Você está na página 1de 13

ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN

DI

OLEH

BAYU ADITIA RAHMAT

1501005

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATRA UTARA

TA 2017/2018
1. Definisi '

Infeksi Saluran Pernapasan Akut adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu
bagian dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut adalah infeksi atau peradangan yang menyerang saluran
pernafasan atas; mulut, hidung sampai tenggorokan.
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung,
pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan
nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan
(Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam
menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paruparu (alveoli).
Terjadinya Pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi
akut pada bronkhus yang disebut bronkopneumonia. Dalam pelaksanaan Pemberantasan
Penyakit ISPA semua bentuk Pneomonia (baik Pneumonia maupun bronkopneumonia)
disebut Pneumonia saja.

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan


System pernafasan terdiri dari hidung , faring , laring ,trakea , bronkus , sampai dengan
alveoli dan paru-paru.
Fisiologi Pernafasan
Pernafasan paru-paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi
pada paru-paru. Sistem pernafasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan paru-
paru.
1. Hidung merupakan saluran pernafasan yang pertama , mempunyai dua lubang/cavum nasi.
Didalam terdapat bulu yang berguna untuk menyaring udara , debu dan kotoran yang masuk
dalam lubang hidung . hidung dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa (Drs. H.
Syaifuddin. B . Ac , th 1997 , hal 87 )
2. Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan , faring
terdapat dibawah dasar tengkorak , dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas
tulang leher . faring dibagi atas tiga bagian yaitu sebelah atas yang sejajar dengan koana yaitu
nasofaring , bagian tengah dengan istimus fausium disebut orofaring , dan dibagian bawah sekali
dinamakan laringofaring .(Drs .H.syafuddin. B.Ac 1997 hal 88).
3. Trakea merupakan cincin tulang rawan yang tidak lengkap (16-20cincin), panjang 9-11 cm dan
dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos dan lapisan mukosa . trakea
dipisahkan oleh karina menjadi dua bronkus yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri (Drs .H .
Syaifuddin .B. Ac th 1997, hal 88-89)
4. Bronkus merupakan lanjutan dari trakea yang membentuk bronkus utama kanan dan kiri ,
bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri cabang bronkus yang lebih
kecil disebut bronkiolus yang pada ujung ujung nya terdapat gelembung paru atau gelembung
alveoli (H.Syaifuddin B Ac th1997, hal 89-90).
5. Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
gelembung .paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan tiga lobus dan paru-paru kiri
dua lobus . Paru-paru terletak pada rongga dada yang diantaranya menghadap ke tengah rongga
dada / kavum mediastinum. Paru-paru mendapatkan darah dari arteri bronkialis yang kaya akan
darah dibandingkan dengan darah arteri pulmonalis yang berasal dari atrium kiri.besar daya muat
udara oleh paru-paru ialah 4500 ml sampai 5000 ml udara. Hanya sebagian kecil udara ini, kira-
kira 1/10 nya atau 500 ml adalah udara pasang surut . sedangkan kapasitas paru-paru adalah
volume udara yang dapat di capai masuk dan keluar paru-paru yang dalam keadaan normal
kedua paru-paru dapat menampung sebanyak kuranglebih 5 liter. (Drs. H. Syaifuddin . B.Ac .th
1997 hal 90 , EVELYN,C, PIERCE , 1995 hal 221 ).
Pernafasan ( respirasi ) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen
ke dalam tubuh ( inspirasi) serta mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida sisa
oksidasi keluar tubuh ( ekspirasi ) yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga
pleura dan paru-paru .proses pernafasan tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu:

1. Ventilasi pulmoner.

Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang merupakan proses aktif dan pasif yang
mana otot-otot interkosta interna berkontraksi dan mendorong dinding dada sedikit ke arah
luar, akibatnya diafragma turun dan otot diafragma berkontraksi. Pada ekspirasi diafragma dan
otot-otot interkosta eksterna relaksasi dengan demikian rongga dada menjadi kecil
kembali, maka udara terdorong keluar. (NI LUH GEDE.Y.A.SKp.1995.hal
124. Drs.H.Syaifuddin.B.Ac.1997.hal 91)

2. Difusi Gas.

Difusi Gas adalah bergeraknya gas CO2 dan CO3 atau partikel lain dari area yang bertekanan
tinggi kearah yang bertekanann rendah. Difusi gas melalui membran pernafasan yang
dipengaruhi oleh factor ketebalan membran, luas permukaan membran, komposisi membran,
koefisien difusi O2 dan CO2 serta perbedaan tekanan gas O2 dan CO2. Dalam Difusi gas ini
pernfasan yang berperan penting yaitu alveoli dan darah. (Ni Luh Gede.Y.A. SKP. Th 1995 hal
124, Drs. H. Syaifuddin. B.Ac.1997 hal 93 .Hood .Alsegaff th 1995 . hal 36-37)

3. Transportasi Gas

Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan
bantuan darah ( aliran darah ). Masuknya O2 kedalam sel darah yang bergabung dengan
hemoglobin yang kemudian membentuk oksihemoglobin sebanyak 97% dan sisa 3 % yang
ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel .(Ni Luh Gede Y. A. Skp th1995 hal 125 Hood
Alsegaff th 1995 hal 40).
Di dalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan menembus membran
alveoli, dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan
hidung
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida, konsentrasi dalam darah mempengaruhi
dan merangsang pusat pernafasan terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam
pernafasan sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak.

