memelihara filtrasi
glomerulus yang normal sewaktu tekanan arteri turun terlalu rendah tetapi juga memberikan
cara untuk mengatur ekskresi urea secara terpisah dari ekskresi air dan garam. Pada hipotensi
arteri, sangat penting melindungi sebanyak mungkin air dan garam. Di pihak lain,sama
pentingnya untuk meneruskan mengekskresi produk-produk sisa tubuh, yang paling banyak
adalah urea. Di bagian lebih awal dalam bab ini telah di tunjukan bahwa kecepatan ekskresi
urea hampir langsung sebanding dengan laju filtrasi glomerulus. Sehingga sejauh mekanisme
vasokonstriktor arteriol eferen dapat mempertahankan filtrasi glomerulus yang tinggi, juga
pada tekanan arteri yang rendah, urea yang akan diekskresikan ke dalam urina hampir
mendekati jumlah yang normal. Sehingga hipotensi yang menurunkan tekanan arteri hingga
serendah 65 sampai 70mm.Hg tak menyebabkan retensi urea yang bermakna.
Di pihak lain, karena angiotensi II di bentuk dalam ginjal dan juga di dalam darah yang
bersirkulasi selama hipotensi arteri, maka ini menyebabkan retensi air dan berbagai ion-ion
natrium, klorida, kalium dan lain-lainnya secara nyata oleh ginjal. Jadi ini memberikan suatu
cara untuk memelihara air dan ion-ion walaupun kenyataanya bahwa urea terus menerus
diekskresikan.
Mungkin angiontensin menyebabkan konservasi air dan ion dengan mekanisme berikut.
Ia meningkatkan tahanan arteriol, yang mengurangi aliran darah ginjal sehingga juga
mengurangi tekanan kapiler peritubulus. Sebaliknya ini meningkatkan kecepatan reabsorpsi
air dan elektrolit-elektrolit dari sistem tubulus.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Manusia memiliki sepasang ginjal yaitu ginjal kanan dan ginjal kiri. Posisi ginjal kanan
sedikit lebih rendah dari posisi ginjal kiri, bentuknya seperti kacang buncis berwarna coklat
agak kemerahan. Struktur internal ginjal terdiri dari Hilus (hilum),sinus, pelvis ginjal, dan
parenkim ginjal yang terdiri lagi dari medulla dan korteks. Ginjal juga tersusun atas
nefron Nefron merupakan unit fungsional ginjal. Satu ginjal mengandung 1-4 juta nefron
yang merupakan unit pembentuk urine. Nefron tersusun atas glomerulus, kapsul Bowman,
tubulus kontortus proksimal, ansa Henle, tubulus distal, dan duktus pengumpul. Di ginjal juga
terjadi proses filtrasi, reabsorpsi dan sekresi,
Autoregulasi ginjal merupakan suatu perubahan pada laju filtrasi glomerulus yang
disebabkan oleh perubahan tekanan arteri dan menimbulkan perubahan yang jelas dalam
pengeluaran urina diman
a tekanannya dapat berubah dari sekecil 75 mn.Hg sampai setinggi 160mn.Hg. Ginjal
juga memproduksi hormon lain yaitu Renin. Fungsi utama hormon ini adalah untuk mengatur
aliran darah pada waktu terjadinya iskeemia ginjal (penurunan suplai darah).

DAFTAR PUSTAKA

Ethel Sloane. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Drs. Kus Irianto. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung.
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses & Praktik
Volume 2. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.Jakarta : EGC.
Makalah Fungsi Ginjal Dalam Pengaturan Tekanan Darah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam ilmu medis, pengukuran tekanan darah digunakan untuk mendiagnosis keadaan kesehatan
seseorang. Tekanan darah merupakan salah satudari tanda vital penting selain denyut nadi,
frekuensi nafas dan suhu, bahkandugunkan pula utnuk mengukur kemampuan seseorang untuk
bertahan hidup.Pada orang dewasa, tekanan sistolik adalah 120 mmHg, dan tekanan diastolik adalah
80 mmHg. Perbedaan antara kedua tekanan disebut tekanan nadi yaitu 40mmHg. Tekanan darah
dipertahankan dalam batas-batas yang adekuat dengancara interaksi kompleks antara mekanisme
neuronal dan hormonal dimanaadekuasi tekanan darah sangat diperlukan untuk perfusi jaringan dan
mendorong berlangsungnya sirkulasi darah.

Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang buncis,warna coklat kemerahan yang
terdapat di ke-2 sisi columna vertebra torakalis- 12 lumbalis ke-3.fungsi ginjal adalah mengatur
air,konsentrasi garam dalam darah, keseimbangan asam basa darah, serta ekresi bahan buangan dan
kelebihan garam. Ginjal juga berfungsi untuk mengatur tekanan darah didalam tubuh. Jika tekanan
darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan
berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekana darah ke normal, jika tekanan darah
menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah
dan tekanan darah kembali ke normal. Dalam makalah ini saya akan membahas tentang fungsi ginjal
dalam pengaturan tekanan darah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu ginjal ?

