Você está na página 1de 14

TUGAS MAKALAH KEWARGANEGARAAN

DAMPAK PENAMBANGAN FREEPORT


BAGI INDONESIA

Disusun oleh:
Nama : 1. Ari Mustofa (14040073)

2. Galih Adityatama (14040067)

3. Deka Nugraha Putera S. (14040080)

Jurusan : Teknik Mesin


Tahun/Angkatan : 2014/2015

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI ADISUTJIPTO


KABUPATEN BANTUL
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis atas kehadirat Allah SWT, atas berkat dan anugrah-
Nya sehingga penulis telah dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
Dampak Penambangan Freeport Bagi Indonesia. Adapun penulisan makalah ini
dimaksudkan sebagai salah satu tugas dan syarat kelulusan mata kuliah tersebut.
Tidak lupa Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu yang telah berjasa
mencurahkan ilmu kepada penulis.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Marsda TNI (Purn) Dr(kan).Ir.Drs. T Ken Darmastono ,M.Sc
selaku ketua STT Adisutjipto.
2. Bapak Abdul Haris Subarjo S.Si., Apt., M.Sc selaku dosen pengajar.
3. Orang tua penulis yang senantiasa memberikan doa dan dukungan.
4. Rekan-rekan sesama dan semua pihak yang telah banyak membantu dan
memberi dorongan dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Hasil penelitian ini tentu belumlah sempurna. Namun, bagi penulis ini
sangatlah berarti terutama dapat memberikan dorongan untuk mengisi masa depan
yang penuh tantangan. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
menjadi sesuatu yang berguna bagi semua pihak.

Yogyakarta, 03 Desember 2015

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ...............................................................................................i
DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................2
D. Manfaat ..........................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN ..........................................................................................3
A. Sejarah dan Kondisi Pertambangan Freeport .................................................3
B. Dampak Fisik Pertambangan Freeport ...........................................................5
C. Dampak Sosial dan Budaya Pertambangan Freeport .....................................7
D. Dampak Ekonomi Pertambangan Freeport ....................................................9
BAB III. PENUTUP ..................................................................................................10
A. Kesimpulan ....................................................................................................10
B. Saran ...............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................11

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

PT. Freeport Indonesia (PTFI) adalah sebuah perusahaan pertambangan


yang mayoritas sahamnya dimiliki Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. PTFI
merupakan penghasil terbesar konsentrat tembaga dari bijih mineral yang juga
mengandung emas dalam jumlah yang berarti. PTFI tidak hanya mendukung
kebutuhan ekonomi tetapi juga mendukung kebutuhan sosial dan lingkungan
hidup, sehingga tidak mengganggu kesinambungan kehidupan generasi di masa
akan datang.
Awal berdirinya PT Freeport Indonesia (PTFI) bermula saat seorang
manajer eksplorasi Freeport Minerals Company; Forbes Wilson, melakukan
ekspedisi pada tahun 1960 ke Papua setelah membaca sebuah laporan tentang
ditemukannyaErtsb erg (Gunung Bijih), sebuah cadangan mineral, oleh seorang
geolog Belanda; Jean Jacques Dozy, pada tahun 1936.
Setelah ditandatanganinya Kontrak Karya pertama dengan Pemerintah
Indonesia bulan April 1967, PTFI memulai kegiatan eksplorasi di Ertsberg pada
Desember 1967. Konstruksi skala besar dimulai bulan Mei 1970, dilanjutkan
dengan ekspor perdana konsentrat tembaga pada bulan Desember 1972.
Setelah para geolog menemukan cadangan kelas dunia Grasberg pada tahun
1988, operasi PTFI menjadi salah satu proyek tambang tembaga/emas terbesar di
dunia. Di akhir tahun 1991, Kontrak Karya kedua ditandatangani dan PTFI
diberikan hak oleh Pemerintah Indonesia untuk meneruskan operasinya selama 30
tahun.
Freeport merupakan salah satu penyumbang terbesar bagi devisa
Negara.Namun, pertambangan freeport juga menimbulkan masalah yang
kompleks, mulai dari pencemaran lingkungan, terutama lingkungan sekitar,
sampai kepada masalah sosial.Pencemaran yang terjadi di Freeport di antaranya
pencemaran tanah dan air. Dengan adanya kegiatan penambangan yang dilakukan
oleh Freeport, sebenarnya telah menunjukkan ketidakberdayaan kita dalam
mengelola kekayaan alam Indonesia.