2.3 Klasifikasi Penyakit ISPA


Menurut Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi menjadi dua
golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia.
Untuk kelompok umur <2 bulan klasifikasi dibagi atas :
Pneumonia berat Bukan Pneumonia
1. Nafas cepat lebih dari 60
1. Tidak ada nafas cepat (nafas kurang dari 60
x/menit x/menit
2. Tampak tarikan dinding dada 2. Tidak ada tarikan dinding dada/bagian bawah
3. Diisolasi dari cacing tanah oleh ke dalam yang kuat
Ruiz

Untuk kelompok umur 2 bulan -<5 tahun klasifikasi dibagi atas :


Pneumonia berat Pneumonia Bukan Pneumonia
1. Tampak tarikan 1. Tidak ada tarikan dinding1. tidak ada nafas cepat
dinding dada/bagian dada/bagian bawah ke dalam2. tidak ada tarikan
bawah ke dalam yang yang kuat dinding dada/bagian
kuat 2. Nafas cepat: bawah ke dalam yang
- bayi umur 2 bulan - < 12 bulan kuat.
lebih dari 50 x/menit 3. batuk pilek biasa
-
2.4 Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab
ISPA antara lain adalah dari genus streptokokus. Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofilus,
Bordetella dan Korinebakterium. Virus Penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus,
Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.
1. Virus Utama : ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus.
2. ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus
3. Bakteri Utam : Streptococus,pneumonia,haemophilus influenza,Staphylococcus aureus.
4. Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak usia sekolah : Mycoplasma
pneumonia.

2.5 Faktor Resiko

1. Faktor diri (host) : umur,jenis kelamin,status gizi,kelainan congenital,imunologis,BBLR


dan premature.
2. Faktor lingkungan : Kualitas perawatan orang tua,asap rokok,keterpaparan terhadap
infeksi,social ekonomi,cuaca dan polusi udara.

2.6 Patofisiologi
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :

1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah
apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan
batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,sembuh
dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.
2.7 Tanda dan Gejala
2.7.1 Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:
1. Batuk
2. Nafas cepat
3. Bersin
4. Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
5. Nyeri kepala
6. Demam ringan
7. Tidak enak badan
8. Hidung tersumbat
9. Kadang-kadang sakit saat menelan

2.7.2 Tanda-tanda bahaya klinis ISPA


1. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak,
napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
2. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
3. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung,
kejang dan coma.
4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak

2.8 Cara Penularan


Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dapat menular melalui udara dengan cara batuk atau
bersin.
2.9 Penatalaksanaan
a. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian multivitamin
dll.
b. Antibiotik :
c. Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
d. Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
e. Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol,Amoksisillin,Ampisillin,Penisillin
Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin,klorampenikol,kloksasilin,gentamisin.
f. Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.

2.9.2 Perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek
g. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres, memberikan kompres, dengan
menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
h. Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis sendok
teh dicampur dengan kecap atau madu sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

2.10 Cara Mencegah terjadinya ISPA Berulang


Cara mencegah terjadinya ISPA berulang yaitu dengan cara:
1. Berikan makanan makanan yang bergizi
2. mintalah anak untuk diimunisasi secara lengkap
3. Jagalah kebersihan tubuh, makanan dan lingkungan
2.11 Konsep Asuhan Keperawatan
2.11.1 Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan ISPA :
a. Riwayat : demam,batu,pilek,anoreksia,badan lemah/tidak bergairah,riwayat penyakit
pernapasan,pengobatan yang dilakukan dirumah dan penyakit yang menyertai.
b. Tanda fisik : Demam,dyspneu,tachipneu,menggunakan otot pernafasan tambahan,faring
hiperemis,pembesaran tonsil,sakit menelan.
c. Faktor perkembangan : Umum ,tingkat perkembangan,kebiasaan sehari-hari,mekanisme
koping,kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
d. Pengetahuan pasien/keluarga : pengalaman terkena penyakit pernafasan,pengetahuan tentang
penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan.
2.11.2 Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia
3. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
4. Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi
penekanan imun)

