Você está na página 1de 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia perlu memperhatikan perangainya dari waktu ke waktu
yang dalam perjalanan itu kehidupan manusia mengalami banyak
perubahan. Kemajuan perdaban menimbulkan pergeseran banyak perilaku
yang mempengaruhi perangai perorangan maupun kelompok.
Iman Ibnul Qayyim berkata, "Akhlak yang tercela adalah bermula
dari kesombongan dan rendah diri. Dari kesombongan muncul sikap
bangga,
sok tinggi, hebat, ujub, hasad, keras kepala, zhalim, gila pangkat, kedudukan
dan jabatan, senang dipuji padahal tidak berbuat sesuatu dan sebagainya.
Ibnul Qayyim juga mengatakan bahwa sebagaimana akhlak terpuji,
akhlak tercela juga memiliki akar di mana satuan-satuannya dapat
dikelompokkan. Jika akar perilaku manusia ada dalam pikiran dan jiwanya,
maka akar penyakit akhlak juga akan selalu ada disana. Mengenai hal itu,
Ibnul Qayyim menyebutkan dua akar penyakit akhlak, yaitu Pertama,
penyakit syubhat. Penyakit ini menimpa wilayah akal manusia, dimana
kebenaran tidak menjadi jelas (samar) dan bercampur dengan kebatilan
(talbis). Penyakit ini menghilangkan kemampuan dasar manusia memahami
secara baik dan memilih secara tepat. Kedua, penyakit syahwat. Penyakit ini
menimpa wilayah hati dan insting manusia, dimana dorongan kekuatan
kejahatan dalam hatinya mengalahkan dorongan kekuatan kebaikan.
Penyakit ini menghilangkan kemampuan dasar manusia untuk
mengendalikan diri dan bertekad secara kuat.
Begitu banyaknya hal yang dapat menyebabkan kemerosotan
akhlak yang dapat menimbulkan akhlak atau perilaku tercela.

1
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, penulis mengambil suatu rumusan
masalah, yaitu:
a) Apakah definisi akhlak tercela ?
b) Apa saja sebab kemerosotan akhlak ?
c) Apa saja contoh-contoh akhlak yang tergolong dengan akhlak tercela ?
d) Apa saja bahaya yang ditimbulkan oleh akhlak tercela ?

C. Manfaat
Mahasiswa dapat memahami macam-macam akhlak tercela. Dapat
menghindarkan dirinya, keluarga ataupun lingkungan dari perilaku tercela
karena membawa dampak buruk bagi semua aspek dan komponen kehidupan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Akhlaq Tercela


Definisi akhlak menurut Imam AI-Gozali adalah: Ungkapan tentang
sikap jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tidak
memerlukan pertimbangan atau pikiran terlebih dahulu.
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu khalaqa-yahluqu, artinya
menciptakan, dari akar kata ini pula ada kata makhluk (yang diciptakan) dan
kata khalik (pencipta), maka akhlak berarti segala sikap dan tingkah laku
manusia yang datang dari pencipta (Allah swt). Sedangkan moral berasal dari
maros (bahasa latin) yang berarti adat kebiasaan, disinilah terlihat berbeda
antara moral dengan akhlak, moral berbentuk adat kebiasaan ciptaan manusia,
sedangkan akhlak berbentuk aturan yang mutlak dan pasti yang datang dari
Allah swt. Kenyataannya setiap orang yang bermoral belum tentu berakhlak,
akan tetapi orang yang berakhlak sudah pasti bermoral. Dan Rasulullah saw
di utus untuk menyempurnakan akhlak manusia sebagaimana sabdanya dalam
hadist dari Abu Khurairah, Sesungguhnya aku diutus Allah semata-mata
untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak manusia.
Dengan demikian, akhlak (perilaku) tercela adalah semua sikap dan
perbuatan yang dilarang oleh Allah, karena akan mendatangkan kerugian baik
bagi pelakunya ataupun orang lain.

B. Sebab-Sebab Kemerosotan Akhlak


Akhlak, memiliki sebab-sebab yang dapat menjadikannya tinggi dan
mulia, dan sebaliknya juga mempunyai sebab-sebab yang dapat
menjadikannya merosot dan jatuh ke dalam keterpurukan.
Di antaranya yaitu :
a. Lemah Iman
Lemahnya iman merupakan petanda dari kerendahan dan rusaknya
moral, ini disebabkan kerana iman merupakan kekuatan (untuk membina
akhlak) dalam kehidupan seseorang.

