Você está na página 1de 36

ASKEP Gangguan Konsep Diri : Peran

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial-spiritual yang unik dan menerapkan
sistem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk
mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan
oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
keadaan ini disebut sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal
dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungan. Klien masuk ke
Rumah Sakit dan dirawat mengalami stress fisik dan mental baik dari diri sendiri,
keluarga, maupun lingkungan. Pada Hieraki dalam kebutuhan Maslow dinyatakan
bahwa tingkat yang paling tinggi dalam kebutuhan manusia adalah tercapainya
aktualisasi diri. Untuk mencapai aktualisasi diri diperlukan konsep diri yang sehat.
Adapun pengertian dari konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai
yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri
berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya
dengan orang lain. Konsep diri terdiri dari beberapa komponen yaitu gambaran
diri, ideal diri, haraga diri, penampilan peran dan identitas. Tanda dan gejala
seseorang dengan gangguan konsep diri yaitu cenderung kurang percaya diri,
malu memandang dirinya sendiri, menganggap dirinya kurang berharga dan
cenderung menarik diri dari kontak sosial. Bila hal tersebut tidak segera ditangani
akan berdampak yang sangat negatif, seperti malas melakukan aktifitas perawatan
diri, resiko mencederai diri bahkan perilaku bunuh diri.
Melihat dampak yang diakibatkan sangat berbahaya, maka dalam hal ini
dibutuhkan peran perawat baik sebagai pendidik dan pelaksana dalam
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berorientasi pada
kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual. Dalam fungsinya perawat juga berorientasi
sebagai team kesehatan serta mampu menempatkan keluarga klien sebagai
support system dalam mencapai tujuan yang maksimal.
Berdasarkan hal di atas maka kelompok tertarik untuk mengangkat kasus fiktif
yaitu Asuhan Keperawatan pada Tn. T. dengan Gangguan Konsep Diri:
Peran di Ruang 1 RSUP Fatmawati sebagai judul makalah kelompok.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami gangguan konsep diri: peran.
2. Tujuan Khusus
Diharapkam mahasiswa mampu :
a. Memahami konsep dasar psikososial
b. Menjelaskan pengkajian keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuhan
psikososial
c. Menjelaskan diagnosa keperawatan dengan kebutuhan psikososial
d. Menjelaskan perencanaan keperawatan dengan kebutuhan psikososial
e. Menjelaskan intervensi keperawatan dengan kebutuhan psikososial
f. Menjelaskan evaluasi keperawatan dengan kebutuhan psikososial
C. Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Metode Studi Kasus Fiktif
Berdasarkan dari kasus fiktif mengenai gangguan konsep diri: peran pada Tn. T di
ruang melati kamar 1 RSUP Fatmawati dengan post operasi kaki kiri.
2. Metode Kepustakaan
Dalam membahas kasus tersebut, penulis menggunakan studi kepustakaan dari
berbagai literatur yang berkaitan dengan kasus fiktif pada klien dengan gangguan
konsep diri.
D. Sistematika penulisan
Penulisan makalah ini terdiri dari empat bab yang terdiri dari: BAB I
Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Teori yang terdiri dari:
konsep dasar dan asuhan keperawatan. BAB III Tinjauan Kasus yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan, implmentasi serta evaluasi
keperawatan. BAB IV Penutup yang terdiri dari: kesimpulan dan saran.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial yang unik dan menerapkan sistem
terbukaserta saling berintegrasi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan
keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu
untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut sehat.
Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan
keseimbangan diri dan lingkungannya. (Tarwoto, 2003)
Klien masuk kerumah sakit dan dirawat mengalami stres fisik dan mental baik
dari diri sendiri, lingkungan maupun keluarga.
Kebutuhan Maslow dinyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi dalam kebutuhan
manusia adalah tercapainya aktualisasi diri. Untuk mencapai aktualisasi diri
diperlukan konsep diri yang sehat.
Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang
lain. Konsep diri berkembang saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya
dengan orang lain. (Tarwoto, 2003)
2. Komponen Konsep Diri
Komponen-komponen konsep diri menurut (Tarwoto, 2003) terdiri dari:
a. Citra Tubuh ( Body Image )
Adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar,
mencangkup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi
penampilan tubuh saat ini dan masa lalu.
b. Ideal Diri
Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan standar
prilaku.
c. Harga Diri
Adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis, sejauh mana
perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
d. Peran Diri
Adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan
posisinya di masyarakat.
e. Identitas Diri
Adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan
penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu
kesatuan yang utuh.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri menurut (Tarwoto, 2003) adalah
sebagai berikut:
a. Tingkat perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak yaitu dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak
akan mempengaruhi konsep dirinya.
b. Budaya
Pada usia anak-anak dan nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuannya,
kelompoknya dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan
membawa anak lebih dekat pada lingkungannya.
c. Sumber eksternal dan internal
Sumber internal misalnya orang yang humoris koping individunya lebih efektif.
Sumber eksternal misalnya adanya dukungan dari masyarakat dan ekonomi yang
kuat.
d. Pengalaman sukses dan gagal
Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri
demikian sebaliknya.
e. Stresor
Dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan ketakutan. Jika
koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri dan
kecemasan.
f. Usia
Keadaan sakit dan trauma misalnya usia tua, keadaan sakit akan mempengaruhi
persepsi dirinya.
4. Kriteria kepribadian yang sehat
Kriteria-kriteria kepribadian yang sehat menurut (Tarwoto, 2003) adalah sebagai
berikut:
a. Citra tubuh positif dan akurat
Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai
akan kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini dan masa lalu.
b. Ideal dan realitas
Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan hidup yang
dapat dicapai.
c. Konsep diri yang positif menunjukan bahwa individu akan sesuai dalam
hidupnya.
d. Seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan memandang dirinya
sebagai seseorang yang berarti dan bermanfaat.
e. Kepuasan penampilan peran
Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan
orang lain, secara intim dan mendapat kepuasan. Ia dapat mempercayai dan
terbuka pada orang lain dan membina hubungan interdependen.
f. Identitas jelas
Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan dalam
mencapai tujuan.
5. Karakteristik konsep diri rendah
Menurut (Carpenito, 1995 dalam Tarwoto, 2003) adalah:
a. Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu.
b. Tidak mau berkaca
c. Menghindari diskusi tentang topik dirinya
d. Menolak usaha rehabilitasi
e. Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat
f. Mengingkari sssperubahan pada dirinya
g. Peningkatan ketergantungan pada dirinya
h. Tanda dari keresahan seperti marah, keputusasaan dan menangis
i. Menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya
j. Tingkah laku yang merusak seperti penggunaan obat-obatan dan alkohol
k. Menghindari kontak sosial
l. Kurang bertanggung jawab
6. Faktor resiko gangguan konsep diri
Faktor resiko gangguan konsep diri menurut (Tarwoto, 2003) adalah:
a. Gangguan identitas diri
1) Perubahan perkembangan
2) Trauma
3) Jenis kelamin yang tidak sesuai
4) Budaya yang tidak sesuai
b. Gangguan citra tubuh (Body image)
1) Hilangnya bagian tubuh
2) Perubahaan perkembangan
3) Kecacatan
c. Gangguan harga diri
1) Hubungan interpersonal yang tidak hurmonis
