Você está na página 1de 12

ANALISIS FARMAKOEKONOMI PENGGUNAAN KOMBINASI

SEFTRIAKSON DENGAN METRONIDAZOL DAN SEFTRIAKSON


TUNGGAL PADA TERAPI INFEKSI ULKUS DIABETIK PASIEN
RAWAT INAP DI RSUD PROF DR MARGONO SOEKARJO TAHUN
2014

Nur Indah Rahayu1, Eman Sutrisna1, Pugud Samodro2


1Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Indonesia
2Bagian Penyakit Dalam RSUD Prof. DR. Margono Soekarjo, Purwokerto,
Indonesia
E-mail: nrindhrhy@gmail.com

ABSTRAK

Salah satu komplikasi kronik pada penyandang diabetes melitus adalah kaki
diabetik. Antibiotik yang sering digunakan sebagai lini pertama untuk infeksi
ulkus diabetik di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo adalah kombinasi
metronidazol-seftriakson dan seftriakson tunggal. Perbandingan antara kedua
kelompok obat tersebut dilihat dari sensitivitas terhadap polimikroba, biaya dan
lama rawat inap masing-masing adalah 31,5%: 72% dan Rp 11.602, 00: Rp
15.572, 00 dan 8,8: 6,7. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
perbandingan efektivitas biaya penggunaan kombinasi seftriakson-metronidazol
dan seftriakson tunggal pada terapi infeksi ulkus diabetik pasien rawat inap di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo tahun 2014. Desain penelitian yang dilakukan
adalah survey analitik dan 48 pasien yang didiagnosis infeksi ulkus diabetik oleh
dokter spesialis penyakit dalam yang telah menjalani rawat inap pada tahun 2014
serta diterapi dengan salah satu dari kedua kelompok antibiotik diambil sebagai
responden secara purposive sampling. Analisis bivariat dilakukan dengan uji
mann-whitney pada direct medical cost dan lama rawat inap. Cost-effectiveness
analysis dilakukan untuk mengetahui kelompok antibiotik yang lebih efektif-
biaya. Rerata lama rawat inap penggunaan kombinasi seftriakson-metronidazol
dan seftriakson tunggal masing-masing adalah 8,83 dan 9,46 dengan ACER Rp
757.041,5629 dan Rp 889.846,1945. Analisis bivariat menunjukkan terdapat
perbedaan rerata direct medical cost yang bermakna (p=0,031) dan tidak
bermakna untuk variabel lama rawat inap antara kedua kelompok antibiotik
(p=0,885). Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan kombinasi
seftriakson dengan metronidazol lebih efektif-biaya dibandingkan dengan
seftriakson tunggal.

Kata kunci: Cost-effectiveness analysis , lama rawat inap, direct medical cost,
seftriakson, kombinasi seftriakson-metronidazol, infeksi ulkus diabetik
PHARMACOECONOMY ANALYSIS OF CEFTRIAXONE-
METRONIDAZOLE COMBINATION AND SINGLE CEFTRIAXONE AS
DIABETIC ULCER INFECTION INPATIENT THERAPY IN RSUD PROF
DR MARGONO SOEKARJO 2014

Nur Indah Rahayu1, Eman Sutrisna1, Pugud Samodro2


1Medical Faculty of Jenderal Soedirman University, Purwokerto, Indonesia
2Internal Medicine Department of RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo,Purwokerto, Indonesia
E-mail: nrindhrhy@gmail.com

ABSTRACT

One of chronic complications in people with diabetes mellitus is diabetic foot.


Based on preliminary study, antibiotics which used as first line for diabetic ulcer
infection frequently in hospital Prof. Dr. Margono Soekarjo are single ceftriaxone
and combination ceftriaxone-metronidazole. Comparisons of both antibiotic
groups are seen from the drug sensitivity to polymicrobial, costs and length of
stay of each is 31.5%: 72% and Rp11,602.00: Rp 14,572.00 and 8.8: 6.7. The aim
of this study was to determine pharmacoeconomic analysis especially cost-
effectiveness analysis of those antibiotic groups as diabetic ulcer infection
inpatient therapy in RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo 2014. This study was
analytical survey and 48 patients who diagnosed diabetic ulcer infection by a
specialist in internal medicine who had been hospitalized in 2014 and got one
antibiotic therapy, ceftriaxone or combination ceftriaxone-metronidazole were
obtained as subjects by purposive sampling for both antibiotic groups. Bivariate
analysis was performed by mann-whitney test on direct medical costs and length
of stay based on antibiotic groups. Cost-effectiveness analysis was conducted to
determine antibiotic groups which was more effective. Length of stay mean of
combination ceftriaxone-metronidazole and ceftriaxone each was 8.83 dan 9.46
days with ACER mean Rp 757,041.5629 and Rp 889,846.1945. Statistically, there
was a significant mean difference on direct medical cost (p = 0.031), whereas
there was no significant on length of stay between the two groups of antibiotics (p
= 0.885). It can be concluded that the use of combination ceftriaxone with
metronidazole is more cost-effective than single ceftriaxone.

