Você está na página 1de 8

ALERGI SPERMA

Kompas.com - Sebuah kehamilan bisa terjadi apabila sel sperma mampu membuahi sel telur.
Dalam setiap ejakulasi terkandung 2-6 milimeter air mani dan setiap milimeternya mengandung
lebih dari 20 juta sel sperma. Pada sebagian wanita, sel sperma dianggap sebagai benda asing
atau biasa disebut juga alergi sperma.

Alergi sperma terjadi bila tubuh istri membentuk antibodi terhadap sperma suaminya. Semua
perempuan akan membentuk antibodi antibodi ini, tapi tidak semuanya akan membentuk sistem
imun dalam jumlah yang tinggi sehingga sperma tidak bisa mencapai sel telur. Walhasil, meski
dalam saluran telur terdapat sel telur yang sudah matang dan siap dibuahi, proses kehamilan
tidak pernah terjadi.

Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan mengurangi kuantitas hubungan atau menggunakan
kondom sehingga vagina tak terpapar sperma setiap kali melakukan hubungan intim, sehingga
rangsangan untuk terbentuknya antibodi dapat dihindari.

Bila cara tersebut tidak berhasil dilakukan, pasangan yang ingin memiliki momongan bisa
melakukan terapi sel darah putih suami atau disebut metode PLI (paternal leukocyte
immunization). Dalam terapi ini sel darah putih suami yang sudah diproses disuntikkan dalam
tubuh istri yang bertujuan untuk menurunkan kadar antibodi antisperma istri terhadap suami.

Antibodi Antisperma

Lebih dari 20% pasangan dengan infertilitas yang tidak jelas, penyebabnya ada;ah gangguan
sistem imun. Sistem imun memegang peranan yang besar dalam proses kesuburan (fertilitas).
Untuk persiapan ovulasi dan implantasi, tubuh membutuhkan sel-sel tertentu dari sistem imun,
contohnya, sel-sel inflamasi dibutuhkan untuk persiapan endometrium untuk implantasi. Tanpa
sistem imun yang normal, proses reproduksi bisa terpengaruh, sehingga tidak terjadi kehamilan.

Antibodi antisperma (ABAS) (English : ASA) adalah sel-sel yang menyerang sperma normal.
Jika ditubuh kita ada ABAS, maka sperma normal akan dianggap sebagai benda asing sehingga
sperma akan diserang dan dirusak.

Belum sepenuhnya dimengerti kenapa ABAS bisa timbul pada sebagian orang. Biasanya sperma
terlindungi dari sistem imun dengan adanya lapisan pelindung yang disebut blood-testes barrier.
Barrier (pelindung) ini mencegah sel-sel sistem imun agar tidak bisa bercampur dengan sel
lainnya. Kadang-kadang , pembedahan atau cedera dapat mengganggu barrier ini, sehingga sel-
sel sistem imun bisa kontak dengan sel sperma.

ABAS pada laki2 yang subur angkanya sekitar 1% sedangkan pada laki2 yang infertil angkanya
sekitar10%. Sedangkan laki2 yang pernah mengalami pembedahan saluran reproduksi angkanya
bisa mencapai 70%.

Kadang2 wanita juga bisa mengalami ABAS. Sekitar 5% wanita dengan infertilitas yang tak
terjelaskan memiliki antibodi ini di dalam darahnya. Sehingga sperma akan mati sebelum sempat
membuahi sel telur .

Setiap laki2 maupun wanita berpotensi mengalami ini. Namun ada beberapa faktor yang
membuat risiko terkena lebih tinggi yaitu pada pasien pembalikan vasektomi, kanker testis,
biopsi testis, torsi testis dan infeksi.

Terdapat bermacam2 test untuk mengecek keberadaan ABAS dalam tubuh:


* Pemeriksaan darah
Pada wanita, pemeriksaan darah biasa dipergunakan untuk memeriksa antibodi.

* Uji paska senggama


Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengecek ABAS pada cairan serviks (leher rahim).

* Pemeriksan Sperma
Pemeriksaan sperma adalah cara terbaik mengecek ABAS.

Terdapat berbagai pengobatan yang ada untuk membantu pasangan yang mengalami masalah
ABAS :

* Kortikosteroid
Obat ini bisa menurunkan produksi ABAS.

* Intrauterine Insemination(IUI)
IUI bisa membantu mengatasi masalah ABAS, karena sperma langsung mencapai sel telur tanpa
melewati leher rahim.

