Você está na página 1de 9

Anatomi Tulang

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari embrionic hyaline
cartilage yang mana melalui proses Osteogenesis menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel
yang disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium.
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia,
Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya :
1). Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang disebut diafisis dan dua
ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan
metafisis terdapat daerah tulang rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng
pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan
digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk
oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular). Pada
akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti
tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen, dan testosteron merangsang pertumbuhan tulang
panjang. Estrogen, bersama dengan testosteron, merangsang fusi lempeng epifisis. Batang suatu
tulang panjang memiliki rongga yang disebut kanalis medularis. Kanalis medularis berisi sumsum
tulang.
2). Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy) dengan suatu
lapisan luar dari tulang yang padat.
3). Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar adalah
tulang concellous.
4). Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.
5). Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan dengan
persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya patella (kap lutut).
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas tiga
jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan
tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2%
subtansi dasar (glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan proteoglikan). Matriks merupakan
kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat
dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang ). Osteoklas
adalah sel multinuclear ( berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan
remosdeling tulang.
Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah osteon
terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakan lamella.
Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang berlanjut
kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak
sejauh kurang dari 0,1 mm).
Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat dinamakan periosteum. Periosteum memberi
nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan
ligamen. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang paling
dekat dengan tulang mengandung osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang.
Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan
rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast , yang melarutkan tulang untuk memelihara rongga
sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lacuna Howship (cekungan pada permukaan tulang).
Struktur tulang dewasa terdiri dari 30 % bahan organik (hidup) dan 70 % endapan
garam. Bahan organik disebut matriks, dan terdiri dari lebih dari 90 % serat kolagen dan kurang dari
10 % proteoglikan (protein plus sakarida). Deposit garam terutama adalah kalsium dan fosfat,
dengan sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion magnesium. Garam-garam menutupi matriks
dan berikatan dengan serat kolagen melalui proteoglikan. Adanya bahan organik menyebabkan tulang
memiliki kekuatan tensif (resistensi terhadap tarikan yang meregangkan). Sedangkan garam-garam
menyebabkan tulang memiliki kekuatan kompresi (kemampuan menahan tekanan).
Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat berupa pemanjangan dan
penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah selama hidup. Pembentukan
tulang ditentukan oleh rangsangn hormon, faktor makanan, dan jumlah stres yang dibebankan pada
suatu tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel-sel pembentuk tulang yaitu osteoblas.
Osteoblas dijumpai dipermukaan luar dan dalam tulang. Osteoblas berespon terhadap berbagai
sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks tulang. Sewaktu pertama kali dibentuk, matriks tulang
disebut osteoid. Dalam beberapa hari garam-garam kalsium mulai mengendap pada osteoid dan
mengeras selama beberapa minggu atau bulan berikutnya. Sebagian osteoblast tetap menjadi bagian
dari osteoid, dan disebut osteosit atau sel tulang sejati. Seiring dengan terbentuknya tulang, osteosit
dimatriks membentuk tonjolan-tonjolan yang menghubungkan osteosit satu dengan osteosit lainnya
