Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, penulis mengambil suatu rumusan
masalah, yaitu:
a) Apakah definisi akhlak tercela ?
b) Apa saja sebab kemerosotan akhlak ?
c) Apa saja contoh-contoh akhlak yang tergolong dengan akhlak tercela ?
d) Apa saja bahaya yang ditimbulkan oleh akhlak tercela ?
C. Manfaat
Mahasiswa dapat memahami macam-macam akhlak tercela. Dapat
menghindarkan dirinya, keluarga ataupun lingkungan dari perilaku tercela
karena membawa dampak buruk bagi semua aspek dan komponen kehidupan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. Tabiat/ watak asli
Ada sebagian orang yang memang memiliki tabi'at/watak asli yang
buruk, rendah, suka iri dan dengki terhadap orang lain. Tabi'at ini lebih
mendominasi pada diri orang tersebut, sehingga terkadang pendidikan
yang diperolehnya sama sekali tidak mempengaruhi perilakunya.
c. Lingkungan
Lingkungan memberikan dampak yang sangat kuat bagi perilaku
seseorang, karena seperti dikatakan pepatah bahwa seseorang adalah anak
lingkungannya. Kalau dia hidup dan terdidik dalam lingkungan yang tidak
mengenal makna adab dan akhlak serta tidak tahu tujuan hidup yang
mulia, maka akhlaknya akan rusak sebagai mana hasil didikan
lingkungannya.
4
dapat diambil dari sifat zalim tersebut, yang mana pada dasarnya sifat ini
merupakan sifat yang keji dan hina, dan sangat bertentangan dengan
akhlak dan fitrah manusia, yang seharusnya menggunakan akal untuk
melakukan kebaikan.
a. Ancaman bagi orang yang zalim
Menurut syariat Islam, orang yang tidak berbuat zalim bisa saja
terkena siksaan, keyakinan ini berdasarkan dalam salah satu ayat.
Allah berfirman:
"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus
menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu dan ketahuilah
bahwa Allah amat keras siksaan-Nya." (Al-Anfaal 8:25).
Ayat tersebut berisi peringatan untuk berhati-hati (hadzr) akan
azab yang tidak hanya menimpa yang zalim saja, tetapi menimpa
secara umum baik yang zalim maupun yang tidak zalim. Karena itu
secara syari, wajib hukumnya bagi orang yang melihat
kezaliman/kemunkaran dan mempunyai kesanggupan, untuk
menghilangkan kemunkaran itu.
b. Zalim dalam Al-Qur'an
Didalam Al-Qur'an zalim memiliki beberapa makna, diantaranya
dalam beberapa surah sebagai berikut:
Al-Anbiyaa' 13, Orang yang zalim itu di waktu merasakan azab
Allah melarikan diri, lalu orang-orang yang beriman mengatakan
kepada mereka dengan secara cemooh agar mereka tetap ditempat
semula dengan menikmati kelezatan-kelezatan hidup sebagaimana
biasa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan
dihadapkan kepada mereka.
5
keburukan yang ia ketahui dari saudaranya dan menyembunyikan
kebaikan-kebaikannya.
Dari kisah Abu Dzar Al-Ghifari dari Rasulullah sebagaimana ia
mendapat wahyu dari Allah bahwa Allah berfirman: "Wahai hambaku,
sesungguhya aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan
Aku telah menetapkan haramnya (kezaliman itu) diantara kalian, maka
janganlah kalian saling berlaku zalim.
Dalam hadits lain Muhammad bersabda, "Takutlah kalian akan
kezhaliman karena kezhaliman adalah kegelapan pada hari Kiamat
d. Kategori
Kezaliman dibagi menjadi 2 kategori, menzalimi diri sendiri
(dosa dan maksiat) dan orang lain (menyia-siakan atau tidak
menunaikan hak orang lain yang wajib ditunaikan). Kezaliman itu ada
tiga macamnya diantaranya adalah:
Kezaliman yang tidak diampunkan Allah, yaitu syirik.
Kezaliman yang dapat diampunkan Allah, perbuatan seseorang
hamba terhadap dirinya sendiri di dalam hubungan dia terhadap
Allah.
Kezaliman yang tidak dibiarkan oleh Allah, perbuatan hamba-
hamba-Nya di antara sesama mereka, karena pasti dituntut pada
Hari Akhir oleh mereka yang dizalimi.
2. KAFIR
Kafir adalah sebutan dalam Islam yang ditujukan kepada orang-
orang kufur, yakni mereka yang menolak mengimani atau mengakui
rukun Iman sebagaimana diajarkan oleh Allah dalam Islam. Lalu, apakah
yang dimaksud dengan rukun iman dalam Islam itu?
