Você está na página 1de 25

BAB I

PENDAHULUAN

Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup


di luar kandungan yaitu berat badan kurang dari 500 gram atau usia kehamilan
kurang dari 20 minggu. Dari 210 juta kehamilan, 75 juta dianggap tidak
direncanakan5 di mana sekitar 15% kehamilan akan berakhir pada aborsi. Pada
negara berkembang, prevalensi abortus mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup
dan paling tinggi terdapat di Afrika yaitu 870 per 100.000 kelahiran hidup.
Sekitar 75% abortus spontan ditemukan pada usia gestasi kurang dari 16
minggu dan 62% sebelum usia gestasi 12 minggu. Insidensi abortus inkomplit
belum diketahui secara pasti, namun demikian disebutkan sekitar 60% dari wanita
hamil dirawat di rumah sakit dengan perdarahan akibat mengalami abortus
inkomplit. Inisidensi abortus spontan secara umum disebutkan sebesar 10% dari
seluruh kehamilan.
Terdapat berbagai faktor risiko dan penyebab dari abortus sendiri di mana
50 % sampai 70 % abortus terjadi spontan pada trimester pertama terutama
abortus rekuren disebabkan oleh kelainan genetik. Selain itu, trauma yang sering
sekali terjadi dalam kehidupan masyarakat dapat menyebabkan abortus melalui
beberapa mekanisme.
Kasus yang diangkat dalam laporan kasus ini adalah mengenai seorang
wanita, 29 tahun, yang datang dengan keluhan keluar darah disertai jaringan dari
kemaluan. Di RSU Bangli, dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pasien akhirnya didiagnosis dengan abortus inkomplit
dan dilakukan kuretase.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
di luar kandungan yaitu berat badan kurang dari 500 gram atau usia kehamilan
kurang dari 20 minggu.1

2.2. Epidemiologi
Dari 210 juta kehamilan, 75 juta dianggap tidak direncanakan dimana
sekitar 15% kehamilan akan berakhir pada aborsi.3 Sekitar 500.000 wanita
meninggal akibat komplikasi persalinan, 7 juta wanita mengalami gangguan
kesehatan setelah melahirkan. Pada negara berkembang, prevalensi abortus
mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup dan paling tinggi terdapat di Afrika
yaitu 870 per 100.000 kelahiran hidup.4

Sekitar 75% abortus spontan ditemukan pada usia gestasi kurang dari 16
minggu dan 62% sebelum usia gestasi 12 minggu. Insidensi abortus inkomplit
belum diketahui secara pasti, namun demikian disebutkan sekitar 60% dari wanita
hamil dirawat di rumah sakit dengan perdarahan akibat mengalami abortus

2
inkomplit. Inisidensi abortus spontan secara umum disebutkan sebesar 10% dari
seluruh kehamilan.5

2.3. Etiologi
1. Faktor Genetik
Lima puluh persen sampai tujuh puluh persen abortus spontan terutama
abortus rekuren disebabkan oleh kelainan genetik. Kelainan genetik menjadi
penyebab 70% 6 minggu pertama, 50% sebelum 10 minggu, dan 5% setelah
12 minggu. Kelainan ini dapat disebabkan faktor maternal maupun paternal.
Gamet jantan berkontribusi pada 50% material genomik embrio. Mekanisme
yang dapat berkontribusi menyebabkan kelainan genetik adalah kelainan
kromosom sperma, kondensasi kromatin abnormal, fragmentasi DNA,
peningkatan apoptosis, dan morfologi sperma yang abormal. Sekitar 42%
struktur vili korionik abnormal akibat gangguan genetik.6
2. Gangguan plasenta
Mayoritas kasus abortus berkaitan dengan kelainan genetik maupun
kelainan perkembangan plasenta terutama pada vili korionik yang berperan
sebagai unit fungsional plasenta dalam hal transpor oksigen dan nutrisi pada
fetus. Pada 97% kasus menunjukkan vili plasenta berkurang, 83% vili
mengalami fibrosis stroma, 75% mengalami degenerasi fibroid, dan 75%
mengalami pengurangan pembuluh darah. Inflamasi dan gangguan genetik
dapat menyebabkan aktivasi proliferasi mesenkim dan edema stroma vili.
Keadaan ini akan berlanjut membentuk sisterna dan digantikan dengan
jaringan fibroid. Pada abortus, pendarahan yang merembes melalui desidua
akan membentuk lapisan di sekeliling vili korionik. Kemudian, material
pecah dan merangsang degenerasi fibrinoid.6
3. Kelainan uterus
Pada pasien dengan abortus, prevalensi pasien dengan anomali uterus
bervariasi dari 1,8%-37,6% terutama pada kehamilan trimester akhir.
Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan kelainan yang
timbul dalam proses perkembangan janin. Cacat uterus akuisita yang

