Você está na página 1de 22

AKUNTANSI KLIRING

09 Monday Jun 2014

Posted by MyNote in Accounting, Bank dan Lembaga Keuangan, Data Catatan Study, Home

Leave a comment

Tags

Akuntansi, Akuntansi Perbankan, Bank dan Lembaga Keuangan

AKUNTANSI KLIRING
Dalam menjalankan fungsinya, bank komersial menggunakan sarana kliring untuk
memudahkan penyelesaian transaksi antar bank. Bank dapat saling memperhitungkan hutang
piutang yang terjadi akibat transaksi bisnis yang dilakukan masng-masing nasabahnya.
Transaksi antara nasabah bank tersebut menggunakan alat bayar berupa cek, bilyet giro, dan
surat dagang lainnya yang lazim diterima oleh bank. Penyelesaian hutang piutang bisa saja
dilakukan diluar cara ini, namun dengan kliring akan dapat dilakukan secara cepat, aman,
efektif, dan efisien.

Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang piutang dalam bentuk surat-surat
berharga atau surat dagang dari suatu bank peserta yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia
atau pihak lain yang ditunjuk. Dalam perkembangannya, kliring tidak hanya dilakukan secara
manual tapi juga secara otomasi maupun elektronik. Oleh karena itu kliring didefinisikan
juga sebagai pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar bank atas nama bank
maupun nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikn pada waktu tertentu.

SISTEM KLIRING

Berdasarkan sistem penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan :

1. Sistem manual, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring, serta pemilahan warkat dilakukan secara
manual oleh setiap peserta.
2. Sistem semi otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara
otomasi, sedangkan pemilahan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta.
3. Sistem otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring, dan pemilahan warkat dilakukan oleh
penyelenggara secara otomasi.
4. Sistem elektronik, yaitu penyelenggaraan kliring lokal secara elektronik yang
selanjutnya disebut kliring elektronik adalah penyelenggaraan kliring lokal yang
dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring didasarkan pada
Data Keuangan Elektronik yang selanjutnya disebut DKE disertai dengan
penyampaian warkat peserta kepada penyelenggara untuk diteruskan kepada peserta
penerima.

PESERTA KLIRING

Peserta kliring adalah bank atau Bank Indonesia yang terdaftar pada penyelenggara untuk
mengikuti kliring. Peserta kliring dikelompokkan menjadi :

1. Peserta Langsung

Peserta langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring secara langsung
dengan menggunakan identitasnya sendiri. Peserta langsung dapat terdiri dari kantor pusat,
kantor cabang, dan kantor cabang pembantu yang tidak berada dalam wilayah kliring yang
dengan kantor induknya. Untuk menjadi peserta langsung harus memenuhi syarat :

1. Kantor bank yang dapat menjadi peserta langsung adalah :

1) Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia;

2) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan diluar negeri,
yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia;

3) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan didalam negeri
yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk beroperasi diwilayah kliring yang
berbeda dari kantor induknya.

1. Kantor bank mempunyai kantor lain yang memiliki rekening giro di salah satu kantor
Bank Indonesia
2. Lokasi kantor bank memungkinkan bank tersebut untuk mengikuti kliring secara
tertib sesuai jadwal kliring lokal yang ditetapkan. Dalam hal ini yang perlu
dipertimbangkan adalah waktu tempuh dari lokasi kantor bank ke lokasi
penyelenggara maksimal 45 (empat puluh lima) menit.
3. Peserta Tidak Langsung

Peserta tidak langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring melalui dan
menggunakan identitas peserta langsung yang menjadi induknya yang merupakan bank yang
sama. Peserta tidak langsung bisa terdiri dari kantor pusat, kantor cabang dan kantor cabang
pembantu. Untuk menjadi peserta tidak langsung harus memenuhi persyaratan :

1. Kantor bank yang dapat menjadi peserta tidak langsung adalah :

1) Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia

2) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan diluar negeri
yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia

3) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan didalam negeri
yang telah dilaporkan kepada Bank Indonesia
1. Kantor bank sebagaimana dimaksud pada huruf a menginduk kepada kantor lain yang
merupakan bank yang sama yang telah menjadi peserta langsung diwilayah kliring
yang sam

WARKAT DAN DOKUMEN KLIRING

Warkat dan dokumen kliring yang digunakan dalam kliring otomasi wajib memenuhi
spesifikasi teknis sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai warkat,
dokumen kliring, dan pencetakannya pada perusahaan percetakan dokumen sekuriti.

1. Warkat

Warkat adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban atau untuk
untung rekening nasabah atau bank melalui kliring. Warkat yang dapat diperhitungkan dalam
kliring otomasi adalah :

Cek

Cek adalah cek sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
termasuk cek dividen, cek perjalanan, cek cinderamata, dan jenis cek lainnya yang
penggunaannya dalam kliring disetujui oleh Bank Indonesia.

Bilyet Giro

Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk
memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening
pemegang yang disebutkan namanya, termasuk Bilyet Giro Bank Indonesia (BGBI)

Wesel Bank Untuk Transfer (WBUT)

Wesel Bank Untuk Transfer adalah wesel sebagaimana diatur dalam KUHD yang diterbitkan
oleh bank khusus untuk sarana transfer.

Surat Bukti Penerimaan Transfer (SBPT)

Surat Bukti Penerimaan Transfer adalah surat bukti penerimaan transfer dari luar kota yang
dapat ditagihkan kepada bank peserta penerima dana transder melalui kliring lokal.

Nota Debet

Nota Debet adalah warkat yang digunakan untuk enagih dana pada bank lain untuk untung
bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut. Nota debet yang dikliringkan
hendaknya teah diperjanjikan dan dikonfirmasikan terlebih dahulu oleh bank yang
menyampaikan nota debet kepada ank yang akan menerima nota debet tersebut.

Nota Kredit

Nota Kredit adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank lain untuk
untung bank atau nasabah bank yang menerima warkat tersebut.
2. Dokumen Kliring

Dokumen Kliring merupakan dokumen yang berfungsi sebagai alat bantu dalam proses
perhitungan kliring ditempat penyelenggara. Dokumen kliring yang digunakan dalam
penyelenggaraan kliring lokal dengan sistem manual berupa daftar warkat kliring penyerahan
(pengembalian) yang berfungsi sebagai bukti penyerahan (pengembalian) warkat baik pada
kliring penyerahan maupun kliring pengembalian. Daftar warkat klirng
penyerahan/pengembalian ini disediakan oleh masing-masing peserta.