Dalam syariat Islam, yang dimaksud dengan orang kafir
sebenarnya dibedakan menjadi empat kelompok:
1. Kafir Dzimmy, yaitu orang kafir yang membayar jizyah (upeti)
yang dipungut tiap tahun sebagai imbalan bolehnya mereka tinggal
di negeri kaum muslimin. Kafir seperti ini tidak boleh "diganggu"
selama ia masih menaati peraturan-peraturan yang dikenakan kepada
6
mereka. Banyak dalil yang menunjukkan hal tersebut diantaranya
firman Allah Al-Aziz Al-Hakim:
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan
tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan
apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak
beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-
orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka
membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan
shogirun (hina, rendah, patuh). (QS. At-Taubah: 29).
Adalah Rasulullah shollallahu alaihi wa alihi wa salllam apabila
beliau mengangkat amir/pimpinan pasukan beliau memberikan
wasiat khusus untuknya supaya bertakwa kepada Allah dan (wasiat
pada) orang-orang yang bersamanya dengan kebaikan. Kemudian
beliau berkata : Berperanglah kalian di jalan Allah dengan nama
Allah, bunuhlah siapa yang kafir kepada Allah, berperanglah kalian
dan jangan mencuri harta rampasan perang dan janganlah
mengkhianati janji dan janganlah melakukan tamtsil (mencincang
atau merusak mayat) dan janganlah membunuh anak kecil dan
apabila engkau berjumpa dengan musuhmu dari kaum musyrikin
dakwailah mereka kepada tiga perkara, apa saja yang mereka jawab
dari tiga perkara itu maka terimalah dari mereka dan tahanlah
7
(tangan) terhadap mereka ; serulah mereka kepada Islam apabila
mereka menerima maka terimalah dari mereka dan tahanlah
(tangan) terhadap mereka, apabila mereka menolak maka mintalah
jizyah (upeti) dari mereka dan apabila mereka memberi maka
terimalah dari mereka dan tahanlah (tangan) terhadap mereka,
apabila mereka menolak maka mintalah pertolongan kepada Allah
kemudian perangi mereka.
Kecuali orang-orang musyrikin yang kalian telah mengadakan
perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi dari
kalian sesuatu pun (dari isi perjanjian) dan tidak (pula) mereka
membantu seseorang yang memusuhi kalian, maka terhadap mereka
itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertakwa. (QS. At-Taubah : 4).
Siapa yang membunuh kafir Muahad ia tidak akan mencium bau
surga dan sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan
empat puluh tahun.
8
jenis ini juga tidak boleh "diganggu" sepanjang masih berada dalam
jaminan keamanan.
Dan jika seorang di antara kaum musyrikin meminta perlindungan
kepadamu, maka lindungilah ia agar ia sempat mendengar firman
Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya.
Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.
(QS. At-Taubah : 6).
3. Tergesa-gesa
Tergesa-gesa dalam bahasa Arab adalah istijal, ajalah, dan
tasarru. Yang keseluruhannya memiliki makna yang sama. Dan lawan
kata dari istijal adalah anaah dan tatsabbut. Yang artinya adalah pelan-
pelan, dan tidak terburu-buru.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam kitabnya Ar-Ruh bahwa
tergesa-gesa adalah keinginan untuk mendapatkan sesuatu sebelum tiba
waktunya yang disebabkan oleh besarnya keinginannya terhadap sesuatu
tersebut, seperti halnya orang yang memanen buah sebelum datang waktu
panennya.
Syariat Islam mencela sifat ini dan melarang pemeluknya untuk
memiliki sifat tersebut, sebagaimana Islam juga mencela dan
9
memperingatkan kaum muslimin dari sifat malas dan berlambat-lambat
dalam sesuatu.
Berikut ini, akan dijelaskan bagaimana Alquran, As-Sunnah, dan
para ulama mencela dan memperingatkan akan sifat ini.
{ ( 17)
( 16)
( 18) ) 19) }
10
dia mendoakan kebaikan untuk dirinya sendiri. Yaitu yang terdapat
pada surat Al-Isra ayat 11:
11
Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata, Orang yang berkata,
Aku telah berdoa, akan tetapi doaku tidak kunjung dikabulkan, lalu
meninggalkan doanya karena berputus asa dari rahmat Allah berupa
mengungkit-ungkitnya di hadapan Allah bahwa dia telah banyak
berdoa kepada-Nya, sejatinya adalah orang yang bodoh akan bentuk
pengabulan Allah terhadap doanya tersebut. Dia mengira bahwa
bentuk pertolongan Allah kepadanya dengan diberikan apa yang dia
minta, padahal Allah mengetahui apa yang dia minta itu adalah
keburukan baginya.
