Você está na página 1de 8

1.

Pengertian akuntansi
Definisi Akuntansi Menurut asal kata akuntansi yaitu berasal dari Accountancy / Accounting /
Constituency yang diserap ke dalam bahasa Indonesia Akuntansi yang berarti sebuah aktivitas
atau proses dalam mengidentifikasi, mencatat, mengklasifikasi, mengolah dan menyajikan data
yang berhubungan dengan keuangan atau transaksi agar mudah dimengerti dalam mengambil
keputusan yang tepat.

2. Ada dua pihak yang berkepentingan terhadap informasi akuntansi, yaitu pihak intern dan
pihak ekstern.

1. Pihak Intern
Pihak intern adalah pihak yang diberi tanggung jawab melaksanakan kegiatan perusahaan.
Pemakai informasi akuntansi dari pihak intern biasanya adalah pimpinan perusahaan ataupun
manajer perusahaan. Para manajer perusahaan adalah pihak yang sangat tergantung dan paling
banyak berhubungan dengan hasil akhir akuntansi. Manajer perusahaan menjalankan segala
kegiatan dengan jalan mengikuti secara seksama garis-garis pedoman yang telah ditetapkan oleh
pemilik perusahaan. Dengan pedoman ini para manajer dapat merencanakan dan mengendalikan
pekerjaa sehari-hari.
Tiap-tiap manajer dari yang terendah hingga yang tertinggi memerlukan informasi akuntansi
yang cermat dan yang berkaitan dengan bidang pertanggungjawaban mereka masing-masing.
Misalnya, untuk menentukan harga pokok suatu produk, seorang manajer bagian produksi
seringkali memerlukan informasi akuntansi yang berhubungan dengan perhitungan biaya-biaya
produksi (Lihat juga SPA: Sistem Pembukuan Berpasangan).

2. Pihak Ekstern
Pihak ekstern adalah pihak di luar perusahaan tetapi mempunyai kepentingan terhadap
perusahaan. Pemakai informasi dari pihak ekstern dapat dirincikan lagi menjadi enam kelompok,
yaitu sebagai berikut:

a. Pemilik Perusahaan
Pemilik perusahaan dan calon pemilik perusahaan perlu mengetahui posisi keuangan dan
prospek perusahaan di masa yang akan datang serta hasil yang dapat dicapai oleh perusahaan
yang bersangkutan.

b. Kreditor
Sebelum memberikan pinjaman, kreditor (misalnya bank) memerlukan informasi keuagan
perusahaan. Tujuannya adalah untuk menilai kemampuan keuangan perusahaan dalam
menanggung risiko yang mungkin terjadi. Kreditor harus dapat menilai apakah perusahaan yang
mengajukan permintaan kredit mampu mengembalikan pinjaman atau tidak. Kreditor akan
menolak usulan kredit dari suatu perusahaan bila informasi akuntansi perusahaan itu meragukan
atau menunjukkan hal yang negatif.

c. Pemerintah dan Badan-badan Pemerintah


Pemerintah dan badan-badan pemerintah memerlukan informasi akuntansi untuk keperluan
pemungutan pajak dan untuk memenuhi ketentuan-ketentuan peraturan serta undang-undang
yang lain. Perusahaan diharuskan untuk membuat laporan keuangan oleh pemerintah untuk
menetapkan besarnya pajak yag harus dibayar oleh perusahaan.

d. Karyawan dan Serikat Pekerja


Karyawan dan serikat pekerja sangat berkepentingan terhadap informasi keuangan perusahaan
untuk perundingan kontrak kerja, pengajuan kesejahteraan, dan kepentingan karyawan lainnya.
Melalui informasi akuntansi, karyawan perusahaan dapat mengetahui posisi keuangan dan
kemajuan perusahaan. Jika posisi keuangan dan kemajuan perusahaan menunjukkan hasil yang
baik, maka keadaan ini akan menenteramkan karyawan perusahaan dalam kelangsungan
kerjanya.

e. Investor
Investor adalah anggota masyarakat yang mampu atau mempunyai permodalan. Jika mereka
akan menginvestasikan modalnya, maka mereka akan memerlukan data informasi keuangan
perusahaan untuk mengukur tingkat kemampulabaan atau profitabilitas perusahaan serta prospek
perusahaan di masa yang akan datang. Apabila posisi keuangan perusahaan itu sehat, maka
investor mungkin akan menanamkan modalnya pada perusahaan dengan cara membeli saham
atau obligasi.

f. Pelanggan Perusahaan
Pelanggan atau partner bisnis sangat berkepentingan terhadap informasi akuntansi untuk
mengadakan evaluasi terhadap hubungan dagang atau usaha di masa mendatang.

g. Masyarakat
Perusahaan berkaitan erat dengan masyarakat. Perusahaan memberikan sumbagan yang berarti
bagi perekonomian nasional, termasuk penyediaan lapangan kerja dan perlindungan investor
domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi
tentang kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran beserta rangkaian
kegiatan perusahaan.