3. Formulir Kliring

Formulir yang digunakan untuk proses perhitungan kliring lokal dengan sistem manual
meliputi :

1) Neraca kliring penyerahan/pengembalian gabungan formulir ini disediakan oleh


penyelenggara dan digunakan oleh penyelenggara untuk menyusun rekapitulasi neraca kliring
penyerahan (pengembalian) dari seluruh peserta.

2) Neraca kliring penyerahan/pengembalian. Formulir ini disediakan oleh peserta dan


digunakan oleh peserta untuk menyusun neraca kliring penyerahan/pengembalian atas dasar
daftar warkat kliring penyerahan/pengembalian.

3) Bilyet Saldo Kliring. Formulir ini disediakan oleh peserta dan digunakan oleh peserta
untuk menyusun bilyet saldo kliring berdasarkan neraca kliring penyerahan dan neraca
kliring pengembalian.

TATA CARA PENYELENGGARA KLIRING LOKAL MANUAL

Penyelengaraan kliring terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu kliring penyerahan dan kliring
pengembalian yang merupakan satu kesatuan siklus kliring. Peserta wajib mengikuti kedua
kegiatan tersebut sampai kliring dinyatakan selesai oleh penyelenggara dengan mengirimkan
wakil peserta walalupun peserta yang bersangkutan tidak mempunyai warkat yang akan
dikliringkan pada kedua tahap kliring tersebut.

Kliring Penyerahan

Kliring penyerahan meliputi kegiatan yang dilakukan dikantor peserta dan kegiatan yang
dilakukan ditempat penyelenggara.

1. Kegiatan dikantor pusat sebelum datang ke pertemuan kliring penyerahan ditempat


penyelenggara, peserta harus melakukan persiapan sebagai berikut :
2. Melakukan pengecekan terhadap warkat yang akan dikliringkan, apakah warkat
tersebut merupakan warkat yang dapat dikliringkan dan telah memenuhi spesifikasi
sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Memilah warkat berdasarkan bank penerima. Warkat yang telah dipilah berdasarkan
bank penerima itu dipisahkan antara warkat debet dan warkat kredit.
4. Mengisi daftar warkat kliring penyerahan dengan rincian nominal warkat serta jumlah
lembar dan jumlah nominal warkat. Daftar warkat kliring penyerahan tersebut dibuat
tersendiri untuk kelompok warkat debet dan kelompok warkat kredit per bank
penerima.
5. Kegiatan peserta ditempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring penyerahan
ditempat penyelenggara, wakli peserta melakukan kegiatan sebagai berikut :
6. Wakil peserta wajib hadir dalam pertemuan kliring penyerahan pada jadwal yang
telah ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang disediakan penyelenggara.
7. Melakukan kegiatan pendistribusian warkat :

1) Menyerahkan ke masing-masing peserta penerima :

a) Lembar pertama daftar warkat kliring penyerahan; dan

b) Warkat

2) Meminta tanda tagan dari wakil peserta penerima pada lembar kedua daftar warkat
kliring penyerahan sebagai bukti penerimaan warkat

3) Menyerahkan lembat ketiga daftar warkat kliring penyerahan kepada penyelenggara

1. Melakukan kegiatan penerimaan warkat :

1) Menerima dari peserta lain

a) Lembar pertama daftar warkat kliring penyerahan; dan

b) Warkat

2) Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat kliring penyerahan yang
diserahkan oleh peserta lain sebagai bukti penerimaan warkat

1. Mencocokkan rincian yang tercantum pada daftar warkat kliring penyerahan yang
diserahkan oleh peserta lain dengan warkat yang diterima.
2. Menyusun neraca kliring penyerahan berdasarkan daftar warkat kliring penyerahan
yang diserahkan maupun yang diterima. Neraca kliring penyerahan ini diisi rincian
warkat yang diserahkan maupun yang diterima serta saldo debet/kredit kliring
penyerahan bagi peserta yang bersangkutan.
3. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta yang bersangkutan
pada neraca kliring penyerahan, kemudian menyerahkan lembar pertama neraca
kliring penyerahan kepada penyelenggara.
4. Kegiatan petugas penyelenggara
5. Menyusun neraca kliring penyerahan gabungan berdasarkan neraca kliring
penyerahan yang disampaikan oleh seluruh wakil peserta
6. Apabila wakil peserta belum hadir sampai dengan batas akhir jadwal kliring
penyerahan yang ditetapkan, penyelenggara akan melaksanakan kegiatan
sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e, dan f atas nama wakil peserta.
Dalam hal kemudian wakil peserta hadir sebelum kliring penyerahan dinyatakan
berakhir maka kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e, dan f yang
belum dilaksanakan oleh petugas penyelenggara akan dilanjutkan oleh wakil peserta
yang bersangkutan. Seluruh warkat yang ditujukan kepada peserta yang terlambat
diserahkan oleh penyelenggara pada saat wakil peserta yang bersangkutan hadir.
Apabila wakil peserta tidak hadir sampai kliring penyerahan dinyatakan berakhir
maka penyelenggara akan menghubungi peserta untuk mengambil warkat dan neraca
kliring penyerahan.

Kliring Pengembalian

Klirng pengembalian meliputi kegaitan yang dilakukan dikantor peserta dan kegiatan yang
dilakukan ditempat penyelenggara.

1. Kegiatan dikantor peserta sebelum dibawa ke pertemuan kliring pengembalian


ditempat penyenggara, peserta harus melakukan persiapan bagai berikut :
2. Melakukan verifikasi terhadap warkat yang diterima peserta pada pertemuan kliring
penyerahan, apakah telah memenuhi persyaratan untuk dibukukan. Dalam hal warkat
debet :

1) Memenuhi salah satu atau lebih alasan penolakan sebagaimana diatur dalam Surat
Edaran Bank Indonesia No. 28/137/UPG tanggal 5 Januari 1996 tentang Cek/Bilyet Giro
Kosong; atau

2) Merupakan nota debet, yang tidak memenuhi ketentuan mengenai nila nominal nota
debet; maka warkat debet tersebut wajib ditolak dalam pertemuan kliring pengembalian yang
merupakan satu kesatuan siklus kliring dengan kliring penyerahan yang bersangkutan.

