Você está na página 1de 9

REFERAT

POLYCYSTIC LIVER DISEASE


Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan Kepada:
DOKTER PEMBIMBING
dr. H. Suprapto, Sp.PD, FINASIM

Disusun Oleh:
Rika Erlinawati Sakinah
20120310093

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RSUD SETJONEGORO WONOSOBO


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
REFERAT

JUDUL REFERAT

Telah dipresentasikan pada tanggal:

Bertempat di RSUD Setjonegoro Wonosobo

Disusun oleh:
Rika Erlinawati Sakinah
20120310093

Disahkan dan disetujui oleh:


Dokter Pembimbing Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam
RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo

dr. H. Suprapto, Sp.PD, FINASIM


PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat, petunjuk dan kemudahan
yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat Polycystic Liver Disease.
Penulisan Referat ini dapat terwujud atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu maka pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Hj. Arlyn Yuanita, Sp.PD., M.Kes. selaku dokter pembimbing dan dokter Spesialis
Penyakit Dalam RSUD Wonosobo.
2. dr. H. Suprapto, Sp.PD dan dr. Widhi, P.S., Sp.PD. selaku dokter Spesialis Penyakit
Dalam RSUD Wonosobo.
3. Seluruh perawat bangsal Cempaka, Flamboyan , IGD dan Poli Dalam di RSUD
Wonosobo.
4. Teman-teman coass interna atas dukungan dan kerjasamanya .
5. Teman-teman coass atas dukungan dan doanya.

Dalam penyusunan Referat ini penulis menyadari bahwa masih memiliki banyak
kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusunan di masa
yang akan datang. Semoga dapat menambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Wonosobo,

Hannisa Hafiz

3
DAFTAR ISI

4
BAB I
PENDAHULUAN

Polycytic Liver Disease (PLD) merupakan penyakit langka yang dihasilkan dari
malformasi embryonic ductal plate pada saluran empedu intrahepatik. Penyakit ini merupakan
penyakit herediter autosomal dominan maupun resesive yang ditandai dengan adanya beberapa
lesi kistik yang berasal dari empedu yang menempati 50% dari parenkim hati, mulai dari nodul
kecil mikroskopik sampai massa besar dengan ukuran 20-30 centimeter. Penyakit ini langka
dengan angka kejadian diperkirakan kurang dari 0,01% dan prevalensinya hanya 0,05-0,53%.
PLD biasanya mulai timbul pada dekade ke empat kehidupan dan jumlah serta ukuran kista
terus meningkat seiring dengan bertambahnya usia.1
Mekanisme genetik atau defek dari sinyal pembentukan genetik merupakan penyebab
dari struktur ductal menjadi terpisah dari saluran empedu yang akhirnya akan mengakibatkan
pembentukan kista pada pasien dengan PLD. Biasanya, struktur empedu yang terpisah terdapat
di dalam tahap awal perjalan penyakit, namun tetap belum menunjukkan gejala atau
asimptomatik sampai mulainya pertumbuhan kista di usia dewasa.2
Penyakit ini terkait dengan dua penyakit genetik yang berbeda yaitu yang pertama
sebagai fenotipe utama dalam Isolated Polycystic Liver Disease (PCLD) dan sebagai
manifestasi ekstrarenal pada Autosomal Dominant Polycystic Kidney Disease (ADPKD). Pada
pasien ADPKD memiliki ginjal polikistik, dan kista hati timbul dalam 83% kasus, sedangkan
PLD merupakan presentasi utama dari PCLD. Pada tahap lanjut, pasien dengan PCLD atau
ADPKD akan mengalami pembesaran hepar yang massive yang akan menyebabkan timbulnya
gejala klinis dan komplikasi. Keluhan utama pada pasien PLD yaitu nyeri perut, distensi
abdomen dan gejala atipikal karena kista yang tebal akan mengakibatkan kompresi jaringan
atau menyebabkan kegagalan organ di sekitarnya. Faktor risiko utama untuk pertumbuhan kista
hati adalah jenis kelamin perempuan, penggunaan estrogen eksogen dan kehamilan kembar. 2
PCLD berhubungan dengan Autosomal Dominant Polycystic Kidney Disease
(ADPKD) atau Autosomal Recessive Polycystic Kidney disease (ARPKD). ADPKD adalah
penyakit yang mengancam jiwa, dengan prevalensi antara 1: 400 sampai 1: 1000. Hal ini
ditandai dengan perkembangan progresif dan pembesaran kista berisi cairan yang berasal dari
3% nefron, yang pada akhirnya terjadi gagal ginjal pada 50% dari individu yang terkena. Lebih
dari 85% kasus ADPKD disebabkan oleh mutasi pada gen PKD1, dengan sisa kasus tersebut
terkait dengan mutasi gen PKD2. Kista hati adalah manifestasi ekstra-ginjal yang paling umum
dari ADPKD dan ditemukan di 60-75% pasien ADPKD. Penyakit hati kistik pada AKDP

