Você está na página 1de 14

ABORTUS

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan
Kebidanan IV

Di susun oleh :

Aimala (D3E108006)
Istiqomah (D3E108007)
Usnul Khotimah (D3E108022)
Gaya Windy (D3E108024)
Mulya (D3E108025)
Selvia RNA (D3E108027)

AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA OBGIN


BANDUNG
2010
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan


Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
Penulis sepenuhnya menyadari banyak kesulitan dan hambatan yang
ditemukan, namun penulis tetap berusaha semaksimal mungkin untuk
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun dengan tujuan agar dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca. Mudah-mudahan makalah ini
memberikan pengetahuan baru tentang ABORTUS. Penulis menyadari bahwa
penyusunan makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan baik dalam
penyusunan makalah maupun isinya jauh dari kesempurnaan di karenakan dengan
terbatasnya pengetahuan dari penulis maupun sumber-sumber yang di peroleh.
Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi yang membutuhkan dan akhir
kata penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan pahala yang
setimpal bagi yang telah membantu, Amin.

Bandung, September 2010

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...............................................................................1
1.2. Tujuan............................................................................................1
1.2.1. Tujuan Umum.........................................................................1
1.2.2. Tujuan Khusus........................................................................1
1.3. Metode Penulisan..........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
2.2
BAB III KASUS...............................................................................................5
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan....................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................10
LAMPIRAN.....................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUA
1.1. Latar Belakang

Pendarahan tidak sedikit wanita hamil mengalami perdarahan. Kondisi ini


terjadi di awal masa kehamilan muda (trimester pertama), tengah semester
(trimester kedua) atau bahkan pada masa kehamilan tua (trimester ketiga).
Perdarahan pada kehamilan merupakan keadaan yang tidak normal sehingga
harus diwaspadai. Ada beberapa penyebab perdarahan yang dialami oleh
wanita hamil. Setiap kasus muncul dalam fase tertentu. Ibu hamil yang
mengalami perdarahan perlu segera diperiksa untuk mengetahui penyebabnya
agar bisa dilakukan solusi medis yang tepat untuk menyelamatkan kehamilan.
Adakalanya kehamilan bisa diselamatkan, namum tidak jarang yang gagal.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan kandungan disertai dengan
pengajuan beberapa pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
terjadinya perdarahan. Bila perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti
ultrasonographi (USG) dan pemeriksaan laboratorium.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu mengerti tentang abortus.
1.2.2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui tentang pengertian abortus

Untuk mengetahui tentang macam macam abortus

Untuk mengetahui tentang tanda dan gejala abortus

Untuk mengetahui tentang penyebab abortus

Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan yang diberikan


pada kasus abortus

1
1.3. Metode Penulisan
Metode penulisan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan
mengumpulkan data-data dari buku buku yang berhubungan dengan isi
makalah serta melalui media elektronik yaitu melalui Internet.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Abortus

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan. Sebagai batasan adalah kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat badan janin kurang dari 500 gram.
Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan,
sedangkan abortus yang terjadi sengaja dilakukan tindakan disebut abortus
provokatus. Abortus provokatus ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu abortus
provokatus medisinalis dan abortus provokatus kriminalis. Disebut medisinalis
apabila didasarkan pada pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu.
Abortus habitualis adalah abortus yang terjadi berulang tiga kali secara
berturut-turut. Kejadiannya sekitar 3-5 %.

2.1.1. Penyebab Abortus

Penyebab abortus bervariasi. Umumnya lebih dari satu penyebab.


Penyebab terbanyak diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Faktor genetik
Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kariotip emboli. Paling
seikit 50 % kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelaian
sitogenik. Kelainan sering pula berupa gen yang abnormal, mungkin
karena adanya mutasi gen yang dapat mengganggu proses implantasi
bahkan dapat menyebabkan abortus. Misalnya myotonic dhystrophy
penyebab abortusnya karena kombinasi gen yang abnormal dan gangguan
fungsi uterus.

3
b. Kelainan kongenital uterus
Uterus bikornis
Septum uterus
Mioma uteri
Sindroma asherman

c. Penyebab infeksi
Beberapa jenis organisme tertentu diduga berdampak pada kejadian
abortus antara lain:
Bakteri
Listeria monositogenes
Klamidia trakkomatis
Ureaplasma urealitikum
Bakterial vaginosis
Virus
Sitomegalo virus
Rubella
Herpes simpleks virus
HIV
Parasit
Toksoplasmosis gondii
Plasmodium pallidum

d. Faktor lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi ke janin akibat paparan obat, bahan
kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus. Misalnya
paparan terhadap buangan gas anestesi atau tembakau.

4
e. Faktor hormonal
Ovulasi, impalntasi, serta kehamilan dini bergantung pada koordinasi
yang baik sistem pengaturan hormon maternal. Oleh karena itu perlu
perhatian langsung terhadap sistem hormon secara keseluruhan, fase
luteal, dan gambaran hormon setelah konsepsi terutama kadar progesteron.

f. Faktor hamatologik
Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan defek plasentasi dan
adanya mikrotrombi pada pembuluh darah plasenta.