3
berkaitan dengan abortus adalah leiomioma dan perlekatan intrauteri.
Leiomioma uterus yang besar dan majemuk sekalipun tidak selalu disertai
dengan abortus, bahkan lokasi leiomioma tampaknya lebih penting daripada
ukurannya. Mioma submokosa, tapi bukan mioma intramural atau
subserosa, lebih besar kemungkinannya untuk menyebabkan abortus.
Namun demikian, leiomioma dapat dianggap sebagai faktor kausatif hanya
bila hasil pemeriksaan klinis lainnya ternyata negatif dan histerogram
menunjukkan adanya defek pengisian dalam kavum endometrium.
Miomektomi sering mengakibatkan jaringan parut uterus yang dapat
mengalami ruptur pada kehamilan berikutnya, sebelum atau selama
persalinan. Perlekatan intrauteri paling sering terjadi akibat tindakan
kuretase pada abortus yang terinfeksi atau pada missed abortus atau
mungkin pula akibat komplikasi postpartum. Keadaan tersebut disebabkan
oleh destruksi endometrium yang sangat luas. Selanjutnya keadaan ini
mengakibatkan amenore dan abortus habitualis yang diyakini terjadi akibat
endometrium yang kurang memadai untuk mendukung implatansi hasil
pembuahan.6
Inkomptensi serviks adalah ketidakmampuan serviks untuk
mempertahankan suatu kehamilan oleh karena defek fungsi maupun struktur
pada serviks. Inkompetensi serviks biasanya menyebabkan abortus pada
trimester kedua dengan insidensi 0,5-8%. Keadaan ini juga dapat
menyebabkan hilangnya barrier mekanik yang memisahkan kehamilan dari
flora bakteri vagina dan kebanyakan asimptomatik. Serviks merupakan
barier mekanik yang memisahkan kehamilan dari flora bakteri vagina.
Ekspulsi jaringan konsepsi terjadi setelah membran plasenta mengalami
ruptur pada prolaps yang disertai dengan balloning membran plasenta ke
dalam vagina.6
4. Kelainan endokrin
a. Defek Fase Luteal dan Defisiensi Progesteron
Defek fase luteal disebut juga defisiensi progesteron merupakan suatu
keadaan dimana korpus luteum mengalami kerusakan sehingga produksi

4
progesteron tidak cukup dan mengakibatkan kurang berkembangnya dinding
endometrium. Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon
tersebut mempunyai hubungan dengan kenaikan insiden abortus. Karena
progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi hormon tersebut
secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan
demikian turut berperan dalam peristiwa kematiannya.7
b. Sindrom ovarium polikistik, hipersekresi LH, dan hiperandrogenemia
Sindrom ovarium polikistik terkait dengan infertilitas dan abortus. Dua
mekanisme yang mungkin menyebabkan hal tersebut terjadi adalah
peningkatan hormon LH dan efek langsung hiperinsulinemia terhadap
fungsi ovarium.
5. Kelainan Imunologi
Sekitar 15% dari 1.000 wanita dengan abortus habitualis memiliki faktor
autoimun. Faktor autoimun misal SLE, APS, antikoagulan lupus, antibodi
antikardiolipin. Selain itu, faktor alloimun dapat mempengaruhi melalui
HLA. Bila kadar atau reseptor leptin menurun, terjadi aktivasi sitrokin
proinflamasi, dan terjadi peningkatan risiko abortus. Mekanismenya
berhubungan dengan timbal balik aktif reseptor di vili dan ekstra vili
tropoblas.9
6. Infeksi.
Berbagai macam infeksi dapat menyebabkan abortus pada manusia, tetapi
hal ini tidak umum terjadi. Organisme seperti Treponema pallidum,
Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorhoeae, Streptococcus agalactina,
virus herpes simpleks, sitomegalovirus, Listeria monocytogenes dicurigai
berperan sebagai penyebab abortus. Toxoplasma juga disebutkan dapat
menyebabkan abortus. Isolasi Mycoplasma hominis dan Ureaplasma
urealyticum dari 4 traktus genetalia sebagaian wanita yang mengalami
abortus telah menghasilkan hipotesis yang menyatakan bahwa infeksi
mikoplasma yang menyangkut traktus genetalia dapat menyebabkan
abortus. Dari kedua organisme tersebut, Ureaplasma Urealyticum
merupakan penyebab utama.7