2.11.3 Intervensi dan Rasionalisasi


1. Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi
Tujuan : Suhu tubuh normal berkisar antara 36 37, 50
Intervensi Rasionalisasi
1. Observasi tanda tanda vital 1. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat
menentukan perkembangan perawatan
selanjutnya.
2. Degan menberikan kompres maka aakan
2. Anjurkan pada klien/keluarga umtuk
terjadi proses konduksi / perpindahan panas
melakukan kompres dingin ( air biasa) pada
dengan bahan perantara .
kepala / axial.
3. Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk
3. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian
pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap
yang tipis dan yang dapat menyerap keringat
keringat.
seperti terbuat dari katun.
4. Atur sirkulasi udara.
5. Anjurkan klien untuk minum banyak 2000 4. Penyedian udara bersih.
2500 ml/hr. 5. Kebutuhan cairan meningkat karena
6. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur selama penguapan tubuh meningkat.
fase febris penyakit. 6. Tirah baring untuk mengurangi metabolism
7. Kolaborasi dengan dokter : dan panas.
Dalm pemberian therapy, obat antimicrobial 7. Untuk mengontrol infeksi pernapasan
antipiretika Menurunkan panas

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia


Tujuan : klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.
* klien dapat mentoleransi diet yang dianjurkan.
* Tidak menunujukan tanda malnutrisi.

Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang 1. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori
BB setiap hari menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi.

2. Berikan makan pporsi kecil tapi sering dan 2. Untuk menjamin nutrisi adekuat/ meningkatkan kalori

dalam keadaan hangat total

3. Beriakan oral sering, buang secret berikan 3. Nafsu makan dapt dirangsang pada situasi rilek,

wadah husus untuk sekali pakai dan tisu dan bersih dan menyenangkan.

ciptakan lingkungan beersih dan


menyenamgkan.
4. Tingkatkan tirai baring. 4. Untuk mengurangi kebutuhahan metabolic
5. Kolaborasi 5. Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada
Konsul ahli gizi untuk memberikan diet sesuai situasi atau kebutuhan individu untuk memberikan
kebutuhan klie nutrisi maksim
3. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Tujuan : Nyeri berkurang / terkontrol

Intervensi Rasionalisasi
1. Teliti keluhan nyeri ,catat intensitasnya 1. Identifikasi karakteristik nyeri & factor yang
(dengan skala 0 10), factor memperburuk berhubungan merupakan suatu hal yang amat
atau meredakan lokasimya, lamanya, dan penting untuk memilih intervensi yang cocok
karakteristiknya. & untuk mengevaluasi ke efektifan dari terapi
yang diberikan.
2. Mengurangi bertambah beratnya penyakit.

2. Anjurkan klien untuk menghindari allergen /


iritan terhadap debu, bahan kimia, asap,rokok.
3. Dan mengistirahatkan/meminimalkan 3. Peningkatan sirkulasi pada daerah
berbicara bila suara serak. tenggorokan serta mengurangi nyeri
tenggorokan.

4. Kortikosteroid digunakan untuk mencegah

4. Anjurkan untuk melakukan kumur air garam reaksi alergi / menghambat pengeluaran

hangat histamine dalam inflamadi pernapasan.


5. Analgesic untuk mengurangi rasa nyeri

5. Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi
Steroid oral, iv, & inhalasi
analgesic
4. Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi
penekanan imun)
Tujuan : tidak terjadi penularan dan tidak terjadi komplikas

Intervensi Rasionalisasi
1. Batasi pengunjung sesuai indikasi 1. Menurunkan potensial terpalan pada penyakit
infeksius.

2. Jaga keseimbangan antara istirahat dan 2. Menurunkan konsumsi /kebutuhan

aktifitas keseimbangan O2 dan memperbaiki


pertahanan klien terhadap infeksi,
meningkatkan penyembuhan.
3. Mencegah penyebaran pathogen melalui
3. Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin,
cairan
jika ditutup dengan tisu buang segera
ketempat sampah
4. Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan
4. Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak
umum dan menurunkan tahanan terhadap
usia dibawah 2 tahun, lansia dan penderita
infeksi
penyakit kronis. Dan konsumsi vitamin C, A
dan mineral seng atau anti oksidan jika
kondisi tubuh menurun / asupan makanan
berkurang
5. Kolaborasi 5. Dapat diberikan untuk organiasme khusus
Pemberian obat sesuai hasil kultur yang teridentifikasi dengan kultur dan
sensitifitas / atau di berikan secara profilatik
karena resiko tinggi
DAFTAR PUSTAKA

Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes
gunawan. Jakarta: EGC
Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 20012002,Philadelpia,USA
Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Materi pelatihan kader dan penyegara kader (2004), PSIK UMJ, Jakarta
Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan Anak) PSIK
FK UGM tidak dipublikasikan

Você também pode gostar