3
b. Tabiat/ watak asli
Ada sebagian orang yang memang memiliki tabi'at/watak asli yang
buruk, rendah, suka iri dan dengki terhadap orang lain. Tabi'at ini lebih
mendominasi pada diri orang tersebut, sehingga terkadang pendidikan
yang diperolehnya sama sekali tidak mempengaruhi perilakunya.
c. Lingkungan
Lingkungan memberikan dampak yang sangat kuat bagi perilaku
seseorang, karena seperti dikatakan pepatah bahwa seseorang adalah anak
lingkungannya. Kalau dia hidup dan terdidik dalam lingkungan yang tidak
mengenal makna adab dan akhlak serta tidak tahu tujuan hidup yang
mulia, maka akhlaknya akan rusak sebagai mana hasil didikan
lingkungannya.

C. Contoh-contoh Akhlaq Tercela


Akhlaq tercela dapat menciptakan perilaku tercela. Perilaku tercela
dapat di golongkan menjadi dua macam, yaitu perilaku yang berdampak
buruk bagi dirinya sendiri dan perilaku tercela yang berdampak buruk bagi
orang lain. Begitu banyaknya macam-macam akhlak tercela yang terdapat
dalam hati manusia. Akan tetapi, penulis hanya mengurai beberapa contoh
akhlak tercela, yaitu:
1. Zalim
Kata zalim berasal dari bahasa Arab, dengan huruf dho la ma (
) yang bermaksud gelap. Di dalam al-Quran menggunakan kata
zhulm selain itu juga digunakan kata baghy, yang artinya juga sama
dengan zalim yaitu melanggar haq orang lain. Namun demikian
pengertian zalim lebih luas maknanya ketimbang baghyu, tergantung
kalimat yang disandarkannya. Kezaliman itu memiliki berbagai bentuk di
antaranya adalah syirik.
Kalimat zalim bisa juga digunakan untuk melambangkan sifat
kejam, bengis, tidak berperikemanusiaan, suka melihat orang dalam
penderitaan dan kesengsaraan, melakukan kemungkaran, penganiayaan,
kemusnahan harta benda, ketidak adilan dan banyak lagi pengertian yang

4
dapat diambil dari sifat zalim tersebut, yang mana pada dasarnya sifat ini
merupakan sifat yang keji dan hina, dan sangat bertentangan dengan
akhlak dan fitrah manusia, yang seharusnya menggunakan akal untuk
melakukan kebaikan.
a. Ancaman bagi orang yang zalim
Menurut syariat Islam, orang yang tidak berbuat zalim bisa saja
terkena siksaan, keyakinan ini berdasarkan dalam salah satu ayat.
Allah berfirman:
"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus
menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu dan ketahuilah
bahwa Allah amat keras siksaan-Nya." (Al-Anfaal 8:25).
Ayat tersebut berisi peringatan untuk berhati-hati (hadzr) akan
azab yang tidak hanya menimpa yang zalim saja, tetapi menimpa
secara umum baik yang zalim maupun yang tidak zalim. Karena itu
secara syari, wajib hukumnya bagi orang yang melihat
kezaliman/kemunkaran dan mempunyai kesanggupan, untuk
menghilangkan kemunkaran itu.
b. Zalim dalam Al-Qur'an
Didalam Al-Qur'an zalim memiliki beberapa makna, diantaranya
dalam beberapa surah sebagai berikut:
Al-Anbiyaa' 13, Orang yang zalim itu di waktu merasakan azab
Allah melarikan diri, lalu orang-orang yang beriman mengatakan
kepada mereka dengan secara cemooh agar mereka tetap ditempat
semula dengan menikmati kelezatan-kelezatan hidup sebagaimana
biasa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan
dihadapkan kepada mereka.

c. Zalim dalam Hadits


Dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Sirin,
Muhammad pernah mengatakan bahwa, "Diantara bentuk kezaliman
seseorang terhadap saudaranya adalah apabila ia menyebutkan