Syaikh Utsaimin rahimahullahu berkata dalam kitabnya, Syarh
Riyadhus Shalihin ketika menjelaskan hadis ini, Tidaklah Allah
Subhanahu wa Taala menghalangimu dari terkabulnya doa kecuali
karena ada hikmah di balik semua itu, atau karena adanya faktor
penghalang dari terkabulnya doa tesebut. Akan tetapi, jika kamu
berdoa kepada Allah, maka berdoalah dengan penuh keyakinan dan
rasa harap yang besar bahwa Dia akan mengabulkan doamu tersebut.
Teruslah berdoa sampai Allah mewujudkan apa yang kamu inginkan.
Dan jika Dia belum mewujudkan apa yang kamu inginkan, maka
ketahuilah bahwa Dia menghindarkan dirimu dari banyaknya bahaya
yang tidak kamu ketahui, atau doa tersebut akan disimpan oleh-Nya
untukmu di hari kiamat nanti. Maka dari itu, janganlah kamu
berputus asa dan jangan berletih dalam berdoa. Teruslah berdoa
karena doa adalah ibadah. Dan perbanyaklah doa, maka Allah akan
mengabulkan doamu. Jika belum dikabulkan, maka jangan lelah dari
doamu dan janganlah kamu berburuk sangka kepada Allah. Karena
sejatinya Allah Maha Bijaksana. Allah Tabaraka wa Taala
berfirman pada surat Al-Baqarah ayat 216 yang artinya, Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
12
1. Adanya salah satu pendorong dalam diri seseorang untuk
mewujudkan hal yang diinginkannya
2. Tidak adanya cara pandang atau pemikiran yang menyeluruh
terhadap suatu perkara
13
2. Terhalangnya rezeki, seperti dalam hadits riwayat Imam Ahmad,
"Seorang hamba bisa terhalang rezekinya karena dosa yang
menimpanya."
3. Perasaan alienasi pada diri si pendosa yang tiada tandingannya dan tiada
terasa kelezatan.
4. Kegelapan yang dialami oleh tukang maksiat di dalam hatinya seperti
perasaan di kegelapan malam.
5. Terhalangnya ketaatan.
6. Maksiat memperpendek umur dan menghapus keberkahannya.
7. Maksiat akan melahirkan maksiat lain lagi, demikian kata ulama salaf:
Hukum kejahatan adalah kejahatan lagi sebagaimana kebaikan akan
melahirkan kebaikan lagi.
8. Orang yang melakukan dosa akan terus berjalan ke dalam dosanya
sampai dia merasa dirinya hina. Itu pertanda-tanda kehancuran.
9. Kemaksiatan menyebabkan kehinaan. Dan kebaikan melahirkan
kebanggaan dan kejayaan.
10. Maksiat merusak akal, sedang kebaikan membangun akal.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak tercela adalah semua sikap dan perbuatan yang dilarang oleh
Allah, karena akan mendatangkan kerugian baik bagi pelakunya ataupun
orang lain. Akhlak, memiliki sebab-sebab yang dapat menjadikannya tinggi
dan mulia, dan sebaliknya juga mempunyai sebab-sebab yang dapat
menjadikannya merosot dan jatuh ke dalam keterpurukan.
Akhlaq tercela dapat menciptakan perilaku tercela. Perilaku tercela
dapat di golongkan menjadi dua macam, yaitu perilaku yang berdampak
buruk bagi dirinya sendiri dan perilaku tercela yang berdampak buruk bagi
orang lain. Begitu banyaknya macam-macam akhlak tercela yang terdapat
dalam hati manusia. Beberapa akhlak tercela, yaitu zalim, kafir dan tergesa-
gesa.
B. Saran
Al-Quran menunjukkan cara melawan hawa nafsu dan setan dengan
cara yang sangat mudah yaitu dengan memohon perlindungan dan berpaling
dari orang bodoh, dan menolak perlakuan jahat mereka dengan berbuat baik.
Bersyukurlah atas karunia yang telah Allah berikan, maka insyaallah,
hati kita akan selamat dari akhlak tercela.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://nikenkusumawardanikenny.blogspot.com/2012/04/makalah-aqidah-akhlak-
tercela.html
http://6erita.blogspot.com/2012/09/pengertian-kafir-menurut-islam.html
16