1. Membuat Surat Keterangan Penolakan (SKP) warkat debet yang ditolak wajib disertai
SKP. SKP tersebut harus memuat alasan penolakan warkat
2. Memilah warkat debet tolakan beserta SKP berdasarkan bank penerima
3. Mengisi daftar warkat kliring pengembalian dengan rincian nominal serta jumlah
lembar dan jumlah nominal warkat debet tolakan untuk masing-masing bank
penerima sebanyak rangkap 3 (tiga). Selain itu untuk memudahkan perhitungan, dapat
pula dibuat telstruk per bank penerima untuk masing-masing daftar warkat kliring
pengembalian apabila jumlah warkat debet tolakan lebih dari 1 (satu) lembar.
4. Kegiatan peserta ditempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring pengembalian
ditempat penyelenggara, wakil peserta melakukan kegiatan sebagai berikut :
5. Wakil peserta hadir dalam pertemuan klring pengembalian pada jadwal yang telah
ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang disediakan penyelenggara.
6. Melakukan kegiatan pendistribusian warkat debet tolakan :

1) Menyerahkan kepada masing-masing peserta penerima :

a) Lembar pertama daftar warkat kliring pengembalian;

b) Warkat debet tolakan; serta

c) Lembar pertama dan kedua SKP. Lembar kedua SKP untuk diteruskan oleh peserta
penerima kepada nasabah penyetor.

2) Meminta tanda tangan dari wakil peserta penerima pada lembar kedua daftar kliring
pengembalian sebagai bukti penerimaan warkat debet tolakan.

3) Menyerahkan kepada penyelenggara :


a) Lembar ketiga daftar warkat kliring pengembalian; dan

b) Lembar ketiga SKP.

1. Melakukan kegiatan penerimaan warkat debet tolakan.

1) Menerima dari peserta lain :

a) Lembar pertama daftar warkat kliring pengembalian;

b) Warkat debet tolakan; serta

c) Lembar pertama dan lembar kedua SKP. Lembar kedua SKP untuk diteruskan oleh
peserta kepada nasabah penyetor.

2) Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat kliring pengembalian
yang diserahkan oleh peserta lain sebagai bukti penerimaan warkat debet tolakan.

1. Mencocokkan rincian yang tercantum pada daftar warkat kliring pengembalian degan
warkat debet tolakan yang diterima.
2. Menyusun neraca kliring pengembalian sebanyak rangkap 2 (dua) berdasarkan daftar
warkat kliring pengembalian yang diserahkan maupun yang diterima. Neraca kliring
pengembalia ini diisi rincian warkat debet tolakan yang diserahkan maupun yang
diterima serta saldo debet/kredit kliring pengembalian peserta yang bersangkutan.
3. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta pada neraca kliring
pengembalian, kemudian menyerahkan lembar pertama neraca kliring pengembalian
kepada penyeleggara.
4. Menyusun Bilyet Saldo Kliring (BSK) sebanyak rangkap 2 (dua) berdasarkan
neracakliring penyerahan dan neraca kliring pengembalian.
5. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta pada BSK, kemudian
menyerahkan BSK rangkap 2 (dua) kepada penyelenggara.
6. Kegiatan Petugas Penyelenggara
7. Menyusun neraca kliring pengembalian gabungan berdasarkan neraca kliring
pengembalian yang disampaikan oleh seluruh wakil peserta, kemudian membubuhkan
tanda tangan dan nama jelas petugas penyelenggara pada neraca kliring pengembalian
gabungan tersebut.
8. Mencocokkan antara neraca kliring penyerahan (pengembalian) gabungan yang
disusun oleh penyelenggara dengan BSK yang disusun oleh peserta.
9. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas petugas penyelenggara pada BSK
rangkap 2 (dua) setelah terdapat kecocokkan antara neraca kliring
penyerahan/pengembalian gabungan dengan BSK.
10. Mendistribusikan BSK sebagai berikut :

1) Lembar pertama untuk penyelenggara;

2) Lembar kedua kepada masing-masing peserta. Dengan didistribusikannya BSK maka


kliring pengembalian dinyatakan berakhir.

1. Melakukan verifikasi terhadap tanda tanggan pejabat pada SKP yang diserahkan oleh
seluruh peserta, sebelum disampaian kepada Bank Indonesia.
2. Apabila wakil peserta belum hadir sampai dengan batas akhir jadwal kliring
pengembalian yang ditetapkan, penyelenggara akan melaksanakan kegiatan
sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e, f, g, dan h atas nama wakil peserta
yang bersangkutan. Dalam hal kemudian wakil peserta hadir sebelum kliring
pengembalian dinyatakan berakhir maka kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka
2 huruf c, d, e, f, g, dan h yang belum dilaksanakan oleh petugas penyelenggara akan
dilanjutkan oleh wakil peserta yang bersangkutan. Seluruh warkat debet tolakan yang
ditujukan kepada peserta yang terlambat akan diserahkan oleh penyelenggara pada
saat wakil peserta yang bersangkutan hadir. Apabila wakil peserta tidak hadir sampai
kliring pengembalian dinyatakan berakhir maka penyelenggara akan menghubungi
peserta untuk mengambil warkat debet tolakan dari peserta lain, neraca kliring
pengembalian dan BSK. Sementara itu perhitungan atas warkat debet tolakan yang
tidak dapat diserahkan pada pertemuan kliring pengembalian diselesaikan berdasarkan
kesepakatan peserta yang terkait. Namun, peserta yang bersangkutan wajib
menyampaikan warkat debet tolakan beserta lembar 1 dan 2 SKP kepada peserta
penerima tolakan dan lembar ketiga SKP kepada penyelenggara pada saat kliring
pengembalian tersebut.