2) Kegagalan perkembangan
3) Kegagalan mencapai tujuan hidup
4) Kegagalan dalam mengikuti aturan moral
d. Gangguan peran
1) Kehilangan peran
2) Peran ganda
3) Konflik peran
4) Ketidakmampuan menampilkan peran
7. Stress dan Adaptasi
Menurut (Tarwoto, 2003) stress merupakan bagian dari kehidupan yang
mempunyai efek positif dan negatif yang disebabkan karena perubahan
lingkungan. Sedangkan stresor berasal dari internal, yang artinya sesuatu yang
dapat menyebabkan seseorang mengalami stress. Misalnya perubahan hormon,
sakit maupun eksternal seperti temperatur dan pencernaan.
Perubahan dari suatu keadaan dari respons akibat stresor disebut adaptasi. Respon
yang tidak disadari pada saat tertentu disebut respons koping. Contoh adaptasi
yaitu optimalnya semua fungsi tubuh, pertumbuhan dan perkembangan normal,
normalnya reaksi antara fisik dan emosi, kemampuan mentolelir perubahan
situasi.
8. Fisiologi
Menurut (Tarwoto, 2003) tubuh selalu berinteraksi dan mengalami langsung
dengan lingkungan, baik lingkungan internal seperti pengaturan peredaran darah,
pernafasan eksternal seperti cuaca dan suhu yang kemudian menimbulkan respons
normal atau tidak normal. Keadaan dimana terjadi mekanisme relatif untuk
mempertahankan fungsi normal disebut homeostatis. Homeostatis terbagi 2, yaitu
homeostatis fisiologis misalnya respons adanya peningkatan pernafasaan saat
berolahraga dan homeostatis psikologis misalnya perasaan mencintai dan dicintai,
perasaan aman dan nyaman.
9. Respons Fisiologis Terhadap Stres
Respon fisiologis terhadap stress menurut (Tarwoto, 2003) adalah:
a. Local Adaptation Syndrome (LAS) yaitu respons lokal tubuh terhadap stresor
misalnya kalau kita menginjak paku maka secara refleksi kaki akan diangkat.
b. General Adaptation Syndrome (GAS) yaitu reaksi menyeluruh terhadap stresor
yang ada. Melalui tiga fase yaitu:
1) Fase reaksi peringatan
Ditandai oleh peningkatan akfivitas neuroendokrin yang berupa peningkatan
pembuluh darah, nadi, pernafasaan, metabolisme, glukosa, dan dilatasi pupil.
2) Fase resisten
Fungsi kembali normal, adanya LAS, adanya koping dan mekanisme pertahanan.
3) Fase kelelahan
Ditandai dengan adanya vasodilatasi, penurunan tekanan daraah, panik, kritis.
10. Respons Psikologis Terhadap Stress
Menurut (Tarwoto, 2003) respons psikologis terhadap stres dapat berupa depresi,
marah dan kecemasan. Kecemasan adalah respons emosional terhadap penilaian,
misalnya cemas mengikuti ujian karena khawatir nilainya jelek. Tingkat
kecemasan ada 4, yaitu:
a. Cemas ringan
Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa sehari -hari. Individu terdorong
untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respon ini
seperti sesekali bernafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada
lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi
pada masalah, duduk tidak tenang.
b. Cemas sedang
Tingkat ini persepsi masalah menurun. Individu lebih memfokuskan terhadap hal-
hal yang penting. Respon cemas seperti sering bernafas pendek, nadi dan tekanan
darah naik, mulut kering, anoreksia, gelisahm rangsangan luar tidak mampu
diterima. Susah tidur dan perasaan tidak enak.
c. Cemas berat
Tingkat ini lahan persepsi sangat sempit. Cenderung hanya memikirkan hal yang
kecil saja mengabaikan hal lain. Tidak mampu berfikir berat dan harus lebih
banyak pengarahan/tuntutan. Respon ini seperti napas pendek, nadi dan tekanan
darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan,
lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, bloking,
perasaan ancaman meningkat.
d. Panik
Tahap ini persepsi telah menggangu sehingga individu tidak dapat mengendalikan
diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa, walau sudah diberikan pengarahan.
Respons panik seperti napas pendek, rasa tercekik, palpitasi, sakit dada, pucat,
hipotensi, lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berfikir logis, mengamuk,
marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali dan persepsi kacau.
11. Faktor-Faktor yang Dapat Menimbulkan Stress
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stress menurut (Tarwoto, 2003) adalah:
a. Lingkungan yang asing
b. Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan
bantuan orang lain
c. Berpisah dengan pasangan dan keluarga
d. Masalah biaya
e. Kurang informasi
f. Ancaman akan penyakit yang lebih parah
g. Masalah pengobatan
12. Kehilangan Dan Berduka
Menurut (Tarwoto, 2003) kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah
dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada. Sedangkan berduka
adalah respons emosi yang di ekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak napas, susah tidur
dan lainnya. Dalam menghadapi kehilangan, individu dipengaruhi oleh:
a. Bagaimana persepsi individu terhadap kehilangan
b. Tahap perkembangan
c. Kekuatan/koping mekanisme
d. Support system
Menurut (Tarwoto, 2003) fase-fase dari reaksi berduka adalah sebagai berikut:
a. Fase pengingkaran (denial)
Perasaan tidak percaya, syok, biasanya ditandai dengan menangis, gelisah, lemah,
letih dan pucat.
b. Fase marah (anger)
Perasaan ini dapat diproyeksikan pada orang atau benda yang ditandai dengan
muka merah, suara keras, tangan mengepal, nadi cepat, gelisah dan prilaku
agresif.
c. Fase tawar-menawar (bargaining)
Individu menunjukan sikao menarik diri, tidak mau bicara, putus asa. Perilaku
yang muncul seperti menolak makan, susah tidur, dan dorongan libido menurun.
d. Fase menerima (acceptance)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang berpusat
pada objek kehilangan mulai berkurang.
B. Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan psikososial menurut Tarwoto,
2003 adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan psikososial adalah:
a. Status emosional
1) Apakah emosi sesuai perilaku?
2) Apakah klien dapat mengendalikan emosi?
3) Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasanya?
4) Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?
5) Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
b. Konsep diri
1) Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
2) Bagaimana orang lain menilai diri klien?
3) Apakan klien suka akan dirinya?
c. Cara komunikasi
1) Apakah klien mudah merespon?
2) Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
3) Bagaimana perilaku non verbal klien dalam berkomunikasi?
4) Apakah klien menolak untuk memberi respons?
d. Pola interaksi
1) Kepada siapa klien mau berinterkasi?
2) Siapa yang paling penting atau berpengaruh bagi klien?
3) Bagaimana sifat asli klien: mendominasi atau positif?
e. Pendidikan dan pekerjaan
1) Pendidikan terakhir
2) Keterampilan yang mampu dilakukan
3) Pekerjaan klien
4) Status keuangan
f. Hubungan sosial
1) Teman dekat klien
2) Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
3) Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
g. Faktor kultur sosial
1) Apakah agama dan kebudayaan klien?
2) Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
3) Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang lain?
h. Pola hidup
1) Dimana tempat tinggal klien?
2) Bagaimana tempat tinggal klien?
3) Dengan siapa klien tinggal?
4) Apa yang klien lakukan untuk meyenangkan diri?
i. Keluarga
1) Apakah klien sudah menikah?
2) Apakah klien sudah mempunyai anak?
3) Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
4) Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
5) Bagaimana tingkat kecemasaan klien?
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah sebagai
berikut:
a. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.
b. Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh.
c. Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan.
d. Gangguan konsep diri: Identitas Diri b.d kesehatan.
3. Intervensi
Intervensi pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah:
a. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.
Tujuan: Klien menunjukkan harga diri yang positif.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan
dengan singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab gangguan harga diri rendah.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
b. Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh.
Tujuan: Gambaran diri klien positif.