5
7. Penyakit kronik
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan
ibu misalnya penyakit tuberkulosis jarang menyebabkan abortus. Hipertensi
jarang disertai dengan abortus pada kehamilan sebelum 20 minggu, tetapi
keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin dan persalinan prematur.
Pada saat ini, hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar
kemungkinanya menjadi predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus. 7
8. Trauma
Sekitar 7% wanita mengalami trauma selama kehamilan tetapi banyak kasus
yang tidak dilaporkan. Pada umumnya, mekanisme trauma yang paling
banyak adalah jatuh sendiri dan kesengajaan. Data epidemiologis 16 negara
menunjukkan bahwa kecelakaan lalu lintas, kebakaran, dan jatuh yang
paling banyak menyebabkan mortalitas maternal. Keadaan ini akan
menyebabkan abrupsio plasenta, pendarahan fetomaternal, rupture uteri,
trauma janin langsung.10

2.4. Klasifikasi
Abortus dapat diklasifikasikan berdasarkan :12,13
1. Tujuan
a. Abortus medisinalis yaitu abortus yang sengaja dilakukan dengan
alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu.
Pertimbangan ini dilakukan oleh minimal 3 dokter spesialis yaitu
spesialis kebidanan dan kandungan, spesialis penyakit dalam, dan
spesialis jiwa, bila perlu ditambah dengan pertimbangan dari tokoh
agama yang terkait.
b. Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-
tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
c. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan apapun.
2. Jenis (dibahas pada diagnosis)
3. Waktu

6
Abortus dini bila abortus tejadi pada usia kehamilan <12 minggu dan >12
minggu disebut abortus lanjut. Abortus trimester satu biasanya diakibatkan
kelainan genetik atau penyakit autoimun yang diderita ibu, abortus trimester
dua biasanya disebabkan oleh kelainan uterus.

2.5. Patogenesis
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau
seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua yang
menyebabkan nekrosis jaringan. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi
akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi
uterus dan mengawali adanya proses abortus. Karena hasil konsepsi tersebut
terlepas dapat menjadi benda asing dalam uterus yang menyebabkan uterus
berkontraksi dan mengeluarkan isinya.12
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang
masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung
dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih
tertahan dalam cavum uteri atau di kanalis servikalis. Perdarahan
pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi. Pada kehamilan
8-14 minggu biasanya diawali dengan pecahnya selaput ketuban dan diikuti
dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam
cavum uteri. Jenis ini sering menimbulkan perdarahan pervaginam banyak.
Pada kehamilan minggu ke 14-22, janin biasanya sudah dikeluarkan dan
diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang
plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menimbulkan gangguan
kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam banyak. Perdarahan
pervaginam umumnya lebih sedikit namun rasa sakit lebih menonjol. 7
Pada abortus hasil konsepsi yang dikeluarkan terdapat dalam berbagai
bentuk yaitu kantong amnion kosong, di dalam kantung amnion terdapat
benda kecil yang bentuknya masih belum jelas (blighted ovum), atau janin
telah mati lama. Plasentasi tidak adekuat sehingga sel tropoblas gagal masuk

7
ke dalam arteri spiralis. Akibatnya, terjadi peredaran darah prematur dari
ibu ke anak.7,12

2.6. Diagnosis
Abortus diduga pada wanita yang pada masa reproduktif mengeluh
tentang perdarahan pervaginam setelah terlambat haid. Hipotesis dapat
diperkuat pada pemeriksaan bimanual dan tes kehamilan. Harus
diperhatikan banyaknya perdarahan, pembukaan serviks, adanya jaringan
dalam kavum uteri atau vagina.
Disebut pendarahan ringan-sedang bila doek bersih selama 5 menit,
darah segar tanpa gumpalan, darah yang bercampur dengan mukus.
Pendarahan berat bila pendarahan yang banyak, merah terang, dengan atau
tanpa gumpalan, doek penuh darah dalam waktu 5 menit, dan pasien tampak
pucat.
Bentuk pengeluaran hasil konsepsi bervariasi sesuai usia gestasi, di
bawah 14 minggu dimana plasenta belum terbentuk sempurna dikeluarkan
seluruh atau sebagian hasil konsepsi, di atas 16 minggu dengan
pembentukan plasenta sempurna dapat didahului dengan ketuban pecah
diikuti pengeluaran hasil konsepsi, dan dilanjutkan dengan pengeluaran
plasenta.7
Diagnosis abortus dilakukan berdasarkan jenisnya, yaitu:7,12,14,16,17,19
1. Abortus Iminens adalah pendarahan dari uterus pada kehamilan kurang
dari 20 minggu, hasil konsepsi masih di dalam uterus dan tidak ada
dilatasi serviks. Pasien akan atau tidak mengeluh mules-mules, uterus
membesar, terjadi pendarahan sedikit seperti bercak-bercak darah
menstruasi tanpa riwayat keluarnya jaringan terutama pada trimester
pertama kehamilan. Pada pemeriksaan obstetrik dijumpai tes kehamilan
positif dan serviks belum membuka. Pada inspekulo dijumpai bercak
darah di sekitar dinding vagina, porsio tertutup, tidak ditemukan
jaringan.