1
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana kondisi dan sejarah pertambangan yang dikelola PT. Freeport


Indonesia?
2. Bagaimana dampak fisik pertambangan freeport terhadap masyarakat
Papua?
3. Bagaimana dampak sosial pertambangan freeport terhadap masyarakat
Indonesia?
4. Bagaimana dampak pertambangan freeport terhadap masyarakat
Indonesia?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui kondisi dan sejarah pertambangan yang dikelola PT.


Freeport Indonesia.
2. Untuk mengetahui dampak fisik pertambangan freeport terhadap
masyarakat Papua.
3. Untuk mengetahui dampak sosial pertambangan freeport terhadap
masyarakat Indonesia.
4. Untuk mengetahui dampak pertambangan freeport terhadap masyarakat
Indonesia.

D. Manfaat

Manfaat Penulisan Makalah ini tidak lain adalah agar dapat memperluas
pengetahuan dan pemahaman tentang dampak P.T Freeport bagi Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Kondisi Pertambangan Freeport

Freport atau PT. Freeport Indonesia merupakan perusahaan pertambangan


yang mayoritas sahamnya milik Freeport-McMoran Copper and Gold Inc.
Freeport McMoRan Copper and Gold Inc. pada awalnya merupakan sebuah
perusahaan kecil yang berasal dari Amerika Serikat yang memiliki nama Freeport
Sulphur, didirikan pada tahun 1981 melalui merger antara Freeport Sulphur, yang
mendirikan PT Freeport Indonesia dan McMoRan Oil and Gas Company.
Perusahaan minyak ini didirikan oleh Jim Bob Moffet yang menjadi CEO Feeport
McMoRan. Sejak menemukan deposit emas terbesar dan tembaga terbesar nomor
tiga di dunia yang terletak di Papua, perusahaan ini berubah menjadi penambang
emas raksasa skala dunia. perusahaan Freeport adalah pembayar pajak terbesar
kepada Indonesia.
PT. Freeport Indonesia telah beroperasi selama kurang lebih 46 tahun sejak
1967, dan kini merupakan perusahaan penghasil emas terbesar di dunia melalui
tambang Grasberg. PT. Freeport Indonesia telah melakukan eksplorasi di Papua di
dua tempat yaitu tambang Erstberg dari tahun 1967 dan tambang Grasberg pada
tahun 1988 tepatnya dikawasan tembaga puri, kabupaten Mimika, provinsi Papua.
PT. Freeport Indonesia telah mengetahui bahwa tanah di daerah Mimika
Papua memiliki potensi besar ada pertambangan emas terbesar di dunia, sehingga
PT. Freeport Indonesia mulai memasuki daerah Mimika pada tahun 1971 dengan
membuka lahan awalnya di Erstberg.
Penandatanganan Kontrak Karya (KK) I pertambangan antara pemerintah
Indonesia dengan Freeport pada 1967, menjadi landasan bagi perusahaan ini
mulai melakukan aktivitas pertambangan. Tak hanya itu, KK ini juga menjadi
dasar penyusunan UU Pertambangan Nomor 11/1967, yang disahkan pada
Desember 1967 atau delapan bulan berselang setelah penandatanganan KK.
Keberadaan dan operasional PT. Freeport Indonesia sejak 1967 hingga kini
telah memberi keuntungan yang sangat besar bagi perusahaan induknya, yakni
Freeport McMoran di Amerika Serikat. Hal ini terlihat dari jumlah penjualan