membentuk suatu sistem saluran mikroskopik di tulang.
Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan terhadap tulang, sebagian ion kalsium di
tulang tidak mengalarni kristalisasi. Garam nonkristal ini dianggap sebagai kalsium yang dapat
dipertukarkan, yaitu dapat dipindahkan dengan cepat antara tulang, cairan interstisium, dan darah.
Sedangkan penguraian tulang disebut absorpsi, terjadi secara bersamaan dengan
pembentukan tulang. Penyerapan tulang terjadi karena aktivitas sel-sel yang
disebut osteoklas. Osteoklas adalah sel fagositik multinukleus besar yang berasal dari sel-sel mirip-
monosit yang terdapat di tulang. Osteoklas tampaknya mengeluarkan berbagai asam dan enzim yang
mencerna tulang dan memudahkan fagositosis. Osteoklas biasanya terdapat pada hanya sebagian kecil
dari potongan tulang, dan memfagosit tulang sedikit demi sedikit. Setelah selesai di suatu daerah,
osteoklas menghilang dan muncul osteoblas. 0steoblas mulai mengisi daerah yang kosong tersebut
dengan tulang baru. Proses ini memungkinkan tulang tua yang telah melemah diganti dengan tulang
baru yang lebih kuat.
Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan tulang terus menerus
diperbarui atau mengalami remodeling. Pada anak dan remaja, aktivitas osteoblas melebihi aktivitas
osteoklas, sehingga kerangka menjadi lebih panjang dan menebal. Aktivitas osteoblas juga melebihi
aktivitas osteoklas pada tulang yang pulih dari fraktur. Pada orang dewasa muda, aktivitas osteoblas
dan osteoklas biasanya setara, sehingga jumlah total massa tulang konstan. Pada usia pertengahan,
aktivitas osteoklas melebihi aktivitas osteoblas dan kepadatan tulang mulai berkurang. Aktivitas
osteoklas juga meningkat pada tulang-tulang yang mengalami imobilisasi. Pada usia dekade ketujuh
atau kedelapan, dominansi aktivitas osteoklas dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga
mudah patah. Aktivitas osteoblas dan osteoklas dikontrol oleh beberapa faktor fisik dan hormon.
Faktor-faktor yang mengontrol Aktivitas osteoblas dirangsang oleh olah raga dan stres beban
akibat arus listrik yang terbentuk sewaktu stres mengenai tulang. Fraktur tulang secara drastis
merangsang aktivitas osteoblas, tetapi mekanisme pastinya belum jelas. Estrogen, testosteron, dan
hormon perturnbuhan adalah promotor kuat bagi aktivitas osteoblas dan pertumbuhan tulang.
Pertumbuhan tulang dipercepat semasa pubertas akibat melonjaknya kadar hormon-hormon
tersebut. Estrogen dan testosteronakhirnya menyebabkan tulang-tulang panjang berhenti tumbuh
dengan merangsang penutupan lempeng epifisis (ujung pertumbuhan tulang). Sewaktu kadar estrogen
turun pada masa menopaus, aktivitas osteoblas berkurang. Defisiensi hormon pertumbuhan juga
mengganggu pertumbuhan tulang.
Vitamin D dalam jumlah kecil merangsang kalsifikasi tulang secara langsung
dengan bekerja pada osteoblas dan secara tidak langsung dengan merangsang penyerapan kalsium di
usus. Hal ini meningkatkan konsentrasi kalsium darah, yang mendorong kalsifikasi tulang. Namun,
vitamin D dalam jumlah besar meningkatkan kadar kalsium serum dengan meningkatkan penguraian
tulang. Dengan demikian, vitamin D dalam jumlah besar tanpa diimbangi kalsium yang adekuat dalam
makanan akan menyebabkan absorpsi tulang.
Adapun faktor-faktor yang mengontrol aktivitas osteoklas terutama dikontrol oleh hormon
paratiroid.Hormon paratiroid dilepaskan oleh kelenjar paratiroid yang terletak tepat di belakang
kelenjar tiroid. Pelepasan hormon paratiroid meningkat sebagai respons terhadap penurunan kadar
kalsium serum. Hormon paratiroid meningkatkan aktivitas osteoklas dan merangsang pemecahan
tulanguntuk membebaskan kalsium ke dalam darah. Peningkatan kalsium serum bekerja
secara umpan balik negatif untuk menurunkan pengeluaran hormon paratiroid lebih lanjut. Estrogen
tampaknya mengurangi efek hormon paratiroid pada osteoklas.
Efek lain Hormon paratiroid adalah meningkatkan kalsium serum
dengan menurunkan sekresi kalsium oleh ginjal. Hormon paratiroid meningkatkan ekskresi ion
fosfat oleh ginjal sehingga menurunkan kadar fosfat darah. Pengaktifan vitamin D di ginjal bergantung
pada hormon paratiroid. Sedangkan kalsitonin adalah suatu hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar
tiroid sebagai respons terhadap peningkatan kadar kalsium serum. Kalsitonin memiliki sedikit efek
menghambat aktivitas dan pernbentukan osteoklas. Efek-efek ini meningkatkan kalsifikasi tulang
sehingga menurunkan kadar kalsium serum.

b. Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
1). Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
2). Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan lunak.
3). Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan).
4). Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulangbelakang (hema topoiesis).
5). Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.

FISIOLOGI TULANG
Tulang terdiri atas matriks organic keras yang sangat diperkuat dengan endapan garam kalsium dan garam

tulang.

1. Matriks organik ini terdiri dari serat-serat kolagen dan medium gelatin homogen yang disebut substansi

dasar. Substansi dasar ini terdiri atas cairan ekstraseluler ditambah proteoglikan, khususnya kondroitin sulfat

dan asam hialuronat yang membantu mengatur pengendapan kalsium.

2. Garam-garam tulang terutama terdiri dari kalsium dan fosfat. Rumus garam utamanya dikenal sebagai

hidroksiapatit.

Tahap awal pembentukan tulang adalah sekresi kolagen (kolagen monomer) dan substansi dasar oleh

osteoblas. Kolagen monomer dengan cepat membentuk serat-serat kolagen dan jaringan akhir yang terbentuk

adalah osteoid, yang akan menjadi tempat di mana kalsium mengendap. Sewaktu osteoid terbentuk, beberapa

osteoblas terperangkap dalam osteoid dan selanjutnya disebut osteosit.

Osteoblas dapat dijumpai di permukaan luar tulang dan dalam rongga tulang. Lawan dari osteoblas yang

membentuk tulang adalah osteoklas yang menyerap tulang dan mengikisnya.

Pada pertumbuhan tulang normal, kecepatan pengendapan dan absorpsi tulang sama satu dengan lainnya,

sehingga massa total dari tulang tetap konstan. Biasanya, osteoklas terdapat dalam massa yang sedikit tetapi

pekat, dan sekali massa osteoklas mulai terbentuk, maka osteoklas akan memakan tulang dalam waktu 3

minggu dan membentuk terowongan. Pada akhir waktu ini, osteoklas akan menghilang dan terowongan itu

akan ditempati osteoblas. Selanjutnya, mulai dibentuk tulang baru. Pengendapan tulang ini kemudian terus

berlangsung selama beberapa bulan, dan tulang yang baru itu diletakkan pada lapisan berikutnya dari lingkaran

konsentris (lamella) pada permukaan dalam rongga tersebut sampai pada akhirnya terowongan itu terisi

semua. Pengendapan ini berhenti setelah ada pembuluh darah yang mendarahi daerah tersebut. Kanal yang

dilewati pembuluh darah ini disebut kanal harvers. Setiap daerah tempat terjadinya tulang baru dengan cara

seperti ini disebut osteon.

Apabila mendapat beban yang berat, tulang akan menebal. Selain itu, tulang akan terus melakukan regenerasi

kalau sudah mulai perlu diganti. Kemampuan tulang melakukan regenerasi akibat adanya absorpsi-

pengendapan tulang. Kecepatan absorpsi-pengendapan tulang yang berlangsung cepat, misalnya pada anak-

anak, cenderung membuat tulang rapuh dibandingkan dengan absorpsi-pengendapan tulang yang lambat. Jadi,

pada anak-anak akan terjadi regenerasi yang cepat apabila ada kerusakan.

KALSIUM

Tubuh manusia dewasa mengandung sekitar 1100gr kalsium, dan 99%nya berada dalam kerangka

tubuh. Kalsium dalam tulang terdiri Atas 2 tipe: cadangan yang dapat ditukar dengan cepat, dan cadangan

kalsium yang jauh lebih besar ddengan proses penukaran yang lambat. Ada 2 sistem homeostatik yang

independen: sistem yang mengatur Ca2+ plasma yang tiap harinya bergerak keluar masuk dari cadangan yang
mudah ditukar; dan sistem yang berperan dalam remodelling tulang melalui resropsi dan deposisi tulang yang

konstan.

Ada 2 tipe kalsium: plasma dan bebas. Kalsium plasma ada yang terikat pada protein (albumin dan globulin)

dan ada juga yang berdifusi (berionisasi dan berkompleks dengan HCO3-, sitrat, dst). Kalsium bebas yang

terionisasi dalam cairan tubuh adalah perantara kedua dan diperlukan untuk pembekuan darah, kontraksi otot,

dan fungsi saraf. Penurunan kadar Ca2+ dapat menyebabkan tetani hipokalsemik yang ditandai dengan

sejumlah besar spasme otot rangka, seperti yang terjadi pada laringospasme dimana jalan napas akan tersumbat

dan menimbulkan asfiksia fatal.