2.1.2. Macam macam Abortus


Dikenal berbagai macam abortus sesuai dengan gejala, tanda, dan proses
patologi yang terjadi, diantaranya:
1. Abortus Iminens (kehamilan dapat berlanjut)
Terjadinya perdarahan dari rahim pada tahap awal dimana embrio masih
utuh dalam rahim. Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan
keluhan perdarahan pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu.
Penderita mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali
perdarahan pervaginam.
Pada abortus iminens ini harus dipastikan apakah janin masih dapat
berkembang atau tidak. Caranya dengan melakukan pemeriksaan USG
berulang kali. Sebagian kasus abortus iminens ini masih dapat dipertahankan
kehamilannya.
Penanganan Abortus Imminens:
a. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total
b. Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual
c. Jika perdarahan :
Berhenti : Lakukan asuhan antenatal seperti biasa. Lakukan
penilain jika perdarahan terjadi lagi.
Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan atau
USG). Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab
lain. Perdarahan berlanjut, khususnya jika ditemui uterus yang

5
lebih besar dari yang diharapkan, kemungkinan menunjukan
kehamilan ganda atau mola

2. Abortus Insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut dan akan


berkembang menjadi abortus inkomplit atau komplit).
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah
mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih
dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran. Pendarita akan merasa
mulas karena kontraksi yang sering dan kuat. Perdarahannya bertambah sesuai
dengan pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan. Besar uterus masih
sesuai dengan usia kehamilan dan tes urin kehamilan masih positif.
Penanganan Abortus Insipiens
a. Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evakuasi
uterus dengan aspirasi Vakum Manual (AVM). Jika evakuasi tidak
dapat segera dilakukan: Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat
diulang setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg
peroral (dapat diulang setelah 4 jam jika perlu), segera lakukan
persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dan uterus.
b. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu: Tunggu ekspulsi spontan
hasil konsepsi, kemudian evakuasi sisa-sisa hasil konsepsi, Jika
perlu lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 50 ml cairan IV (garam
fisiologik atau larutan Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes
permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
c. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

3. Abortus Komplitus (seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan)


Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 5000 gram.

6
Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah menutup,
uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai
dengan usia kehamilan.
Penanganan Abortus komplit
a. Tidak perlu evakuasi lagi.
b. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
c. Pastikan untuk tetep memantau kondisi ibu setelah penanganan.
d. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600
mg perhari selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi
darah.
e. Konseling asuhan pascakeguguran dan pemantauan lanjut.

4. Abortus Inkomplitus (sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan)


Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri danmasih ada yang
tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada umur kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Sebagian jaringan hasil
konsepsi masih tertinggal didalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina,
kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau
menonjol pada ostium uteri eksternum.
Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa banyak atau
sedikit bergantung pada jaringan an tersisa, yang menyebabkan sebagian
plasental site masih terbukasehingga perdarahan berjalan terus.
Penanganan Abortus Inkomplit
a. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari
16 minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau cunam
ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui
serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau
misoprostol 400 mcg peroral.
b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan
lebih dari 16 minggu, evakuasi hasil konsepsi dengan :
a) Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan metode
evakuasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam
sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual
tidak tersedia

7
b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri
ergometrin 0,2 mg IM (diulangi setelah 15 menit jika perlu)
atau diberi misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulangi
setelah 4 jam jika perlu)
c. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu :
a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV
(garam fisiologik atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40
tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap
4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal
800mcg)
c) Evakuasi hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
d. Pastikan untuk tetep memantau kuondisi ibu setelah penanganan.

5. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal didalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya
masih tertahan dalam kandunga.
Penderita biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali merasakan
pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan.
Kadangkala missed abortion juga diawali dengan abortus iminens yang
kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin terhenti. Pada
pemeriksaan tes urin kehamilan biasanya negatif setelah satu minggu dari
terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan USG akan didapat
uterus yang mengecil, kantong gestasi yangmengecil, dan bentuknya tidak
beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Penanganan Missed Abortion
a. Perlu diutarakan kepada pasien dan keluarga pasien secara baik
karena risiko tindakan operasi dan kuretase ini dapat menimbulkan
komplikasi persarahan atau tidak bersihnya evakuasi atau kuretase
dalam sekali tindakan.
b. Faktor mental penderita perlu diperhatikan, karena penderita
umumnya merasa gelisah setelah tahu kehamilannya tidak tumbuh
atau mati.

8
c. Pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi
dapat dilakukan secara langsung dengan melakukan dilatasi dan
kuretase apabila serviks uterus memungkinkan.
d. Apabila usia kehamilan lebih dari12 minggu dan kurang dari 20
minggu dengan keadaan serviks uterus yang masih kaku dianjurkan
untuk melakukan induksi terlabih dahulu untuk mengeluarkan
janinatau mematangkan kanalis servikalis.