3
Freeport pada tahun 2012, yaitu menjual 915.000 ons (28,6 ton) emas dan 716 juta
pon (358 ribu ton) tembaga dari tambang Grasberg di Papua. Hasil penjualan
emas itu menyumbang 91% penjualan emas perusahaan induknya.
Berdasarkan laporan keuangan Freeport McMoran, total penjualan emas
Freeport sebanyak 1,01 juta ons (31,6 ton) emas dan 3,6 miliar pon ( 1,8 juta ton)
tembaga. Penjualan tembaga asal Indonesia menyumbang seperlima penjualan
komoditas sejenis bagi perusahaan induknya.
Harga komoditas pertambangan memang turun belakangan ini lantaran
rendahnya permintaan di pasar dunia. Namun, kondisi ini tidak terlalu
berpengaruh terhadap keuntungan perusahaan. Buktinya, laba Freeport naik
sekitar 16 persen pada kuartal keempat tahun lalu menjadi USD 743 juta (Rp 7,2
triliun). Total pendapatan juga meningkat menjadi USD 4,51 miliar dari USD 4,16
miliar pada periode sama tahun sebelumnya.
Pada Maret 1973, Freeport memulai pertambangan terbuka di Ertsberg,
kawasan yang selesai ditambang pada tahun 1980 dan menyisakan lubang
sedalam 360 meter. Pada tahun 1988, Freeport mulai mengeruk cadangan raksasa
lainnya, Grasberg, yang masih berlangsung saat ini. Lubang tambang Grasberg
telah mencapai diameter 2,4 kilometer pada daerah seluas 499 hektar dengan
kedalaman 800 meter. Diperkirakan terdapat 18 juta ton cadangan tembaga, dan
1.430 ton cadangan emas yang tersisa hingga rencana penutupan tambang pada
2041. Bahkan ada spekulasi bahwa PT. Freeport Indonesia juga memproduksi
uranium, suatu zat yang sangat dicari oleh banyak negara di dunia untuk
kebutuhan energi, walaupun sebenarnya hal ini belum terbukti secara sah.
Aktivitas Freeport yang berlangsung dalam kurun waktu 46 tahun telah
menimbulkan berbagai dampak. Dampak yang ditimbulkan itu sangat kompleks
dan semakin parah dalam kurun 5 tahun terakhir, meliputi dampak fisik maupun
dampak sosial

4
B. Dampak Fisik Pertambangan Freeport

Kegiatan Pertambangan yang dilakukan oleh Freeport telah menimbulkan


dampak fisik, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Tembaga yang dihamburkan dan pencemaran
Pengerukan dan pembuangan dilakukan tanpa pengolahan yang bersifat
penghamburan tembaga dan pencemaran lingkungan. Lebih dari 3 miliar ton
tailing dan lebih dari empat miliar ton limbah batuan akan dihasilkan dari
operasi Freeport sampai penutupan pada tahun 2041. Secara keseluruhan,
Freeport-Rio Tinto menyia-nyiakan 53.000 ton tembaga per tahun, yang
dibuang ke sungai sebagai Air Asam Batuan (Acid Rock Drainage, ARD)
dalam bentuk buangan (leachate) dan tailing. Tingkat pencemaran logam
berat semacam ini sejuta kali lebih buruk dibanding yang bisa dicapai oleh
standar praktik pencegahan pencemaran industri tambang.
2. Air Asam Batuan (Acid Rock Drainage)
Hampir semua limbah batuan dari tambang Grasberg berpotensi
membentuk asam. Limbah batuan ini dibuang ke sejumlah tempat di sekitar
Grasberg dan menghasilkan ARD dengan tingkat keasaman tinggi mencapai
rata-rata pH = 3. Kandungan tembaga pada batuan rata-rata 4.500 gram per
ton (g/t) dan eksperimen menunjukkan bahwa sekitar 80% tembaga ini akan
terbuang (leach) dalam beberapa tahun.
3. Tingkat racun tailing dan dampak terhadap perairan
Sebagian besar kehidupan air tawar telah hancur akibat pencemaran dan
perusakan habitat sepanjang daerah aliran sungai yang dimasuki tailing. Total
Padatan Tersuspensi (TSS) dari tailing secara langsung berbahaya bagi insang
dan telur ikan, serta organisme pemangsa, organisme yang membutuhkan
sinar matahari (photosynthetic), dan organisme yang menyaring makanannya
(filter feeding).
4. Logam berat pada tanaman dan satwa liar
Tailing Freeport mengandung tingkat racun logam selenium (Se),
timbal (Pb), arsenik (As), seng (Zn), mangan (Mn) dan tembaga (Cu) yang
secara signifikan lebih tinggi. Konsentrasi dari beberapa jenis logam tersebut
yang ditemukan dalam tailing melampaui acuan US EPA dan pemerintah