Metabolisme kalsium pada manusia dewasa yang mengonsumsi 1000mg (25mmol) kalsium per hari adalah

sebagai berikut:

Makanan (25mmol)

Tulang

Pertukaran cepat

500 mmol

Dapat dipertukarkan 100mmol

Stabil

27200 mmol

Penyerapan

15 mmol

Saluran

Reabsorbsi

7,5 mmol

Penambahan

7,5 mmol

cerna

Sekresi

12,5 mmol

feses

22,5 mmol

Reabsorbsi

7,5 mmol
Filtrate golemulus

250 mmol

Urine

2,5 mmol

Terdapat 3 hormon yang mengatur metabolisme kalsium, yaitu:

1. 1,25-dihidroksikolikalsiferol yang merupakan hormon steroid yang dibentuk dari vitamin D. Reseptor

1,25-dihidrokolekalsiferol ditemukan di banyak jaringan selain usus, ginjal, dan tulang. Jaringan tersebut di

antaranya adalah kulit, limfosit, monosit, otot rangka dan jantung, payudara, dan kelenjar hipofisis anterior. Zat

ini dapat mempermudah penyerapan Ca2+ dari usus, mempermudah reasorbsi Ca2+ di ginjal, meningkatkan

aktivitas sintetik osteoblas, dan diperlukan untuk klasifikasi normal matriks.

2. hormon paratiroid (PTH) yang memobilisasi kalsium dari usus. PTH bekerja langsung pada tulang untuk

meningkatkan resorpsi tulang, ekskresi fosfat dalam urine dan memobilisasi Ca2+.

3. kalsitonin yang menurunkan kadar kalsium dengan cara menghambat resorpsi tulang, dan menghambat

aktivitas osteoklas secara in vitro.

Ketiga hormon ini bekerja secara terpadu untuk mempetahankan kadar Ca2+ yang konstan dalam cairan tubuh.

MINERALISASI DAN DEMINERALISASI

Mineralisasi tulang merupakan proses penempatan kalsium ke dalam jaringan tulang. Sedangkan demineralisasi

merupakan proses yang antagonis dengan mineralisasi yaitu proses pengambilan kalsium dari jaringan tulang.

Selama hidup, tulang secara terus-menerus diresobsi dan dibentuk tulang baru. Kalsium dalam tulang

mengalami pergantian dengan kecepatan 100% per tahun pada bayi dan 18% per tahun pada orang dewasa.

Remodeling tulang ini, sebagian bessar adalah proses local yang berlangsung di daerah yang terbatas oleh

populasi sel yang disebut unit remodeling tulang.

Tulang mempertahankan bentuk eksternalnya selama masa pertumbuhan akibat proses remodeling konstan,

disertai proses pengerasan tulang oleh osteoblas (mineralisasi) dan pada proses resoprsi oleh osteoklas

(demineralisasi) yang terjadi pada permukaan dan di dalam tulang. Osteoklas membuat terowongan ke dalam

tulang korteks yang diikuti oleh osteoblas, sedangkan remodeling tulang trabekular terjadi di permukaan

trabekular. Pada kerangka manusia, setiap saat sekitar 5% tulang mengalami remodeling oleh sekitar 2 juta unit

remodeling tulang. Kecepatan pembaruan untuk tulang adalah sekitar 4% per tahun untuk tulang kompak dan

20% per tahun untuk tulang trabekular.

KELAINAN PADA TULANG

Terdapat beberapa kelainan yang dapat terjadi pada tulang, antara lain:

1. Osteopetrosis, merupakan penyakit tulang yang jarang sekali dijumpai dan sering kali parah. Hal ini dimana
osteoklas mengalami gangguan dan tidak mampu menyerap tulang secara wajar sehingga osteoblas bekerja

tanpa ada yang menyeimbagi. Akibatnya adalah pemadatan tulang, gangguan neurologik akibat penyempitan

dan distorsi forame tempat lewatnya berbagai saraf, dan kelainan hematologik akibat dipenuhinya rongga

sumsum.

2. Osteoporosis, merupakan kelainan pada tulang ayng disebabkan oleh kelebihan relatif fungsi osteoklas.

Matriks tulang pada penyakit ini berkurang dan insidens fraktura meningkat. Artinya, keadaan tulang

osteoporosis ini sangat rapuh karena osteoklas tidak diimbangi oleh osteoblas. Osteoporosis ini sering terjadi

pada wanita dewasa terutama yang telah mnegalami menopaose karena tingkat estrogen sangat berpengaruh

dalam pembetukan tulang atau osteoblas.

3. Osteomalasia, merupakan kelainan pada tulang yang terjadi karena gagalnya osteoid pada tulang untuk

mengeras karena kekurangan vitamin D dan Estrogen, selain itu juga penurunannya tingkat kalsium dan fosfat

serta demineralisasi seperti yang telah dijelaskan di atas. Hal ini juga terjadi karena meningkatnya hormon

paratiroid dalam tubuh. Osteomalasia ini sering disebut softbone atau tulang lunak.