Keywords: Cost-effectiveness analysis, length of stay, direct medical cost,


ceftriaxone, ceftriaxone-metronidazole combination, ulcer diabetic infection.
Pendahuluan Berdasarkan studi pendahuluan,
antibiotik yang sering digunakan
Diabetes melitus
sebagai lini pertama untuk infeksi ulkus
dipertimbangkan sebagai penyakit
diabetik di RSUD Prof. Dr. Margono
negara berkembang yang telah
Soekarjo adalah seftriakson tunggal dan
mencapai status epidemik global.
kombinasi dengan metronidazol.
Prevalensi diabetes melitus di
Lipsky et al. (2012) dalam Infectious
Indonesia mengalami peningkatan dari
Disease Society of America Guidelines,
5,7% pada tahun 2007 menjadi 6,9%
mengemukakan bahwa sebagian besar
pada tahun 2013. Di Jawa Tengah
patogen penyebab infeksi kaki diabetik
angka penderita diabetes melitus
merupakan polimikroba.15,19
sebesar 9,5% pada tahun 2013,
Polimikroba yang terdapat pada
mengalami peningkatan dari tahun
infeksi ulkus diabetik mempunyai
2007 yang sebesar 7,8%.2,3
sensitivitas 31,5% terhadap seftriakson
Salah satu komplikasi kronik
dan 72% terhadap kombinasi
pada penyandang diabetes melitus
seftriakson dengan metronidazol.
adalah kaki diabetik. Seiring dengan
Semakin sensitif antibiotik maka
meningkatnya jumlah penyandang
efektivitanya akan semakin baik.7,5,21,18
diabetes melitus, maka prevalensi kaki
Dilihat dari segi harga
diabetik diperkirakan akan meningkat
antibiotik, di Indonesia Harga Eceran
pula.11 Ulkus merupakan manifestasi
Tertinggi (HET) untuk seftriakson
kaki diabetik yang menyebabkan 85%
adalah Rp 11.602, 00 untuk 1 gram 1
dilakukannya amputasi pada
vial. Harga ini lebih murah jika
penyandang diabetes melitus karena
dibandingkan dengan kombinasi
infeksi yang terjadi tidak tertangani
seftriakson dan metronidazol yang
segera.1 Hal terpenting dalam terapi
mencapai Rp 14.572, 00.13 Secara cost-
infeksi adalah pemilihan antibiotik
effectiveness analysis outcome suatu
yang tepat, sesuai dengan hasil biakan
intervensi disebut sebagai efektivitas.
kuman dan resistensinya. Komplikasi
Salah satu efektivitas dalam infeksi
akibat kaki diabetik menyebabkan lama
ulkus diabetik adalah durasi rawat inap.
rawat penderita diabetes melitus
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil
menjadi lebih panjang.24
bahwa rata-rata rawat inap untuk
seftriakson adalah 8,8 hari, lebih lama 2014, pasien yang mendapatkan
2,1 hari jika dibandingkan dengan antibiotik kombinasi seftriakson-
kombinasi seftriakson-metronidazol.25 metronidazol atau seftriakson tunggal
Berbagai perbedaan antara penggunaan sebagai terapi lini pertama, pasien yang
seftriakson tunggal dengan kombinasi- pulang atas persetujuan dokter dan
metronidazol sebagai terapi infeksi pasien dengan pembayar biaya BPJS
ulkus diabetik tersebut, mendorong baik PBI atau non PBI. Sedangkan
peneliti untuk menganalisis kriteria eksklusinya adalah pasien yang
perbandingan efektivitas-biaya mendapatkan antibiotik selain
penggunaan antibiotik kombinasi kombinasi seftriakson-metronidazol
seftriakson-metronidazol dan dan seftriakson tunggal, pasien dengan
seftriakson tunggal pada terapi infeksi kode ICD.X lain selain E115, pasien
ulkus diabetik pasien rawat inap di dengan pembayar biaya umum dan
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo asuransi kesehatan lain, pasien dengan
tahun 2014. rekam medik hilang atau data keuangan
tidak jelas.
Metode Penelitian Analisis data yang digunakan
Penelitian ini dilakukan di adalah univariat untuk mengetahui
bagian rekam medik dan keuangan frekuensi, mean dan standar deviasi
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, variabel. Analisis bivariat mann
Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah whitney dilakukan untuk menganalis
dengan desain survey analitik. Data data direct medical cost, lama rawat
sekunder rekam medik dan biaya 48 inap serta kelompok usia. Variabel usia
pasien infeksi ulkus diabetik yang dianalisis dengan t independen, jenis
dirawat inap di RSUD Prof. Dr. kelamin dengan x2. Analisis
Margono Soekarjo tahun 2014 diambil farmakoekonomi yang digunakan
secara purposive sampling. Kriteria adalah analisis efektivitas-biaya.
inklusinya adalah: pasien yang
didiagnosis infeksi ulkus diabetik oleh Hasil
dokter spesialis penyakit dalam atau Berdasarkan pengelompokkan
pasien dengan kode ICD.X E115 yang jenis kelamin, sebagian besar sampel
telah menjalani rawat inap pada tahun penelitian berjenis kelamin perempuan
(64,6%) dibanding laki-laki (35,4%). kelompok seftriakson mempunyai rata-
Usia sampel terbanyak adalah 53-59 rata lama rawat inap lebih lama 0,63
tahun (39,6%). Rata-rata lama rawat hari dibandingkan dengan kelompok
inap pasien adalah 9,145 hari, dengan kombinasi seftriakson-metronidazol.
Tabel 4.1. Distribusi data sampel
Seftriakson Seftriakson+ Total
Variabel Metronidanidazol
f Persentase (%) f Persentase (%)
Jenis kelamin f %
Laki-laki 8 16,67 9 18,75 1 35,4
Perempuan 16 33,33 15 31,25 7
3 64,6
Total 24 50 24 50 1
4 100
Usia (tahun) 8
32-38 2 4,16 1 4,16 3 8,3
39-45 2 4,16 3 6,25 5 10,4
46-52 2 4,16 4 8,3 6 12,5
53-59 10 20,83 9 18,75 1 39,6
60-66 3 6,25 3 6,25 9
6 12,5
67-73 2 4,16 4 8,3 6 12,5
74-81 3 6,25 0 0 3 6,25
Total 24 50 24 50 4 100
Mean (SD) Mean (SD) 8 Mean
Lama rawat inap 9,46 (5,039) 8,83 (3,975) 9,145
(hari)
Direct medical 8.417.945 (3.409.651) 6.684.677 (3.208.825) 7.551.311
cost (Rp)
ACER (Rp per 889.846,1945 757.041,5629
hari)
Keterangan: f = frekuensi
SD = standar deviasi
Rp = Rupiah
ACER = Average Cost-Effectiveness Ratio

