Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
NIM : 06071004034
Mata Kuliah : Sejarah Lokal
Sistim Matrilinial
ADAT PERKAWINAN
1. Fungsi perkawinan
Kedua calon mempelai tidak sedarah atau tidak berasal dari suku
yang sama, kecuali pesukuan itu berasal dari nagari atau luhak
yang lain.
Kedua calon mempelai dapat saling menghormati dan
menghargai orang tua dan keluarga kedua belah pihak.
Calon suami (marapulai) harus sudah mempunyai sumber
penghasilan untuk dapat menjamin kehidupan keluarganya.
Perkawinan yang dilakukan tanpa memenuhi semua syarat diatas
dianggap perkawinan sumbang, atau perkawinan yang tidak
memenuhi syarat menurut adat Minang. Selain dari itu masih ada
tatakrama dan upacara adat dan ketentuan agama Islam yang harus
dipenuhi seperti tatakrama jopuik manjopuik, pinang meminang,
batuka tando, akad nikah, baralek gadang, jalang manjalang dan
sebagainya. Tatakrama dan upacara adat perkawinan inipun tak
mungkin diremehkan karena semua orang Minang menganggap
bahwa Perkawinan itu sesuatu yang agung, yang kini diyakini
hanya sekali seumur hidup.
3. Perkawinan Eksogami
4. Urang Sumando
I. Maresek
Seringkali resek-maresek ini tidak selesai satu kali, tapi bisa berlanjut
dalam beberapa kali perundingan. Dan jika semuanya telah bersepakat
untuk saling menjodohkan anak kemenakan masing-masing dan
segala persyaratan untuk itupun telah di setujui oleh pihak keluarga
laki-laki dengan telangki yang, maka barulah selanjutnya di tentukan
untuk mengadakan pertemuan secara lebih resmi oleh keluarga kedua
belah pihak. Acara inilah yang di sebut acara maminang.
Urutan Acara
Pembicaran dalam acara maminang dan batuka tando ini berlangsung
antara mamak atau wakil dari pihak keluarga si gadis dengan mamak
atau wakil dari pihak keluarga pemuda. . Bertolak dari penjajakan
yang telah dilakukan sebelumnya ada empat hal secara simultan yang
dapat dibicarakan, dimufakati dan diputuskan oleh kedua belah pihak
saat itu.
Namun menurut yang lazim di kampung, jika acara maminang itu
bukan sesuatu yang direkayasa oleh kedua keluarga sebelumnya, maka
acara ini akan berlangsung berkali-kali sebelum urutan ketentuan di
atas dapat dilaksanakan. Karena pihak keluarga pemuda pasti tidak
dapat memberikan jawaban lagsung pada pertemuan pertama itu.
Orang tuanya atau ninik mamaknya akan meminta waktu dengan
keluarga-keluarganya yang patut-patut lainnya. Paling -paling pada
pertemuan tersebut, pihak keluarga pemuda menentukan waktu kapan
mereka memberikan jawaban atas lamaran itu.
Acara maminang yang berlangsung di kota-kota umumnya sudah
dibuat dengan scenario yang praktis berdasqrkan persetujuan kedua
keluarga, sehingga urutan-urutan seperti kami cantukan diatas dapat
dilaksanan secara simultan dan diselasaikan dalam satu kali
pertemuan.
Tata Cara
Setelah rombongan keluarga pihak wanita dipersilakan naik ke atas
rumah dan didududkan di sekitar seprai yang telah ditata dengan
makanan-makanan kecil, maka mamak atau jurubicara dari pihak
keluarga wanita yang datang yang kan memulai pembicaraan menurut
tata adat sopan santun Minang yang disebut pasambahan.
Sambah yang dilakukan dengan mengakat kedua telapak tangn
dihadpan wajah ini, harus ditujukan kepada ninik mamak atau orang
yang memang sudah ditentukan oleh keluarga pihak pria yang telah
ditunjuk untuk itu.