* In-Vitro Fertilization(IVF)
IVF merupakan metode yang paling sukses untuk mengobati pasangan, Karena sperma langsung
bertemu sel telur tanpa melewati rahim dan tuba (saluran telur)

DIAGNOSA KEPERAWATAN (Stuart, 2007)

1. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostik

2. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas

3. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk

4. Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostik

5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap prognosis


6. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga berhubungan dengan metode yang
digunakan dalam investigasi fertilitas

C. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan:

1.Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostik

Tujuan : Mengurangi ansietas / rasa takut

Kriteria Hasil:

1. Klien mampu mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya


2. Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa infertil
3. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertil

INTERVENSI RASIONAL

Jelaskan tujuan test dan prosedur Menurunkan cemas dan takut terhadap
diagnosis dan prognosis

Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, Biarkan pasien / orang terdekat mengetahui
contoh : menolak, depresi, dan marah. ini sebagai reaksi yang normal Perasaan tidak
diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan
internal dan efek gambaran diri

Dorong keluarga untuk menganggap pasien Meyakinkan bahwa peran dalam keluarga dan
seperti sebelumnya kerja tidak berubah

Kolaborasi : berikan sedative, tranquilizer Mungkin diperlukan untuk membantu pasien


sesuai indikasi rileks sampai secara fisik mampu untuk
membuat startegi koping adekuat

Diagnosa Keperawatan:

2. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas

Tujuan : Memfasilitasi integritas diri konsep pribadi dan perubahan gambaran


Diri

Kriteria Hasil:
1. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertil

2.Terjalin kontak mata saat berkomunikasi


3. Mengidentifikasi aspek positif diri

INTERVENSI RASIONAL

Tanyakan dengan nama apa pasien ingin Menunjukan kesopan santunan /


dipanggil penghargaan dan pengakuan personal

Identifikasi orang terdekat dari siapa pasien Memungkinkan privasi untuk hubungan
memperoleh kenyaman dan siapa yang personal khusus, untuk mengunjungi atau
harus memberitahuakan jika terjadi untuk tetap dekat dan menyediakan
keadaan bahaya kebutuhan dukungan bagi pasien

Dengarkan dengan aktif masalah dan Menyampaikan perhatian dan dapat dengan
ketakutan pasien lebih efektif mengidentifikasi kebutuhan dan
maslah serta strategi koping pasien dan
seberapa efektif

Dorong mengungkapkan perasaan, Membantu pasien / orang terdekat untuk


menerima apa yang dikatakannya memulai menerima perubahan dan
mengurangi ansietas mengenai perubahan
fungsi / gaya hidup

Diskusikan pandangan pasien terhadap citra Persepsi pasien mengenai perubahan pada
diri dan efek yang ditimbulkan dari penyakit citra diri mungkin terjadi secara tiba- tiba atau
/ kondisi kemudian

Diagnosa Keperawatan:

3. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk


Tujuan : Memfasilitasi proses berduka

Kriteria Hasil:

1.Menunjukan rasa pergerakan kearah resolusi dan rasa berduka dan harapan untuk masa
depan
2. Klien menunjukkan fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan

INTERVENSI RASIONAL

Berikan lingkungan yang terbuka pasien kemampuan komunikasi terapeutik seperti


merasa bebas untuk dapat mendiskusikan aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia,
perasaan dan masalah secara realitas dan pemahaman dapat memberikan pasien
kesempatan untuk berbicara secara bebas
dan berhadapan dengan perasaan

Identifikasi tingkat rasa duka / disfungsi : Kecermatan akan memberikan pilihan


penyangkalan, marah, tawar - menawar, intervensi yang sesuai pada waktu induvidu
depresi, penerimaan menghadapi rasa berduka dalam berbagai
cara yang berbeda

Dengarkan dengan aktif pandangan pasien Proses berduka tidak berjalan dalam cara
dan selalu sedia untuk membantu jika yang teratur, tetapi fluktuasainya dengan
diperlukan berbagai aspek dari berbagai tingkat yang
muncul pada suatu kesempatan yang lain

Identifikasi dan solusi pemecahan masalah Mungkin dibutuhkan tambahan bantuan


untuk keberadaan respon respon fisik, untuk berhadapan dengan aspek aspek
misalnya makan, tidur, tingkat aktivitas dan fisik dari rasa berduka
hasrat seksual

Kaji kebutuhan orang terdekat dan bantu Identifikasi dari masalah masalah berduka
sesuai petunjuk disfungsional akan mengidentifikasi
intervensi induvidual

Kolaborasi : rujuk sumber sumber lainnya Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan


misalnya konseling, psikoterapi sesuai untuk mengatasi rasa berduka, membuat
petunjuk rencana, dan menghadapi masa depan