Rata-rata direct medical cost 1.733.268,00 apabila dibandingkan


untuk kelompok seftriakson mencapai dengan kelompok kombinasi
Rp 8.417.945,00, lebih besar Rp seftriakson-metronidazol.
Tabel 4.2. Analisis univariat dan bivariat variabel lama rawat dan usia
berdasarkan jenis kelamin
Variabel Laki-laki Perempuan p-value
mean (SD)
Lama rawat 9,29 (4,269) 9,03 (4,743) 0,858
(hari)
Usia (tahun) 55,35 (9,394) 58,06 (11,048) 0,375
Keterangan: SD = standar deviasi
Hasil analisis berdasarkan Tabel kelamin (p=0,763) dengan penggunaan
4.3 menunjukkan perbedaan rerata jenis antibiotik yang diberikan. Uji
direct medical cost yang bermakna mann-whitney terhadap variabel lama
(p=0,031) antara kedua kelompok rawat serta kelompok usia, dan uji t
antibiotik. Analisis x2 menunjukkan independen terhadap variabel usia
tidak adanya hubungan yang bermakna menunjukkan hasil statistik yang tidak
secara statistik antara variabel jenis bermakna.
Tabel 4.3. Analisis bivariat variabel
Variabel Seftriakson Seftriakson+ *p-value
Metronidazol
f f
24 24
Jenis kelamin 0,763
Laki-laki 9 10
Perempuan 16 15
Usia (tahun) Mean (SD) 57,10 (10,472)
57,88 (12,037) 56,33 (8,83) 0,616
f f
Kelompok usia 0,571
32-38 2 1
39-45 2 3
46-52 2 4
53-59 10 9
60-66 3 3
67-73 2 4
74-81 3 0
Mean (SD) Mean (SD)
Lama rawat inap 9,46 (5,039) 8,83 (3,975) 0,885
(hari)
Direct medical cost 8.417.945 6.684.677 (3.208.825) *0,031
)(Rp) (3.409.651)
ACER (Rp per hari) 889846,1945 757041,5629
Keterangan: *Signifikan pada <0,05
f = frekuensi
SD = standar deviasi
ACER = Average Cost-Effectiveness Ratio