Penyelesaian Akhir

Penyelesaian akhir atas hasil kliring dilakukan dengan melimpahkan hasil kliring masing-
masing peserta ke rekening giro kantor lain dari peserta di Bank Indonesia yang telah
ditetapkan. Prosedur penyelesaian akhir dilakukan sebagai berikut :

1. Penyelenggara mengirimkan informasi hasil kliring berdasarkan BSK ke kantor Bank


Indonesia yang ditetapkan dengan menggunakan sarana teleks setelah dilakukan test
key arrangement.
2. Atas dasar instruksi pelimpahan tersebut, kantor Bank Indonesia membukukan hasil
kliring ke rekening kantor lain dari masing-masing peserta yang ada di kantor Bank
Indonesia tersebut.
3. Tanggal valuta pembukuan hasil kliring adalah sama dengan tanggal hasil kliring
yang bersangkutan (same day settlement).
4. Apabila terdapat kesalahan perhitungan hasil kliring yang diketahui setelah hasil
kliring tersebut dilimpahkan ke Bank Indonesia, maka penyelesaiannya dilakukan
antara penyelenggara dengan peserta.
5. Dalam keadaan darurat dimana tidak dimungkinkan menggunakan sarana teleks dan
telepon maka ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku dan
pelimpahan serta pembukuan hasil kliring dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

JADWAL KLIRING LOKAL DAN PELIMPAHAN HASIL KLIRING

Jadwal penyelenggaraan kliring manual serta jadwal pelimpahan hasil kliring ditetapkan oleh
penyelenggara dengan persetujuan Bank Indonesia yang mewilayahi. Jadwal kliring lokal
yang ditetapkan merupakan rentang waktu bagi wakil peserta diperkenankan untuk hadir dan
mendistribusikan warkat pada proses penyelenggaraaan kliring penyerahan/pengembalian,
sebagai contoh :

1. Jadwal kliring penyerahan ditetapkan pada pukul 10.30 s/d 11.00


2. Jadwal kliring pengembalian ditetapkan pukul 13.00 s/d 13.30. Hal ini berarti bahwa
kehadiran wakil peserta dan proses pendistribusian warkat debet tolakan dapat
dimulai pada pukul 13.00 dengan batas akhir kehadiran wakil peserta pukul 13.30

Contoh transaksi kliring dan pencatatannya :

1. Tanggal 1 Mei 2012 A nasabah giro Bank ABC Semarang membeli barang kepada B
nasabah Bank BAP senilai Rp 10.000.000. Sdr. A membayarnya dengan cek Bank
ABC Semarang.
2. A menyerahkan cek no. 112 kepada Bank ABC Semarang untuk rekening giro B
nasabah Bank BAP Semarang sebesar Rp 20.000.000 sebagai pelunasan hutang.

Pencatatan di Bank ABC Semarang

Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Kliring 2 1 Mei 2012 Dr. Giro A 30.000.000
Cr. Giro BI 30.000.000

Pada kliring pertama Bank ABC menerima warkat Bank Sendiri yang ditarik oleh A berupa
cek dari peserta kliring (Bank BAP) Semarang. Warkat ini merupakan warkat debet masuk
karena Bank ABC harus mendebet rekening nasabah (Sdr. A). Rekening lawannya adalah
mengkredit rekening Giro BI (Bank Indonesia). Disamping itu Bank ABC Semarang juga
menerima amanat dari A untuk membebani rekening gironya melalui bilyet Giro sebesar Rp
20.000.000. Warkat ini merupakan warkat kredit keluar karena Bank ABC diperintahkan oleh
A untuk mengkredit rekening Giro BI. Dua warkat ini sudah memberikan kepastian dana,
baik memenuhi atau ditolak. Memenuhi bila saldo rekening yang dimiliki penarik cek (Sdr.
A) mencukupi, sedangkan kalau tidak mencukupi langsung ditolak. Dengan demikian
pencatatannya secara langsung pada rekening rill.

Pencatatan di Bank BAP Semarang

Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Kliring 1 1 Mei 2012 Dr. RAR Kliring 10.000.000

Kliring 2 1 Mei 20012 Dr. Giro BI 20.000.000


Cr. Giro B 20.000.000

Bank BAP Semarang telah menerima setoran dari B berupa cek Bank ABC Semarang sebesar
Rp 10.000.000. Cek ini merupakan warkat tagihan dari Bank BAP terhadap Bank ABC
sehingga perlu dikliringkan melalui Bank Indonesia Semarang. Bank BAP yang melakukan
penagihan terhadap Bank ABC Semarang akan mengelompokkan warkat ini sebagai warkat
debet keluar. Untuk kliring pertama, Bank BAP selaku yang menagih akan menunggu
hasilnya pada kliring kedua. Oleh karena itu, pada saat kliring pertama (penyerahan) Bank
BAP harus mencatat penagihan kliring ini dalam rekening administratif sampai dengan
kliring kedua berakhir. Sedangkan untuk warkat kredit masuk berupa cek Giro dari Bank
ABC sebesar Rp 20.000.000 sifatnya sudah pasti. Oleh karena itu dapat langsung dibukukan
dalam rekening rill.
Bagaimana pada kliring kedua (kliring retur) ? Bila pada kliring kedua terjadi penolakan
warkat maka seluruh rekening untuk warkat yang ditolak harus dinihilkan dengan cara
membalik jurnal yang telah dilakukan. Pada contoh ini misalnya warkat debet keluar senilai
Rp 10.000.000 ditolak, maka Bank BAP dapat langsung mengkredit rekening RAR warkat
kliring Rp 10.000.000 sehingga rekening administratif ini menjadi nihil.

Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Kliring 1 1 Mei 2012 Cr. RAR Kliring 10.000.000

Bila kliring kedua tagihan dinyatakan efektif (tidak ditolak) maka pencatatannya di samping
menihilkan rekening administratif kliring juga mencatat hasil tagihan kliring tersebut pada
rekening rill.

Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Kliring 2 1 Mei 2012 Cr. RAR. Kliring 10.000.000

Dr. Giro BI 10.000.000


Cr. Giro B 10.000.000

Contoh 2 :

Transaksi transaksi dibawah ini adalah transaksi yang diselesaikan melalui kliring. Peserta
kliring misalnya Bank Cahaya Artha Sentosa (Bank CAS), Bank Caraka Investama Sejati
(Bank CIS), dan Bank Ceria Usaha Sejati (Bank CUS) Semarang.

1. Kirana Nastiti nasabah Bank Cahaya Artha Sentosa (CAS) Semarang telah menarik
cek no. 011.000.4 sebesar Rp 25.000.000 dan cek no. 0111.000.5 sebesar Rp
20.000.000 untuk membayar hutang kepada Anggi Waskita nasabah Giro Bank
Caraka Investama Sejati (Bank CIS) Semarang.
2. Pada hari yang sama, Bank CIS menerima bilyet giro dari Rudi Kempot (nasabah
Giro) untuk keuntungan Sdr, Dalimin Nasabah Giro Bank CUS Semarang sebesar RP
15.000.000.
3. Astuti nasabah Bank CUS menarik cek untuk membayar barang dagangan kepada
Abdullah nasabah Bank CIS Semarang sebesar Rp 20.000.000.
4. Bank CAS Semarang menerima warkat debet masuk untuk beban nasabah Giro Sdr,
Dwi Rahayu sebesar Rp 30.000.000. Warkat ini diterima dari Bank CUS Semarang
melalui lembaga kliring (Bank Indonesia) Semarang untuk keuntungan Giro Sdr.
Andika.