8
2. Abortus Insipiens adalah perdarahan kurang dari 20 minggu karena
dilatasi serviks uteri meningkat dan hasil konsepsi masih dalam uterus.
Pasien akan mengeluhkan mules yang sering dan kuat, keluar darah dari
kemaluan tanpa riwayat keluarnya jaringan, pendarahan biasanya terjadi
pada trimester pertama kehamilan, darah berupa darah segar menglair.
Pada inspekulo, ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina, porsio
terbuka, tidak ditemukan jaringan.
3. Abortus inkomplit adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih terdapat sisa hasil konsepsi tertinggal
dalam uterus. Pada anamnesis, pasien akan mengeluhkan pendarahan
berupa darah segar mengalir terutama pada trimester pertama dan ada
riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir.
4. Abortus Komplit adalah keadaan di mana semua hasil konsepsi telah
dikeluarkan. Pada penderita terjadi perdarahan yang sedikit, ostium
uteri telah menutup dan uterus mulai mengecil. Hasil konsepsi saat
diperiksa dinyatakan bahwa semua sudah keluar dengan lengkap.
Pendarahan biasanya tinggal bercak-bercak dan anamnesis di sini
berperan penting dalam menentukan ada tidaknya riwayat keluarnya
jaringan dari jalan lahir Pada inspekulo, ditemukan darah segar di
sekitar dinding vagina, porsio terbuka, tidak ditemukan jaringan
5. Missed Abortion ditandai dengan kematian embrio atau fetus dalam
kandungan >8 minggu sebelum minggu ke-20. Pada anamnesis akan
ditemukan uterus berkembang lebih rendah dibanding usia
kehamilannya, bisa tidak ditemukan pendarahan atau hanya bercak-
bercak, tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir. Pada
inspekulo bisa ditemukan bercak darah di sekitar dinding vagina, portio
tertutup, tidak ditemukan jaringan
6. Abortus rekuren adalah abortus spontan sebanyak 3x/ lebih berturut-
turut.Pada anamnesis akan dijumpai satu atau lebih tanda-tanda abortus
di atas, riwayat menggunakan IUD atau percobaan aborsi sendiri, dan
adanya demam.

9
7. Abortus Septik ditandai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh
atau peritonium. Hasil diagnosis ditemukan: panas, lemah, takikardia,
sekret yang bau dari vagina, uterus besar dan ada nyeri tekan dan bila
sampai sepsis dan syok.

2.7. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk abortus meliputi:
Ultrasonografi
Pada usia 4 minggu, dapat terlihat kantung gestasi eksentrik dengan
diameter 2-3 mm. Pada usia gestasi 5 minggu, terlihat diameter kantung
gestasi 5 mm, kantung telur 3-8 mm. Pada usia gestasi 6 minggu, terlihat
diameter kantung gestasi 10 mm, embrio 2-3 mm, dan terdapat aktivitas
jantung. Pada usia gestasi 7 minggu, diameter kantung gestasi 20 mm,
terlihat bagian kepala dan badan yang menyatu. Pada usia gestasi 8
minggu, diameter kantung gestasi 25 mm, herniasi midgut, terlihat
rhombencephalon, dan limb buds. Pada usia gestasi 9 minggu, tampak
pleksus koroidalis, vertebra, dan ekstremitas. Pada usia gestasi 10 minggu,
telah terlihat bilik jantung, lambung, kandung kemih, dan osifikasi tulang,
pada usia gestasi 11 minggu, usus telah terbentuk dan struktur lainnya
cenderung telah terbentuk dengan baik. Abortus dapat ditegakkan dari USG
transabdominal bila pada embrio >8 mm dan tidak ditemukan aktivitas
jantung.2

2.8. Diagnosis banding7,12


Diagnosis Gejala Pemeriksaan fisik Pemeriksaan
banding penunjang
Abortus - perdarahan dari - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin
iminens uterus pada umur kehamilan masih positif
kehamilan sebelum - Dilatasi serviks (-) - USG : gestasional sac
20 minggu berupa (+), fetal plate (+),
flek-flek fetal movement (+),
- nyeri perut ringan fetal heart movement
- keluar jaringan (-) (+)
Abortus - perdarahan banyak - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin
insipien dari uterus pada umur kehamilan masih positif
kehamilan sebelum - Dilatasi serviks (+) - USG : gestasional sac