2. Apa fungsi dari ginjal ?

3. Apa yang dimaksud dengan tekanan darah ?

4. Bagaimana fungsi ginjal dalam pengaturan tekanan darah ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang ginjal.

2. Untuk mengetahui fungsi ginjal.


3. Untuk mengetahui tentang tekanan darah.

4. Untuk mengetahui fungsi ginjal dalam pengaturan tekanan darah.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ginjal

Ginjal merupakan salah satu bagian penting dalam sistem perkemihan atau urinari. Ginjal adakah
sebuah organ kecil tetapi penting yang terletak di dalam tubuh, tidak Nampak secara fisik dan
seperti bagian lainnya mempunyai fungsi yang kompleks dan bekerja secara otomatis.

Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada
kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen. Bentuknya seperti biji
buah kacang merah (kara/ercis),jumlahnya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada
ginjal kanan. Pada orang dewasa berat ginjal 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih
panjang dari pada ginjal wanita.

Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap-tiap nefron terdiri atas
komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh-pembuluh darah yaitu
glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul
Bowman,serta tubulus-tubulus,yaitu: tubulus kontortus proksimal,tubulus kontortus distal,tubulus
pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.

Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung
membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut
podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah-celah antara
pedikel itu sangat teratur.

Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal,bagian tubulus yang keluar dari
korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok-
belok,kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa
Henle atau loop of Henle,karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal
asal,kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.

B. Fungsi Ginjal

Fungsi ginjal sebagai organ tubuh sangat vital, seperti menyaring darah, menghasilkan hormone,
menjaga keseimbangan basa, dan sebagainya.
Ginjal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. Membuang racundan produk buangan/limbah dari darah. Racun didalam darah diantaranya
urea dan uric acid. Jika kandungan kedua racun ini terlalu berlebihan, maka akan mengganggu
metabolism tubuh.

2. Menjaga kebersihan darah dan meregulasi seluruh cairan (air dan garam) di dalam tubuh.

3. Meregulasi tekanan darah. Ginjal menghasilkan enzim renin yang bertugas mengontrol tekanan
darah dan keseimbangan elektrolisis. Renin mengubah protein dalam darah menjadi hormone
angiotensis. Selanjutnya angiotensis akan diubah menjadi aldosterone yang mengabsorbsi sodium
dan air ke dalam darah.

4. Mengatur keseimbangan pH darah

5. Memproses vitamin D sehingga dapat distimulasi oleh tulang

6. Memproses hormone erythropoiethin yang bertugas memproduksi sel darah merah ditulang

7. Mengekresikan zat-zat metabolisme yang mengandung nitrogen, misalnya amonia.

8. Mengekresikan zat-zat yang jumlah nya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya
(misalnya obat-obatan,bakteri,dan zat warna).

9. Mengatur keseimbangan air dan garam.

10. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.

C. Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak terjadi saat
ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang
terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik
terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90.
Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).

Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh darah. Organ
jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini dimana jantung sebagai pompa
muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang memiliki
dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat. Sementara itu Palmer (2007) menyatakan bahwa
tekanan darah diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).

Tekanan darah adalah pemeriksaan tekanan darah merupakan indikator dalam menilai fungsi
kardiovaskuler. tekanan maksimum pada dinding arteria yang terjadi ketika bilik kiri jantung
menymprotkan darah klep aortik yang terbuka kedalam aorta disebut sebagai tekanan
sistolik.(alimul aziz,2009)

Tekanan darah adalah tekanan yang di timbulkan oleh dinding arteri. Tekanan puncak terjadi saat
pentrikel berkontraksi yang di sebut tekanan sistol.
Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah
biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap diastolik dengan nilai dewasa
normalnya berkisar 100/60 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80
mmHg ( smeltzer dan bare, 2001 )

Tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh
darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat. Sementara itu Palmer (2007)
menyatakan tekanan darah di ukur dalam satuan millimeter ari raksa (mmHg). (hayens 2003)

Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang terutup pada
dinding bagian dalam jantung dan pemubuluh darah

( ethel 2003,238)

Tekanan darah adalah suatu kekuatan yang dihasilkan darah terhadap setiap satuan luas dinding
pembuluh darah. Tekanan darah maksimal (sistole) adalah tekanan pada dinding arteri saat ventrikel
memompa darah melalui katub aorta. Pada saat ventrikel rileks, darah yang tetap dalam arteri
menimbulkan tekanan minimum ( Diastolik ). Tekanan diastolik adalah tekanan minimal yang
mendesak dinding arteri setiap waktu. Untuk mengukur tekanan darah maka perlu dilakukan
pengukuran tekanan darah secara rutin. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung
atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun
hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan
masalah kesehatan lain (Smeltzer & Bare, )

Menurut Nursecerdas (2009), bahaya yang dapat ditimbulkan saat pemasangan kateter arteri yaitu
nyeri inflamasi pada lokasi penusukkan, bekuan darah karena tertekuknya kateter, perdarahan:
ekimosis bila jarum lepas dan tromboplebitis. Sedangkan pengukuran tidak langsung dapat dilakukan
dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Sphgmomanometer tersusun atas
manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan ringga
dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer
seseuai dengan tekanan dalam milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer &
Bare, 2001).