Berdasarkan tabel 4.2, variabel pada penggunaan kombinasi


usia, kelompok usia dan lama rawat seftriakson-metronidazol lebih rendah
menunjukkan hasil yang tidak dibandingkan dengan biaya yang
bermakna secara statistik antara jenis dikeluarkan pada penggunaan
kelamin perempuan dan laki-laki. Tabel seftriakson. Efektivitas dari kombinasi
4.3 menunjukkan direct medical cost seftriakson-metronidazol lebih baik
dibandingkan dengan seftriakson dilihat dari output lama rawat inap
karena nilai ACER dari kombinasi pasien.
seftriakson-metronidazol lebih kecil
Tabel 4.4. Analisis efektivitas biaya
Seftriakson Seftriakson+Metronidazol
Mean (SD)
Lama rawat inap (hari) 9,46 (5,039) 8,83 (3,975)
Direct medical cost 8.417.945,00 6.684.677,00 (3.208.825)
(Rp) (3.409.651)
Total direct medical 202.030.688,00 160.432.257,00
cost (Rp)
ACER (Rp per hari)
ACER =
Rata rata lama rawat inap
889.846,1945 757.041,5629
Kesimpulan alternative Efektivitas- Biaya lebih Biaya Biaya lebih
biaya rendah sama tinggi
Efektivitas A B Seftriakson
lebih rendah (perlu terhadap
perhitunga kombinasi
n RIEB) (Didominasi)
Efektivitas D E F
sama
Efektivitas Kombinasi H I
lebih tinggi terhadap (Perlu
seftriakson perhitungan
(dominan) RIEB)