6. Abortus Septik (abortus infeksiosus)


Abortus septik adalah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.
Abortus septik adalah abortus yang diseertai penyebaran infeksi pada
peredaran darah tubuh atau peritoneum (septikemia atau peritinitis). Kejadian
ini merupakan salah satu komplikasi tindakan abortus yang paling sering
terjadi apabila dilakukan dengan kurang memperhatikan asepsis atau
antisepsis.
Diagnosis ditegakkan sengan anamnesis yang cermat tentang upaya
tindakan abortus yang tidak menggunakan perlatan yang asepsis dengan
didapat gejala dan tanda panas tinggi, tampak sakit dan lelah, takikardia,
perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar dan lembut, serta
nyeri tekan. Pada pemeriksaan laboratorium didapat tanda infeksi dengan
leulositosis.
Penanganan abortus septik ini harus mempertimbangkan keseimbangan
cairan tubuh dan perlunya pemberian antibiotika yang adekuat sesuai dengan
hasil kultur dan sensitivitas kuman yang diambil dari darah dan cairan
flulsus/fluor yang keluar pervaginam.
Tindakan kuretase dilaksanaan apabila keadaan tubuh sudah membaik
minimal 5 jam setelah antibiotik adekuat diberikan. Pada saat tindakan uterus
dilindungi dengan uterotonika.

2.1.3. Peran Bidan Pada Kasus Abortus

9
Bidan sebagai petugas kesehatan harus mempunyai pengetahuan tentang
perdarahan pada kehamilan muda (perdarahan pada trimester pertama) seperti
abortus dengan macam-macam abortus serta tanda dan gejala yang biasanya
terjadi sehingga apabila ditemukan salah satu tanda yang mengarah ke terjadinya
abortus seorang bidan akan mampu memberikan pertolongan pertama dan
melakukan rujukan ke tempat pelayanan yang lebih memadai sehingga dalam
penanganan bisa segera dilakukan. Asuhan yang dapat bidan berikan pada kasus
abortus diantaranya:
1. Apabila seorang ibu hamil datang dan mengeluhkan perdarahan pada
trimester pertama kehamilannya, maka pengkajian riwayat kehamilan
secara menyeluruh harus dilakukan.
2. Melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap lengkap
3. Bidan harus mampu mengetahui tanda dan gejala abortus yang terjadi pada
pasien tersebut
4. Melakukan informed consent dan informed choice
5. Melakukan rujukan ke dokter yang lebih ahli dan di tempat pelayanan
yang memadai
6. Sebelum melakukan rujukan bidan dapat memberikan pertolongan
pertama
7. pada pasien apabila keadan pasien yang mengalami syok karena
perdarahan seperti pemasangan infuse
8. Melakukan pamantauan yang ketat sesuai advis dokter
9. Apabila seorang ibu hamil yang sudah pernah datang ke tempat praktek
dan melaporkan bahwa perdarahan yang terjadi ringan dan tidak
merasakan nyeri pada abdomen maka bidan dapat memberikan konseling:
Konseling mengenai pola istirahat dengan tidak merubah tingkat
aktivitas akan tetapi diupayakan agar pasien selalu waspada.
Istirahatkan panggul: memberikan pengertian kepada pasien
supaya tidak melakukan aktivitas seksual untuk saat-saat ini, tidak
melakukan douche atau memasukkan tampon atau benda apapun
kedalam vagina (kecuali untuk supositoria progesterone jika
memang telah menggunakannya sebelum perdarahan terjadi).
Konseling untuk tidak melakukan hubungan seksual nonvaginal
apapun yang menimbulkan orgasme (karena orgsme menimbulkan
kontraksi rahim).

10
Menganjurkan pasien dan keluarga untuk memberitahu bidan jika
terjadi peningkatan perdarahan pervaginam.
10. Apabila seorang wanita hamil yang pernah melakukan pemeriksaan dan
melaporkan perdarahan yang berat disertai nyeri abdomen dan terdapat
keluhan lain maka bidan harus merekomendasikan evaluasi segera oleh
dokter.
Asuhan Lanjut pasca abortus
Bidan dapat memberitahu pasien untuk menghubungi pemberi layanan
kesehatan bila ia mengalami demam, perdarahan merah terang atau peningkatan
atau berlanjutnya nyeri pelvis. Pemeriksaan pasca abortus harus dijadwalkan
untuk mengkaji status fisik ibu dan member dukungan dan konseling mengenai
kehilangan kehamilan. Apabila ada komplikasi seperti infeksi atau hemoragi
hebat maka perlu dilakukan kolaborasi dengan dokter.
Konseling mengenai pola berduka (keadaan ibu yang mengalami
kehilangan), bidan juga harus memberi konseling mengenai pemilihan alat
kontrasepsi yang sesuai.

11

Você também pode gostar