Kriteria Hasil:
1) Klien menyukai anggota tubuhnya.
2) Klien tidak merasa malu.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi: .
1) Binalah hubungan saling percaya.
2) Kajilah penyebab gangguan body image.
3) Kajilah kemampuan yang dimiliki klien.
4) Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.
5) Berikan dukungan yang positif dan dukungan emosi.
6) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
c. Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan.
Tujuan: Klien dapat melakukan perannya.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan
dengan singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab perubahan peran.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
d. Gangguan konsep diri: Identitas Diri b.d kesehatan.
Tujuan: Klien dapat menidentifikasi identitasnya yang positif.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan
dengan singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab gangguan identitas diri klien.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
4. Implementasi
Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan intervensi/rencana yang telah
dibuat dan sesuai dengan kondisi klien.
5. Evaluasi
a. Klien menunjukkan harga diri yang positif.
b. Gambaran diri klien positif.

BAB III

TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN
Initial : Tn. T
Umur : 26 Th
Alamat : JL. Cipete, No: 17, RT: 21, RW: 13, Jakarta Selatan
Agama : Islam
Informan : Keluarga dan klien
B. ALASAN MASUK RS
Tn. T masuk Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati pada tanggal 13 Desember
2011 karena kecelakaan sepeda motor.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital : TD : 130/80 mmHg,
N : 82x/mnt,
S : 36,6 C,
RR : 19x/mnt
2. Ukur : TB : 165 cm, BB : 50 kg
3. Keluhan fisik : ( ) ya
Jelaskan
DS: Klien mengatakan : nyeri di sekitar luka bekas operasi amputasi di kaki kiri,
dengan skala nyeri 8, dengan karakteristik seperti tertusuk-tusuk, dengan
intensitas terus-menerus selama 5 menit, nyerinya timbul saat merubah posisi
dan berkurang jika relaksasi napas dalam dan distraksi.
DO : Klien terlihat meringis dan memegangi daerah dekat luka post op.
D. PSIKOSOSIAL
1. Konsep Diri
a. Gambaran diri
DS: Klien mengatakan kaki kirinya sudah tidak ada, badannya kurus, rambutnya lurus
hitam, dan kulitnya hitam.
DO: Klien terlihat melamun, kaki kirinya diamputasi, kurus dan klien tampak malu
dengan kondisinya saat ini.
b. Identitas Diri
DS: Klien mengatakan dirinya seorang laki-laki dan klien mengatakan namanya Tn. T,
umur 26 th, dan beragama islam.
DO: Klien tampak mampu menyebutkan nama, jenis kelamin, umur dan agama dengan
benar dan Klien adalah seorang laki-laki.
c. Peran
DS: Klien mengatakan: Cemas karena klien tidak mampu melaksanakan perannya
sebagai ayah dari tujuh orang anak yang masih kecil-kecil dalam mencari nafkah.
DO: Klien terlihat sering termenung melihat kakinya saat ini dan saat keluarga datang
berkunjung, klien tampak lebih banyak diam.
d. Ideal diri
DS: Klien mengatakan sangat berharap dapat melakukan aktivitas seperti dulu lagi.
DO: Klien terlihat lebih banyak diam dan raut wajahnya tampak muram.
e. Harga diri
DS : Klien mengatakan : Malu, memikirkan kakinya yang sudah tidak ada dan merasa
dirinya sudah tidak berarti lagi, takut ditinggalkan oleh istri dan anak-anaknya,
khawatir bagaimana dengan pekerjaannya nanti karena klien adalah tukang ojek
yang harus menghidupi keluarganya.
DO : Klien terlihat malu, sering menunduk dan terlihat lebih banyak diam saat
keluarganya datang dan ketika perawat akan melakukan perawatan luka.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah.
2. Hubungan Sosial :
a. Orang yang Berarti
DS : Klien mengatakan istri dan anaknya adalah orang yang berarti baginya juga
keluarga adalah hal yang terpenting dalam kehidupannya.
DO : Klien terlihat sedih saat mengatakan hal mengenai keluarganya, saat berbicara
nada suara klien bergetar dan mata klien terlihat mengeluarkan air mata.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat :
DS : Keluarga klien mengatakan sebelum sakit klien bekerja sebagai tukang ojek dan
aktif dalam kegiatan masyarakat.
DO : Klien terlihat sering dikunjungi oleh rekan-rekan organisasinya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
DS : Klien mengatakan malu bertemu dengan orang lain.
DO : Klien terlihat diam jika ada orang lain menjenguk dan tampak jarang berbincang-
bincang dengan pasien lain.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial.
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
DS : Klien mengatakan seorang muslim dan mengatakan sejak dirawat di rumah sakit
jarang melakukan ibadah sholat.
DO : Klien terlihat tidak melakukan shalat 5 waktu.
b. Kegiatan Ibadah :
DS : Klien mengatakan malas untuk beribadah pada waktu sakit karena merasa
frustasi.
DO : Klien terlihat tidak melaksanakan sholat sebagai seorang muslim dan terlihat tidak
pernah berdoa.
Masalah keperawatan : Distress spiritual.
4. Sistem pendukung :
YA TIDAK YA TIDAK
Keluarga () ( ) Teman sejawat () ( )
Profesional ( ) ( ) Kelompok sosial () ( )
DS : Klien mengatakan keluarga, perawat, teman dan tetangganya selalu memberi
motivasi untuknya.
DO : Klien terlihat sangat semangat setelah mendapat dukungan oleh semua pihak
Masalah keperawatan : Tidak ada
5. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif
( ) Bicara dengan orang lain ( - ) Minum alcohol
( - ) Mampu menyelesaikan masalah ( - ) Reaksi lambat/berlebih
( ) Teknik relaksasi ( - ) Bekerja berlebihan
( - ) Aktifitas konstruksi ( ) Menghindar
( - ) Lain-lain ( - ) Mencederai diri
Masalah keperawatan : Tidak ada
E. ASPEK MEDIK
Diagnosa medik : Post operasi amputasi kaki kiri
Terapi Medik : Analgetik