Penanganan patah tulang tersebut berguna atau berperan penting dalam proses penyembuhan patah
tulang. Penyembuhan patah tulang bisa diartikan sebagai pemulihan stabilitas mekanik, kontinuitas, dan
juga kemampuan tulang untuk menopang beban secara normal. Dalam prosesnya, penyembuhan patah
tulang membutuhkan pantauan melalui X-ray atau rontgen untuk mendeteksi apabila dalam proses
penyembuhan terdapat kelainan atau masalah, sebab dalam proses penyembuhan patah tulang tidak
selalu tanpa hambatan.

Sebelum tahap-tahap dalam proses penyembuhan patah tulang dilakukan, beberapa persyaratan harus
terpenuhi terlebih dahulu, di antaranya:

Suplai darah utuh, maksudnya pada fragmentulang yang patah tersebut, jaringan masih memperoleh
suplai darah dengan baik sehingga bisa dipastikan jaringan yang dimaksud masih hidup.
Immobilitas, artinya tulang yang patah tidak boleh bergerak, syarat ini dapat dipenuhi dengan tidak
menggerakkan bagian tubuh yang mengalami patah tulang.
Tidak ada infeksi, harus dipastikan bahwa tidak ada infeksi ketika terjadi patah tulang. Kondisi tersebut
untuk memastikan tidak ada komplikasi serius yang muncul akibat patah tulang.

Setelah syarat-syarat di atas terpenuhi, maka proses penyembuhan patah tulang bisa dimulai. Proses
penyembuhan patah tulang meliputi:

1. Peradangan
Patah tulang pasti akan menyebabkan adanya peradangan, sekecil apapun itu. Peradangan akan
ditandai dengan beberapa gejala pada jaringan di sekitar patah tulang, di antaranya bengkak, memerah,
dan terasa hangat ketika diraba serta sudah pasti akan terasa sakit. Tahap ini akan dimulai ketika patah
tulang itu terjadi dan akan berlangsung selama 2 sampai 3 minggu.

2. Pembentukan Kalus Halus


Setelah proses peradangan selesai, pada kedua ujung tulang yang patah akan terbentuk kalus halus
sebagai cikal bakal yang akan menjembatani penyambungan tulang yang patah. Akan tetapi, kalus halus
ini belum bisa terlihat melalui pemeriksaan sinar rontgen. Tahap ini akan berlangsung selama 4 hingga 8
minggu setelah mengalami cedera.
Sponsors Link

3. Pembentukan Kalus Keras


Setelah pembentukan kalus halus berlangsung, antara 4 sampai 8 minggu setelah mengalami cedera
akan terbentuk kalus keras atau tulang baru yang mulai menjembatani fraktur atau kedua ujung tulang
yang patah. Dalam tahapan ini, kalus halus berubah menjadi kalus keras. Berbeda pada kalus halus,
kalus keras sudah bisa dilihat melalui pemeriksaan sinar rontgen. Dalam waktu 8 sampai 12 minggu
setelah cedera, tulang baru sudah bisa mengisi fraktur.

4. Remodeling Tulang
Tahapan ini akan dimulai pada 8 sampai 12 minggu setelah mengalami cedera. Sisi fraktur akan mulai
mengalami remodeling, yaitu proses memperbaiki atau merombak diri. Tahap ini merupakan tahap akhir
pada proses penyembuhan patah tulang an mampu bertahan hingga beberapa tahun. Lamanya tahap
remodeling ini bisa berbeda pada setiap orang, bergantung pada usia, kesehatan, jenis fraktur, dan
tulang yang terlibat dalam insiden tersebut. Umumnya, tulang anak-anak memiliki kemampuan yang lebih
cepat dalam proses penyembuhan dibandingkan pada orang dewasa. Adapun rata-rata waktu yang
dibutuhkan untuk proses penyembuhan tulang untuk setiap jenis tulang adalah:

tulang jari selama 3 minggu


tulang telapak tangan selama 4 sampai 6 minggu
distal radius selama 4 sampai 6 minggu
tulang lengan bawah selama 8 sampai 10 minggu
tulang lengan atas selama 6 sampai 8 minggu
tulang paha bagian leher selama 12 minggu
tulang paha bagian poros selama 12 minggu
tulang tungkai bawah dan tulang kering selama 10 minggu

Sayangnya, proses penyembuhan patah tulang tidak selalu tanpa hambatan. Beberapa masalah yang
mungkin bisa muncul pada proses penyembuhan patah tulang adalah:

Sindrom kompartemen, peradangan yang menyebabkan pembengkakan parah pada saat patah tulang
bisa memicu tekanan pada pembuluh darah sehingga suplai darah menjadi terhambat, alhasil aliran
darah tidak cukup untuk sampai ke otot-otot di sekitar fraktur. Suplai darah yang menurun akan
menyebabkan otot-otot di sekitar fraktur mati dan menyebabkan cacat jangka panjang. sindrom ini sangat
rentan terjadi pada cedera yang sangat parah.
Cedera neurovaskuler, arteri dan juga saraf di seitar fraktur bisa mengalami kerusakan apabila cedera
yang terjadi sangat parah. Kondisi inilah yang sering menyebabkan mati rasa atau kelumpuhan.
Infeksi, sangat mungkin terjadi ketika kondisi fraktur terbuka (patah tulang hingga tulang terlihat ke luar
kulit). Ujung tulang yang bergerigi yang menembus kulit sangat rentan terkena infeksi yang berasal dari
udara, tanah, atau debu.
Artritis pasca trauma, fraktur yang meluas ke area persendian bisa memicu radang sendi dini.

Penyambungan tertunda, terjadi ketika penyambungan patah tulang berlangsung lebih lama
dibandingkan standar waktu normal penyembuhan patah tulang pada umumnya.
Gagal menyambung ialah terjadinya kegagalan penyambungan kedua ujung tulang yang patah dalam
jumlah waktu yang wajar (sering disebut dengan nonunion). Untuk mengatasi masalah ini biasanya akan
dilakukan tindakan operasi.
Sponsors Link

Malunion adalah penyambungan tulang yang tidak benar, misalnya menyambung tetapi posisinya
miring, menyambung tetapi dalam posisi tumpang tindih, dan lain sebagainya. Untuk mengatasi masalah
ini akan dilakukan tindakan operasi.

Untuk mempercepat proses penyembuhan patah tulang, anda juga bisa mengkonsumsi beberapa jenis
obat pendukung yang dijual di pasaran. Namun sebelum mengkonsumsi obat tersebut Anda terlebih
dahulu harus berkonsultasi dengan dokter. Selain itu, Anda juga bisa mengkonsumsi beberapa jenis
makanan yang memberikan nutrisi untuk mendukung proses penyembuhan tulang, di antaranya:

Vitamin A bisa diperoleh dari hati, kuning telur, susu, mentega, sayur dan buah yang berwarna jingga,
seperti wortel, tomat, jagung, pepaya, dan mangga. (Baca juga: makanan yang mengandung vitamin A
super tinggi)
Vitamin C bisa diperoleh dari jeruk, nanas, rambutan, pepaya, mangga, jambu, dan tomat. (Baca
juga: makanan yang mengandung vitamin C paling tinggi)
Kalsium bisa diperoleh dari susu, keju, yogurt, kacang-kacangan, tahu, tempe, dan sayuran hijau. (Baca
juga: makanan yang mengandung kalsium tinggi)
Vitamin D bisa diperoleh dari kuning telur, hati, krim mentega, dan susu sapi. (Baca juga: makanan yang
mengandung vitamin D super tinggi)
Fosfor bisa diperoleh dari semua jenis makanan yang kaya akan kandungan protein seperti daging, ikan,
ayam, telur, susu, dan kacang-kacangan. (Baca juga: akibat kelebihan dan kekurangan fosfor)
Magnesium bisa diperoleh dari sayuran hijau, biji-bijian, daging, susu, dan coklat. (Baca juga: makanan
yang mengandung magnesium tinggi)

Dari penjelasan tersebut bisa disimpulkan bahwa proses penyembuhan patah tulang akan memiliki
tingkat keberhasilan yang tinggi ketika didukung dengan asupan nutrisi yang seimbang. Asupan
pendukung untuk proses penyembuhan patah tulang bisa jadi akan mengurangi resiko munculnya
gangguan dalam proses penyembuhan.

Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004. Buku Ajar Keperawatan Klinis Eds 5. Jakarta : EGC.

Potter perry. 2006. Fundamental keperawatan ed 2. Jakarta: EGC.


Sloane et all. (2004). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC.
Smeltzer, C.S., Bare, G.B., (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner& Suddarth, Edisi 8,
Volume 3, Penerbit EGC, Jakarta.

Syarifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Você também pode gostar