5
keburukan yang ia ketahui dari saudaranya dan menyembunyikan
kebaikan-kebaikannya.
Dari kisah Abu Dzar Al-Ghifari dari Rasulullah sebagaimana ia
mendapat wahyu dari Allah bahwa Allah berfirman: "Wahai hambaku,
sesungguhya aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan
Aku telah menetapkan haramnya (kezaliman itu) diantara kalian, maka
janganlah kalian saling berlaku zalim.
Dalam hadits lain Muhammad bersabda, "Takutlah kalian akan
kezhaliman karena kezhaliman adalah kegelapan pada hari Kiamat
d. Kategori
Kezaliman dibagi menjadi 2 kategori, menzalimi diri sendiri
(dosa dan maksiat) dan orang lain (menyia-siakan atau tidak
menunaikan hak orang lain yang wajib ditunaikan). Kezaliman itu ada
tiga macamnya diantaranya adalah:
Kezaliman yang tidak diampunkan Allah, yaitu syirik.
Kezaliman yang dapat diampunkan Allah, perbuatan seseorang
hamba terhadap dirinya sendiri di dalam hubungan dia terhadap
Allah.
Kezaliman yang tidak dibiarkan oleh Allah, perbuatan hamba-
hamba-Nya di antara sesama mereka, karena pasti dituntut pada
Hari Akhir oleh mereka yang dizalimi.
2. KAFIR
Kafir adalah sebutan dalam Islam yang ditujukan kepada orang-
orang kufur, yakni mereka yang menolak mengimani atau mengakui
rukun Iman sebagaimana diajarkan oleh Allah dalam Islam. Lalu, apakah
yang dimaksud dengan rukun iman dalam Islam itu?
Dalam syariat Islam, yang dimaksud dengan orang kafir
sebenarnya dibedakan menjadi empat kelompok:
1. Kafir Dzimmy, yaitu orang kafir yang membayar jizyah (upeti)
yang dipungut tiap tahun sebagai imbalan bolehnya mereka tinggal
di negeri kaum muslimin. Kafir seperti ini tidak boleh "diganggu"
selama ia masih menaati peraturan-peraturan yang dikenakan kepada

6
mereka. Banyak dalil yang menunjukkan hal tersebut diantaranya
firman Allah Al-Aziz Al-Hakim:








Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan
tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan
apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak
beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-
orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka
membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan
shogirun (hina, rendah, patuh). (QS. At-Taubah: 29).

Dan dalam hadits Buraidah riwayat Muslim Rasulullah shollallahu


alaihi wa alihi wa salllam bersabda:














Adalah Rasulullah shollallahu alaihi wa alihi wa salllam apabila
beliau mengangkat amir/pimpinan pasukan beliau memberikan
wasiat khusus untuknya supaya bertakwa kepada Allah dan (wasiat
pada) orang-orang yang bersamanya dengan kebaikan. Kemudian
beliau berkata : Berperanglah kalian di jalan Allah dengan nama
Allah, bunuhlah siapa yang kafir kepada Allah, berperanglah kalian
dan jangan mencuri harta rampasan perang dan janganlah
mengkhianati janji dan janganlah melakukan tamtsil (mencincang
atau merusak mayat) dan janganlah membunuh anak kecil dan
apabila engkau berjumpa dengan musuhmu dari kaum musyrikin
dakwailah mereka kepada tiga perkara, apa saja yang mereka jawab
dari tiga perkara itu maka terimalah dari mereka dan tahanlah

7
(tangan) terhadap mereka ; serulah mereka kepada Islam apabila
mereka menerima maka terimalah dari mereka dan tahanlah
(tangan) terhadap mereka, apabila mereka menolak maka mintalah
jizyah (upeti) dari mereka dan apabila mereka memberi maka
terimalah dari mereka dan tahanlah (tangan) terhadap mereka,
apabila mereka menolak maka mintalah pertolongan kepada Allah
kemudian perangi mereka.

2. Kafir Muahad, yaitu orang-orang kafir yang telah terjadi


kesepakatan antara mereka dan kaum muslimin untuk tidak
berperang dalam kurun waktu yang telah disepakati. Dan kafir
seperti ini juga tidak boleh diganggu sepanjang mereka menjalankan
kesepakatan yang telah dibuat. Allah Jalla Dzikruhu berfirman:









Kecuali orang-orang musyrikin yang kalian telah mengadakan
perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi dari
kalian sesuatu pun (dari isi perjanjian) dan tidak (pula) mereka
membantu seseorang yang memusuhi kalian, maka terhadap mereka
itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertakwa. (QS. At-Taubah : 4).

