Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAMUDRA
LANGSA
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Tugas Akhir ini. Adapun judul Proposal Tugas Akhir ini adalah Analisa
Stabilitas Lereng Gunung yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Teknik UNSAM.
DEDY YUANDA
12.05.1.1316
DAFTAR ISI
Penyebaran batuan
kemiringan lereng yang terdiri dari pasir tentu akan berbeda dengan lereng yang
terdiri dari lempung atau campurannya.
Struktur geologi
Morfologi
Iklim
Iklim mempengaruhi temperatur dan jumlah hujan, sehingga berpengaruh pula pada
proses pelapukan. Daerah tropis yang panas, lembab dengan curah hujan tinggi
akan menyebabkan proses pelapukan batuan jauh lebih cepat daripada daerah sub-
tropis. Karena itu ketebalan tanah di daerah tropis lebih tebal dan kekuatannya lebih
rendah dari batuan segarnya.
Tingkat pelapukan
Selain faktor alamiah, manusia juga memberikan andil yang tidak kecil. Misalnya,
suatu lereng yang awalnya mantap, karena manusia menebangi pohon pelindung,
pengolahan tanah yang tidak baik, saluran air yang tidak baik, penggalian /
tambang, dan lainnya menyebabkan lereng tersebut menjadi tidak mantap, sehingga
erosi dan longsoran mudah terjadi.
Pada dasarnya longsoran akan terjadi karena dua sebab, yaitu naiknya tegangan
geser (she ar st ree s) dan menurunnya kekuatan geser (shear strenght). Adapun
faktor yang dapat menaikkan tegangan geser adalah :
Keadaan atau rona awal, memang sudah rendah dari awal disebabkan oleh
komposisi, tekstur, struktur dan geometri lereng.
Perubahan karena pelapukan dan reaksi kimia fisik, yang menyebabkan lempung
berposi menjadi lunak, disinteggrasi batuan granular, turunnya kohesi,
pengggembungan lapisan lempung, pelarutan material penyemen batuan
Perubahan gaya antara butiran karena pengaruh kandungan air dan tekanan air
pori.
Perubahan struktur, seperti terbentuknya rekahan pada lempung yang terdapat di
tebing / lereng.
JENIS-JENIS LERENG/LONGSOR
dalam bidang teknik sipil ada dua jenis lereng, yaitu :
2) Gempa.
3) Kenaikan tekanan air pori (akibat naiknya muka air tanah) karena hujan yang
berkepanjangan, pembangunan dan pengisian waduk, gangguan pada sistem
drainase dan lain-lain.
5) Proses pelapukan.
Pada lereng alam, aspek kritis yang perlu dipelajari adalah kondisi geologi dan
topografi, kemiringan lereng, jenis lapisan tanah, kuat geser, aliran air bawah tanah
dan kecepatan pelapukan.
Klasifikasi Longsor
Suatu keruntuhan teknis yang paling umum adalah longsornya suatu galian atau
timbunan. Apabila terjadi suatu longsoran dalam tanah lempung, seringkali didapat
merupakan sepanjang suatu busur lingkaran. Busur lingkaran ini dapat memotong
permukaan lereng, melalui titik kaki lereng (toe) atau memotong dasar lereng (deep
seated) dan menyebabkan
peningkatan pada dasar.
Sharpe (1938) telah mengklasifikasikan longsor berdasar material dan kecepatan
pergerakan tanah dengan siklus geomorfologi serta faktor cuaca.
Longsor Aseqvent
Longsor Aseqvent terjadi pada tanah kohesif yang homogen dan bidang longsornya
hampir mendekati lingkaran.
Longsor Conseqvent
Longsor conseqvent terjadi bilamana bergerak diatas bidang-bidang lapis atau
sesar (joint).
Longsor Insiqvent
Pada longsor insiqvent tanah biasanya bergerak secara transversal terhadap lapisan
dan umumnya memiliki ukuran yang luas serta bidang runtuhnya panjang
menembus kedalam tanah.