Diagnosa Keperawatan:

4. Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostik


Tujuan : nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil:

1. Ekspresi klien terlihat tenang

2. Napas klien teratur

INTERVENSI RASIONAL

Lakukan komunikasi terapeutik kemampuan komunikasi terapeutik seperti


aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia,
dan pemahaman dapat memberikan pasien
kesempatan untuk berbicara secara bebas
dan berhadapan dengan perasaan

Pantau lokasi, lamanya intensitas dan Perhatikan tanda nonverbal, contoh


penyebaran (PQRST) peningkatan TD dan nadi, gelisah, merintih
Untuk menentukan intervensi selanjutnya

Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya Memberikan kesempatan untuk pemberian


melaporkan ke staff terhadap karakteristik analgesik sesuai waktu
nyeri

Berikan tindakan relaksasi, contoh pijatan, Menurunkan tegangan otot dan meningkatan
lingkungan istirahat koping efektif

Bantu atau dorong penggunaan nafas Mengarahkan kembali perhatian dan


efektif membantu dalam relaksasi otot

Bimbingan imajinasi Mengontrol aktivitas terapeutik

Diagnosa Keperawatan:

5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap prognosis


Tujuan : mengembalikan kemandirian pasien

Kriteria Hasil:

1.Mendemonstrasikan teknik / perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan


perawatan diri
2.Melakukan aktivitas perawatan diri sesuai tingkat kemampuan sendiri
3.Mengidentifikasi sumber pribadi dan komunitas dalam memberikan bantuan sesuai
kebutuhan

INTERVENSI RASIONAL

Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan Membantu dalam mengantisipasi /


untuk melaukan kebutuhan sehari hari merencanakan pemenuhan kebutuhan
secara individual

Hindari melaukan sesuatu untuk pasien Pasien ini mungkin menjadi sangat ketakutan
yang dapat dilakukan pasien sendiri, tetapi dan sangat tergantung dan meskipun
berikan bantuan sesuai kebutuhan bantuan yang diberikan bermamfaat dalam
mencegah frustasi, adalah penting bagi
pasien untuk diri sendiri untuk
mempertahankan harga diri

Sadari perilaku / aktivitas impulsif karena Dapat menunjukan kebutuhan intervensi dan
gangguan dalam mengambil keputusan pengawasan tambahan untuk
meningkatakan keamanan pasien

Pertahankan dukungan, sikap yang tegas, Pasien akan memerlukan empati tetapi perlu
beri pasien waktu yang cukup untuk untuk mengetahui pemberi asuhan yang
mengerjakan tugasnya akan membantu pasien secara konsisten

Dx 6. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga berhubungan dengan


metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas
Tujuan : Mendorong kemampuan koping yang efektif dari pasien / keluarga

Kriteria Hasil:

1.Mengidentifikasi tingkah laku koping yang tidak efektif dan konsekuensi


2.Menunjukan kewaspadaan dari koping pribadi / kemampuan memecahkan masalah
3.Memenuhi kebutuhan psikologis yang ditunjukan dengan mengekspresikan perasaan
yang sesuai, identifikasi pilihan dan pengguanaan sumber sumber
4. Membuat keputusan dan menunjukan kepuasaan dengan pilihan yang diambil.

INTERVENSI RASIONAL

Kaji keefektifan strategi koping dengan kemampuan menyatakan perasaan dan


mengobservasi prilaku perhatian, keinginan berpartisipasi dalam
rencana pengobatan

Kembangkan mekanisme adaptif mengubah pola hidup seseorang, mengatasi


hipertensi kronik, dan mengintegrasikan
terapi yang diharuskan kedalam kehidupan
sehari hari

Bantu klien untuk mengidentifikasi stresor Pengenalan terhadap stressor adalah


spesifik dan kemungkinan strategi untuk langkah pertama dalam mengubah respons
mengatasinya seseorang terhadap stresor

Libatkan pasien dalam perencanaan Keterlibatan memberikan pasien perasaan


perawatan dan beri dorongan partisipasi kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki
maksimal dalam rencana pengobatan keterampilan koping dan dapat
meningkatkan kerjasama dalam regimen
terapeutik

Dorong pasien untuk mengevaluasi Fokus perhatian pasien pada realitas situasi
prioritas / tujuan hidup yang ada.

Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan Perubahan yang perlu harus diprioritaskan
mulai merencanakan perubahan hidup secara realisti untuk menghindari rasa tidak
yang perlu. menentu dan tidak berdaya

Você também pode gostar