Você está na página 1de 10

ANALISIS MUTU SUATU DESINFEKTAN

Risma Astuti Ismail1 dan Reny Anggriany Hakim2


1
Mahasiswa Fakultas Farmasi, UMI.
2
Asisten Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi, UMI

Email: rismaastuti83@gmail.com

INTISARI

Desinfektan adalah suatu senyawa yang digunakan untuk mencegah atau


menghancurkan bakteri yang patogen maupun yang nonpatogen. Dalam
masyarakat beredar berbagai macam produk sediaan yang bertujuan untuk
membunuh kuman atau mikroorganisme, salah satunya adalah Bayclin. Tujuan
praktikum ini adalah menentukan nilai Minimal Inhibitory Concentration (MIC)
dan koefisien fenol dari sampel Bayclin dengan berbagai macam kosentrasi
melalui pengenceran dengan menggunakan mikroba uji Staphylococcus aureus.
Uji Minimal Inhibitory Concentration (MIC) adalah konsentrasi terendah yang
masih dapat menghambat mikroorganisme, sedangkan koefisien fenol adalah
perbandingan pengenceran tertinggi desinfektan dengan pengenceran tertinggi
baku fenol 5%. Adapun metode yang digunakan adalah experimental.
Berdasarkan data yang diperoleh pada uji MIC sampel Bayclin pada pengenceran
1:160 dengan waktu kontak 10 medium menjadi jernih yang artinya tidak ada
mikroorganisme yang tumbuh, begitu pun pada koefisien fenol pada pengenceran
1:80 dengan waktu kontak 5 dan pada pengenceran 1:100 dengan waktu kontak
10. Sampel Bayclin dapat dikatakan sebagai desnifektan yang mampu
menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Kata Kunci: desinfektan, uji MIC, fenol 5%, koefisien fenol, Staphylococcus
aureus.

PENDAHULUAN
Antiseptik ialah obat yang dapat meniadakan atau mencegah keadaan
sepsis. Antiseptik ialah zat yang digunakan unutk membunuh atau mencegah
pertumbuhan mikroorganisme, biasanya digunakan pada jaringan hidup.
Disenfektan ialah zat yang digunakan untuk mencegah infeksi dengan mematikan
mikroba misalnya, sterilisasi alat kedokteran. Sterilisasi ditujukan untuk
membunuh semua mikroorganisme4.
Disenfektan dan antiseptic berbeda dari anti jasad renik yang aktif secara
sistemik, karena zat-zat ini tidak memiliki toksisitas selektif. Daya kerja anti jasad
renik disenfektan ditentukan oleh konsentrasi, waktu dan suhu dan penilaian
efeknya mungkin rumit3.
Mikroorganisme terdapat di mana-mana di sekitar kita; mereka menghuni
tanah, air, dan atmosfer planet kita. Adanya mikroorganisme di planet lain di luar
bumi kita telah diselidiki, namun sejauh ini kuar angkasa-dalam (deep-spece
probes) belum menampakkan adanya mikroorganisme luar bumi. Studi tentang
mikroorganisme dilingkungan alamiahnya di sebut juga ekologi mikroba. Ekologi
merupakan bagian biologi yang berkenaan dengan studi mengenai hubungan
organisme atau kelompok organisme dengan lingkungannya. Penghuni suatu
lingkungan tertentu dipandang sebagai bagian suatu system ekologi atau
ekosistem. Ekosistem yang paling besar ialah planet Bumi atau atau disebut juga
biosfer5.
Kisaran suhu untuk aktivitas enzim menentukan sifat pertumbuhan
mikroorganisme. Suhu tertinggi di mana mokrooganisme masih dapat tumbuh
disebut suhu maksimum, sedangkan minimum adalah suhu terendah di mana
mikroorganisme masih dapat tumbuh. Kisaran suhu tidak saja mempengaruhi
aktivitas enzim, namun mempengaruhi sifat fisik membran sel. Permeabilitas
membran sel tergantung pada kandungan dan jenis lipida. Peningkatan 50100C
di atas suhu optimum dapat menyebabkan proses lisis dan kematian sel
mikroorganisme1.
Baik secara langsung maupun tak langsung, bahan buangan dari manusia
dan hewan, jasad mereka, serta jaringan tumbuh-tumbuhan, dibuang atau dikubur
dalam tanah. Setelah beberapa lma, bahan-bahan tersebut berubah menjadi
komponen organik dan beberapa kumpulan anorganik tanah. Perubahan-
perubahan ini dilakukan oleh mikroorganisme yaitu perubahan bahan organik
menjadi substansi yung menyediakan nutrient bagi dunia tumbuhan. Tanpa
aktifitas mikrobe maka segala kehidupan di bumi ini lambat laun akan terhambat5.
Mikroorganisme dapat dipilahkan berdasarkan suhu optimum
pertumbuhan. Mikroorganisme yang mempunyai suhu optimum di antara 00
200C disebut psikrofiI. Mikroorganisme yang tumbuh cepat pada kisaran suhu
200500C disebut misofil, sedangkan mikroorganisme yang tumbuh pada
kisaran suhu 5001000C theamofil. Beberapa mikroorganisme dapat bertahan
pada suhu tinggi meskipun pada suhu tersebut tidak dapat tumbuh; kelompok ini
disebut thermodurik1.
Pada saat ini telah banyak ditawarkan berbagai macam disenfektansia
kepada konsumen. Disenfektansia secara umum diartikan sebagai pembasmi
mikroorganisme terutama ditujukan kepada benda mati. Pada penandaannya yang
memenuhi persyaratan telah dicantumkan cara penggunaan produk yang sesuai
sebagai bahan desinfeksi. Namun demikian banyak pula bahan-bahan
disenfektansia yang memuat cara-cara penggunaannya pada komposisinya2.

METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini telah dilaksanakan di Laboratorium FarmasiUniversitas

Muslim Indonesia, sejak tanggal 24 oktober 2016. Jenis praktikum ini adalah

experimental dengan rancangan praktikum One-Shot Study.

Rancangan Praktikum
Pengukuran atau pengamatan ini menggunakan variabel kontinum (jarak
dan perbandingan). Dengan melihat ada atau tidak adanya kematian
mikroorganisme pada beberapa jenis pengenceran.

Bahan dan Alat Praktikum


Alat yang digunakan yaitu Erlenmeyer, inkubator, korek gas, lampu
spiritus, ose bulat, spoit, rak tabung, tabung reaksi, dan timbangan analitik.
Bahan yang digunakan yaitu air steril, bayclin (No. Reg 00340710,
Johnson Home Hygiene Product) ,bakteri Staphylococcus aureus, fenol 5%,
medium Nutrien Broth (No. Reg. 234000, Becton, Dickison and Company).

Cara kerja
Alur kerja Analisis Mutu Suatu Desinfektan
a) Uji MIC
Disediakan 7 buah tabung reaksi steril, dan diisi 9,5 ml medium NB
steril ke dalam tabung pertama dan 5 ml ke dalam tabung lainnya.
Ditambahkan ke dalam tabung pertama sampel desinfektan akan diuji.
Diambil dengan pipet steril 5 ml dari tabung pertama dan dimasukkan ke
dalam tabung ke dua, dicampurkan sampai homogen. Diperoleh pengenceran
pertama yakni 1 : 320. Kemudian diambil lagi 5 ml dari tabung ke dua ini dan
dimasukkan ke dalam tabung ketiga dan seterusnya sampai ada tabung ke
sepuluh, setelah dihomogenkan, dipipet 5 ml dari tabung terakhir dan
dibuang. Dimasukkan ke dalam tiap-tiap tabung 1 ose suspensi biakan
bakteri. Diinkubasikan semua tabung pada suhu 37C dan diamati
pertumbuhan bakteri setelah 1 x 24jam.
b) Koefisien Fenol
(1) Desinfektan Bayclin
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Disiapkan 5 tabung
reaksi yang berisi pengenceran sampel 1:160, 1:260 , 1:360 , 1:460 , dan
1:560(deret I), dan 15 tabung yang beirisi 5 ml medium Nutrien Broth
(NB) yang dibagi menjadi 3 seri (deret II, deret III, dan deret IV) masing-
masing 5 tabung. Ke dalam tabung ke-1 dari deret I dimasukkan suspensi
bakteri sebanyak 1 ose kemudian didiamkan 30 detik. Ke dalam tabung ke-
2 dari deret I dimasukkan suspensi bakteri sebanyak 1 ose kemudian
didiamkan 30 detik. Hal yang sama dilakukan pada tabung ke-3, ke-4, dari
deret I, kemudian diistirahatkan selama 3 menit dan dimasukkan ke dalam
wadah yang berisi air es. Ke dalam tabung ke-1 dari deret II, dimasukan 1
ose larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik.
Ke dalam tabung ke-2 dari deret II, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung
ke-2 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Hal yang sama
dilakukan pada tabung ke-3, ke-4, dan ke-5 dari deret II, kemudian
diistirahatkan selama 3 menit. Ke dalam tabung ke-1 dari deret III,
dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian didiamkan
selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari deret III, dimasukkan 1 ose
dari larutan tabung ke-2 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Hal
yang sama dilakukan pada tabung ke-3, ke-4, dan ke-5 dari deret III,
Kemudian diistirahatkan selama 3 menit. Ke dalam tabung ke-1 dari deret
IV, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian
didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari deret IV,
dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-2 deret I, kemudian didiamkan
selama 30 detik. Hal yang sama dilakukan pada tabung ke-3, ke-4, dan ke-
5 dari deret IV, Kemudian diistirahatkan selama 3 menit. Semua tabung
dari deret II, deret III, dan deret IV diinkubasi dalam inkubator pada suhu
37C selama 1 x 24 jam. Diamati perubahan yang terjadi berupa kekeruhan
medium.
(2) Larutan baku fenol 5%
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan. Disiapkan 3 tabung reaksi
yang berisi pengenceran sampel 1:80, 1:90, dan 1:100 (deret 1), dan 9
tabung yang beirisi 5 ml medium Nutrien Broth (NB) yang dibagi menjadi
3 deret(deret II, III, dan IV) masing-masing 3 tabung. Ke dalam tabung ke-
1 dari deret I dimasukkan suspensi baktrei sebanyak 1 ose kemudian
didiamkan 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari deret I dimasukkan
suspensi bakteri sebanyak 1 ose kemudian didiamkan 30 detik. Ke dalam
tabung ke-3 dari deret I dimasukkan suspensi bakteri sebanyak 1 ose ml
kemudian diistirahatkan 4 menit dan dimasukkan ke dalam wadah berisi
air es. Ke dalam tabung ke-1 dari deret II, dimasukan 1 ose larutan dari
tabung ke-1 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam
tabung ke-2 dari deret II, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-2 deret
I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-3 dari deret
II, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-3 deret I, kemudian
diistirahatkan 4 menit. Ke dalam tabung ke-1 dari deret III, dimasukkan 1
ose larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik.
Ke dalam tabung ke-2 dari deret III, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung
ke-2 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-3
dari deret III, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-3 deret, kemudian
diistirahatkan 4 menit. Ke dalam tabung ke-1 dari deret IV, dimasukkan 1
ose larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik.
Ke dalam tabung ke-2 dari deret IV, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung
ke-2 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-3
dari deret IV, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-3 deret I, kemudian
diistirahatkan 4 menit. Semua tabung dari deret II, deret III, dan deret IV
diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37C selama 1 x 24 jam.

Analisis Hasil
Analisis ini dilaksanakan bulan Oktober 2016 di Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Farmasi UMI Makassar. Berdasarkan hasil analisis mutu
desinfektan terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Dari tiap-tiap perlakuan atau
pengenceran didapatkan hasil yang kemudian dimasukkan dalam tabel.
Tabel 1. Analisis mutu sampel desinfektan yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri secara uji MIC

Penghambatan pertumbuhan mikroorganisme


Kel. Sampel Pengenceran
1:20 1:40 1:80 1:160 1:320 1:640 1:1280
1 Harpic + + + + + - -
2 Bayclin + + + + - - -
3 Carbol + - - - - - -
Indomaret
4 Portex + + + + + + +
Keterangan: + = Menghambat/tidak ada pertumbuhan/Jernih
- =Tidak menghambat/ada pertumbuhan/Keruh

