Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan
Kebidanan IV
Di susun oleh :
Aimala (D3E108006)
Istiqomah (D3E108007)
Usnul Khotimah (D3E108022)
Gaya Windy (D3E108024)
Mulya (D3E108025)
Selvia RNA (D3E108027)
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...............................................................................1
1.2. Tujuan............................................................................................1
1.2.1. Tujuan Umum.........................................................................1
1.2.2. Tujuan Khusus........................................................................1
1.3. Metode Penulisan..........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
2.2
BAB III KASUS...............................................................................................5
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan....................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................10
LAMPIRAN.....................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUA
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu mengerti tentang abortus.
1.2.2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui tentang pengertian abortus
1
1.3. Metode Penulisan
Metode penulisan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan
mengumpulkan data-data dari buku buku yang berhubungan dengan isi
makalah serta melalui media elektronik yaitu melalui Internet.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan. Sebagai batasan adalah kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat badan janin kurang dari 500 gram.
Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan,
sedangkan abortus yang terjadi sengaja dilakukan tindakan disebut abortus
provokatus. Abortus provokatus ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu abortus
provokatus medisinalis dan abortus provokatus kriminalis. Disebut medisinalis
apabila didasarkan pada pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu.
Abortus habitualis adalah abortus yang terjadi berulang tiga kali secara
berturut-turut. Kejadiannya sekitar 3-5 %.
3
b. Kelainan kongenital uterus
Uterus bikornis
Septum uterus
Mioma uteri
Sindroma asherman
c. Penyebab infeksi
Beberapa jenis organisme tertentu diduga berdampak pada kejadian
abortus antara lain:
Bakteri
Listeria monositogenes
Klamidia trakkomatis
Ureaplasma urealitikum
Bakterial vaginosis
Virus
Sitomegalo virus
Rubella
Herpes simpleks virus
HIV
Parasit
Toksoplasmosis gondii
Plasmodium pallidum
d. Faktor lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi ke janin akibat paparan obat, bahan
kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus. Misalnya
paparan terhadap buangan gas anestesi atau tembakau.
4
e. Faktor hormonal
Ovulasi, impalntasi, serta kehamilan dini bergantung pada koordinasi
yang baik sistem pengaturan hormon maternal. Oleh karena itu perlu
perhatian langsung terhadap sistem hormon secara keseluruhan, fase
luteal, dan gambaran hormon setelah konsepsi terutama kadar progesteron.
f. Faktor hamatologik
Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan defek plasentasi dan
adanya mikrotrombi pada pembuluh darah plasenta.
5
lebih besar dari yang diharapkan, kemungkinan menunjukan
kehamilan ganda atau mola
6
Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah menutup,
uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai
dengan usia kehamilan.
Penanganan Abortus komplit
a. Tidak perlu evakuasi lagi.
b. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
c. Pastikan untuk tetep memantau kondisi ibu setelah penanganan.
d. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600
mg perhari selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi
darah.
e. Konseling asuhan pascakeguguran dan pemantauan lanjut.
7
b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri
ergometrin 0,2 mg IM (diulangi setelah 15 menit jika perlu)
atau diberi misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulangi
setelah 4 jam jika perlu)
c. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu :
a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV
(garam fisiologik atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40
tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap
4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal
800mcg)
c) Evakuasi hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
d. Pastikan untuk tetep memantau kuondisi ibu setelah penanganan.
5. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal didalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya
masih tertahan dalam kandunga.
Penderita biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali merasakan
pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan.
Kadangkala missed abortion juga diawali dengan abortus iminens yang
kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin terhenti. Pada
pemeriksaan tes urin kehamilan biasanya negatif setelah satu minggu dari
terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan USG akan didapat
uterus yang mengecil, kantong gestasi yangmengecil, dan bentuknya tidak
beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Penanganan Missed Abortion
a. Perlu diutarakan kepada pasien dan keluarga pasien secara baik
karena risiko tindakan operasi dan kuretase ini dapat menimbulkan
komplikasi persarahan atau tidak bersihnya evakuasi atau kuretase
dalam sekali tindakan.
b. Faktor mental penderita perlu diperhatikan, karena penderita
umumnya merasa gelisah setelah tahu kehamilannya tidak tumbuh
atau mati.