5
menyebabkan morbiditas yang signifikan dan menyumbang 10% dari kematian pasien
ADPKD.3
Secara umum kista hati jarang pada anak-anak, namun frekuensinya meningkat seiring
dengan bertambahnya usia. Biasanya PCLD asimtomatik, namun dapat menimbulkan gejala.
Gejala timbul disebabkan akibat dari efek massa atau dari komplikasi yang terkait dengan kista.
Gejala biasanya disebabkan oleh pembesaran hepar yaitu dyspnea, cepat kenyang, gastro-
esofagus reflux dan nyeri pinggang. Hal ini menyebabkan efek yang signifikan pada kualitas
hidup pasien. Komplikasi lain yang disebabkan oleh efek massa yaitu hati obstruksi vena
outflow, vena cava inferior dan kompresi vena portal, atau kompresi saluran empedu.3
Tujuan terapi pada PCLD adalah untuk mengurangi gejala dengan mengurangi volume
hepar. Pilihan bedah saat ini yaitu laparoskopi fenestrasi kista dengan atau tanpa reseksi hepar
dan orthotopic transplantasi hepar (OLT). Kemajuan yang signifikan dalam teknik bedah telah
meningkatkan keberhasilan pada pasien PLD. Namun, pemilihan pendekatan terapi yang tepat
tetap menjadi tantangan klinis, dan belum ada data yang optimal mengenai terapi yang paling
baik.4

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi

Penyakit hati polikistik adalah gangguan bawaan yang ditandai oleh banyak kista
berbagai ukuran yang tersebar di seluruh hepar. Ketidaknyamanan pada perut disebabkan
karena pembengkakan hati dapat terjadi. namun, kebanyakan pasien PLD tidak memiliki
gejala (asimptom). Dalam beberapa kasus, penyakit hati polikistik dapat terjadi secara
acak tanpa sebab yang jelas (sporadis), dan sebagian besar kasus diwariskan sebagai sifat
genetik autosomal dominan. Terkadang kista yang ditemukan dalam hepar berkaitan
dengan adanya penyakit autosomal dominan ginjal polikistik (AD-PKD), bahkan setengah
dari pasien dengan ADPKD mempunyai kista hepar. Namun pada pasien PLD jarang
memiliki kista ginjal.5
B. Epidemiologi

PLD memiliki prevalensi kurang dari 0,01% dan ADPKD memiliki prevalensi 0,2%
dari populasi umum. PLD dan ADPKD disebabkan karena gen autosomal dominan dan
75% -90% pasien dengan ADPKD mempunyai gejala PLD. PLD ini dikaitkan dengan
mutasi empat gen. Dua gen (PKD1, lokus 16p13.3, encoding polycystin-1 dan PKD2,
lokus 4q21, dan encoding polycystin-2) lebih dominan berhubungan dengan penyakit
ginjal dan jarang pada PLD. Mutasi PKD1 terjadi pada 85% -90% dari keseluruhan kasus,
sedangkan mutasi pada PKD2 terjadi pada 10% -15% pasien. Dua mutasi gen yang lain
(PRKCSH, lokus 19p13.2, pengkodean protein kinase C substrat 80K-H atau hepatocystin
dan SEC63, lokus 6q21, pengkodean protein Sec63) hanya terjadi pada PLD, namun
mutasi ini hanya terjadi pada 25% - 40% dari keseluruhan kasus PLD.6

Characteristic ADPKD associated PLD Isolated PLD


Prevalence 0.20% <0.01%
Type of inheritance AD AD
Gene mutated PKD1; PKD2 PRKCSH; SEC63
Encoded product Polycystin-1; Polycystin-2 Hepatocystin;Sec63 protein
Chromosome locus 216p13.3; 4q21 19p13.2; 6q21
Tabel 1. Perbandingan Epidemiologi dan Karakteristik Mutasi Genetik antara
ADPKD dan Isolated PLD6