5
Australia dan juga ambang batas ilmiah phytotoxicity. Hal ini menunjukkan
kemungkinan timbulnya dampak racun pada pertumbuhan tanaman.
Pengujian dan pengambilan sampel lapangan menunjukkan bahwa
tanaman yang tumbuh di tailing mengalami penumpukan logam berat pada
jaringan (tissue), menimbulkan bahaya pada mahluk hutan yang
memakannya. Semua spesies hewan disekitar Freeport terkena dipastikan
terkena racun yang berasal dari logam
5. Perusakan habitat muara
Tailing sungai Freeport-Rio Tinto akan merusak hutan bakau seluas 21
sampai 63 km2 akibat sedimentasi. Kanal-kanal muara sudah tersumbat
tailing dan dengan cepat menjadi sempit dan dangkal. Kekeruhan air muara
pun telah jauh melampaui standar yang diterapkan di Australia, sehingga
menghambat proses fotosintesa perairan.
6. Kontaminasi pada rantai makanan di muara
Logam dari tailing menyebabkan kontaminasi pada rantai makanan di
Muara Ajkwa. Daerah yang dimasuki tailing Freeport menunjukkan
kandungan logam berbahaya yang secara signifikan lebih tinggi dibanding
dengan muara-muara terdekat yang tak terkena dampak dan dijadikan acuan.
Logam berbahaya tersebut adalah tembaga, arsenik, mangan, timbal, perak
dan seng. Satwa liar di daerah hutan bakau terpapar logam berat karena
mereka makan tanaman dan hewan tak bertulang belakang yang menyerap
logam berat dari endapan tailing, terutama tembaga.
7. Gangguan ekologi
Adanya pengendapan tailing maka ekosistem yang berfungsi dan
beraneka ragam dengan ikan dan udang yang melimpah berbanding terbalik
dengan kenyataan bahwa bagian luar Muara Ajkwa, termasuk daerah pantai
Laut Arafura, mengalami penurunan jumlah hewan yang hidup dasar laut
(bottom-dwelling animals) sebesar 40% hingga 70%.
8. Dampak pada Taman Nasional Lorenz
Taman Nasional Lorenz yang terdaftar sebagai warisan dunia,
wilayahnya mengelilingi daerah konsesi Freeport. Untuk melayani
kepentingan tambang, luas taman nasional telah dikurangi. Kawasan pinus

6
pada situs Warisan Dunia ini terkena dampak air tanah yang sudah tercemar
buangan limbah batuan yang mengandung asam dan tembaga dari tailing
Freeport-Rio Tinto.
9. Regenerasi di Daerah Tumpukan Tailing
Tailing tambang pada akhirnya akan meliputi 230 km2 DAS Ajkwa,
pada kedalaman hingga 17 meter. Daerah tailing ini kekurangan karbon
organik dan gizi kunci lainnya, dengan kapasitas menahan air yang sangat
buruk. Kawasan DAS Ajkwa yang luas yang telah mengalami kematian
tumbuhan akibat tailing tidak akan pernah bisa kembali ke komposisi semula
meski pembuangan tailing berhenti.
10. Transparansi
Terlepas dari keharusan legal untuk menyediakan akses publik terhadap
informasi terkait lingkungan, perusahaan belum pernah mengumumkan
dokumen-dokumen pentingnya. Freeport-Rio Tinto juga tak pernah
mengumumkan laporan audit eksternal independen sejak 1999. Dengan
demikian perusahaan melanggar persyaratan ijin lingkungan.

C. Dampak Sosial dan Budaya Pertambangan Freeport

Pertambangan Freeport menimbulkan dampak sosial dan budaya. Hal ini


dapat dilihat dari sisi kependudukannya. Pemukiman penduduk semakin tersingkir
dan menjadi perkampungan kumuh di tengah-tengah kawasan Industri tambang
termegah di Asia. Dengan demikian perkembangan tambang di tengah-tengah
suku Amungme dan Kamoro ini bukannya mendatangkan kehidupan yang lebih
baik, melainkan semakin menyudutkan mereka menjadi kelompok marginal. Hal
ini semakin terdorong oleh semakin besarnya arus urbanisasi ke Timika dari
daerah-daerah sekitarnya dan dari pulau lain di Indonesia. Dimana kehidupan
homogen dimasa lalu seketika menghadapi tantangan dari luar dengan hadirnya
berbagai suku dan bangsa yang masuk wilayah adat suku Amungme dan Kamoro.
Persoalan lain yang paling mendasar bagi masyarakat adat Amungme
maupun masyarakat adat Kamoro adalah perlunya pengakuan kepada mereka
sebagai Manusia di atas tanah mereka sendiri. Persoalan martabat manusia harus
dihargai oleh siapapun. Kalau martabat suku Amungme dan suku Kamoro