10
20 minggu (+), fetal plate (+),
- nyeri perut berat fetal movement (+/-),
- keluar jaringan (-) fetal heart movement
(+/-)
Abortus - perdarahan banyak / - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
inkomplit sedang dari uterus umur kehamilan masih positif
pada kehamilan - Dilatasi serviks (+) - USG : terdapat sisa
sebelum 20 minggu - teraba jaringan dari hasil konsepsi (+)
- nyeri perut ringan cavum uteri atau
- keluar jaringan masih menonjol pada
sebagian (+) osteum uteri
eksternum
Abortus - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
komplit - nyeri perut (-) umur kehamilan masih positif
- keluar jaringan (+) - Dilatasi serviks (-) bila terjadi 7-10 hari
setelah abortus.
USG : sisa hasil
konsepsi (-)
Missed - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
abortion - nyeri perut (-) umur kehamilan negatif setelah 1
- biasanya tidak - Dilatasi serviks (-) minggu dari
merasakan keluhan terhentinya
apapun kecuali pertumbuhan
merasakan kehamilan.
pertumbuhan - USG : gestasional sac
kehamilannya tidak (+), fetal plate (+),
seperti yang fetal movement (-),
diharapkan. Bila fetal heart movement
kehamilannya > 14 (-)
minggu sampai 20
minggu penderita
merasakan rahimnya
semakin mengecil,
tanda-tanda
kehamilan sekunder
pada payudara mulai
menghilang.
Mola - Tanda kehamilan (+) - TFU lebih dari umur - tes kehamilan urin
hidatidosa - Terdapat banyak atau kehamilan masih positif
sedikit gelembung - Terdapat banyak atau (Kadar HCG lebih dari
mola sedikit gelembung 100,000 mIU/mL)
- Perdarahan banyak / mola - USG : adanya
sedikit - DJJ (-) pola badai salju
- Nyeri perut (+) (Snowstorm).
ringan
- Mual - muntah (+)
Blighted - Perdarahan berupa - TFU kurang dari usia - tes kehamilan urin
ovum flek-flek kehamilan positif
- Nyeri perut ringan - OUE menutup - USG : gestasional sac
- Tanda kehamilan (+) (+), namun kosong
(tidak terisi janin).
KET - Nyeri abdomen (+) - Nyeri abdomen (+) - Lab darah : Hb rendah,
- Tanda kehamilan (+) - Tanda-tanda syok eritrosit dapat
- Perdarahan (+/-) : hipotensi, meningkat, leukosit
pervaginam (+/-) pucat, ekstremitas dapat meningkat.

11
dingin. - Tes kehamilan positif
- Tanda-tanda akut - USG : gestasional sac
abdomen (+) : perut diluar cavum uteri.
tegang bagian
bawah, nyeri tekan
dan nyeri lepas
dinding abdomen.
- Rasa nyeri pada
pergerakan servik.
- Uterus dapat teraba
agak membesar dan
teraba benjolan
disamping uterus
yang batasnya sukar
ditentukan.
- Cavum douglas
menonjol berisi
darah dan nyeri bila
diraba

2.9. Penatalaksanaan20

1. Abortus Iminens :

a. Rawat jalan.
b. Banyak istirahat, hindari hubungan seksual.
c. Medikamentosa (kalau perlu):
Penenang: Luminal, Diazepam.
Diazepam 3 kali 2 mg, per oral selama 5 hari
atau Luminal 3 kali 30 mg.

Tokolitik: Papaverin 3 x I tablet


Plasentotrofik:
Allylesterenol 10 mg, 3 kali 1 tab.

d. Bila penyebab diketahui maka dilakukan terapi terhadap


penyebab.
e. Pada kasus tertentu seperti abortus habitualis dan riwayat
infertilitas dilakukan rawat inap.

12
2. Abortus Insipiens :

a. Perbaikan keadaan umum.


b. Umur kehamilan kurang dari 12 minggu dilakukan kuretase,
lebih dari 12 minggu dilakukan oksitosin titrasi dan kuretase.
c. Medikamentosa.
Metil ergometrin 3 kali 5 mg per oral selama 5 hari.
Amoksisilin 3 kali 500 mg per oral selama 5 hari.

3. Abortus Inkomplit :

a. Perbaikan keadaan umum.


b. Kuretase dengan atau tanpa digital plasenta pre kuretase.
c. Medikamentosa.
Metilergometrin 3 kali 5 mg per oral selama 5 hari.
Amoksisilin 3 kali 500 mg per oral selama 5 hari.

4. Missed Abortion :

a. Persiapan evakuasi poliklinis dan periksa faal hemostasis.


b. Evakuasi dengan D & C

5. Abortus Infeksiosus :

a. Perbaikan keadaan umum.


b. Antipiretik injeksi 2 cc i.m.
c. Ampicilin 3 kali l g, Gentamisin 2 kali 80 g, Metronidazol supp
3 kali 1 g.
d. Kuretase dilakukan dalam tempo 6 jam bebas panas atau dalam
waktu 12-24 jam apabila panas tidak turun.