Jakarta, Desember 2011

Kelompok 1
DATA FOKUS

Nama / Umur : Tn.T / 26 thn


Ruang / Kamar : Melati / I

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


Klien mengatakan nyeri disekitar luka Klien terlihat meringis dan memegangi
bekas operasi amputasi di kaki kiri, daerah dekat luka post op.
dengan skala nyeri 8, dengan
karakteristik seperti tertusuk-tusuk, Klien terlihat melamun, kaki kirinya
dengan intensitas terus-menerus selama diamputasi, kurus dan klien tampak
5 menit, nyerinya timbul saat merubah malu dengan kondisinya saat ini.
posisi dan berkurang jika relaksasi
napas dalam dan distraksi. Klien terlihat lebih banyak diam dan
raut wajahnya tampak muram.
Klien mengatakan kaki kirinya sudah
tidak ada, badannya kurus, rambutnya Klien terlihat malu, sering menunduk
lurus hitam, dan kulitnya hitam. dan terlihat lebih banyak diam saat
keluarganya datang dan ketika perawat
Klien mengatakan dirinya seorang laki- akan melakukan perawatan luka.
laki dan klien mengatakan namanya Tn.
T, umur 26 th, dan beragama islam. Klien terlihat sedih saat mengatakan
hal mengenai keluarganya, saat
Klien mengatakan : Cemas karena klien berbicara nada suara klien bergetar dan
tidak mampu melaksanakan perannya mata klien terlihat mengeluarkan air
sebagai ayah dari tujuh orang anak yang mata.
masih kecil-kecil dalam mencari
nafkah. Klien terlihat diam jika ada orang lain
menjenguk dan tampak jarang
Klien mengatakan sangat berharap berbincang-bincang dengan pasien lain.
dapat melakukan aktivitas seperti dulu
lagi. Klien terlihat tidak melakukan shalat 5
waktu.
Klien mengatakan : Malu, memikirkan Klien terlihat tidak melaksanakan
kakinya yang sudah tidak ada dan sholat sebagai seorang muslim dan
merasa dirinya sudah tidak berarti lagi, terlihat tidak pernah berdoa.
takut ditinggalkan oleh istri dan anak-
anaknya, khawatir bagaimana dengan Klien terlihat sangat semangat setelah
pekerjaannya nanti karena klien adalah mendapat dukungan oleh semua pihak
tukang ojek yang harus menghidupi
keluarganya.

Klien mengatakan istri dan anaknya


adalah orang yang berarti baginya juga
keluarga adalah hal yang terpenting
dalam kehidupannya.

Keluarga klien mengatakan sebelum


sakit klien bekrja sebagai tukang ojek
dan aktif dalam kegiatan masyarakat.

Klien mengatakan malu bertemu


dengan orang lain.

Klien mengatakan seorang muslim dan


mengatakan sejak dirawat di rumah
sakit jarang melakukan ibadah sholat.

Klien mengatakan malas untuk


beribadah pada waktu sakit karena
merasa frustasi.

ANALISA DATA

Nama / Umur : Tn.T / 26 thn


Ruang / Kamar : Melati / 1

NO DATA ETIOLOGI MASALAH PARAF


1 DS: Luka post Nyeri Kelompok
operasi I
Klien mengatakan nyeri disekitar luka
amputasi kaki
bekas operasi amputasi di kaki kiri, kiri
dengan skala nyeri 8, dengan
karakteristik seperti tertusuk-tusuk,
dengan intensitas terus-menerus
selama 5 menit, nyerinya timbul saat
merubah posisi dan berkurang jika
relaksasi napas dalam dan distraksi.

DO:
Klien terlihat meringis dan memegangi
daerah dekat luka post op.
Tanda vital: TD : 130/80 mmHg, N :
82x/mnt, S : 36,6 C, RR : 19x/mnt
Diagnosa medik : Post operasi
amputasi kaki kiri
Terapi medik : analgetik.
2 DS: Nyeri di sekitar Gangguan Kelompok
Klien mengatakan : kaki kiri kebutuhan I
istirahat & tidur
Badannya terasa lemas
Sudah 2 hari tidak dapat tidur karena
memikirkan luka post operasi pada
kakiu kirinya
DO:
Klien terlihat:
wajahnya pucat
Mata klien terlihat cekung dan
terdapat lingkaran hitam pada kelopak
mata bagian bawah.
Klien kadang terlihat menguap.
Klien tampak lemas.
3 DS: Intake yang Resiko Kelompok
Klien mengatakan :
tidak adekuat : gangguan I
Tidak nafsu makan
anoreksia pemenuhan
Badannya terasa lemas
kebutuhan
nutrisi : kurang
DO:
dari kebutuhan
Klien terlihat hanya makan dari
tubuh
porsi yang disediakan di rumah sakit.
Klien tampak lemas.
Tanda-tanda vital : TD = 130/80
MmHg, Nadi = 82x/mnt, RR =
19x/mnt, S = 36,6C
TB : 165 cm, BB : 50 kg
Konjungtiva tampak anemis.
4 DS: Perubahan Gangguan Kelompok
Klien mengatakan :
status konsep diri: I
malu dan sedih dengan kondisinya
kesehatan: post Peran
saat ini.
op amputasi
malu bertemu dengan orang lain
kaki kiri
dirinya sudah tidak berarti lagi
cemas, dan siapa yang akan mengurus
anak dan istrinya kalau tidak sembuh
penyakitnya dan beraktifitas seperti
keadaan normal.
cemas memikirkan penyakitnya
malas untuk beribadah pada waktu
sakit karena merasa frustasi.
terdapat benjolan di kaki sebelah kiri.