Interpretasi Antara seftriakson dan kombinasi seftriakson-metronidazol


harus dipilih terapi kombinasi seftriakson-metronidazol,
karena dengan efektivitas yang lebih tinggi, kombinasi
antibiotik ini pun lebih murah
Biaya satuan (Rp per Total
Biaya satuan =
pasien) jumlah pasien
8.417.945,333 6.684.677,375
Keterangan: SD = standar deviasi
Rp = rupiah
ACER = Average Cost-Effectiveness Ratio
Direct medical cost pengobatan medical cost per pasien adalah Rp
infeksi ulkus diabetik di rawat inap 8.417.945,333, angka biaya satuan ini
RSUD Prof. Dr Margono Soekarjo lebih besar Rp 1.733.267,958
tahun 2014 yang menggunakan dibandingkan dengan biaya satuan
seftriakson adalah sebesar Rp penggunaan kombinasi seftriakson-
8.417.945,00, sehingga didapat direct metronidazol.
Diskusi mempunyai ketidakcukupan
Rata-rata usia sampel pada pengetahuan mengenai perawatan kaki
penelitian ini yaitu 57,1010,472 tahun diabetik, hal ini bisa menyebabkan
dengan kelompok usia terbanyak pada buruknya angka kontrol glikemik,
rentang 53-59 tahun. Hasil ini hampir selain itu perempuan dinilai masih
sama dengan penelitian Decroli et al. serba kekurangan untuk perawatan kaki
(2008) bahwa rata-rata usia pasien diabetik dikarenakan
ulkus diabetik 55,29,5 tahun dengan ketergantungannya pada suami
kelompok usia terbanyak pada rentang sehingga menyebabkan keterlambatan
40-59.7 Penelitian Hadi et al. (2012) di penanganan ke fasilitas kesehatan.19
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Berdasarkan penelitian Raja
Indonesia, juga mendapatkan hasil (2007), Decroli et al. (2008) dan Radji
yang sama, rentang usia pasien ulkus et al. (2014) bahwa laki-laki merupakan
diabetik adalah 50-59 tahun serta jenis kelamin terbanyak yang
penelitian Radji et al. (2014) di RS mengalami ulkus diabetik sebesar
Angkatan Laut Dr. Mintohardjo, 61%, 71% dan 54,3%.22,7,21 Perbedaan
Jakarta, Indonesia, mendapatkan hasil ini dapat disebabkan oleh
rentang 51-60 tahun sebagai kelompok karaktareristik pasien perempuan di
usia terbanyak.11,21 penelitian ini yaitu pasien perempuan
Pasien ulkus diabetik pada yang memiliki rata-rata usia 58 tahun.
penelitian ini banyak dialami oleh Usia ini merupakan usia menuju
perempuan (64,6%), hasil ini sama dewasa tua dan perempuan mulai
dengan penelitian Oliveira et al. (2014), memasuki masa menopause yang
Rdeini et al. (2014), dan Chiwanga et menyebabkan terjadinya penurunan
al. (2014) dengan prevalensi infeksi hormon estrogen. Estrogen merupakan
ulkus diabetik pada perempuan masing- faktor protektif terhadap penyakit
masing yaitu 52,6%, 68,51% dan atherosklerosis sehingga perempuan
53,23%. Sedangkan penelitian Hadi et pada usia tersebut lebih rentan terkena
al. (2012) mendapatkan distribusi jenis ulkus diabetik. Faktor rata-rata usia
kelamin yang sama.20,23,4,11 pasien DM pada penelitian ini
Penelitian Nyamu et al. (2014) menyebabkan pasien ulkus lebih
menyimpulkan hasil bahwa perempuan
banyak didapatkan pada perempuan pada penelitian ini yaitu 8,83 dan 9,46
dibandingkan laki-laki.12,6 hari, dengan cost yang dikeluarkan
Belum ada penelitian yang masing-masing Rp 6.684.677,00 dan
melakukan analisis farmakoekonomi Rp 8.417.945,00. Hasil ini
(cost effectiveness analysis) terhadap menunjukkan bahwa kombinasi
penggunaan kombinasi seftriakson- seftriakon- metronidazol mempunyai
metronidazol atau seftriakson tunggal biaya yang lebih rendah dengan lama
pada terapi infeksi ulkus diabetik rawat yang lebih pendek, didukung
pasien rawat inap. Berdasarkan hasil oleh penelitian Eron et al (1983) dan
penelitian ini, tingginya efektivitas Clay et al (2004) bahwa seftriakson
biaya pada penggunaan kombinasi mencapai rata-rata biaya $140 per hari
seftriakson-metronidazol terhadap dan kombinasi seftriakson dengan
seftriakson tunggal menunjukkan metronidazol $18,71 per hari.10,5 Rata-
bahwa efektivitas penggunaan rata lama rawat inap untuk kombinasi
kombinasi sepadan dengan biaya yang seftriakson-metronidazol (Clay et al,