13
2.10. Prognosis
Selain pada kasus antibodi antifosfolipid dan serviks inkompeten,
angka kesembuhan setelah tiga kali abortus berturut-turut berkisar antara 70
dan 85 %, apapun terapinya. Wanita dengan abortus spontan tiga kali atau
lebih berisiko lebih besar mengalami pelahiran preterm, plasenta previa,
presentasi bokong, dan malformasi janin pada kehamilan berikutnya.7

14
BAB III
LAPORAN KASUS

SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
RSU BANGLI

1. Identitias Pasien
Nama : APDN
Umur : 29 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/Agama : Bali/Hindu
Status : Menikah
Alamat : Banjar Sideparna, Tembuku, Bangli
Tanggal Masuk : 4 September 2015 pukul 17.00 WITA
No. MR : 216028

2. Anamnesis
Keluhan utama : Keluar darah dari kemaluan
Riwayat Keluhan :
- Pasien datang sadar mengeluh keluar darah pervaginam sejak pukul
17.00 WITA (4 September 2015). Pasien juga mengeluhkan ada keluar
jaringan bersamaan dengan keluarnya darah. Pasien juga mengeluh nyeri
perut dan pinggang. Pasien sempat pingsan tadi siang. Pasien
menyangkal riwayat keluar air pervaginam. Pasien menyangkal riwayat
jatuh dan koitus. Pasien menyangkal adanya riwayat demam.
- BAK (+), BAB (+), kesan normal.

Riwayat dan Kebiasaan


Riwayat Penggunaan Obat

15
Tidak jelas
Riwayat Penyakit Terdahulu
Tekanan darah tinggi, diabetes melitus, jantung, asma, dan alergi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Tekanan darah tinggi, diabetes melitus, jantung, asma, dan alergi disangkal
Riwayat Haid
HPHT : 28-05-2015
TTP : 04-03-2016
ANC : Di dokter kandungan sebanyak 3 kali
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Lama Haid : 3-4 hari, teratur
Volume : 60 cc
Nyeri haid :-
Riwayat Persalinan
1. 9 tahun. Aterm. Pspt B. Tenaga Kesehatan. . 2.500 g. Normal
2. 4 tahun. Prematur. SC ec KPD. Tenaga Kesehatan. . 1.700 g. Normal
3. Hamil ini.
Riwayat Pernikahan
Pasien menikah sebanyak 1 kali, umur waktu pertama kawin 21 tahun,
pasien sudah menikah selama 9 tahun
Riwayat Kontrasepsi
Pasien menggunakan KB suntik 3 bulan sekali. Lama pemakaian : 4 tahun
Riwayat Sosial dan Ekonomi
Pasien saat ini tinggal dengan suaminya. Pasien adalah seorang ibu rumah
tangga. Pasien mengaku tidak pernah mengonsumsi alkohol maupun
merokok.
Riwayat Operasi
SC anak ke-2, dirawat selama 3 hari

16
3. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Kesadaran : Compos mentis Anemis : (-)
TD : 100/70 mmHg Ikterus : (-)
HR : 84 x/menit, teratur Sianosis : (-)
RR : 20 x/menit Dyspnea : (-)
Temp Aksila/Rec : 36,2 C/36,7 C Edema : (-)
Status Generalisata
Kepala : Mata : Konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), pupil isokor ka=ki,
Status General

Mata : anemi -/-, ikterus -/-


Leher : Tiroid : tidak teraba
Mamae : Bentuk : simetris
Pengeluaran : tidak ada
Kebersihan : cukup
Thorax :
Cor : S1S2 Tunggal Reguler Murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Whezing -/-
Extremitas : hangat +/+
+/+

Status Ginekologis
Abdomen : Terdapat luka bekas operasi
TFU tidak dapat dinilai

Vagina :
Inspeksi : Fluksus (+) Flour (-)
Pembukaan portio (+)
VT : Fluksus (+), Flour (-)
portio 2 cm, licin

17
nyeri goyang portio (-)
Cavum douglas tidak menonjol

4. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (16:26 04/09/2015)
Darah Lengkap
Hemoglobin : 14,3 g/dl
Hematokrit : 35,5 %
Red Blood Cell : 4,78x106/mm
Leukosit : 11,5/mm
Trombosit : 174.000/mm
MCV : 74,2 fL
MCH : 30,0 fL
MCHC : 40,4 fL
BT : 200
CT : 830
Tes beta HCG urin : (+)

5. Diagnosis
G3P1102 uk 14-15 minggu + Abortus inkomplit + LMR 1 kali (bekas SC)

6. Penatalaksanaan
- IVFD RL 20 tpm
- Paracetamol 3x1 tab k/p
- Cefotaxime 2x1g
- Bedrest total
- Puasa
- USG
- Kuretase
-