Bila seluruh transaksi diselesaikan melalui kliring di Bank Indonesia Semarang, maka
diminta :

1. Pencatatan jurnal pada masing-masing peserta kliring


2. Neraca kliring pada masing-masing bank peserta kliring
3. Neraca kliring yang perlu disajikan oleh Bank Indonesia selaku lembaga kliring.

Jawaban :
Pencatatan jurnal di Bank Caraka Investama Sejati (Bank CIS) :

Transaksi Keterangan Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


a Kliring 1 Dr. RAR Kliring 45.000.000

a Kliring 2 Cr. RAR Kliring 45.000.000

Dr. Giro BI 45.000.000


Cr. Giro Anggi 45.000.000

b Kliring 1 Dr. Giro Rudi 15.000.000


Cr. Giro BI 15.000.000

C Kliring 1 Dr. RAR. Kliring 20.000.000

c Kliring 2 Cr. RAR. Kliring 20.000.000

Dr. Giro BI 20.000.000


Cr. Giro
20.000.000
Abdullah

Pencatatan di Bank Cahaya Artha Sentosa (Bank CAS) Semarang :

Transaksi Keterangan Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


a Kliring 2 Dr. Giro Kirana 45.000.000
Cr. Giro BI 45.000.000

d Kliring 2 Dr. Giro Dwi 30.000.000


Cr. Giro BI 30.000.000

Pencatatan jurnal di Bank Ceria Usaha Sejati (Bank CUS) :

Transaksi Keterangan Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


B Kliring 2 Dr. Giro BI 15.000.000
Cr. Giro Dalimin 15.000.000

c Kliring 2 Dr. Giro Astuti 20.000.000


Cr. Giro BI 20.000.000

d Kliring 1 Dr. RAR. Kliring 20.000.000

d Kliring 2 Cr. RAR. Kliring 20.000.000


Dr. Giro BI 30.000.000
Cr. Giro Andika 30.000.000

Dengan memperhatikan transaksi dan jurnal dimasing-masing bank peserta, maka dapat
disusun neraca kliring untuk masing-masing bank sebagai berikut :

Bank CIS

Neraca Kliring

Tanggal Keterangan Saldo (Rp) Tanggal Keterangan Saldo (Rp)


WDK (a) 45.000.000 WKK (b) 15.000.000
WDK (c) 20.000.000
Menang Kliring 50.000.000
Jumlah 65.000.000 Jumlah 65.000.000

BANK CAS

Neraca Kliring

Tanggal Keterangan Saldo (Rp) Tanggal Keterangan Saldo (Rp)


WDM (a) 45.000.000
Kalah Kliring 75.000.000 WDM (d) 30.000.000
Jumlah 75.000.000 Jumlah 75.000.000

BANK CUS

Neraca Kliring

Tanggal Keterangan Saldo (Rp) Tanggal Keterangan Saldo (Rp)


WKM (b) 15.000.000 WDM (c) 20.000.000
WDK (d) 30.000.000 Menang Kliring 25.000.000
Jumlah 45.000.000 Jumlah 45.000.000

BANK INDONESIA

Neraca Kliring

Tanggal Kalah Kliring Saldo (Rp) Tanggal Menang Kliring Saldo (Rp)
Bank CAS 75.000.000 Bank CIS 50.000.000
Bank CUS 25.000.000
Jumlah 75.000.000 Jumlah 75.000.000

SISTEM KLIRING WARKAT LUAR WILAYAH


Perkembangan teknologi saat ini telah memungkinkan beberapa bank untuk melakukan
verifikasi secara online terhadap cek/BG luar kota. Untuk itu Bank Indonesia
mengembangkan sistem penyelenggaraan kliring lokal atas cek dan bilyet giro yang berasal
dari luar wilayah kliring atau disingkat dengan kliring warkat luar wilayah. Kliring warkat
luar wilayah adalah penyelenggaraan kliring atas cek dan BG yang diterbitkan oleh kantor
bank yang bukan peserta diwilayah kliring dimana cek dan BG tersebut dikliringkan.

Penerapan kliring warkat luar wilayah akan memberikan manfaat berupa efisiensi dalam
penyelesaian pembayaran cek/BG luar kota, baik efisiensi maupun biaya, sebab :

1. Efektivitas dana cek/BG sesuai jadwal kliring lokal dimana warkat dikliringkan
(Same day settlement)
2. Biaya proses oleh Bank Indonesia sama dengan warkat lokal lainnya (tidak ada biaya
tambahan oleh Bank Indonesia). Dengan manfaat tersebut diharapkan dapat
meningkatkan kelancaran lalu lintas pembayaran giral antar daerah.

Contoh transaksi kliring warkat luar wilayah dan pencatannya :

Pada 12 Juni 2012 Sdr. X telah membeli barang kepada Sdr. Y senilai Rp 100.000.000, Sdr.
X adalah nasabah Bank B Surabaya sehinnga melakukan pembayaran dengan menarik cek
bank tersebut sebesar Rp 100.000.000 dan diserahkan kepada Sdr. Y nasabah Bank A Jakarta.
Tanggal 14 Juni 2012 Sdr. Y melakukan penyetoran untuk rekening gironya dengan cek
tersebut yang telah diterima dari Sdr. X. Informasi dari lembaga kliring bahwa cek tersebut
dinyatakan efektif (dana terpenuhi). Bagaimana pencatatan di masing-masing bank yang
terlibat transaksi kliring ini?

Jawab :

Pencatatan Jurnal di Bank A Jakarta

Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Kliring 1 14/6/2012 Dr. RAR Kliring 100.000.000

Kliring 2 14/6/2012 Cr. RAR Kliring 100.000.000

Dr. Giro BI 100.000.000


Cr. Giro Y 100.000.000

Pencatatan Jurnal di Bank B Jakarta

Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Kliring 2 14/6/2012 Dr. RAK Cab. Surabaya 100.000.000
Cr. Giro BI 100.000.000

Pencatatan Jurnal di Bank B Surabaya

Keterangan Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Transaksi 14/6/2012 Dr. Giro X 100.000.000
Cr. RAK Cab.
Antar Cabang 100.000.000
Jakarta

Contoh tersebut memberikan pemhaman bahwa transaksi kliring warkat luar wilayah dalam
penyelesaiannya akan melibatkan transaksi antar cabang bank sendiri. Pada kliring pertama
antar Bank (Bank A dengan Bank B Jakarta) memang hanya melibatkan bank tersebut
dengan Bank Indonesia Jakarta, namun ketika kliring kedua dilakukan dan dinyatakan efektif,
maka Bank B Jakarta akan mencatat RAK cabang Surabaya sebagai konsekuensi Bank B
Jakarta telah membayar kepada Bank A Jakarta. Dengan demikian Bank B Jakarta
mempunyai rekening tagihan antar cabang kepada Bank B cabang Surabaya. Sedangkan
untuk Rekening Administratif Rupiah (RAR) kliring tetap dicatat dengan ayat tunggal.