3. Profesi Akuntan

1. Akuntan Publik (Public Accountants)


Akuntan publik atau juga dikenal dengan akuntan eksternal adalah akuntan independen
yang memberikan jasa-jasanya atas dasar pembayaran tertentu. Mereka bekerja bebas dan
umumnya mendirikan suatu kantor akuntan. Yang termasuk dalam kategori akuntan
publik adalah akuntan yang bekerja pada kantor akuntan publik (KAP) dan dalam
prakteknya sebagai seorang akuntan publik dan mendirikan kantor akuntan, seseorang
harus memperoleh izin dari Departemen Keuangan. Seorang akuntan publik dapat
melakukan pemeriksaan (audit), misalnya terhadap jasa perpajakan, jasa konsultasi
manajemen, dan jasa penyusunan sistem manajemen.
2. Akuntan Intern (Internal Accountant)
Akuntan intern adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan atau organisasi.
Akuntan intern ini disebut juga akuntan perusahaan atau akuntan manajemen. Jabatan
tersebut yang dapat diduduki mulai dari Staf biasa sampai dengan Kepala Bagian
Akuntansi atau Direktur Keuangan. Tugas mereka adalah menyusun sistem akuntansi,
menyusun laporan keuangan kepada pihak-pihak eksternal, menyusun laporan keuangan
kepada pemimpin perusahaan, menyusun anggaran, penanganan masalah perpajakan dan
pemeriksaan intern.
3. Akuntan Pemerintah (Government Accountants)
Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada lembaga-lembaga pemerintah,
misalnya di kantor Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan
Pengawas Keuangan (BPK).
4. Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan akuntansi, melakukan
penelitian dan pengembangan akuntansi, mengajar, dan menyusun kurikulum pendidikan
akuntansi di perguruan tinggi.
Seseorang berhak menyandang gelar Akuntan bila telah memenuhi syarat antara lain:
Pendidikan Sarjana jurusan Akuntansi dari Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi yang
telah diakui menghasilkan gelar Akuntan atau perguruan tinggi swasta yang berafiliasi ke
salah satu perguruan tinggi yang telah berhak memberikan gelar Akuntan. Selain itu juga
bisa mengikuti Ujian Nasional Akuntansi (UNA) yang diselenggarakan oleh konsorsium
Pendidikan Tinggi Ilmu Ekonomi yang didirikan dengan SK Mendikbud RI tahun 1976.

4. Etika Profesi Akuntansi

1. Tanggung Jawab profesi


Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota
harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran
penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai
tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga
harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan
menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha
kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi
profesi.

5. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas
profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab
kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana
publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi
kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung
kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis
secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap
kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat
dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan
sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan
ekonomi masyarakat dan negara. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk
membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat
prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat
prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan
publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus
menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.

6. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang
diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur
dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan
kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat
menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak
menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

7. Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang
memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan
anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau
bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain. Anggota
bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas
mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi,
perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan
keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam
kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka
juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa
dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara
obyektivitas.

8. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi
dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien
atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling
mutakhir. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya,
demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada
publik. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya
tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka
miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat
pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan
jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi
kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau
menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung
jawab untuk menentukan kompetensi masing masing atau menilai apakah pendidikan,
pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang
harus dipenuhinya.

9. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar
profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan
mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di
mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu
diungkapkan. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi
tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang
diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota
dan klien atau pemberi jasa berakhir.

10. Perilaku Profesional


Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi
tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai
perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain,
staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

11. Standar Teknis


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa
selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants,
badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.

1. Prinsip Entitas Ekonomi (Economic Entity Principle)

Prinsip Entitas Ekonomi atau prinsip kesatuan entitas diartikan sebagai konsep kesatuan usaha.
Dengan kata lain akuntansi menganggap bahwa perusahaan merupakan sebuah kesatuan
ekonomi yang berdiri sendiri dan terpisah dengan entitas ekonomi lain bahkan dengan pribadi
pemilik.

