Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
2.3 Strategi Pencegahan HIV Melalui Program Konseling dan Tes HIV di
Indonesia
Cara paling efisien untuk menurunkan penyebaran HIV dilakukan
pada semua populasi dan memprioritaskan target yang berisiko tinggi
terinfeksi HIV, yaitu pada kelompok pengguna NAPZA suntik, kelompok
pekerja seks, kelompok laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki
serta pasangan seksual. Epidemi HIV melalui IDU dimulai di beberapa
negara Asia dan kemudian menyebar kepada kelompok berisiko tinggi dan
populasi umum. Program pengurangan dampak buruk (harm reduction)
dengan pencucian alat suntik dan pertukaran alat suntik, serta terapi rumatan
dengan subsitusi terbukti efektif menghambat penularan HIV diantara
pengguna NAPZA suntik. Akses ke VCT dan ARV harus tersedia di semua
area semua Rumah Sakit rujukkan tingkat propinsi dan Kabupaten/Kota.
2.3.1 Voluntary counseling and testing (VCT) sebagai strategi kesehatan
masyarakat
VCT yang berkualitas baik tidak saja membuat orang mempunyai
akses terhadap berbagai pelayanan, tetapi juga efektif bagi pencegahan
terhadap HIV. Pelayanan VCT dapat digunakan untuk mengubah perilaku
berisiko dan memberikan informasi tentang pencegahan HIV. Klien
6
2.3.2 Kaitan VCT dengan Provider Initiative Testing and Counseling/ PITC
Saat ini di berbagai rumah sakit di Indonesia telah dilakukan layanan
tes HIV melalui program PITC. PITC adalah program yang dikembangkan
dari layanan konseling dan tes HIV. PITC dan VCT adalah satu kesatuan
pendekatan dalam HIV konseling dan tes HIV. PITC bukanlah tes
mandatori karena mengedepankan prinsip 3C-2R yaitu Consent (persetujuan
setelah mendapat informasi dan memahaminya), Counseling (konseling),
Confidentiality (konfidensialitas) serta Report (pelaporan) dan Referral
(rujukan). Dalam PITC proses konseling pra tes dilakukan dalam bentuk
pemberian informasi. Pada hakekatnya layanan PITC bekerja bersama
dengan layanan VCT dalam konseling dukungan serta keduanya akan
terlaporkan dalam suatu sistem yang baku.
2.3.3 Pencegahan Positif dalam Konseling dan Tes HIV
Kementerian Kesehatan mendukung upaya pencegahan positif
melalui pendekatan konseling dan tes HIV. Pencegahan seharusnya
merupakan tanggung jawab bersama, termasuk pemerintah terlibat dalam
program pencegahan positif. Tak ada satupun pencegahan HIV yang 100%
efektif. Pencegahan dan perawatan HIV saling terkait dan tidak boleh saling
bertentangan. Melibatkan orang yang positif pada tiap tahap pengembangan
dan implementasi program. Program pencegahan HIV seharusnya
dikembangkan tanpa stigmatisasi lebih jauh pada mereka yang sudah
termarginalisasi. Kunci pencegahan positif dalam konseling adalah:
a. Mencegah penularan HIV kepada orang lain
b. Mencegah penularan infeksi ulang HIV dan infeksi lainnya
c. Meningkatkan kualitas hidup terkait dengan rencana masa depan
(termasuk berkeluarga dan keluarga berencana)
8
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulaan
Pemerintah pusat bertugas melakukan regulasi dan standarisasi
secara nasional kegiatan program AIDS dan pelayanan bagi orang dengan
HIV/AIDS. Penyelenggaraan dan pelaksanaan program dilakukan sesuai
azas desentralisasi dengan Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen
program. Pemerintah berkewajiban menjamin tersedianya ARV maupun
reagen pemeriksaan secara berkesinambungan. Pengembangan layanan bagi
orang dengan HIV/AIDS dilakukan melalui pengkajian menyeluruh dari
berbagai aspek yang meliputi : situasi epidemi daerah, beban masalah dan
kemampuan, komitmen, strategi dan perencanaan, kesinambungan, fasilitas,
SDM dan pembiayaan. Sesuai dengan kewenangannya pengembangan
layanan ditentukan oleh Dinas Kesehatan.
3.2 Saran
Setiap kebijakan yang di buat oleh pemerintah itu bertujuan untuk
mengatur dan membuat rasa nyaman dan amab bagi warganya, karena
landasan yang bertujuan untuk kebaikan dan meningkatlkan kesehatan
masyarakat. Maka dalam kebijakan-kebijakan yang buat harus di ikuti
dengan sunguh sungguh untuk mencapai hasil yang di harapkan.