PRINSIP PRINSIP UMUM KLIRING WARKAT LUAR WILAYAH

Prinsip prinsip umum dalam penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah adalah sebagai
berikut:

1. Cek dan BG yang diterbitkan oleh suatu kantor bank dapat dikliringkan di wilayah
kliring manapun sepanjang :
2. Cek dan BG tersebut diterbitkan oleh bank yang sudah terdaftar sebagai peserta
kliring warkat luar wilayah.
3. Di wilayah kliring di mana warkat tersebut dikliringkan terdapat kantor cabang dari
bank penerbit yang menjadi peserta kliring.
4. Kepesertaan :
5. Saat ini kepesertaan bank dalam kliring warkat luar wilayah tidak bersifat wajib,
tergantung pada kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank.
6. Pendaftaran untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah cukup dilakukan oleh
kantor pusat bank dan berlaku bagi seluruh kantor bank yang bersangkutan.
7. Bank wajib menetapkan satu kantor koordinator disetiap wilayah kliring dimana bank
tersebut menjadi peserta.
8. Bank Indonesia tidak mengatur mekanisme internal bank dalam melakukan validasi
cek dan BG luar kotanya.
9. Dalam penyelenggaraan kliring, proses dan perhitungan atas cek dan BG luar kota
tidak dipisahkan dari proses warkat lokal lainnya, sehingga efektivitas dana cek/BG
luar kota tersebut sama dengan jadwal kliring lokal dimana cek/BG tersebut
dikliringkan.
10. Perhitungan antar kantor dari bank tertarik diselesaikan secara internal oleh masing-
masing bank.

Penerapan kliring warkat luar wilayah memberi implikasi bagi seluruh bank, baik yang
mendaftar maupun yang tidak mendaftar menjadi peserta kliring warkat luar wilayah karena :

1. Seluruh bank, baik yang mendaftar atau tidak mendaftar menjadi peserta kliring
warkat luar wilayah dapat mengkliringkan cek/BG yang diterbitkan oleh bank peserta
kliring warkat luar wilayah di wilayah kliring manapun sepanjang di wilayah kliring
tersebut ada kantor cabang dari bank penerbit.
2. Nasabah tentu lebh memilih agar cek/BG luar kota diklringkan melalui kliring lokal,
karena akan lebih cepat dan efisien daripada harus melalui mekanisme inkaso.
Implikasi bagi bank secara umum sebagai berikut :

1. Sistem dan prosedur penerimaan dan pemrosesan cek/BG luar kota, untuk memilah
mana yang sudah dapat dikliringkan lokal dan mana yang belum.
2. Terkait dengan sistem kliring yang digunakan di masing-masing wilayah kliring saat
ini, terdapat implikasi yang berbeda bagi bank-bank yang menjadi peserta kliring
dimasing-masing wilayah kliring tersebut, yaitu :
3. Bank Peserta Kliring Elektronik/Otomasi

Tidak ada perubahan pada aplikasi sistem yang ada dipeserta. Namun, bank perlu melengkapi
MICR code line, apabila cek/BG tersebut berasal dari wilayah kliring lain yang belum
otomasi/elektronik.

1. Bank Peserta Kliring SOKL

Melakukan updating sandi peserta pada aplikasi SOKL setiap kali ada bank peserta kliring
warkat luar wilayah yang baru atau setiap kali ada penambahan/pengurangan peserta
langsung dari kantor bank peserta kliring warkat luar wilayah. Proses updating dilakukan
agar cek/BG luar kota dapat dikenal oleh sistem pada saat bank melakukan rekam data
SOKL.

1. Bank Peserta Kliring Manual

Tidak terdapat implikasi teknis bagi kantor bank yang menjadi peserta kliring lokal dengan
sistem manual, mengingat semua kegiatan masih dilakukan secara manual.

Peserta kliring warkat luar wilayah adalah bank yang telah mendaftar dan disetujui oleh Bank
Indonesia untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah. Dengan mendaftar sebagai
peserta kliring warkat luar wilayah, berarti cek/BG yang dikeluarkan oleh seluruh kantor
bank tersebut dapat dikliringkan dimanapun sepanjang diwilayah kliring tersebut terdapat
kantornya yang menjadi peserta kliring. Bagi bank peserta kliring warkat luar wilayah,
terdapat beberapa implikasi khusus sebagai berikut :

1. Sistem Verifikasi Cek/BG

Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan bank peserta kliring warkat luar wilayah
adalah sistem dan prosedur untuk melakukan walidasi atas cek/BG yang diterbitkan oleh
kantornya yang berada di wilayah kliring lain. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah
apakah sistem dan prosedur tersebut cukup aman dan efisien. Apabila bank menggunakan
sistem validasi online maka bank perlu menyiapkan contingency plan untuk mengatasi
terjadinya gangguan pada sistem.

2. Prosedur pemberian fasilitas overdraft terkait dengan kebijaka intern bank mengenai
pemberian fasilitas overdraft kepada nasabahnya, maka bank peserta kliring warkat
luar wilayah yang menyediakan fasilitas ini perlu meninjau kembali prosedur
operasional sehubungan dengan kewenangan pemberian fasilitas overdraft tersebut
oleh kantornya yang berada diwilayah kliring lain.
3. Pencetakan Warkat
Dengan diterapkannya kliring warkat luar wilayah maka bank peserta kliring warkat luar
wilayah diwajibkan untuk mencantumkan informasi mengenai sandi peserta dan nomor
rekening pada cek/BG yang diterbitkan seluruh kantornya. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan bank lain pada saat akan meng-encode (pada sistem otomasi/elektronik) atau
pada saat merekam data ke dalam disket (pada sistem SOKL).