7
dihargai sebagai manusia, makapersolan PT. Freeport harus diselesaikan dengan
melibatkan kedua suku tersebut sebagai masyarakat adat pemilik sumber daya
alam tambang tersebut.
Meski di tanah leluhurnya terdapat tambang emas terbesar di dunia, orang
Papua khususnya mereka yang tinggal di Mimika, Paniai, dan Puncak Jaya pada
tahun hanya mendapat rangking Indeks Pembangunan Manusia ke 212 dari 300an
lebih kabupaten di Indonesia. Hampir 70% penduduknya tidak mendapatkan akses
terhadap air yang aman, dan 35.2% penduduknya tidak memiliki akses terhadap
fasilitas kesehatan. Selainitu, lebihdari 25% balita juga tetap memiliki potensi
kurang gizi.
Dampak lain dari kehadiran Freeport di Indonesia adalah terjadinya
berbagai kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), sebagai akibat protes
masyarakat terhadap Freeport yang terkesan tidak memperhatikan kesejahteraan
masyarakat Adat Suku Amungme dan Komoro yang disebut sebagai pemilik
tanah, emas, tembaga, hutan yang kemudian dikuasai oleh pihak perusahaan.
Dalam aksi protes, masyarakat selalu berhadapan dengan pihak aparat keamanan
(TNI/POLRI), yang bertugas mengamankan Perusahaan, maka terjadilah
pelanggaran Hak Asasi Manusia. Kasus pelanggaran HAM di wilayah
penambangan berlangsung cukup lama sejak hadirnya Freeport hingga kini.
Dari data BPS, Jumlah orang miskin di tiga kabupaten tersebut, mencapai
lebih dari 50% total penduduk. Artinya, pemerataan kesejahteraan tidak terjadi.
Meskipun pengangguran terbuka rendah, tetapi secara keseluruhan pendapatan
masyarakat setempat mengalami kesenjangan. Bisa jadi kesenjangan yang muncul
antara para pendatang dan penduduk asli yang tidak mampu bersaing di tanahnya
sendiri. Bisa jadi pula, angka presentase yang menunjukkan kemiskinan, seperti
akses terhadap air bersih, kurang gizi, akses terhadap sarana kesehatan
mengandung bias rasisme. Artinya, kemiskinan dihadapi oleh penduduk asli dan
bukan pendatang.
Sedangkan dampak sosial dari pembuangan tailing kesungai Aikwa
terhadap kedua suku tersebut maupun suku-suku lain dari Papua, dapat terlihat
dekat dengan mata dimana kota Timika yang dulunya banyak dusun sagu yang
memberi makan bagi masyarakat adat Kamoro, dan suku-suku lain dari Papua

8
maupun Indonesia yang tinggal di kota Timika telah rusak. Akibatnya masyarakat
tidak bisa mendapatkan sagu sebagai sumber makanan pokok mereka, disamping
itu berkembang pesatnya pembangunan yang didukung oleh Freeport membuat
suku Amungme dan Kamoro menjadi minoritas di atas tanahnya sendiri. Dengan
peralatan sederhana, mereka, baik pendatang maupun masyarakat local, berani
mempertaruhkan nasib, bahkan nyawa, demi mencari konsentrat emas. Kebetulan,
metode penambangan oleh Freeport memang tidak bisa 100% menangkap
konsentrat emas yang ada dalam bijih.