Yang menjadi inti pembicaraan pertama ialah pasambahan siriah, di
mana jurubicara pihak keluarga yang datang menyuguhkan sirih
lengkap yang dibawahnya untuk dicicipi oleh semua yang patut -patut
dalam keluarga pihak laki-laki. Sirih yang disuguhkan itu juga tidak
harus dimakan; dengan memegang atau mengupil secuil daun sirih itu
saja juga sudah dianggap sah.
Setelah itu barulah juru bicara pihak yang datang menanyakan apakah
mereka sudah boleh menyampaikan maksud dan tujuan dari
kedatangan mereka itu.
Lazimnya menurut adat, permintaan dari yang datang ini tidak
langsung dipenuhi oleh keluarga yang menunggu.
Bagaimanapun sesuai dengan basa-basi, sebelum pembicaraan
dimulai, pihak tuan rumah ingin menyuguhkan makanan dan
minuman yang telah terhidang sebagai pelepas lelah bagi tamu-
tamunya. Dalam hal ini berlaku hokum pepatah petitih adat yang
mengatakan :
Selesa makan dan minum, juru bicara keluarga yang datang akan
mengulangi lagi permintaannya apakah sudah dibolehkan
menyampaikan maksud kedatangan mereka.
Jika lamaran telah diterima, maka dilangsungkanlah acara batuka
tando. Tanda dari pihak keluarga perempuan yang meminang
diserahkan olek ninik mamaknya kepada ninik mamak keluarga pria.
Dan dari ninik mamak ini baru diteruskan kepada ibu dari calon
mempelai wanita. Begitu pula sebaliknya.
1. Melamar : Menyampaikan secara resmi lamaran dari pihak kelurga
si gadis kepada pihak keluarga si pemuda.
2. Batuka tando : Mempertukarkan tanda ikatan masing-masing
3. Baretong : Memperembukkan tata cara yang akan dilaksanakan
nanti dalam penjumpatan calon pengantin pria waktu akan dinikahkan.
4. Manakuak Hari : Menentukan waktu kapan niat itu akan
dilaksanakan
V. Malam Bainai
Bainai artinya melekatkan tumbukan halus daun pacar merah yang
dalam istilah Sumatera Barat disebut daun inai ke kuku-kuku jari
calon pegantin wanita. Bisa dilakukan oleh siapa saja. Mandi-mandi
dilaksanakan oleh perempuan-perempuan tua, maka acara Bainai bisa
oleh yang muda-muda pria dan wanita. Jumlahnya juga harus ganjil, 7
atau 9 orang.
Tumbukan halus daun inai ini kalau dibiarkan lekat semalam, akan
meninggalkan bekas warna merah yang cemerlang pada kuku.
Filosofinya : Melindugi si calon pengantin wanita dari segala kejadian
yang dapat mengganggu lancarnya perjalanan acara-acara yang akan
dilaksanakan, baik yang didatangkan oleh manusia yang dengki
maupun oleh setan-setan.
Ada kepercayaan orang-orang tua tempo dulu, keinginan-keinginan
jahat dari seseorang dapat dimasukan melalui ujung-ujung jari. Karena
itu ujung-ujung jari harus dilindungi dengan warna merah. Tapi lepas
dari itu, pekerjaan memerahkan kuku bagi wanita sekarang ternyata
juga merupakan bagian dari element kecantikan.
Lazimnya dan seterusnya acara ini dilangsungkan malam hari sebelum
besok paginya calon anak daro melangsungkan akad nikah.
Tujuan :
1. Untuk membersihkan dan mensucikan si Calon Pengantin secara
lahiriah dan badaniah. Serta untuk melakukan berbagai usaha agar si
calon Pengantin nampak lebih cantik dan cemerlang selam pesta-pesta
perkawinannya.