Dan Rasulullah shollallahu alaihi wa alihi wa sallam


bersabda dalam hadits Abdullah bin Amr riwayat Bukhary:




Siapa yang membunuh kafir Muahad ia tidak akan mencium bau
surga dan sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan
empat puluh tahun.

3. Kafir Mustaman, yaitu orang kafir yang mendapat jaminan


keamanan dari kaum muslimin atau sebagian kaum muslimin. Kafir

8
jenis ini juga tidak boleh "diganggu" sepanjang masih berada dalam
jaminan keamanan.

Allah Subhanahu Wa Taala berfirman:




Dan jika seorang di antara kaum musyrikin meminta perlindungan
kepadamu, maka lindungilah ia agar ia sempat mendengar firman
Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya.
Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.
(QS. At-Taubah : 6).

4. Kafir Harby, yaitu kafir yang secara terang-terangan (atau


sembunyi-sembunyi) memusuhi Islam, melakukan kejahatan-
kejahatan melawan Islam dan tindakan-tindakan lain yang patut
dianggap "menyerang" Islam. Jika kepada 3 kelompok kafir di atas
Allah memerintahkan setiap Muslim untuk senantiasa menunjukkan
rasa hormat, bahkan ikut melindungi kerselamatan mereka, maka
kafir jenis yang terakhir inilah yang wajib diperangi menurut
ketentuan yang telah digariskan dalam syariat Islam.

3. Tergesa-gesa
Tergesa-gesa dalam bahasa Arab adalah istijal, ajalah, dan
tasarru. Yang keseluruhannya memiliki makna yang sama. Dan lawan
kata dari istijal adalah anaah dan tatsabbut. Yang artinya adalah pelan-
pelan, dan tidak terburu-buru.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam kitabnya Ar-Ruh bahwa
tergesa-gesa adalah keinginan untuk mendapatkan sesuatu sebelum tiba
waktunya yang disebabkan oleh besarnya keinginannya terhadap sesuatu
tersebut, seperti halnya orang yang memanen buah sebelum datang waktu
panennya.
Syariat Islam mencela sifat ini dan melarang pemeluknya untuk
memiliki sifat tersebut, sebagaimana Islam juga mencela dan

9
memperingatkan kaum muslimin dari sifat malas dan berlambat-lambat
dalam sesuatu.
Berikut ini, akan dijelaskan bagaimana Alquran, As-Sunnah, dan
para ulama mencela dan memperingatkan akan sifat ini.

1. Di dalam Alquran terdapat peringatan dari Allah Taala kepada


Rasulullah shallallahu alaihi wasallam agar tidak terburu-buru
dalam membaca Alquran. Yaitu yang terdapat dalam surat Al-
Qiyamah ayat 16-19:

{ ( 17)
( 16)
( 18) ) 19) }

Artinya: Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca)


Alquran karena hendak cepat-cepat (menguasai)-nya. Sesungguhnya
atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian,
sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya.

Pada waktu itu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sangat


bersemangat untuk menghafal ayat yang diturunkan melalui malaikat
Jibril alaihissalam kepadanya, sehingga beliau saling mendahului
bacaannya Jibril alaihissalam. Oleh karena itu, Allah Subhanahu
wa Taala memerintahkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
untuk memperhatikan dan mendengarkan apa yang dibacakan Jibril
kepadanya. Karena Allah Azza wa Jalla telah menjanjikan
kepadanya bahwa beliau akan dimudahkan dalam menghafal dan
mengamalkannya. Dan Allah Azza wa Jalla berjanji memberikan
penjelasan terhadap apa yang dibacakan Jibril untuknya tersebut.

2. Di dalam Alquran juga terdapat ayat yang menyifati manusia dengan


sifat tergesa-gesa, sehingga menyebabkan manusia itu mendoakan
keburukan bagi dirinya sendiri di saat kondisi marah sebagaimana

10
dia mendoakan kebaikan untuk dirinya sendiri. Yaitu yang terdapat
pada surat Al-Isra ayat 11:

Artinya: Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia


berdoa untuk kebaikan. Dan manusia itu bersifat tergesa-gesa.