8
c. Pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi
dapat dilakukan secara langsung dengan melakukan dilatasi dan
kuretase apabila serviks uterus memungkinkan.
d. Apabila usia kehamilan lebih dari12 minggu dan kurang dari 20
minggu dengan keadaan serviks uterus yang masih kaku dianjurkan
untuk melakukan induksi terlabih dahulu untuk mengeluarkan
janinatau mematangkan kanalis servikalis.
9
Bidan sebagai petugas kesehatan harus mempunyai pengetahuan tentang
perdarahan pada kehamilan muda (perdarahan pada trimester pertama) seperti
abortus dengan macam-macam abortus serta tanda dan gejala yang biasanya
terjadi sehingga apabila ditemukan salah satu tanda yang mengarah ke terjadinya
abortus seorang bidan akan mampu memberikan pertolongan pertama dan
melakukan rujukan ke tempat pelayanan yang lebih memadai sehingga dalam
penanganan bisa segera dilakukan. Asuhan yang dapat bidan berikan pada kasus
abortus diantaranya:
1. Apabila seorang ibu hamil datang dan mengeluhkan perdarahan pada
trimester pertama kehamilannya, maka pengkajian riwayat kehamilan
secara menyeluruh harus dilakukan.
2. Melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap lengkap
3. Bidan harus mampu mengetahui tanda dan gejala abortus yang terjadi pada
pasien tersebut
4. Melakukan informed consent dan informed choice
5. Melakukan rujukan ke dokter yang lebih ahli dan di tempat pelayanan
yang memadai
6. Sebelum melakukan rujukan bidan dapat memberikan pertolongan
pertama
7. pada pasien apabila keadan pasien yang mengalami syok karena
perdarahan seperti pemasangan infuse
8. Melakukan pamantauan yang ketat sesuai advis dokter
9. Apabila seorang ibu hamil yang sudah pernah datang ke tempat praktek
dan melaporkan bahwa perdarahan yang terjadi ringan dan tidak
merasakan nyeri pada abdomen maka bidan dapat memberikan konseling:
Konseling mengenai pola istirahat dengan tidak merubah tingkat
aktivitas akan tetapi diupayakan agar pasien selalu waspada.
Istirahatkan panggul: memberikan pengertian kepada pasien
supaya tidak melakukan aktivitas seksual untuk saat-saat ini, tidak
melakukan douche atau memasukkan tampon atau benda apapun
kedalam vagina (kecuali untuk supositoria progesterone jika
memang telah menggunakannya sebelum perdarahan terjadi).
Konseling untuk tidak melakukan hubungan seksual nonvaginal
apapun yang menimbulkan orgasme (karena orgsme menimbulkan
kontraksi rahim).
10
Menganjurkan pasien dan keluarga untuk memberitahu bidan jika
terjadi peningkatan perdarahan pervaginam.
10. Apabila seorang wanita hamil yang pernah melakukan pemeriksaan dan
melaporkan perdarahan yang berat disertai nyeri abdomen dan terdapat
keluhan lain maka bidan harus merekomendasikan evaluasi segera oleh
dokter.
Asuhan Lanjut pasca abortus
Bidan dapat memberitahu pasien untuk menghubungi pemberi layanan
kesehatan bila ia mengalami demam, perdarahan merah terang atau peningkatan
atau berlanjutnya nyeri pelvis. Pemeriksaan pasca abortus harus dijadwalkan
untuk mengkaji status fisik ibu dan member dukungan dan konseling mengenai
kehilangan kehamilan. Apabila ada komplikasi seperti infeksi atau hemoragi
hebat maka perlu dilakukan kolaborasi dengan dokter.
Konseling mengenai pola berduka (keadaan ibu yang mengalami
kehilangan), bidan juga harus memberi konseling mengenai pemilihan alat
kontrasepsi yang sesuai.
11