Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
a. Alat
- Tabung erlenmeyer 250 ml
- Gelas Beaker
- Spatula
- Kaca pengaduk
- Pembakar bunsen
- Ethyl Alcohol Refractometer
- Serbet
- Kaki tiga
b. Bahan
- Aquades
- Asam tartrat 5%
- Kertas saring
- Asam Pikrat
- Larutan Na2CO3 8%
- Daun singkong
- Daun Pepaya
- Tape ketan hitam
- Teh pucuk
- Sari kedelai
- Buah durian
- Susu
- Tape singkong
- Fermipan
- Ice cream nangka
Posedur
Apabila bahan positif mengandung HCN maka warna oranye dari kertas saring
akan berwarna merah.
Pembahasan
Hasil dari uji alkohol yang telah dilakukan terdapat perbedaan suhu dari
semua bahan yang diuji. Air tape ketan memiliki suhu sebesar 26,2oC, bahan
selanjutnya yaitu teh pucuk, tape ketan (ketan), sari kedelai, buah durian, susu,
dan teh pucuk dingin semuanya memiliki suhu sebesar 26,4 oC, bahan selanjutnya
yaitu tape singkong, dan fermipan memiliki suhu sebesar 27,3oC, sedangkan pada
es krim nangka memiliki suhu sebesar 23,7oC. Adanya perbedaan suhu tersebut
dipengaruhi karena proses fermentasi dari sampel seperti tape ketan dan tape
singkong melibatkan khamir Saccharomyces cerevisiae akan tumbuh optimal
dalam kisaran suhu 30-35, puncak produksi alkohol dicapai pada suhu 33C.
Jika Suhu terlalu rendah, maka fermentasi akan berlangsung secara lambat dan
sebaliknya jika suhu terlalu tinggi maka Saccharomyces Cerevisiae akan mati
sehingga proses fermentasi tidak akan berlangsung (Kumalasari, 2011).
Beradasarkan teori di atas apabila dibandingkan dengan suhu yang didapatkan
dari masing-masing bahan yang telah diuji, hasil tersebut masih tergolong rendah.
Namun, apabila dilihat dari fermentasi alami tanpa penambahan inokulum suhu
yang didapatkan adalah 29-31oC, angka ini mendekati dengan hasil pengujian
yang telah dilakukan (Kustyawati & Setyani, 2008). Mekanisme kenaikan suhu
tersebut terjadi akibat fermentasi yang disebabkan oleh reaksi eksotermis yang
terjadi pada saat perubahan gula (Karbohidrat) menjadi etanol oleh aktivitas yeast
(Kustyawati & Setyani, 2008).
Adapun ketentuan Standar Industri Indonesia (SII) dari departemen
perindustrian RI, minuman berkadar alkohol dibawah 20 % tidak tergolong
minuman keras tapi juga bukan minuman ringan. Sedangkan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 86/Men.Kes/Per/IV/1977 tanggal 29 April 1977 yang
mengatur produksi dan peredaran minuman keras, yang dimaksud dengan
minuman keras adalah semua jenis minuman beralkohol, tetapi bukan obat yang
meliputi 3 golongan sebagai berikut yaitu (1) golongan A (Bir), dengan kadar
etanol 1% sampai dengan 5%. Golongan ini dapat menyebabkan mabuk
emosional dan bicara tidak jelas. 2) Golongan B (Champagne, Wine), dengan
kadar etanol 5% sampai dengan 20%. Golongan ini dapat menyebabkan gangguan
penglihatan, kehilangan sesorik, ataksia, dan waktu reaksi yang lambat. 3)
Golongan C (Wiski), dengan kadar atanol lebih dari 20 sampai 50%. Golongan ini
dapat menyebabkan gejala ataksia parah, penglihatan ganda atau kabur, pingsan
dan kadang terjadi konvulsi.Menurut literatur diatas maka semua hasil
pengukuran pada bahan telah lebih dari 1% dan merupakan makanan dan
minumana yang beralkohol tinggi. Namu, menurut Ernawati (2013) alkohol yang
banyak digunakan sebagai campuran untuk makanan, minuman, dan obat-obatan
boleh digunakan selama kadarnya kurang dari satu persen dan bahan yang
mengandung alkohol (kurang dari satu persen) dapat digunakan dalam pembuatan
produk pangan asalkan dalam produk pangan yang dibuat, alkohol sudah tidak
terdeteksi lagi.
DAFTAR RUJUKAN