D. Fungsi Ginjal dalam Pengaturan Tekanan Darah

1. Pengaturan Tekanan Darah

a. Pengaturan saraf

Pusat vasomotorik pada medulla otak mengatur tekanan darah. Pusat kardiokselerator dan
kardioinhibitor mengatur curah jantung.

1) Pusat vasomotorik
a) tonus vasomotorik merupakan stimulasi tingkat rendah yang terus menerus pada serabut otot
polos dinding pembuluh. Tonus ini mempertahankan tekanan darah melalui vasokontriksi pembuluh.

b) Pertahanan tonus vasomotorik ini dilangsungkan melalui impuls dari serabut saraf vasomotorik
yang merupakan serabut eferen saraf simpatis pada sistem saraf otonom.

c) Vaso dilatasi biasanya terjadi karena pengurangan impuls vasokonstriktor. Pengecualian hanya
terjadi pada pembuluh darah di jantung dan otak.

d) pembuluh darah di jantung dan otak memilki reseptor-reseptor beta adrenergik, merespon
epinefrin yang bersirkulasi dan yang dilepas oleh medulla adrenae.

e) Mekanisme ini memastikan suplai darah yang cukup untuk organ-organ vital selama situasi
menegangkan yang menginduksi stimulasi saraf simpatis dan vasokontriksi di suatu tempat pada
tubuh.

f) Stimulasi parasimpatis menyebabkan vasodilatasi pembuluh hanya di beberapa tempat;


misalnya, pada jaringan erektil genetalia dan kelenjar saliva tertentu.

2) Pusat akselerator dan inhibitor jantung serta baroreseptor aorta dan karotis, yang mengatur
tekanan darah melalui SSO.

b. Pengaturan kimia dan hormonal

Ada sejumlah zat kimia yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi tekanan darah. Zat
tersebut meliputi :

1) Hormon medulla adrenal (norepineprin termasuk vasokonstriktor)

epinefrin dapat berperan sebagai suatu vasokonstriktor atau vasodilator, bergantung pada jenis
reseptor otot polos pada pembuluh darah organ.

2) Hormon antidiuretik (vasopresin) dan oksitosin yang disekresi dari kelenjar hipofisis posterior
termasuk vasokontriktor.

3) Angiotensin

adalah sejenis peptida darah yang dalam bentuk aktifnya termasuk salah satu vasokontriktor kuat.

4) Berbagai angina dan peptide seperti histamin, glukagon, kolesistokinin, sekretin, dan bradikinin
yang diproduksi sejumlah jaringan tubuh, juga termasuk zat kimia vasoaktif.

5) Prostaglandin

Adalah agens seperti hormone yang diproduksi secara local dan mampu bertindak sebagai
vasodilator atau vasokonstriktor (Ethel, 2003: 239).

2. Pengaturan tekanan darah oleh ginjal

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:


a. Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan
menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekana darah ke normal.

b. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga
volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.

c. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin,
yang memicu pembentukan hormone angiotensin , yang selanjutnya akan memicu pelepasan
hormone aldosterone

Tekanan darah akan menjadi tinggi karena melalui proses terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme. ACE memegang peran fisiologis penting dalam
mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati.renin akan
diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah
melalui dua aksi utama

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik dan rasa haus. ADH diproduksi di
hipotalamus dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volumeurin. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh,sehingga menjadi pekat dan
tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada
akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan
hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus
ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.

Jadi natrium dan klorida merupakn ion utama cairan ekstraselluler. Kandungan Na yangtinggi
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraselule
rmeningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya
volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.

Sebaliknya kalium merupakan ion utama di dalam cairan intraseluler. Cara kerja kalium adalah
kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam
cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan
tekanan darah.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Ginjal merupakan bagian penting dari tubuh, kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari
kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat
langsung pada dinding abdomen. fungsi ginjal bukan hanya untuk mengeluarkan sekret urin,
mengatur keseimbangan air, konsentrasi garam dalam darah, keseimbangan asam basa darah, serta
ekresi bahan buangan dan kelebihan garam, tetapi juga mengatur tekanan darah didalam tubuh kita.

Ginjal menghasilkan enzim renin yang bertugas mengontrol tekanan darah dan keseimbangan
elektrolisis. Renin mengubah protein dalam darah menjadi hormone angiotensis. Selanjutnya
angiotensis akan diubah menjadi aldosterone yang mengabsorbsi sodium dan air ke dalam darah.
Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan
menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekana darah ke normal, jika
tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume
darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.

B. Saran

Jaga selalu kesehatan tubuh kita agar ginjal kkta tetap sehat.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/ginjal.htm

http://agungsetiyadixiipasatu.blogspot.com/2012/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi. Jakarta: EGC

Pearce, C Evelyn. 2009. Anatomi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia

Sloana, ethel, .(2004) Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC

Sobbota, .(2000). Atlas Anatomi Manusia. Jakarta : EGC

Você também pode gostar