D. Dampak Ekonomi Pertambangan Freeport

PT. Freeport Indonesia yang bergerak di bidang pertambangan


memberikan manfaat ekonomi langsung dan tidak langsung yang cukup besar
bagi pemerintah di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten, dan bagi
perekonomian Papua dan Indonesia secara keseluruhan. Manfaat langsung
termasuk kontribusinya suatu perusahaan kepada negara, mencakup pajak, royalti,
dividen, iuran dan dukungan langsung lainnya. Kami merupakan penyedia
lapangan kerja swasta terbesar di Papua, dan termasuk salah satu wajib pajak
terbesar di Indonesia.
Laba Freeport naik sekitar 16 persen pada kuartal keempat tahun lalu
menjadi USD 743 juta (Rp 7,2 triliun). Total pendapatan juga meningkat menjadi
USD 4,51 miliar dari USD 4,16 miliar pada periode sama tahun sebelumnya.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pertambangan Freeport adalah bukti kesalahan pengurusan pada sektor


pertambangan di Indonesia dan mudah tergodanya pemerintah akan penghasilan
devisa yang instan.. Pemerintah menganggap emas hanya sebatas komoditas
devisa yang kebetulan berada di tanah Papua. Padahal apabila dikelola sendiri,
Tambang Freeport akan menghasilkan keuntungan ratusan kali lipat yang
didapatkan sekarang.
Dalam 5 tahun terakhir, kerusakan fisik berupa kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan akibat Pertambangan Freeport semakin parah. Selain itu,
Pertambangan Freeport juga menimbulkan dampak sosial dan budaya yang
kompleks. Dari dampak-dampak yang ditimbulkan, pemerintah Indonesia masih
tidak bergeming untuk menghentikan eksploitasi besar-besaran yang dilakukan
oleh Freeport. Pemerintah justru menyetujui perpanjangan masa kontrak Freeport
hingga tahun 2041.

B. Saran
1. Melakukan evaluasi terhadap seluruh aspek pertambangan Freeport
terutama aspek pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan.
2. Melakukan perubahan Kontrak Karya Freeport yang lebih menguntungkan
bagi negara pada umumnya dan bagi rakyat Papua pada khususnya.
3. Memberi fasilitas konsultasi penuh dengan penduduk asli Papua terutama
yang berada di wilayah operasi Freeport dan pihak berkepentingan lainnya
mengenai masa depan pertambangan tersebut.
4. Memetakan dan mengkaji sejamlah skenario bagi masa depan Freeport,
termasuk kemungkinan penutupan, kapasitas produksi dan pengolahan
limbah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Pangesti, Ana dkk. 2013. Dampak Penambangan Freeport.


http://anapangesti.blogspot.co.id/2013/05/dampak-penambangan-
freeport.html. Diakses tanggal 03 Desember 2015 Pukul 22:00 WIB.

Dwi Haryanto, Bachtiar. , PT. FREEPORT INDONESIA, [pdf].


http://www.scribd.com/doc/15027400/Makalah-PT-Freeport-Indonesia-
Company. Diakses tanggal 03 Desember 2015 Pukul 22:02 WIB.

Agustin. 2010. "Manfaat Ekonomi bagi PT Freepot" http://uutz-


ok.blogspot.com/2010/03/manfaat-ekonomi-bagi-pt-freeport.html
Diakses tanggal 03 Desember 2015 Pukul 22:03 WIB.

Anonim. 2012. Kebobrokan Freeport - Pencemaran Lingkungan & Pelanggaran


HAM Perusaan Emas Terbesar di Indonesia.
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/11/22/kebobrokan-
freeport-pencemaran-lingkungan-pelanggaran-ham-perusaan-emas-
terbesar-di-indonesia-510902.html. Diakses tanggal 03 Desember 2015
Pukul 22:05 WIB.

Anonim. 2012. PT Freeport : Kerugian Negara & Kemiskinan Masyarakat Papua.


www.theglobal-
review.com/content_detail.php?lang=id&id=9784&type=114#.UYkntK
AyjIU. Diakses tanggal 03 Desember 2015 Pukul 22:06 WIB.

Suci, Dewi. 2011. PENCEMARAN LINGKUNGAN AKIBAT


PERTAMBANGAN PT FREEPORT KAWASAN TEMBAGAPURA
KABUPATEN MIMIKA PROVINSI PAPUA
http://dewimoe.blogspot.com/2011/10/freeport.html. Diakses tanggal 03
Desember 2015 Pukul 22:08 WIB.

11

Você também pode gostar