Você está na página 1de 6

AUDITING

1. Pengertian Auditing Menurut (Sukrisno Agoes , 2004), auditing adalah Suatu pemeriksaan
yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan
bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.

2. Pengertian Auditing menurut (Arens dan Loebbecke, 2003), auditing sebagai Suatu proses
pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur
mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen
untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria-kriteria
yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan
kompeten.

3. Pengertian Auditing Menurut (Mulyadi , 2002), auditing merupakan Suatu proses


sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.

Menurut (Mulyadi, 2002), berdasarkan beberapa pengertian auditing di atas


maka audit mengandung unsur-unsur:
suatu proses sistematis, artinya audit merupakan suatu langkah atau prosedur yang logis,
berkerangka dan terorganisasi. Auditing dilakukan dengan suatu urutan langkah yang
direncanakan, terorganisasi dan bertujuan.
untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, artinya proses sistematik ditujukan
untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan
usaha serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti
tersebut.
pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi, artinya pernyataan mengenai kegiatan
dan kejadian ekonomi merupakan hasil proses akuntansi.
menetapkan tingkat kesesuaian, artinya pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi
terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian
pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian antara
pernyataan dengan kriteria tersebut kemungkinan dapat dikuantifikasikan, kemungkinan pula
bersifat kualitatif.
kriteria yang telah ditetapkan, artinya kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk
menilai pernyataan (berupa hasil akuntansi) dapat berupa:
- peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislative
- anggaran atau ukuran prestasi yang ditetapkan oleh manajemen
- prinsip akuntansi berterima umum (PABU) diindonesia
Penyampaian hasil (atestasi), dimana penyampaian hasil dilakukan secara tertulis dalam bentuk
laporan audit (audit report)
pemakai yang berkepentingan, pemakai yang berkepentingan terhadap laporan audit adalah
para pemakai informasi keuangan, misalnya pemegang saham, manajemen, kreditur, calon
investor, organisasi buruh dan kantor pelayanan pajak

Audit dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :


Audit laporan keuangan ( financial statement audit ). Audit laporan keuangan adalah audit
yang dilakukan oleh auditor eksternal terhadap laporan keuangan kliennya untuk memberikan
pendapat apakah laporan keuangan tersebut disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan. Hasil audit lalu dibagikan kepada pihak luar perusahaan seperti kreditor,
pemegang saham, dan kantor pelayanan pajak.
Audit kepatuhan (compliance audit ). Audit ini bertujuan untuk menentukan apakah yang
diperiksa sesuai dengan kondisi, peratuan, dan undang-undang tertentu . Kriteria- kriteria yang
ditetapkan dalam audit kepatuhan berasal dari sumber-sumber yang berbeda. Contohnya ia
mungkin bersumber dari manajemen dalam bentuk prosedur-prosedur pengendalian internal.
Audit kepatuhan biasanya disebut fungsi audit internal, karena oleh pegawai perusahaan.
Audit operasional (operational audit ). Audit operasional merupakan penelahaan secara
sistematik aktivitas operasi organisasi dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Dalam audit
operasional, auditor diharapkan melakukan pengamatan yang obyektif dan analisis yang
komprehensif terhadap operasional-operasional tertentu.

Jenis - jenis Opini Audit


Proses audit akan menghasilkan sebuah laporan audit. Menurut IAI (1994), laporan audit
adalah suatu sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan
mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat, sebagai pihak yang
independen, auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepentingan siapapun dan untuk tidak
mudah dipengaruhi, serta harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan memiliki
suatu kepentingan dengan kliennya. Jadi laporan audit berisi tentang opini auditor yang
merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil
usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Opini yang terdapat dalam laporan audit sangat penting sekali dalam proses audit
atapun proses atestasi lainnya karena opini tersebut merupakan informasi utama yang dapat
diinformasikan kepada pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan
yang diperolehnya.
Berdasarkan standar professional akuntan publik seksi 508, pendapat auditor
dikelompokkan ke dalam lima tipe, yaitu :
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian
Pendapat ini dikeluarkan auditor jika tidak adanya pembatasan terhadap auditor dalam
lingkup audit dan tidak ada pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan
standar akutansi keuangan dalam laporan keuangan disertai dengan pengungkapan yang
memadai dalam laporan keuangan.Laporan audit tipe ini merupakan laporan yang paling
diharapkan dan dibutuhkan oleh semua pihak. Baik oleh klien maupun oleh auditor.
Ada beberapa kondisi laporan keuangan yang harus dipenuhi untuk menilai laporan
keuangan yang dianggap menyajikan secara wajar kepada posisi keuangan dan hasil suatu
organisasi agar sesuai dengan standar akuntansi keuangan yaitu:
a. Standar akuntansi keuangan digunakan sebagai pedoman untuk menyusun laporan
keuangan,
b. Perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.
c. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan
dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas


Suatu paragraph penjelas dalam laporan audit diberikan oleh auditor dalam keadaan
tertentu yang mungkin mengharuskannya melakukan hal tersebut, meskipun tidak
mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan.

