Você está na página 1de 2

LAMPIRAN ANALISIS

1. Sejarah
Kokas adalah bahan karbon padat yang berasal dari distilasi batubara rendah
abu dan rendah sulfur, batubara bitumen. Kokas batubara berwarna abu-abu, keras,
dan berongga. Kokas sebenarnya dapat terbentuk secara alami, namun bentuk yang
umum digunakan adalah buatan manusia.
Kandungan volatil dari batubara termasuk air, gas batubara, dan batu bara
didorong keluar karena dipanggang dalam tungku atau oven pengap pada suhu
setinggi 2.000 C ( 3.600 F) meskipun biasanya sekitar 1.000 1.100 C ( 1832-
2012 F).
Fasilitas paling modern oven kokas tetap menghasilkan "produk sampingan". Saat ini,
hidrokarbon volatil juga dimanfaatkan, setelah pemurnian, dalam proses pembakaran
yang terpisah untuk menghasilkan energi. Tungku kokas (oven) membakar gas
hidrokarbon yang dihasilkan oleh proses pembuatan kokas mengakibatkan terjadinya
proses karbonisasi.
Batubara bitumen harus memenuhi seperangkat kriteria untuk digunakan
sebagai kokas batubara, ditentukan oleh teknik uji batubara tertentu. Termasuk
diantaranya kadar air, kadar abu, sulfur, kandungan volatil, tar, dan plastisitas.
Pengujian ini ditargetkan untuk menghasilkan kokas dengan kekuatan yang sesuai
(umumnya diukur oleh coke strength after reaction (CSR). Pengujian lainnya juga
dipertimbangkan, termasuk untuk memastikan coke tidak menggelembung terlalu
banyak selama produksi dan menghancurkan oven melalui tekanan dinding yang
berlebihan.
Semakin besar zat terbang (volatile) dalam batubara, semakin banyak produk
diproduksi. Umumnya tingkat 26 29 % zat terbang dalam campuran batubara
dianggap baik untuk tujuan mendapatkan kokas. Jadi jenis batubara lain bisa
dicampur secara proporsional untuk mencapai tingkat volatil yang dapat diterima
sebelum proses produksi kokas dimulai.
Kokas alami terbentuk ketika lapisan batubara dipotong oleh intrusi vulkanik.
Gangguan ini memanaskan batubara di sekitarnya dalam suasana anoxic sehingga
terbentuklah zona kokas ( biasanya beberapa meter ) di sepanjang gangguan itu.
Namun, kokas alami sangat bervariasi dalam hal kekuatan dan kadar abunya, dan

12
umumnya dianggap tidak dapat dijual kecuali dalam beberapa kasus sebagai produk
termal.
Kokas digunakan sebagai bahan bakar dan sebagai agen pereduksi dalam
peleburan bijih besi dalam blast furnace. Kokas ini digunakan untuk mengurangi
oksida besi (hematit) untuk mengumpulkan besi. Karena konstituen penghasil asap
dibuang selama proses pembuatan kokas, kokas menjadi bahan bakar yang baik untuk
kompor dan tungku yang tidak cocok untuk pembakaran batubara bitumen asli. Kokas
dapat dibakar dengan sedikit atau tidak berasap saat pembakaran, sedangkan batubara
bitumen akan menghasilkan banyak asap.

2. Sasaran
Sasaran kokas batubara ini untuk mendapatkan dengan nilai kalor > 6000 kal/kg
dengan nilai drum index >80

3. Produk Hidrogenasi Kokas


Proses hidrogenasi batubara pada tekanan tinggi (> 70 atm) dan suhu lebih dari 400
C untuk menghasilkan solvent refined coal (SRC) yang mempunyai sifat berkadar
abu rendah dan dapat dipakai sebagai aditif pembuatan kokas (Steel Handbook).
Tahun 2007 telah dipatenkan metoda untuk membuat binder dan additive untuk
pembuatan kokas melalui hidrogenasi dengan coke oven gas pada tekanan rendah (5
15 atm) dan suhu 350 400 C menggunakan solvent yang mempunyai nilai aromatik
(aromaticity) lebih kecil dari 0,5 0,6. Dengan cara ini telah dihasilkan aditif untuk
pembuatan kokas dari batubara steaming coal Indonesia. Aditif tersebut telah dapat
meningkatkan kekuatan kokas yang semula mempunyai drum index 83 menjadi 86.
Proses ini lebih murah biayanya karena menggunakan coke oven gas pada tekanan
rendah. Hasil perhitungan keekonomian menunjukkan penggunaan aditif dengan
proses di atas menurunkan biaya pembuatan kokas karena mengurangi kebutuhan
akan coking coal yang bermutu tinggi dan mahal.
Tahap pertama :
- Pengecilan Ukuran hingga -200#

13

Você também pode gostar