Dengan begitu akuntansi memisahkan dan membedakan seluruh pencatatan transaksi baik
kekayaan maupun kewajiban perusahaan dengan pribadi pemilik perusahaan.

2. Prinsip Periode Akuntansi


Pada Prinsip Periode Akuntansi atau prinsip kurun waktu adalah penilaian dan pelaporan
keuangan perusahaan yang dibatasi oleh periode waktu tertentu. Misalnya sebuah perusahaan
menjalankan usahanya berdasarkan periode akuntansi, mulai pada tanggal 1 Januari hingga
tanggal 31 Desember.

3. Prinsip Biaya Historis

Prinsip ini mengharuskan setiap barang atau jasa yang diperoleh kemudian dicatat berdasarkan
semua biaya yang dikeluarkan dalam mendapatkannya. Sehingga apabila terjadi pembelian
dengan proses tawar menawar, misalnya ketika perusahaan hendak membeli bangunan yang di
iklannya terpasang harga 150 juta namun setelah dinego hanya 100 juta maka yang dinilai/dicatat
adalah harga yang menjadi kesepakatan yaitu 100 juta.

4. Prinsip Satuan Moneter

Pada prinsip ini, pencatatan transaksi hanya dinyatakan didalam bentuk mata uang dan tanpa
melibatkan hal hal non-kualitatif. Semua pencatatan hanya terbatas pada segala yang bisa diukur
dan dinilai dengan satuan uang. Transaksi non kualitatif (mutu, prestasi dsb) tidak bisa
dilaporkan atau tidak bisa dinilai dalam bentuk uang.

5. Prinsip Kesinambungan Usaha (Going Concern)

Prinsip ini menganggap bahwa sebuah entitas ekonomi/bisnis akan berjalan secara terus menerus
atau berkesinambungan tanpa ada pembubaran atau penghentian kecuali terdapat peristiwa
tertentu yang bisa menyanggahnya

6. Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure Principle)

Laporan keuangan harus mempunyai prinsip pengungkapan penuh dalam menyajikan informasi
informasi yang informatif serta dimaklumkan sepenuhnya. Dan apabila terdapat informasi yang
tidak dapat disajikan dalam laporan keuangan maka diberi keterangan tambahan informasi yang
dibutuhkan yang tidak terdapat di dalam laporan keuangan. Informasi tambahan ini bisa berupa
catatan kaki atau lampiran

7. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)

Pendapatan timbul akibat kenaikan harta yang dihasilkan oleh kegiatan usaha seperti penjualan,
penerimaan bagi hasil dan yang lainnya. Pendapatan diakui ketika ada kepastian tentang
jumlah/nominal baik besar/kecil yang bisa diukur secara tepat dengan harta yang diperoleh dari
transaksi penjualan barang maupun jasa.

8. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)

Maksud dari prinsip mempertemukan (matching) dalam akuntansi adalah biaya yang di
pertemukan (di-matchingkan) dengan pendapatan yang diterima dengan tujuan menentukan
besar/kecilnya laba bersih setiap periode. Contohnya pada transaksi: Pendapatan diterima
dimuka. Prinsip ini sangat tergantung pada penentuan pendapatan, jika pengakuan pendapatan
ditunda maka pembebanan pada biaya juga tidak bisa dilakukan.

9. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)

Prinsip Konsistensi diartikan sebagai prinsip akuntansi yang digunakan dalam pelaporan
keuangan tetap digunakan secara konsisten (tidak berubah-ubah metode dan prosedur).

Tujuannya agar laporan keuangan yang dihasilkan dapat dibandingkan dengan laporan keuangan
pada periode periode sebelumnya sehingga bisa memberikan manfaat lebih bagi penggunanya.

Sebenarnya, tidak ada pelarangan bagi perusahaan jika ingin mengganti prinsip akuntansinya,
namun perusahaan harus dapat menjelaskan alasan pergantiannya dan apakah alasan tersebut
dapat diterima atau tidak.

10. Prinsip Materialitas

Prinsip akuntansi mempunyai tujuan untuk menyeragamkan seluruh aturan. Namun


kenyataannya tidak semua penerapan akuntansi itu mentaati teori yang ada, maka tak jarang
terjadi pengungkapan informasi yang sifatnya material atau immaterial. Semuanya diterapkan
sesuai dengan ranah akuntansi yang orientasinya kepada pengguna laporan keuangan.

Você também pode gostar