dikeluarkan. Hasil ini didukung oleh 2004), lebih pendek 2,1 hari (Deepa et
penelitian Clay et al (2004) yang al, 2015) dibandingkan dengan
membandingkan efektivitas kombinasi penggunaan seftriakson tunggal.5,8
seftriakson-metronidazol dengan Dilihat dari
tikarsilin-klavulanat, bahwa kombinasi- farmakodinamiknya, kombinasi
seftriakson-metronidazol lebih efektif, seftriakson-metronidazol mempunyai
serta penelitian Edmonds (2009) yang aktivitas inhibisi bakteri anaerob yang
mengatakan bahwa seftriakson dan lebih kuat dan lama, dengan MIC
kombinasi tikarsilin-klavulanat (minimum inhibitory concentration)
mempunyai efektivitas yang sama, lebih kecil dibanding metronidazol
sehingga dapat disimpulkan bahwa tunggal maupun seftriakson tunggal.
kombinasi metronidazol-seftriakson Selain itu mempunyai kadar plasma dan
mempunyai efektivitas yang lebih tingkat penetrasi obat yang tinggi. Hal
tinggi.5,9 inilah yang dapat mempercepat
Rata-rata lama rawat inap untuk eliminasi bakteri kokus gram-positif,
penggunaan kombinasi seftriakson- Enterobacteriaceae, dan anaerob
metronidazol dan seftriakson tunggal
sehingga mampu mempercepat effective dibandingkan dengan
lamanya terapi infeksi.15 penggunaan seftriakson tunggal pada
Penelitian ini menggunakan terapi infeksi ulkus diabetik pasien
data sekunder tahun 2014, validitas rawat inap di RSUD Prof. Dr. Margono
data tersebut sangat tergantung pada Soekarjo tahun 2014. Diharapkan
pencatatan dan pelaporan, peneliti lain mampum melakukan
ketidaklengkapan pencatatan pada data analisis seperti pada penelitian ini tetapi
rekam medik, serta susunan yang tidak dengan desain penelitian uji klinis dan
sistematis karena terlalu banyak berkas data diperoleh berdasarkan perspektif
sehingga membuat peneliti melakukan individu dengan menggunakan outcome
beberapa penyesuaian data. Data biaya kualitas hidup sebagai pembanding
yang digunakan pada penelitian ini biaya.
hanya data total direct medical cost.
Peneliti tidak menggunakan data
Daftar Pustaka
rincian biaya setiap pasien karena
1. Ahmed, Almoutaz Alkhier dan
keterbatasan waktu penelitian. Data
Loremyn Bernal. 2012.
yang digunakan diambil secara Osteomyelitis with Gas Production
Infection. Jurnal Diabetic Foot. No
purposive sampling sehingga rentan
15.
terjadinya bias seleksi. Tidak 2. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
dilakukannya analisis pada variabel
Kementerian Kesehatan RI. 2007.
kelas rawat pula menjadi salah satu Riset Kesehatan Dasar.
3. Badan Penelitian dan
keterbatasan penelitian ini. Oleh karena
Pengembangan Kesehatan
desain penelitian ini adalah survey Kementerian Kesehatan RI. 2013.
Riset Kesehatan Dasar.
analitik maka hasil penelitian ini belum
4. Chiwanga, Faraja S. dan Marina A.
bisa dijadikan dasar penentuan Njelekela. 2015. Diabetic foot:
prevalence, knowledge, and foot
formularium obat di rumah sakit.
self-care practices among diabetic
patients in Dar es Salaam,
Tanzaniaa cross-sectional study.
Kesimpulan
Journal of Foot and Ankle
Berdasarkan hasil penelitian, Research. Vol 8: 20.
5. Clay PG., Graham MR., Lindsey
dapat ditarik kesimpulan bahwa
CC., Lamp KC., Freeman C., dan
penggunaan kombinasi seftriakson Glaros A. 2004. Clinical efficacy,
tolerability, and cost savings
dengan metronidazol lebih cost-
associated with the use of open-
label metronidazole plus DR Sardjito Yogyakarta). Jurnal
ceftriaxone once daily compared Pelayanan dan Manajemen
with ticarcillin/clavulanate every 6 Farmasi. Vol 4 (2): 245-249.
hours as empiric treatment for 12. Kavanagh, Kylie., Matthew A.
diabetic lower-extremity infections Davis., Li Zhang., Martha D.
in older males. Am J Geriatr Wilson., Thomas C. Register.,
Pharmacother. Vol 2(3):181-9. Michael R. Adams et al. 2009.
6. Connor, Elizabeth Barrett. 2013. Estrogen Decreases Atherosclerosis
Menopause, atherosclerosis, and in Part by Reducing Hepatic Acyl-
coronary artery disease. Curr Opin CoA:Cholesterol Acyltransferase 2
Pharmacol. Vol 13(2): 186191. (ACAT2) in Monkeys.