Dengan diterapkannya kliring warkat luar wilayah, implikasi bagi penyelenggara kliring
perlu diperhatikan adalah kewajiban untuk melakukan updating sandi peserta kliring pada
aplikasi yang digunakannya sebagai penyelenggara. Implikasi ini khususnya bagi
penyelenggara kliring di wilayah kliring yang menggunakan sistem semi otomasi (SOKL),
otomasi, dan elektronik. Proses updating dilakukan setiap kali ada bank yang mendaftar
menjadi pesera kliring warkat luar wilayah, atau setiap kali ada penambahan atau
penghentian peserta langsung yang merupakan kantor bank peserta kliring warkat luar
wilayah.

Penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah merupakan suatu fasilitas yang disediakan Bank
Indonesia, dimana keikutsertaan bank pada scheme ini tidak bersifat mandatori. Dalam hal ini
Bank Indonesia memberi kebebasan pada bank untuk ikut mendaftar atau tidak pada scheme
ini, sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank. Bagi bank yang mendaftar
pada kliring warkat luar wilayah tentunya merupakan suatu competitive advantage, namun
demikian bagi bank lain yang tidak mendaftar pada scheme ini juga akan memperoleh
manfaat dengan potensi berkurangnya waktu dan biaya untuk melakukan inkasi atas cek/BG
luar kota yang diterbitkan oleh peserta kliring warkat luar wilayah.

Penerapan kliring warkat luar wilayah, tidak serta merta merupakan substitusi bagi seluruh
transaksi inkaso cek/BG yang ada saat ini, terutama apabila cek/BG luar kota tersebut
diterbitkan oleh bank yang belum mendaftar. Tidak ada kantor bank dari bank tertarik yang
menjadi peserta kliring di wilayah kliring dimana cek/BG tersebut disetorkan. Namun
demikian, penerapan kliring warkat luar wiayah yang merupakan salah satu solusi bagi
permasalahan transaksi cek/BG luar kota, akan memberikan manfaat yang cukup besar, baik
bagi masyarakat maupun perbankan sendiri karena dapat diperoleh kepastian efektivitas dana
yang jauh lebih cepat dengan biaya yang relatif lebih murah.

MENGENAL KLIRING ELEKTRONIK DAN OTOMASI

Transaksi kliring dengan menggunakan sistem ini pada prinsipnya sama dengan kliring
manual. Warkat yang digunakan juga sama, yang membedakan adalah pada penggunaan
teknologi yang lebih canggih. Untuk penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara otomasi (untuk kliring
otomasi) dan didasarkan pada Data Keuangan Elektronik yang selanjutnya disebut DKE
untuk kliring elektronik. Warkat yang digunakan relatif sama dengan sistem kliring manual.

Dalam kliring elektronik dan otomasi, harus didukung oleh Sistem Pusat Komputer kliring
Elektronik (SPKE), Terminal Peserta Kliring (TKP), dan Jaringan Komunikasi Data (JKD).
SPKE adalah seperangkat sistem komputer pada penyelenggara yang berfungsi menerima dan
mengolah data keuangan elektronik serta menghasilkan informasi hasil kliring dan informasi
kliring lainnya. TPK adalah perangkat sistem komputer yang dipasang di peserta untuk
mengirim Data Keuangan Elektroinik (DKE) ke SPKE serta menerima informasi hasil
perhitungan kliring dan informasi kliring lainnya. Sedangkan yang dimaksud JKD adalah
seperangkat sistem yang berfungsi sebagai sarana penghubung antara TPK dengan SPKE.
Untuk mengoperasikan sistem ini, setiap peserta memiliki password.

Dalam kliring elektronik maupun otomasi, dokumen kliring yang digunakan sebagai alat
bantu dalam proses perhitungan kliring adalah :

1. Bukti Penyerahan Warkat Debet Kliring Penyerahan (BPWD); BPWD digunakan


sebagai tanda bukti penyerahan warkat debet untuk setiap bundel warkat dari petugas
kliring kepada penyelenggara pada kegiatan kliring penyerahan.
2. Bukti Penyerahan Warkat Kredit Kliring Penyerahan (BPWK); BPWK digunakan
sebagai tanda bukti penyerahan warkat kredit untuk setiap bundel warkat dari petugas
kliring kepada penyelenggara pada kegiatan kliring penyerahan.
3. Lembar Substitusi; Lembar substitusi digunakan dalam kliring penyerahan sebagai
tempat menempelkan bukti penjumlahan (ad-list) nominal warkat yang diserahkan
kepada penyelenggara. Pada lembar substitusi dicantumkan jumlah nominal yang
sama dengan hasil penjumlahan seluruh warkat pada bundel warkat yang
bersangkutan.
4. Kartu Batch; Kartu Batch merupakan sarana untuk mengetahui jumlah keseluruhan
nominal bundel warkat dari masing-masing peserta dan sebagai saranan kontrol dalam
proses kliring
5. Bukti Penyerahan Rekaman Warkat Kliring Pengembalian BPRWKP.

Warkat ataupun dokumen kliring diisi harus memperhatikan jenis angka dan simbol MICR
code line. Angka dan simbol merupakan rangkaian informasi yang dibutuhkan dalam rangka
sistem kliring yang diotomasikan atau dikliring otomasi atau elektronik. MICR code line
pada warkat yang wajib dicantumkan dalam clear band terdiri dari :

1. Nomor Warkat: 6(enam) digit;


2. Sandi Peserta: 7(tujuh) digit;
3. Nomor Rekening: 10(sepuluh) digit;
4. Sandi Transaksi: 2(dua) digit;
5. Nilai Nominal Warkat: 14(empat belas) digit.

Sedangkan pencantuman MICR code line pada warkat meliputi :

1. Nomor Warkat

Nomor warkat disediakan untuk nomor seri pada cek dan Bilyet Giro serta nomor urut atau
nomor registrasi pada warkat lainnya. Meskipun demikian bank dapat pula menggunakannya
untuk identitas warkat lainnya, misalnya nomor urut atau nomor registrasi dan lain-lain untuk
warkat selain cek atau Bilyet Giro. Untuk keperluan nomor warkat disediakan 6(Enam) digit
angka. Pencantuman nomor warkat yang kurang dari 6(enam) digit, harus diawali dengan
angka 0 (nol). Sedangkan unutk nomor warkat yang melebihi 6(enam) digit hanya
dicantumkan 6(Enam) digit terakhir. Sebelah kiri dan kanan nomor warkat tersebut harus
diisi dengan simbol domestik.