7
C. Etiologi

Beberapa kasus penyakit hati polikistik terjadi tanpa alasan yang jelas, namun sebagian
besar kasus diwariskan melalui gen autosomal dominan. Perubahan (mutasi) dalam dua
gen, satu di lengan pendek kromosom 19 (19p-13,2-13,1) dan satu di lengan panjang
kromosom 6 (6q21-Q23) yang diduga terkait dengan penyakit hati polikistik. Gen ini tidak
terkait dengan ADPKD. Kromosom dalam inti sel manusia, membawa informasi genetik
untuk setiap individu. Sel-sel tubuh manusia normal memiliki 46 kromosom. Setiap pasang
kromosom manusia diberi nomor dari 1 sampai 22 dan kromosom seks ya X dan Y. Pria
memiliki satu X dan satu kromosom Y dan perempuan memiliki dua kromosom X. Setiap
kromosom memiliki lengan pendek (p) dan lengan panjang (q). Kromosom 19p13.2-13.1
mengacu pada wilayah antara ikatan 13.1 dan 13.2 pada lengan pendek kromosom 19.
Kromosom 6q21-Q23 mengacu daerah antara band 21 dan 23 pada lengan panjang
kromosom 6. Setiap nomor ikatan tersebut menentukan lokasi dari ribuan gen yang hadir
pada setiap kromosom.7
PLD menunjukkan dua presentasi klinis utama yaitu penyakit hati polikistik
berhubungan dengan penyakit ginjal autosomal dominan polycystic dan penyakit hati
polikistik terisolasi. Kedua bentuk penyakit hati polikistik menunjukkan pola warisan
autosomal dominan. Pada PLD autosomal dominan (ADPLD) tidak terdapat keterlibatan
ginjal ketika disebabkan oleh mutasi protein gen kinase substrat 80K-H (PRKCSH) yang
mengkode hepatocystin protein. Sedangkan ADPLD yang menunjukkan keterlibatan ginjal
ketika disebakan oleh mutasi pada PKD1, encoding polycystin-1 (PC1) atau PKD2,
encoding polycystin-2 (PC2). Pada PLD yang terkait dengan penyakit ginjal polikistik,
proliferasi sel merupakan salah satu mekanisme utama dari cystogenesis, sedangkan pada
PLD terisolasi mekanisme utama dari cystogenesis yaitu terganggunya adhesi sel. 7

Gambar 1. Diagram Genetik PLD yang disebabkan karena Autosomal Dominan7

8
Gambar 2. Diagram Genetik PLD Subtipe Autosomal Resesif7

1. Polycystin 1 (PC1)
PC1 merupakan asam amino 4302 tipe I yang membran glikoproteinnya
mengandung domain ekstraseluler N-terminal panjang lebih dari 3000 asam amino, 11
domain transmembran dan sitoplasma C-terminus pendek (198 asam amino). PC1
berinteraksi dengan PC2 melalui C-terminus untuk membentuk kompleks heterodimeric.
Interaksi ini sangat penting untuk pengaturan fungsional dari kedua protein. Sebuah
peran langsung dari PC1 berperan dalam adhesi sel melalui interaksi homophilic dari
domain PKD. Seluruh ectodomain N-terminal memiliki sifat biomekanis sebagai
mechanosensor. Hal tersebut dapat menjadi kekuatan penghubung antara sel-sel atau
penempelan sel matrix selama tubulogenesis.
2. Polycystin 2 (PC2)
PC2 merupakan kalsium channel dari jenis tipe II asam amino-968 yang membrane
glikoproteinnya mengandung enam domain transmembran, N-intraseluler dan C-
terminal. PC2 memiliki homolog yang signifikan terhadap transient receptor potential
(TRP) dan berfungsi sebagai kalsium non-selektif. Lokasi subselular dari PC2 terdapat
pada retikulum endoplasma (ER), membran plasma lateral dan silia primer.
3. Hepatocystin dan SEC63
Beberapa kista muncul berasal dari dilatasi progresif dari saluran abnormal pada
hamartoma empedu, yang merupakan hasil dari malformasi duktal plate pada tingkat
saluran empedu intrahepatik kecil. Saluran ini sudah mengalami kehilangan kontinuitas
dengan saluran empedu. PRKCSH terletak pada kromosom 19p13.2 dan mengkodekan
hepatocystin. Fungsi protein ini yaitu sebagai subunit pengaturan glucosidase II dan
terlibat dalam kontrol kualitas glikoprotein yang baru disintesis.

Você também pode gostar