7. Decroli, Eva., Jazil Karimi., Asman Arteriosclerosis, Thrombosis, and
Manaf dan Syafril Syahbuddin. Vascular Biology. Vol 29: 1471-
2008. Profil Ulkus Diabetik pada 1477.
Penderita Rawat Inap di Bagian 13. Kementerian Kesehatan Republik
Penyakit Dalam RSUP Dr. M Indonesia. 2013. Keputusan
Djamil Padang. Majalah Menteri Kesehatan Republik
Kedokteran Indonesia. Vol 58 (1). Indonesia nomor
8. Deepa, T., T. Kasturi., G. Avinash., 436/Menkes/Sk/Xi/2013 tentang
P. Muni Lakshmi., P. Sreenivasulu Harga Eceran Tertinggi Obat
Reddy., K. Jithendra., et al. 2015. Generik. Jakarta: Kementerian
Bacteriological Profile in Patients Kesehatan RI.
with Diabetic Foot Ulcers with 14. Lipsky, Benjamin A., Anthony R.
Special Reference to Their Berendt., Paul B. Cornia., James C.
Antibiotic Sensitivity Pattern. Pile., Edgar J. G. Peters., David G.
International Journal of Current Armstrong., et al. 2012. Infectious
Microbiology and Applied Science. Diseases Society of America
Vol 4 (3): 706-712. Clinical Practice Guideline for the
9. Edmonds, Michael. 2009. The Diagnosis and Treatment of
Treatment of Diabetic Foot Diabetic Foot Infections. Jurnal
Infections: Focus on Ertapenem. Clinical Infectious Disease. Vol 54
Vascular Health and Risk (12): 132173.
Management. Vol 5: 949963. 15. Lfmark, Sonja., Charlotta Edlund,
10. Eron, Lawrence J., Choong H. dan Carl Erik Nord 2010.
Park., Deborah l. Hixon., Robin I Metronidazole Is Still the Drug of
Goldenberg., dan Donald M. Choice for Treatment of Anaerobic
Poretz1. 1983. Ceftriaxone Therapy Infections. Clinical Infectious
of Bone and Soft Tissue Infections Disease Journal. Vol 50 (1): S16-
in Hospital and Outpatient Settings. S23.
Antimicrobial Agents and 16. Mendes, JJ dan J Neves . 2012.
Chemotherapy Journal. Vol 23 (5): Diabetic Foot Infections: Current
731-737. Diagnosis and Treatment. Jurnal
11. Hadi, Ninisita Sri., Djoko Wahyono Diabetic Foot Complications. Vol 4
dan I Dewa Putu Pramantara S. (1): 26-45.
2012. Evaluasi Penggunaan 17. Manikan dan, C. dan P.
Antibiotika Pada Infeksi Kaki Prabhakaran. 2015. Clinical and
Diabetik (Studi Kasus Rawat Jalan bacteriological profile of diabetic
Di Poliklinik Endokrinologi RSUP foot infections in Pattukkottai area
hospitals, Tamilnadu, India. 25. Halpern, Michael T., Ruth E
International Journal of Current Brown., Martine Drolet., Sonja V
Research and Academic Review. Sorensen., dan Lionel a mandell.
Vol 3 (4): 166-173. 1997. Decision Analysis Modelling
18. Mendes, JJ dan J Neves . 2012. of Costs and Outcomes Following
Diabetic Foot Infections: Current Cefepime Monotherapy in Canada.
Diagnosis and Treatment. Jurnal Can J Infect Dis. Vol 8 (1): 1927.
Diabetic Foot Complications. Vol 4
(1): 26-45.
19. Nyamu P.N., C.F. Otieno., E.O.
Amayo Dan S.O. Mcligeyo. 2003.
Risk Factors And Prevalence Of
Diabetic Foot Ulcers At Kenyatta
National Hospital, Nairobi. East
African Medical Journal. Vol 80
(1).
20. Oliveira, Alexandre Faraco de dan
Horacio de Oliveira Filho. 2014.
Microbiological species and
antimicrobial resistance profile in
patients with diabetic foot
infections. J vasc bras. Vol 13 (4).
21. Radji, Maksum., Corry Shirleyana
Putri dan Siti Fauziah. 2014.
Antibiotic therapy for diabetic foot
infection in tertiary care hospital in
Jakarta, Indonesia. Diabetes and
Metabolic Syndrome Clinical
Research and Reviews. Vol 8(4).
22. Raja, Nadeem Sajjad. 2007.
Microbiology of diabetic foot
infections in a teaching hospital in
Malaysia: a retrospective study of
194 cases. Journal Microbiol
Immunol Infect. Vol 40: 39-44.
23. Rdeini, W. M., P. Agbenorku dan
V. A. Mitish. 2014. Strategy of
Surgical Management of Peripheral
Neuropathy Form of Diabetic Foot
Syndrome in Ghana. Plastic
Surgery International
Volume 2014.
24. Syarif, Amir., Ari Estuningtyas.,
Arini Setiawati., Armen Muchtar.,
Azlia Arif., Bahroelim Bahry., et al.
2007. Farmakologi dan Terapi
Edisi 5. Jakarta: Badan penerbit FK
UI.

Você também pode gostar