2. Sandi Peserta

Sandi peserta disediakan untuk sandi bank dan sandi kantor penerima warkat. Untuk
keperluan sandi peserta disediakan 7(tujuh) digit angka, yang terdiri dari :
1. 3(tiga) digit pertama untuk sandi bank
2. 3(tiga) digit berikut untuk sandi kantor peserta
3. 1(satu) digit terakhir untuk angka penguji.
4. Nomor Rekening

Nomor rekening disediakan untuk nomor rekening nasabah pada peserta penerima paling
banyak 10 (sepuluh) digit angka, yang sistematikanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing peserta. Pencantuman nomor rekening yang kurang dari 10 (Sepuluh) digit, diawali
dengan angka 0 (nol), sedangkan untuk nomor rekening yang melebihi 10 (sepuluh) digit
hanya dicantumkan 10 (sepuluh) digit terakhir. Dalam hal nomor rekening menggunakan
karakter spesial (non numeric) maka pengisian MICR dilakukan dengan angka 0000000001
dan khusus pada nota kredit diisi secara lengkap nama serta nomor rekening penerima pada
warkat dimaksud. Nomor rekening ini diakhiri dengan simbol domestik.

4. Sandi Transaksi

Untuk keperluan statistik bagi pihak penyelenggara, sandi transaksi diatur sebagai berikut :

1. Sandi transaksi disediakan untuk identitas jenis warkat dan atau jenis transaksi yang
terdapat didalamnya;
2. Dalam sandi transaksi disediakan 2(dua) digit angka dengan pengaturan sebagai
berikut :

1) 00 sampai dengan 09 untuk cek;

2) 10 sampai dengan 19 untuk bilyet giro;

3) 20 sampai dengan 29 untuk WBUT;

4) 30 sampai dengan 29 untuk SBPT;

5) 40 sampai dengan 49 untuk nota debet, dengan ketentuan :

a) Sandi transaksi 40 sampai dengan 49 kecuali sandi transaksi 45, untuk transaksi kliring
dengan nilai nominal paling tinggi Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah)

b) Sandi transaksi 45, untuk transaksi kliring dengan nilai nominal diatas Rp 10.000.000
(sepuluh juta rupiah) dan digunakan untuk transaksi-transaksi sebagaimana diatur dalam surat
edaran Bank Indonesia yang mengatur mengenai penggunaan nota debet dalam kliring.

6) 50 sampai dengan 59 untuk nota kredit, dengan pengaturan sebagai berikut :

a) Sandi transaksi 50, untuk :

1) Transaksi antar bank untuk keuntungan nasabah yang pelaksanaannya mengacu pada
surat edaran Bank Indonesia yang mengatur mengenai jadwal kliring dan tanggal valuta
penyelesaian akhir, sistem penyelenggaraan kliring lokal serta jenis dan batasan nominal
warkat atau data keuangan elektronik; dan
2) Transaksi antar bank selain transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB), Pasar Uang
Antar Bank Syariah (PUAS), transaksi valuta asing antar bank dan atau transaksi Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia (SWBI) atau Surat Berharga Pasar Uang (SBPU);

b) Sandi transaksi 53, untuk transaksi valuta asing antar bank;

c) Sandi transaksi 55, untuk tranasksi sertifikat Bank Indonesia (SBI), SWBI, atau SBPU.

5. Nilai Nominal

Informasi mengenai nilai nominal tidak dicetak secara preprinted. Pencantumannya dilakukan
oleh peserta yang memperhitungkan warkat, dengan menggunakan peralatan khusus yang
disebut MICR encorder atau reader-encorder dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Nilai nominal disediakan untuk pencantuman nilai nominal yang tertera pada warkat.
Untuk keperluan tersebut disediaka 14 (empat belas) digit angka termasuk 2(dua)
digit nilai sen dalam satuan mata uang rupiah (Rp);
2. Pencantuman nilai nominal yang kurang dari 14 (empat belas) digit, harus diawali
dengan angka 0 (nol) dan nilai nominal setiap warkat kurang dari Rp.
1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah). Nilai nominal sebagaimana dimaksud
diatas diapit oleh 2 (dua) simbol nominal pada bagian kiri dan kanannya.

JENIS BIAYA KLIRING

Penyelenggaraan kliring baik secara manual, semi otomasi, otomasi maupun secara
elektronik pada prinsipnya memerlukan biaya kliring. Biaya kliring ini menjadi beban peserta
kliring yang melakukan kliring saat itu. Secara umum biaya kliring terdiri dari biaya
administrasi, biaya proses warkat kliring. Biaya-biaya ini akan dikreditkan oleh Bank
Indonesia dari rekening giro BI yang dimiliki oleh peserta kliring.

Mengingat dalam penyelenggaraan kliring lokal baik secara elektronik, otomasi, maupun
semi otomasi peserta dikenakan biaya oleh penyelenggara, maka untuk mendukung
kelancaran pelaksanaan kliring, peserta dapat mengenakan biaya yang wajar kepada
nasabahnya. Peserta wajib mengumumkan besarnya biaya kliring yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia serta besarnya biaya kliring yang dibebankan oleh peserta kepada nasabahnya.

AKUNTANSI KLIRING ELEKTRONIK DAN OTOMASI

Perlakuan akuntansi untuk penyelenggaraan kliring dengan sistem ini tidak berbeda dengan
kliring manual. Yang membedakan proses penyelesaian kliring. Dengan demikian perlakuan
akuntansi yang dibahas dimuka sudah bisa untuk memahami akuntansi kliring sistem ini.
About these ads

Share this:

Twitter
Facebook2
Google

Loading...

Related

JASA - JASA BANK LAINNYAIn "Accounting"

AKUNTANSI SUMBER DANA [AKUNTANSI PERBANKAN]In "Accounting"

Contoh Soal Akuntansi Perbankan - KliringIn "Accounting"

Post navigation
Previous post Next post

Leave a Reply

Contact Me
June 2014
M T W T F S S
May Jul
1
2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30

Recent Posts
Kumpulan PPT Teori Akuntansi
Anomali Pasar Seasonal : The Day Of The Week Effect, Week Four Effect dan
January Effect
Anomali Pasar
Teori Eficiency Market Hipotesis (EMH)
Return On Invesment : Pengertian, Kegunaan dan Kelemahan Penggunaan ROI
Dalam Analisis
Modal Kerja : Pengertian, Konsep, Jenis, Manfaat, Penggunaan, Manajemen
dan Perputaran
Laporan Keuangan
Market Value
Holding Period
Teori Sinyal (Signalling Teory)
Archives
Archives

Você também pode gostar