DO:
Klien tampak malu dengan kondisinya
saat ini.
Klien terlihat melamun.
Klien terlihat sedih karena tidak bisa
beraktifitas seperti dulu.
Klien terlihat raut wajahnya tampak
muram.
Klien terlihat tidak bersemangat
Klien terlihat malu bertemu dengan
orang lain.
Klien terlihat diam.
Klien terlihat sedih saat mengatakan
hal mengenai keluarganya.
Saat berbicara nada suara klien
bergetar dan mata klien terlihat
mengeluarkan air mata.
Terdapat benjolan pada kaki sebelah
kiri.
Postur tubuh klien tinggi, kurus.

DIAGNOSA

Nama / Umur : Tn. T / 26 thn


Ruang / Kamar : Melati / I

MASALAH DIAGNOSA TANGGAL NAMA


NO
Keperawatan Ditemukan Teratasi Jelas
1 Gangguan rasa nyaman : 13 Desember 2011 15 Desember 2011 Kelompok I
nyeri b.d pertumbuhan
jaringan abnormal di kaki
2 kiri.

3 Gangguan istirahat dan tidur 13 Desember 2011 15 Desember 2011 Kelompok I


b.d nyeri disekitar kaki kiri.

Resiko gangguan pemenuhan 13 Desember 2011 15 Desember 2011


4 kebutuhan nutrisi : kurang Kelompok I
dari kebutuhan tubuh b.d
intake yang tidak adekuat :
anoreksia.

Gangguan konsep diri : peran,


harga diri rendah, body image
13 Desember 2011 15 Desember 2011
b.d post operasi amputasi kaki
kiri. Kelompok I

INTERVENSI

Nama / Umur : Tn. T / 26 thn


Ruang / Kamar : Melati / I
Meliputi tindakan keperawatan independen dan interpenden

NO
Tanggal Data Rencana tindakan Rasional Paraf
Dx
13 Des 1 Tujuan : 1. Kaji keluhan nyeri 1. Membantu dalam Kelompok I
Nyeri klien
2011 klien perhatikan mengidentifikasi rasa
berkurang setelah
intensitas skala ketidak nyamanan :
dilakukan tindakan
nyeri (1-10). nyeri.
intervensi dalam 2. Berikan tindakan
2. Meningkatkan
waktu 3 x 24 jam. kenyamanan dasar
KH : relaksasi dan
dan aktivitas
- Nyeri klien
meningkatkan rasa
hiburan.
berkurang
3. Anjurkan klien nyaman klien.
- Klien merasa lebih
untuk relaksasi tarik
nyaman
- Klien tidak terlihat nafas dalam dan
3. Mengalihkan perhatian
kesakitan hembuskan perlahan
klien dan mengurangi
- Klien menjadi lebih
serta distraksi
rasa nyeri.
rileks
terhadap nyeri.
- TTV : TD =
4. Atur posisi yang 4. Meningkatkan
130/80mmHg, Nadi
nyaman yang dapat kenyamanan klien dan
= 82x/mnt, RR =
mengurangi nyeri. mengurangi
18x/mnt, S = 36,6 5. Kaji TTV meliputi peningkatan rasa nyeri.
5. Peningkatan frekuensi
C TD, Nadi, RR dan
nadi indikasi adanya
suhu.
6. Kolaborasi dengan nyeri.
6. Mengurangi rasa nyeri.
dokter : pemberian
obat analgetik
sesuai program.
13 Des 2 Tujuan : 1. Lakukan kajian 1. Memberikan informasi Kelompok I
Kebutuhan istirahat
2011 gangguan masalah dasar dalam
dan tidur klien
tidur, karakteristik, menentukan rencana
kembali terpenuhi
dan penyebab keperawatan.
setelah dilakukan
kurang tidur klien.
2. Meningkatkan
intervensi dalam 2. Lakukan mandi air
relaksasi otot untuk
waktu 3 x 24 jam. hangat sebelum
KH : beristirahat.
tidur.
- Badan klien 3. Pemenuhan kebutuhan
3. Anjurkan makan
menjadi segar nutrisi yang cukup
yang cukup satu jam
- Klien dapat tidur 6
untuk meningkatkan
sebelum tidur.
8 jam setiap
kualitas istirahat.
malam 4. Berikan susu hangat4. Meningkatkan
- Klien menjadi
sebelum tidur. kelelapan tidur.
rileks dan lebih 5. Jaga ketenangan
5. Lingkungan yang tidak
nyaman lingkungan klien.
- Mata klien tidak tenang dapat
terdapat lingkaran mengganggu
6. Kolaborasi dengan
hitam bawah di kebutuhan istirahat.
dokter : pemberian
6. Meningkatkan
bawah mata
obat tidur, seperti
- Wajah klien telihat kebutuhan istirahat dan
diazepam.
tidak pucat tidur.
- Klien tidak
menguap.
- Klien tidak tampak
lemas.
13 Des 3 Tujuan : 1. Pantau intake 1. Mengidentifikasi Kelompok I
Nutrisi klien
2011 makanan setiap hari. defisiensi nutrisi.
kembali terpenuhi 2. Dorong pasien
dalam waktu 3 x 24 untuk makan diet 2. Membantu dalam
jam. tinggi kalori kaya identifikasi malnutrisi
KH :
nutrient, dengan protein-kalori.
- Nafsu makan klien
masukan cairan
bertambah
- Klien adekuat.
3. Anjurkan untuk
menghabiskan 1 3. Mempercepat
banyak
porsi makanan yang perbaikan jaringan
mengonsumsi
diberikan rumah yang rusak dan
makanan yang
sakit memperlancar
- Badan klien tidak tinggi protein dan
pencernaan.
lemas kaya serat.
- Konjungtiva emis 4. Ciptakan suasana 4. Membuat waktu
- TTV : TD =
makan yang makan lebih
130/80mmHg, Nadi
menyenangkan. menyenangkan, yang
= 60 80x/mnt, RR
dapat meningkatkan
= 18x/mnt, S = 36,6
intake yang adekuat.
C 5. Dorong komunikasi5. Mengidentifikasi yang
- TB: 165 cm, BB: 55 terbuka mengenai menyebabkan tidak
kg masalah anoreksia. nafsu makan.
6. Timbang berat
badan klien setiap
6. Mengetahui status gizi
hari.
dan kebutuhan nutrisi
7. Tawarkan makanan
klien.
yang disukai klien
7. Meningkatkan nafsu
selama tidak
makan klien.
bertentangan
dengan diet klien.
8. Hidangkan
makanan selagi 8. Meningkatkan nafsu
hangat. makan klien.
9. Kaji TTV meliputi:
9. Membantu mengkaji
TD, Nadi, suhu, RR.
10. Kolaborasi dengan keadaan klien.
tim gizi
10. Mengidentifikasi
kebutuhan diet klien.
13 Des 4 Tujuan : 1. Bina hubungan 1. Dasar Kelompok I
Harga diri klien
2011 saling percaya dan mengembangkan
meningkat setelah
menjelaskan semua tindakan keperawatan.
dilakukan tindakan
prosedur dan tujuan
intervensi selama 3
dengan singkat dan
x 24 jam. 2. Merencanakan
jelas.
KH :
2. Kaji penyebab intervensi lebih lanjut.
- Klien tidak merasa
gangguan harga diri
malu lagi jika 3. Motivasi dapat
rendah, body image,
bertemu dengan meningkatkan
peran.
orang lain kepercayaan diri.
3. Berikan motivasi
- Klien mau
kepada klien dengan
menerima keadaan
4. Penerimaan oleh orang
melibatkan orang
dirinya sekarang
lain meningkatkan
- Klien dapat terdekat.
4. Sampaikan hal-hal perasaan makna diri
berinteraksi dengan
5. Jalan untuk
positif sesuai realita
baik pada perawat
mendekatkan diri
- Klien dapat
5. Gunakan sentuhan
melaksanakan 6. Support sistem dapat
tangan jika perlu
hubungan sosial 6. Libatkan keluarga memotivasi dalam
secara bertahap dan orang terdekat peningkatan harga diri
- Kepercayaan diri
untuk memberikan klien
klien meningkat
support.
- Klien dapat
7. Berikan
7. Meningkatkan
melakukan
reinforcement yang
kepercayaan diri.
perannya sebagai
positif
ibu rumah tangga
- Percaya diri klien
meningkat