2. Untuk memberi kesempatan seluruh keluarga terdekat berkumpul
menunjukan kasih saying dan memberikan doa restunya kepada si
Calon Pengantin .
Tata cara
1. Babako-Babaki :
Keluarga pihak ayah yang dalam sistim kekerabatan Matrilinial
Minang disebut Bako yang berperan penting dalam acara ini. Mereka
datang lebih awal membawa segala perlengkapn yang diperlukan
untuk acara serta sekalian membawa barang-barang bawaan
pemberian pihak Bako untuk si Calon Anak daro. Penyerahan segala
barang-barang bawaan bako ini kepada pihak keluarga pengantin
wanita dilakukan secara resmi.
Filosofinya : Ringan sama dijinjing-Berat sama dipikul.
2. Sitawa Sidingin :
Jika semua keluarga terdekat telah hadir termasuk juga keluarga-
keluarga terdekat Calon Pengantin Pria, maka dilangsungkan acara
mandi-mandi secara simbolis dengan memercikkan air dengan ramuan
7 kembang. Air ini dipercikan kecuali oleh Ayah Bundanya juga oleh
perempuan-perempuan tua atau sudah berkeluarga dilingkungan
kelurga Bako- keluarga Ayah-Ibu dan keluarga Calon Besan.
Jumlahnya harus ganjil-7 atau 9 orang.
Si calon Pengantin wanita didudukan pada satu tempat khusus dengan
dipayungi dengan paying kuning oleh seorang dari saudara-saudara
kandungnya yang laki-laki.
Filosofinya : kehormatan dan keselamatan seorang wanita berada
dibawah lindungan saudaranya yang laki-laki yang dalam struktur
kekeluargaan Minang akan menjadi mamak bagi anak-anak yang akan
dilahirkan nanti.
Selain itu 2 orang Wanita saudara-saudara ibunya akan mendampingi
dengan memegang kain Simpai .
Filosofinya : Keluarga-keluarga wanita dari pihak ibu ikut
bertanggung jawab melindungi ponakan-ponakannya yang wanita dari
segala aib dan gunjingan orang.
3. Manapak Jajakan kunigan :
Di beberapa nagari di Sumatera Barat acara malam bainai ini sering
juga diawali lebih dahulu dengan acara mandi-mandi yang akan
dilaksanakan khusus oleh wanita-wanita di siang hari atau sore
harinya.
Maksudnya kira-kira sama dengan siraman dalam tradisi Jawa..
Jika kita simpulkan maka hakikat dari kedua acara ini untuk zaman
kini mempunyai tujuan dan makna sebagai berikut :
1. Untuk mengungkapkan kasih saying keluarga kepada sang dara
yang akan meninggalkan masa remajanya.
2. Untuk memberikan doa restu kepada calon pengantin yang segera
akan membina kehidupan baru berumah tangga.
3. Untuk menyucikan diri calon pengantin lahir dan batin sebelum ia
melaksanakan acara yang sacral, yaitu akad nikah,
4. Untuk membuat anak gadis kelihatan lebih cantik, segar dan
cemerlang selama ia berdandan sebagai anak daro dalam perhelatan-
perhelatannya.
Acara mandi-mandi secara simbolik ini harus diawali oleh ibunya dan
diakhiri oleh Ayahnya. Setelah itu kedua ibu-Bapak menggandeng
puterinya dengan penuh kasih saying secara pelan-pelan membawa
menapak di atas kain jajakan kuning yang terentang antara tempat
acara mandi-mandi dengan pelaminan dimana acara Bainai yang
dilaksanakan.
Filosofinya : Bimbingan terakhir dari seorang ayah dan ibu yang telah
membesarkan puterinya dengan penuh kehormatan, karena setelah
menikah maka yang akan membimbingnya lagi adalah suaminya.
Demikianlah seluruh rangkaian acara malam bainai dan upacara ini
seluruhnya dipandu oleh 2 orang wanita yang dalam istilah Minang
disebut UCI-UCI.