Tabel 2. Analisis mutu sampel desinfektan yang dapat menghambat pertumbuhan


bakteri pada perbandingan fenol 5% dengan sampel-sampel desinfektan

Perbandingan pengenceran sampel terhadap fenol

Kel. Pengenceran Waktu kontak


5 10 15
1 1:80 + + +
1:90 + + +
1:100 + + +
2 1:80 - + +
1:90 + + +
1:100 + - +
3 1:80 + - -
1:90 + - -
1:100 + - -
4 1:80 + + +
1:90 + + +
1:100 + + -
Keterangan: - = Menghambat/tidak ada pertumbuhan/Jernih
+ = Tidak menghambat/ada pertumbuhan/Keruh
Tabel 3. Analisis mutu sampel desinfektan yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri pada perbandingan fenol 5% dengan sampel-sampel desinfektan

Perbandingan pengenceran sampel menggunakan medium NB terhadap koefisien


fenol
Kel. Pengenceran Waktu Kontak
5 10 15
1 1:220 - + +
1:320 - + +
1:420 + + +
1:520 + + +
1:620 + + +
2 1:160 + - +
1:260 + + +
1:360 + + +
1:560 + + +
1:
3 1:10 + + +
1:20 + + +
1:30 + + +
1:40 + - -
1:50 + - -
4 1:1180 + - -
1:1280 - + -
1:1380 + + -
1:1480 + + -
1:580 + + +

Keterangan: + = Menghambat/tidak ada pertumbuhan/Jernih


= Tidak menghambat/ada pertumbuhan/Keruh
Gambar 1. Hasil analisis mutu suatu desinfektan terhadap medium NB
menggunakan bakteri Vibrio corella dengan uji MIC.

A B C

Gambar 2. Hasil analisis mutu suatu desinfektan terhadap medium NB


menggunakan bakteri Staphylococcus aureus dengan uji fenol
desinfektan (A) deret kedua, (B) deret ketiga, dan (C) deret keempat

A B C

D E

Gambar 3. Hasil analisis mutu suatu desinfektan terhadap medium NB


menggunakan bakteri Staphylococcus aureus dengan uji fenol
larutan baku (A) pengenceran 1:160, (B) pengenceran 1:260, (C)
pengenceran 1:360, (D) pengenceran 1:460, dan (E) pengenceran
1:560.
PEMBAHASAN
Desinfektan adalah suatu senyawa yang dapat mencegah dan
menghancurkan mikroorganisme yang patogen maupun yang nonpatogen. Salah
satu jenis desinfektan yang beredar dimasyarakat adalah Bayclin. Praktikum ini
dilakukan untuk menguji apakah Bayclin yang beredar dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme secara efektif dengan menggunakan bakteri
Staphylococcus aureus dan Vibrio corella.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada uji MIC pada pengenceran
1:20 Berdasarkan praktikum yang dilakukan bahwa pada pengenceran 1:160
dengan waktu kontak 10 dan fenol 5% pengenceran 1:80 dengan waktu kontak 5
dan pada pengenceran 1:100 dengan waktu kontak 10 dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme yang ditandai dengan medium menjadi jernih.

KESIMPULAN

Berdasarkan data yang diperoleh adalah pada uji MIC Bayclin pengenceran
1:160 dengan waktu kontak 10 terjadi kejernihan, begitu pun fenol 5%
pengenceran 1:80 dengan waktu kontak 5 dan pada pengenceran 1:100 dengan
waktu kontak 10 yang artinya dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
SARAN
Diharapkan penelitian pada uji MIC terhadap sampel desinfektan yang
beredar dipasaran terus dilakukan untuk memastikan sampel desinfektan benar-
benar efektif menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
DAFTAR PUSTAKA

(1) Bibiana, 1994, Analisis Mikroba di laboratorium, Universitas Indonesia,


Jakarta.
(2) Djidje, 2003, Mikrobiologi Farmasi Terapan, Laboratorium Mikrobiologi
Farmasi, Jurusan Farmasi. UNHAS, Makassar.
(3) Ernest, 1991, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan, Universitas Indonesia,
Jakarta.
(4) Ganiswara, 1995, Farmakologi dan Terapi, Universitas Indonesia, Jakarta.
(5) Hadjoetomo, 1998, Dasar-Dasar Mikrobiologi 2, Universitas Indonesia,
Jakarta.

Você também pode gostar