IMPLEMENTASI

Nama / Umur : Tn. T / 26


Kamar / Ruang : Melati / 1
Hari /
NO NAMA
Tanggal CATATAN
Dx JELAS
Pukul
Selasa / 1 dan 3 - Mengkaji TTV
R = TTV Klien K
13
TD : 130/80mmHg E
Desember RR : 18x/mnt L
N : 82x/mnt O
2011
S : 36,6 C M
08.00 1 - Mengkaji keluhan nyeri klien dengan intensitas nyeri P
O
(1-10).
K
R = Klien mengatakan nyerinya dengan skala 8.
1
- Memberikan analgetik sesuai dengan anjuran dokter.
I
R = Klien mengatakan nyeri sudah agak berkurang
08.15 setelah diberi obat analgetik.
3 - Mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori
kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
09.00
R = Klien mengatakan menghabiskan satu porsi
4 makanan dari rumah sakit.
- Membina hubungan saling percaya dan menjelaskan
09.30
semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas.
R = Klien mengerti dan percaya pada perawat serta
meminta perawat untuk memberikan dukungan
10.15 2
mental.
- Memberikan susu hangat sebelum tidur.
R = Klien mengatakan mengantuk setelah minum
3
susu.
- Mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori
13.00
kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
1
R = Klien mengatakan menghabiskan satu porsi
15.30 makanan dari rumah sakit.
1 - Memberikan tindakan kenyamanan dasar dan
aktivitas hiburan.
R = Klien mengatakan sedikit agak rileks.
18.20 3
- Mengatur posisi klien yang nyaman yang dapat
mengurangi nyeri.
19.00 4 R = Klien mengatakan nyerinya agak berkurang.
- Mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori
kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
19.25
R = Klien mengatakan selera makannya membaik.
- Membina hubungan saling percaya dan menjelaskan
2
21.00 semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas.
R = Klien mengatakan kekhawatirannya dengan
kondisinya sekarang.
1 dan 3 K
- Memberikan susu hangat sebelum tidur.
E
R = Klien mengatakan ingin tidur setelah minum
22.05 L
susu. O
M
- Mengkaji TTV P
1 R = TTV klien O
Rabu / 14
TD : 125/80mmHg K
Desember RR : 18x/mnt
3 N : 82x/mnt I
2011
S : 37,1 C
07.00 - Menganjurkan klien untuk relaksasi tarik nafas
dalam dan hembuskan perlahan.
4
R = Klien lebih rileks dan lebih lega.
07.30
- Mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori
kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
08.40 1 R = Klien mengatakan lahap mengonsumsi makanan
yang disediakan.
- Memberikan motivasi kepada klien dengan
09.30 2 melibatkan orang terdekat.
R = Klien mengatakan terima kasih dan lebih
bersemangat.
1
- Mengatur posisi klien yang nyaman yang dapat
10.30
mengurangi nyeri.
R = Klien mengatakan nyerinya semakin berkurang.
1 - Memandikan klien dengan air hangat sebelum tidur.
13.10 R = Klien mengatakan lebih segar.
3 - Menganjurkan klien untuk relaksasi tarik nafas
dalam dan hembuskan perlahan.
15.30
R = Klien mengatakan lebih rileks setelah
1
menghembuskan nafas perlahan-lahan.
- Memberikan reinforcement yang positif.
15.45 R = Klien mengatakan lebih percaya diri.
1 - Menciptakan suasana makan yang menyenangkan.
16.00 R = Klien mengatakan merasa sangat nyaman dan
senang untuk makan.
- Mengkaji keluhan nyeri klien dengan intensitas nyeri
18.30 3
(1-10).
R = Klien mengatakan nyerinya berkurang dengan
4
skala 5.
18.45 - Menganjurkan klien untuk relaksasi tarik nafas
dalam dan hembuskan perlahan.
R = Klien mengatakan lebih rileks dan lebih nyaman.
2
- Menciptakan suasana makan yang menyenangkan.
19.30
R = Klien mengatakan merasa sangat nyaman dan
senang untuk makan.
20.30 1 - Memberikan motivasi kepada klien dengan K
E
melibatkan orang terdekat.
L
R = Klien mengatakan terima kasih dan keluarga
O
21.40 klien mengatakan akan mengikuti saran perawat. M
- Memberikan susu hangat sebelum tidur. P
1 R = Klien mengatakan mengantuk setelah minum O
K
susu.
Kamis /
I
- Mengkaji TTV
15 1
R = TTV klien
Desember TD : 120/80mmHg
RR : 19x/mnt
2011 3
N : 83x/mnt
08.00 S : 37,2 C
- Mengkaji keluhan nyeri klien dengan intensitas nyeri
08.25
4 (1-10).
R = Klien mengatakan nyerinya berkurang dengan
skala 3.
09.15 - Memberikan analgetik sesuai dengan anjuran dokter.
R = Klien mengatakan nyeri sudah agak berkurang.
- Mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori
2
10.15
kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
R = Klien mengatakan menghabiskan satu porsi
3
makanan dari rumah sakit.
11.00 - Membina hubungan saling percaya dan menjelaskan
semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas.
1 R = Klien mengerti dan percaya pada perawat serta
meminta perawat untuk memberikan dukungan
1 mental.
13.15
- Memberikan susu hangat sebelum tidur.
R = Klien mengatakan mengantuk setelah minum
3
16.00 susu.
- Mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori
4 kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
R = Klien mengatakan menghabiskan satu porsi
17.00
makanan dari rumah sakit.
- Memberikan tindakan kenyamanan dasar dan
17.30
aktivitas hiburan.
2
R = Klien mengatakan sedikit agak rileks.
- Mengatur posisi klien yang nyaman yang dapat
19.00
mengurangi nyeri.
R = Klien mengatakan nyerinya agak berkurang.
20.00 - Mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori
kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
R = Klien mengatakan selera makannya membaik.
- Membina hubungan saling percaya dan menjelaskan
22.00 semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas.
R = Klien mengatakan kekhawatirannya dengan
kondisinya sekarang.
- Memberikan susu hangat sebelum tidur.
R = Klien mengatakan ingin tidur setelah minum
susu.