18
7. Laporan Kuretase (05/09/2015)
- Pasien dalam posisi litotomi
- Aseptic antiseptic vulva dan vagina dengan betadine
- Kosongkan kantong kemih dengan DC
- Memasang hak sim, identifikasi servix, kemudian menjepit servix dengan
tenakulum
- Dilakukan sondase uterus, didapatkan ukuran 8 cm, antefleksi
- Dilakukan anestesi lokal dengan lidocaine pada paracervical arah jam 5
dan 7
- dilakukan kuretase dengan sendok kuret
- Didapatkan sisa jaringan 5 cc, darah 5 cc
- Kerokan terasa kasar dan berbuih
- Evaluasi perdarahan aktif (-)
- Operasi selesai

Instruksi post op :
- Observasi, TTV, perdarahan dan keadaan umum
- IVFD RL 20 tpm
- Terapi oral :
Cefadroxil 2x1
SF 2x1
Asam mefenamat 3x1
Metilergometrin 3x0,125 mg
- Jika baik : boleh pulang

19
8. Follow Up
Tanggal 6 September 2015 7September 2015
S: Keluar darah dari kemaluan Keluar darah dari kemaluan (-)
(-)
O: Status Present Status Present
Kesadaran : compos mentis Kesadaran : compos mentis
TD : 90/60 mmHg TD : 110/70 mmHg
HR : 80 x/menit HR : 88 x/menit
RR : 20 x/menit RR : 24 x/menit
T : 36,8c T : 36,6c
Status general : dalam batas Status general : dalam batas
normal normal

Status Gynecology Status Gynecology


Abdomen: distensi (-), BU Abdomen: distensi (-), BU (+)
(+) baik baik
Vagina : perdarahan aktif (-) Vagina : perdarahan aktif (-)

A: Post kuretase ec abortus Post kuretase ec abortus


inkomplit inkomplit
P: - Cefadroxil 2x1 - BPL, kontrol 1 minggu
- SF 2x1 - Cefadroxil 2x1
- Asam mefenamat 3x1 - SF 2x1
- Metilergometrin 3x0,125 - Asam mefenamat 3x1
mg - Metilergometrin 3x0,125
mg

20
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Diagnosis

Pada kasus ini, pasien bernama APDN, berumur 29 tahun, beralamat di Banjar
Sideparna, Tembuku, Bangli. Pasien datang tanggal 4 September 2015 karena
perdarahan pervaginam, pasien juga mengeluh nyeri perut dan pinggang. Riwayat
haid terakhir 28 Mei 2015. Tafsiran persalinan 4 Maret 2016. Pasien melakukan
antenatal care di dokter kandungan sebanyak 3 kali Dari hasil anamnesis juga
diketahui riwayat menstruasi pasien, dimana pasien menarche pada usia 14 tahun
dengan siklus yang teratur setiap 28 hari dan lama haid 3-4 hari dengan volume
60 cc. Riwayat perkawinan 1 kali selama 9 tahun, dengan riwayat persalinan
sebanyak 2 kali, dimana semua anak pasien hidup. Namun anak kedua dilahirkan
prematur perabdominal.
Pasien saat ini didiagnosa dengan abortus inkomplit karena dari hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda serta gejala yang sesuai
dengan abortus inkomplit.
Dari hasil anamnesis diketahui keluhan utama pasien saat datang yakni
pendarahan pervaginam dengan umur kehamilan 14-15 minggu. Kemudian dari
pemeriksaan fisik didapatkan tinggi fundus uteri tidak dapat dinilai. Kemudian
saat dilakukan vaginal toucher didapatkan fluksus (+), flour (-), portio 2 cm, licin,
nyeri goyang portio (-), cavum douglas tidak menonjol
Sesuai dengan teori yang menyatakan abortus adalah pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan yaitu berat badan kurang
dari 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu. Abortus diduga pada
wanita yang pada masa reproduktif mengeluh tentang perdarahan pervaginam
setelah terlambat haid. Maka kasus ini dapat dipertimbangkan sebagai abortus
karena pasien masih dalam masa reproduktif dan terdapat pendarahan pervaginam
pada umur kehamilan 14-15 minggu.

21
4.2. Penatalaksanaan

Menurut teori, yang dilakukan pertama kali adalah memperbaiki keadaan umum
pasien, volume intravaskuler efektif harus dipertahankan untuk memberikan
perfusi jaringan yang adekuat. Oleh karena itu, diberikan IVFD RL 20 tpm.
Setelah itu hasil konsepsi dalam uterus harus dievakuasi, maka dilakukan
kuretase. Infeksi harus dikendalikan dengan antibiotik yang tepat, oleh karena itu
sebelum kuretase diberikan cefotaxime sebagai profilaksis, dan setelah kuretase
diberikan cefadroxil.