Faktor penyebab manusia melakukan hal tersebut adalah


kekhawatiran, ketergesa-gesaan, dan sedikitnya kesabaran yang ada
padanya. Atau bisa juga makna dari ayat di atas adalah manusia yang
berlebih-lebihan dalam meminta sesuatu dalam doa yang dia yakini
merupakan yang terbaik untuknya. Sedangkan pada hakikatnya hal
itu adalah sebab kebinasaan dan keburukan baginya dikarenakan
kebodohannya akan keadaan yang sebenarnya. Hal ini hanyalah
terjadi karena sifat ketergesa-gesaan dan sudut pandangnya yang
sempit terhadap sesuatu.
Sesungguhnya lemahnya jiwa ketika menghadapi musibah dan
ketika harus bersabar di dalamnya, serta terburu-buru untuk segera
mendapatkan kebaikan, itu semua dapat menyebabkan seseorang
tertimpa keputusasaan. Terlebih lagi jika hal itu semua terjadi dalam
jangka waktu yang lama dan beratnya ujian yang menimpa.
Hal ini telah dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh sahabat Abu
Hurairah radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda, Seorang hamba akan senantiasa
dikabulkan doanya oleh Allah Jalla wa Ala selama dia tidak berdoa
yang mengandung kezaliman, tidak memutuskan tali silaturahmi,
dan tidak tergesa-gesa. Kemudian ada sahabat yang bertanya, Apa
yang dimaksud tergesa-gesa di sini, wahai Rasulullah? Lalu beliau
menjawab, Aku telah berdoa, aku telah berdoa, tetapi mengapa aku
tidak melihat tanda-tanda doaku dikabulkan? Sehingga dia lelah
dalam berdoa dan meninggalkan doanya tersebut (HR. Muslim)

11
Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata, Orang yang berkata,
Aku telah berdoa, akan tetapi doaku tidak kunjung dikabulkan, lalu
meninggalkan doanya karena berputus asa dari rahmat Allah berupa
mengungkit-ungkitnya di hadapan Allah bahwa dia telah banyak
berdoa kepada-Nya, sejatinya adalah orang yang bodoh akan bentuk
pengabulan Allah terhadap doanya tersebut. Dia mengira bahwa
bentuk pertolongan Allah kepadanya dengan diberikan apa yang dia
minta, padahal Allah mengetahui apa yang dia minta itu adalah
keburukan baginya.
Syaikh Utsaimin rahimahullahu berkata dalam kitabnya, Syarh
Riyadhus Shalihin ketika menjelaskan hadis ini, Tidaklah Allah
Subhanahu wa Taala menghalangimu dari terkabulnya doa kecuali
karena ada hikmah di balik semua itu, atau karena adanya faktor
penghalang dari terkabulnya doa tesebut. Akan tetapi, jika kamu
berdoa kepada Allah, maka berdoalah dengan penuh keyakinan dan
rasa harap yang besar bahwa Dia akan mengabulkan doamu tersebut.
Teruslah berdoa sampai Allah mewujudkan apa yang kamu inginkan.
Dan jika Dia belum mewujudkan apa yang kamu inginkan, maka
ketahuilah bahwa Dia menghindarkan dirimu dari banyaknya bahaya
yang tidak kamu ketahui, atau doa tersebut akan disimpan oleh-Nya
untukmu di hari kiamat nanti. Maka dari itu, janganlah kamu
berputus asa dan jangan berletih dalam berdoa. Teruslah berdoa
karena doa adalah ibadah. Dan perbanyaklah doa, maka Allah akan
mengabulkan doamu. Jika belum dikabulkan, maka jangan lelah dari
doamu dan janganlah kamu berburuk sangka kepada Allah. Karena
sejatinya Allah Maha Bijaksana. Allah Tabaraka wa Taala
berfirman pada surat Al-Baqarah ayat 216 yang artinya, Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Ketergesa-gesaan dalam diri manusia muncul karena hasil dari


berkumpulnya faktor-faktor berikut ini:

12
1. Adanya salah satu pendorong dalam diri seseorang untuk
mewujudkan hal yang diinginkannya
2. Tidak adanya cara pandang atau pemikiran yang menyeluruh
terhadap suatu perkara