EVALUASI

Nama / Umur : Tn. T / 26 Tahun


Kamar / Ruang : Melati / 1

Hari / Tanggal / No.


CATATAN Paraf/Nama
Pukul Dx
Selasa / 13 1 :Klien mengatakan rasa nyeri Kelompok I
Desember 2011 sedikit berkurang.
09.00 O :Klien terlihat sedikit nyaman da
rileks.
A :Masalah teratasi sebagian.
:Lanjutkan intervens
Kaji TTV dan keluhan nyeri klien
perhatikan intensitas skala nyeri (1-10),
berikan tindakan kenyamanan dasar dan
aktivitas hiburan, anjurkan klien untuk
relaksasi tarik nafas dalam dan
hembuskan perlahan serta distraksi
terhadap nyeri, atur posisi yang nyaman,
kolaborasi dengan dokter : pemberian
Selasa / 13 2 obat analgetik sesuai program. Kelompok I
Desember 2011
:Klien mengatakan tidak bisa tidur
16.30
dengan nyenyak.
:Klien terlihat lebih nyaman namun
tidak dapat tidur.
:Masalah teratasi sebagian.
:Lanjutkan intervensi
Lakukan mandi air hangat sebelum
tidur, berikan susu hangat sebelum
tidur, dan jaga ketenangan
lingkungan klien.

Selasa / 13 :Klien mengatakan nafsu

Desember 2011 makannya bertambah. Kelompok I


11.00 :Klien terlihat menghabiskan satu
porsi makanan.
:Masalah teratasi sebagian.
:Lanjutkan intervensi
Kaji TTV klien, ciptakan suasana
makan yang menyenangkan, pantau
intake makanan setiap hari, dorong
pasien untuk makan diet tinggi
kalori kaya nutrient, dengan
masukan cairan adekuat, dan
mendorong komunikasi terbuka
mengenai masalah anoreksia.
4
:Klien mengatakan lebih percaya
Selasa / 13 diri dengan kondisi tubuhnya saat
Desember 2011 ini. Kelompok I
16.00 :Klien terlihat termotivasi.
:Masalah teratasi sebagian.
:Lanjutkan intervensi
Motivasi kepada klien dengan
melibatkan orang terdekat.

EVALUASI

Nama / Umur : Tn. T / 26 Tahun


Kamar / Ruang : Melati / 1

Hari / Tanggal / No.


CATATAN Paraf/Nama
Pukul Dx
Rabu / 14 1 :Klien mengatakan rasa nyeri berkurang Kelompok I
Desember 2011 dengan skala 6.
07.00 :Klien terlihat lebih nyaman dan rileks.
: Masalah teratasi sebagian.
: Lanjutkan intervensi
Kaji TTV dan keluhan nyeri klien
perhatikan intensitas skala nyeri (1-10),
berikan tindakan kenyamanan dasar dan
aktivitas hiburan, anjurkan klien untuk
relaksasi tarik nafas dalam dan
hembuskan perlahan serta distraksi
terhadap nyeri, atur posisi yang nyaman,
kolaborasi dengan dokter : pemberian
obat analgetik sesuai program.

:Klien mengatakan bisa tidur dengan


nyenyak.
:Klien terlihat lebih nyaman dan lebih
2 lelap. Kelompok I
:Masalah teratasi sebagian.
:Lanjutkan intervensi
Rabu / 14 Lakukan mandi air hangat sebelum
Desember 2011 tidur, berikan susu hangat sebelum
08.30 tidur, dan jaga ketenangan
lingkungan klien.

:Klien mengatakan nafsu


makannya bertambah.
:Klien terlihat menghabiskan 1
3 porsi makanan dari rumah sakit Kelompok I
:Masalah teratasi.
:Pertahankan intervensi
Rabu / 14 Kaji TTV klien, ciptakan suasana
Desember 2011 makan yang menyenangkan, pantau
15.00 intake makanan setiap hari, dorong
pasien untuk makan diet tinggi
kalori kaya nutrient, dengan
masukan cairan adekuat, dan
mendorong komunikasi terbuka
mengenai masalah anoreksia.