3. Pendapat wajar dengan pengecualian


Ada beberapa kondisi yang mengharuskan seorang auditor memberikan pendapat wajar
dengan pengecualian, diantaranya yaitu :
a. Klien membatasi ruang lingkup audit
b. Kondisi-kondisi yang ada diluar kekuasaan klien ataupun auditor menyebabkan auditor tidak
dapat melaksanakan prosedur audit penting
c. Laporan keuangan tidak disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan
d. Ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi keuangan yang digunakan dalam
menyusun laporan keuangan

4. Pendapat tidak wajar


Pendapat ini merupakan kebalikan dari pendapat wajar tanpa pengecualian. Auditor
memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak menyajikan secara wajar
posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Hal ini
disebabkan karena laporan keuangan tidak disusun berdasar standar akuntansi keuangan.
Selain itu pendapat tidak wajar disebabkan karena ruang lingkup auditor dibatasi
sehingga bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya tidak dapat
dikumpulkan. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka informasi
yang disajikan klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak
dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat
Jika auditor tidak memberikan pendapat atas objek audit, maka laporan ini disebut
lapiran tanpa pendapat ( adverse opinion ). Hal ini disebabkan beberapa kondisi, yaitu adanya
pembatasan yang sifatnya luar biasa terhadap lingkungan auditnya, kemudian karena auditor
tidak independen dalam hubungan dengan kliennya.
Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar
adalah pendapat tidak wajar ini diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya
ketidakwajaran dalam laporan keuangan klien, sedangkan auditor menyatakan tidak
memberikan pendapat (no opinion) karena ia tidak cukup memperoleh bukti mengenai
kewajaran laporan keuangan auditan atau karena ia tidak independen dalam hubungannya
dengan klien.

ASERSI MANAJEMEN
Asersi adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan.
Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit serta dapat diklasifikasikan
berdasarkan penggolongan besar sebagai berikut ini:
Keberadaan atau keterjadian (existence or occurrence).
Kelengkapan (completeness).
Hak dan kewajiban (right and obligation).
Penilaian (valuation) atau alokasi.
Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)

Keberadaan atau keterjadian (existence or occurrence).

01 Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva atau utang
entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama
periode tertentu. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa sediaan produk jadi yang
tercantum dalam neraca adalah tersedia untuk dijual. Begitu pula, manajemen membuat asersi
bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi menunjukkan pertukaran barang atau jasa dengan
kas atau aktiva bentuk lain (misalnya piutang) dengan pelanggan.

Kelengkapan (completeness).
02 Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang
seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya. Sebagai contoh,
manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan
dicantumkan dalam laporan keuangan. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa
utang usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban entitas.
Hak dan kewajiban (right and obligation)

03 Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak
entitas dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. Sebagai contoh
manajemen membuat asersi bahwa jumlah sewa guna usaha (leased) yang dikapitalisasi
dineraca mencerminkan nilai pemerolehan hak entitas atas kekayaan yang disewa-guna-
usahakan (leased) dan utang sewa guna usaha yang bersangkutan mencerminkan suatu
kewajiban entitas.

Penilaian (valuation) atau alokasi

04 Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen- komponen
aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada
jumlah yang semestinya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap
dicatat berdasarkan harga pemerolehannya dan pemerolehan semacam itu secara sistematik
dialokasikan ke dalam periode-periode akuntansi yang semestinya. Demikian pula manajemen
membuat asersi bahwa piutang usaha yang tercantum di neraca dinyatakan berdasarkan nilai
bersih yang dapat direalisasikan.
Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)

05 Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah komponen-


komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya.
Misalnya, manajemen membuat asersi bahwa kewajiban-kewajiban yang diklasifikasikan
sebagai utang jangka panjang di neraca tidak akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun.
Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa jumlah yang disajikan sebagai pos luar biasa
dalam laporan laba-rugi diklasifikasikan dan diungkapkan semestinya

Tahap- Tahap Audit

Ada empat tahap dalam melaksanakan audit , yakni

1. Tahap I : Merencanakan dan merancang pendekatan audit


Dalam setiap audit, ada bermacam-macam cara yang dapat ditempuh seorang auditor dalam
mengumpulkan bahan bukti untuk mencapai tujuan audit secara keseluruhan. Dua perhitungan
yang mempengaruhi pendekatan yang akan dipilih yakni bahan bukti kompeten yang cukup
harus dikumpulkan untuk memenuhi tanggungjawab professional dari auditor dan biaya
pengumpulan bahan bukti yang harus dibuat seminim mungkin.

2. Tahap II : melakukan pengujian pengendalian dan transaksi


Jika auditor telah menetapkan tingkat resiko pengendalian yang lebih rendah berdasarkan
identifikasi pengendalian, ia kemudian dapat memperkecil luas penilaiannya sampai suatu titik
dimana ketepatan informasi keuangan yang berkaitan langsung dengan pengendalian itu harus
diperiksa keabsahannya melalui pengumpulan bahan bukti. Tetapi untuk membenarkan tingkat
resiko lebih rendah yang ditetapkan ini, auditor harus menguji keefektifan pengendalian
tersebut. Prosedur-prosedur yang termasuk dalam jenis pengujian ini biasa disebut sebagai
pengujian atas pengendalian.

3. Tahap III : Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo
Terdapat dua kategori dalam prosedur tahap III ini yaitu prosedur analitis dan pengujian terinci
atas saldo.

4. Tahap IV : Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit.


Setelah auditor menyelesaikan semua prosedur, adalah perlu untuk menggabungkan seluruh
informasi yang didapat untuk memperoleh kesimpulan menyeluruh mengenai kewajaran
penyajian laporan keuangan. Ini merupakan proses yang sangat subyektif dan sangat
tergantung pada pertimbangan professional auditor. Dalam prakteknya, seorang auditor secara
berkesinambungan menggabungkan informasi yang didapat selama dia melaksanakan proses
audit tersebut. Penggabungan akhir hanyalah penyatuan dari penggabungan-penggabungan
tadi pada saat penyelesaian penugasan. Jika audit telah dilaksanakan, kantor akuntan public
harus mengeluarkan laporan audit yang menyertai laporan keuangan klien yang diterbitkan.
Laporan itu haruslah memenuhi persyaratan teknis yang jelas yang dipengaruhi oleh ruang
lingkup audit dan sifat temuan auditor.

Você também pode gostar