Nemcok, Pasek, dan Rybar dari Cekoslowakia (1972) telah mengusulkan untuk
memperbaiki klasifikasi dan terminologi longsor berdasarkan mekanisme dan
kecepatan pergerakan. Pengelompokkannya berdasarkan empat katagori dasar
yaitu:
A. Rangkak (Creep)
Rangkak (creep) meliputi berbagai macam pergerakan yang lambat dari rangkak
talud sampai pergerakan lereng gunung akibat gravitasi dalam jangka waktu yang
panjang atau lama.
B. Aliran (flowing)
Bila tanah yang terbawa longsor banyak mengandung air, maka perilaku longsor
seperti aliran. Contoh aliran tanah (earthflow) atau aliran lumpur (mudflow).
C. Gelincir (Sliding)
Untuk pergerakan tanah yang relatif cepat sepanjang bidang longsor yang tertentu
dikelompokkan kedalam kategori ini.
D. Tanggal (Fall)
Pergerakan batuan padat / pejal (solid) yang cepat dengan sifat utamanya tanggal
bebas (free fall).
Tanah longsor yang terjadi pada bidang gelincir yang hampir tegak lurus dan sejajar
dengan muka tanah yang bersifat bergerak dalam suatu jurusan.
Untuk ketepatan suatu analisis keamanan dan pengamanan suatu lereng terhadap
bahaya longsor, perlu dilakukan diagnosis terhadap faktor-faktor kelongsoran. Dari
pengamanan, maka perlu diketahui lebih rinci penyebab terjadinya suatu longsor,
antara lain :
i. Perubahan lereng suatu tebing, secara alami karena erosi dan lain-lain atau
secara disengaja akan mengganggu stabilitas yang ada, karena secara logis dapat
dikatakan semakin terjal suatu lereng akan semakin besar kemungkinan untuk
longsor.
ii. Perubahan tinggi suatu tebing, secara alami karena erosi dan lain-lain atau
disengaja juga akan merubah stabilitas suatu lereng. Semakin tinggi lereng akan
semakin besar longsornya.
iii. Peningkatan beban permukaan ini akan meningkatkan tegangan dalam
tanah termasuk meningkatnya tegangan air pori. Hal ini akan menurunkan
stabilitas lereng dan sering terjadi karena adanya pembangunan didaerah tebing
seperti : jalan, gedung dan lain-lain.
iv. Perubahan kadar air, baik karena air hujan maupun resapan air tempat lain
dalam tanah. Ini akan segera meningkatkan kadar air dan menurunkan kekuatan
geser dalam lapisan tanah.
v. Aliran air tanah akan mempercepat terjadinya longsor, karena air bekerja
sebagai pelumas. Bidang kontak antar butiran melemah karena air dapat
menurunkan tingkat kelekatan butir.
vi. Pengaruh getaran, berupa gempa, ledakan dan getaran mesin dapat
mengganggu kekuatan geser dalam tanah.
vii. Penggundulan daerah tebing yang digundul menyebabkan perubahan
kandungan air tanah dalam rongga dan akan menurunkan stabilitas tanah. Faktor
air sangat berpengaruh terhadap keseimbangan dalam tanah. Disamping itu,
kestabilan lapisan permukaan tanah juga tergantung adanya penggundulan.
viii. Pengaruh pelapukan, secara mekanis dan kimia akan merubah sifat kekuatan
tanah dan batuan hingga mengganggu stabilitas lereng.
Gaya atau momen penggerak dapat diperkecil hanya dengan cara merobah bentuk
lereng yang bersangkutan. Untuk itu ada dua cara :
(a) Membuat lereng lebih datar, yaitu mengurangi sudut kemiringan.
(c) Dengan cara mekanis, yang dengan memasang tiang atau dengan
membuat dinding penahan.
(d) Dengan cara injeksi.
Gian Paolo Giani, Rock Slope Stability Analysis, A.A Balkema, Rotterdam, Brookfield,
1992.
Hoek, E. and Bray, J.W., Rock Slope Engineering 3rd Ed., The Institution Of Mining
and Metallurgy London, !981.
Made Astawa Rai, Kemantapan Lereng Batuan, Kursus Pengawas Tambang, 1993.