:Klien mengatakan lebih percaya


diri dengan kondisi tubuhnya saat
ini.
4 :Klien terlihat sangat termotivasi. Kelompok I
:Masalah teratasi sebagian.
:Lanjutkan intervensi
Motivasi kepada klien dengan
melibatkan orang terdekat.

Rabu / 14
Desember 2011
20.00

EVALUASI

Nama / Umur : Tn. T / 26 Tahun


Kamar / Ruang : Melati / 1

Hari / Tanggal / No.


CATATAN Paraf/Nama
Pukul Dx
Kamis / 15 1 :Klien mengatakan tidak Kelompok I
Desember 2011 merasakan nyeri lagi.
08.00 :Klien terlihat sangat nyaman dan
rileks.
:Masalah teratasi.
:Pertahankan intervensi
Kaji TTV dan keluhan nyeri klien
perhatikan intensitas skala nyeri (1
10), berikan tindakan kenyamanan
dasar dan aktivitas hiburan, anjurkan
klien untuk relaksasi tarik
nafas dalam dan hembuskan
perlahan serta distraksi terhadap
nyeri, atur posisi yang nyaman,
kolaborasi dengan dokter :
pemberian obat analgetik sesuai
program.

Kamis / 15 2 :Klien mengatakan bisa tidur dengan


Desember 2011 lelap.
09.00 :Klien terlihat lebih nyaman dan lebih
lelap.
: Masalah teratasi. Kelompok I
: Pertahankan intervensi
Lakukan mandi air hangat sebelum tidur,
berikan susu hangat sebelum tidur, dan
jaga ketenangan lingkungan klien.

:Klien mengatakan nafsu


Kamis / 15 makannya bertambah.
Desember 2011 3 :Klien terlihat menghabiskan 1
13.00 porsi makanan dari rumah sakit.
:Masalah teratasi. Kelompok I
:Pertahankan intervensi dx
Kaji TTV klien, ciptakan suasana
makan yang menyenangkan, pantau
intake makanan setiap hari, dorong
pasien untuk makan diet tinggi kalori
kaya nutrient, dengan masukan
cairan adekuat, dan mendorong
komunikasi terbuka mengenai
masalah anoreksia.

:Klien mengatakan percaya diri dengan


Kamis / 15 kondisi tubuhnya saat ini.
Desember 2011 4 :Klien terlihat sangat termotivasi.
16.00 :Masalah teratasi.
:Pertahankan intervensi
Motivasi kepada klien dengan
melibatkan orang terdekat.
Kelompok I

BAB III
PENUTUP

Setelah kami melaporkan kasus fiktif dan membahas Asuhan Keperawatan


Gangguan Kebutuhan Psikososial dan kebutuhan lain pada umumnya, kami
penulis dapat menarik kesimpulan dan saran.
A. Kesimpulan
Tahap pertama yang kami lakukan adalah melaksanakan pengkajian dengan
mencari dan mengkaji data subjektif yang dapat kita peroleh dari klien maupun
keluarga klien dan data objektif yang dapat kita lihat dari pemeriksaan-
pemeriksaan yang dilakukan. Di dalam pengkajian penulis melakukan beberapa
tahap diantaranya adalah tahap penjajakan yang terdiri dari pengumpulan data,
menentukan masalah kesehatan dan juga menentukan dalam memprioritaskan
diagnosa keperawatan.
Tahap kedua, setelah melakukan pengkajian, maka penulis menganalisa data
tersebut dalam menemukan masalah kesehatan dan masalah keperawatan. Adapun
masalah keperawatan yang ditemukan pada Tn. T, adalah : Resiko gangguan rasa
nyaman : nyeri b.d pertumbuhan jaringan abnormal di kaki kiri, gangguan
istirahat dan tidur b.d nyeri disekitar kaki kiri, resiko gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat :
anoreksia, gangguan konsep diri : peran, harga diri rendah, body image b.d post
operasi amputasi kaki kiri.
Tahap ketiga dari keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan
selama 3 hari melakukan implementasi dari tanggal 13 Desember 2011 sampai
dengan 15 Desember 2011, pada hari ini rencana keperawatan melibatkan pihak
keluarga klien dengan harapan tercapai dan rencana tindakan keperawatan yang
disusun oleh penulis. Pada tahap perencanaan meliputi penetapan tujuan dan
standar evaluasi yang diharapkan setelah itu penulis menyusun rencana yang akan
dilakukan serta menemukan rasionalnya. Rencana tindakan yang dilaksanakan
adalah melalui tindakan keperawatan, informasi kesehatan dan kolaborasi dengan
yang lain.
Tahap keempat dari proses keperawatan adalah melaksanakan tindakan yang telah
ditetapkan dan menuliskan respon, baik secara subjektif maupun secara objektif
yang dilaksanakan dari tanggal 13 Desember 2011 sampai dengan 15 Desember
2011.
Tahap kelima atau tahap terakhir dari proses keperawatan, yang penulis lakukan
adalah tahap di mana penulis menilai perkembangan dan keberhasilan dari
keseluruhan tindakan keperawatan yang penulis lakukan, hasil dari tindakan yang
telah dilakukan oleh penulis adalah keempat diagnosa masalah keperawatan,
untuk diagnosa 1,2,3,4 semua masalah teratasi.

B. Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan dalam praktek klinik, khususnya
pada
mahasiswa Akademi Keperawatan Fatmawati:
1. Dalam membuat makalah tentang kasus fiktif, kelompok diharapkan dapat
memahami
dan menguasai teori tentang psikososial dan kebutuhan lainnya.
2. Mahasiswa harus dapat melakukan tindakan keperawatan secara benar dan
terampil.
3. Mahasiswa perlu ditingkatkan keaktifannya dalam bertanya kepada
pembimbing
ataupun kakak perawat lainnya.
4. Mahasiswa diharapkan dapat lebih menggunakan waktu sebaik-baiknya.
5. Mahasiswa diharapkan dapat lebih meluangkan waktunya untuk
berkumpul
d alam pembuatan makalah untuk seminar.
6. Mahasiswa diharapkan dapat lebih teliti dalam membuat Asuhan
Keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC


Doenges, M.E, dkk.1996. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Keliat, B.A. 1992. Gangguan Konsep Diri. Buku Kedokteran. Jakarta : EGC
Stuart G.W, dkk. 1995. Keperawatan Jiwa, Buku Kedokteran. Jakarta : EGC
Tarwoto dan Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika. Ed 1.

Você também pode gostar