22
BAB V
SIMPULAN

Telah dilaporkan suatu kasus dengan abortus inkomplit pada wanita umur
29 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pada pasien telah dilakukan tindakan kuretase.
Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
di luar kandungan yaitu berat badan kurang dari 500 gram atau usia kehamilan
kurang dari 20 minggu. Abortus inkomplit adalah pengeluaran hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih terdapat sisa hasil konsepsi
tertinggal dalam uterus. Pada anamnesis, pasien akan mengeluhkan pendarahan
berupa darah segar mengalir terutama pada trimester pertama dan ada riwayat
keluarnya jaringan dari jalan lahir.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. DeCherney AH, Nathan L, & Goodwin TM. Spontaneous Abortion. Robertson A


(editor). In: Current Diagnosis and Treatment in Obstetric and Gynecology. New
York: McGraw-Hill, 2003.
2. Hanretty KP. Vaginal Bleeding in Pregnancy. Smith H (editor), In: Obstetrics
Illustrated, 6th Edition. London: Churchill-Livingstone, 2003.
3. World Health Organization. Managing incomplete abortion. WHO, 2008
4. Christopher P. Crum. The Female Genital Tract. In: Ramzi S. Cotran, Vinay
Kumar, Tucker Collins. Pathologic Basis of Disease.7th ed. Philadelphia: WB.
Saunders 2004; 1079-80.
5. Greenwold N, Jauniaux E. Collection of villous tissue under ultrasound guidance to
improve the cytogenetic study of early pregnancy failure. Hum Reprod 2002; 17:
45256.
6. Miozzo M& Simoni G. The role of imprinted genes in fetal growth. BiolNeonate
2002;81:217-228.
7. Cunningham. Recurrent Miscarriage: Abortion. Mark E (editor), In: Williams
Obstetrics 23rd Edition. New York: McGraw-Hil Companies, Inc. 2010.
8. Salim R, ReganL, Woelfer B, Backos M& Jurkovic D. A comparativestudy of the
morphology of congenital uterine anomalies inwomen with and without a history
of recurrent first trimester miscarriage.Hum. Reprod.2003: 18; 162-166.
9. Hiby SE, Regan L, Lo W, Farrell L, Carrington M& MoffettA. Association of
maternal killer-cell immunoglobulin-like receptors andparental HLA-C genotypes
with recurrent miscarriage. Hum. Reprod., 2008;23; 972-976.
10. Ikossi DG, Lazar AA, Morabito D, Fildes J, & Knudson MM. Profile of mothers at
risk: an analysis of injury and pregnancy loss in 1195 trauma patients. J Am oll
Surg, 2004; 9(16): 49-56.
11. Mochtar, Rustam., S., Amru. 2012. Abortus. Dalam: Sinopsis Obstetri (Obstetri
Fisiologi & Obstetri Patologi). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
12. Toth B, Jeschke U, Rogenhofer N, Scholz C, Wufel W, Thaler CJ, et al. Recurrent
miscarriage: current concepts in diagnosis and treatment. Journal of Reproductive
Immunology 2010; 12(6): 1-8.
13. Norwitz, E.R., Schorge, J.O, 2008. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:
Penerbit Erlangga; Sastrawinata, S., Martaadisoebrata, D., Wirakusumah, F.F.,
2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Ed. 2. Jakarta : EGC
14. Sur SD, Raine-Fenning NJ. The management of miscarriage. Best Pract Res Clin
Obstet Gynaecol. 2009;23(4):479-491.
15. Reynolds A,Ayres-de-Campos D, Costa MA& Montenegro N. How should success
be definedwhen attempting medical resolution of first-trimester missed
abortion?.Eur J Obstet GynecolReprod Biol 2005;118:716
16. Zhang J, Giles JM, Barnhart K, Creinin MD,Westhoff C, Frederick MM. A
comparison ofmedical management with misoprostol and surgical management for
early pregnancy failure. NEngl J Med 2005;353:7619..
17. Tang OS, Lau WNT, Ng EHY, Lee SWH,& Ho PC. A prospective randomized
study to comparethe use of repeated doses of vaginal with sublingual misoprostol
in the management of firsttrimester silent miscarriages. Hum Reprod 2003;18:176
81;
18. Ngoc NT, Blum J,Westheimer E, Quan TT,Winikoff B. Medical treatment of
missed abortionusing misoprostol. Int J Gynecol Obstet 2004;87:13842

24
19. Pernoll ML. Habitual Abortion. Dalam: Benson and Pernolls Handbook of
Obstetrics and Gynecology. New York: McGraw-Hill Companies, 2001.
20. Anonim. Prosedur Tetap Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK Unud/RS
Sanglah Denpasar. Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK Unud/RS Sanglah
Denpasar. 2004.

25

Você também pode gostar