Dan faktor utama munculnya sifat yang menyebabkan manusia


terjatuh pada kesalahan ini adalah setan, musuh terbesar manusia. Dan
hal ini telah dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh sahabat Anas bin Malik
radhiyallahu anhu, bahwa beliau bersabda, Ketenangan itu datangnya
dari Allah, sedangkan ketergesa-gesaan itu datangnya dari setan (Hadis
ini dinilai hasan oleh syekh Al-Albani dalam kitabnya Shahihul Jaami)
Itulah beberapa celaan dan peringatan terhadap salah satu sifat
tercela ini, yang terdapat di dalam Alquran, hadis, dan juga perkataan
para ulama. Sebenarnya masih banyak lagi celaan dan peringatan
terhadapnya, baik itu dari Alquran, hadis, maupun perkataan salaf saleh
yang tidak bisa disebutkan secara keseluruhan.
Dan setelah kita mengetahui tentang tercelanya sifat ini dan
buruknya dampak yang diakibatkan dari sifat ini, maka hendaknya kita
sebagai seorang muslim yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya untuk
menjauhi sifat tersebut dan berusaha semaksimal mungkin untuk
berakhlak sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
berakhlak. Dan jadikanlah beliau adalah satu-satunya manusia di muka
bumi ini yang kita jadikan contoh dan teladan dalam segala aspek
kehidupan tanpa terkecuali.

D. Bahaya Akhlak Tercela


Adapun bahaya yang ditimbulkan oleh maksiat atau perbuatan dosa
itu seperti di sebutkan oleh Ibnu Qoyyim rahimullah, sebagai berikut:
1. Terhalangnya ilmu agama karena ilmu itu cahaya yang diberikan Allah di
dalam hati, dan maksiat mematikan itu.

13
2. Terhalangnya rezeki, seperti dalam hadits riwayat Imam Ahmad,
"Seorang hamba bisa terhalang rezekinya karena dosa yang
menimpanya."
3. Perasaan alienasi pada diri si pendosa yang tiada tandingannya dan tiada
terasa kelezatan.
4. Kegelapan yang dialami oleh tukang maksiat di dalam hatinya seperti
perasaan di kegelapan malam.
5. Terhalangnya ketaatan.
6. Maksiat memperpendek umur dan menghapus keberkahannya.
7. Maksiat akan melahirkan maksiat lain lagi, demikian kata ulama salaf:
Hukum kejahatan adalah kejahatan lagi sebagaimana kebaikan akan
melahirkan kebaikan lagi.
8. Orang yang melakukan dosa akan terus berjalan ke dalam dosanya
sampai dia merasa dirinya hina. Itu pertanda-tanda kehancuran.
9. Kemaksiatan menyebabkan kehinaan. Dan kebaikan melahirkan
kebanggaan dan kejayaan.
10. Maksiat merusak akal, sedang kebaikan membangun akal.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak tercela adalah semua sikap dan perbuatan yang dilarang oleh
Allah, karena akan mendatangkan kerugian baik bagi pelakunya ataupun
orang lain. Akhlak, memiliki sebab-sebab yang dapat menjadikannya tinggi
dan mulia, dan sebaliknya juga mempunyai sebab-sebab yang dapat
menjadikannya merosot dan jatuh ke dalam keterpurukan.
Akhlaq tercela dapat menciptakan perilaku tercela. Perilaku tercela
dapat di golongkan menjadi dua macam, yaitu perilaku yang berdampak
buruk bagi dirinya sendiri dan perilaku tercela yang berdampak buruk bagi
orang lain. Begitu banyaknya macam-macam akhlak tercela yang terdapat
dalam hati manusia. Beberapa akhlak tercela, yaitu zalim, kafir dan tergesa-
gesa.

B. Saran
Al-Quran menunjukkan cara melawan hawa nafsu dan setan dengan
cara yang sangat mudah yaitu dengan memohon perlindungan dan berpaling
dari orang bodoh, dan menolak perlakuan jahat mereka dengan berbuat baik.
Bersyukurlah atas karunia yang telah Allah berikan, maka insyaallah,
hati kita akan selamat dari akhlak tercela.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al-quran dan Terjemahannya

Drs.H.Thoyib Sah Saputra,M.Pd,Drs.H.Wahyudin,M.Pd,PAI Akidah Akhlak


kurikulum 2008.kelas X Madrasah Aliyah. Semarang: CV Toha Putra

http://nikenkusumawardanikenny.blogspot.com/2012/04/makalah-aqidah-akhlak-
tercela.html

http://6erita.blogspot.com/2012/09/pengertian-kafir-menurut-islam.html

16

Você também pode gostar