Você está na página 1de 18

BAB I

ILUSTRASI KASUS

A. IDENTITAS
Nomor Catatan Medis : 436874
Nama : Tn. D
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 57 tahun
Alamat : Pasanggrahan 01/01, Karangsambung. Kec. Kedung

Waringin. Kab. Kota Bekasi.


Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Suku : Sunda
Tanggal masuk ruangan : 10 Maret 2012

B. PEMERIKSAAN PRE OPERASI


1. Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 15 Maret 2012 pada pukul 06.30 WIB.
a. Keluhan utama
Kaki tidak boleh digerakkan sejak 4 hari SMRS.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
4 hari sebelum masuk rumah sakit, os mengaku punggungnya ketimpa karung

sebanyak 8 buah kantung dimana kira-kira mempunyai berat 25 kilogram. Setelah

itu,punggungnya terasa begitu sakit sekali dan tidak bisa bangun berdiri karena merasa

kedua kakinya begitu lemah. Os menyangkal adanya pingsan, mual muntah,atau ngompol

di celana. Beberapa jam setelah kejadian tersebut, seluruh badan os dipijat. Sejak dari

kejadian tersebut, os tidak bisa berjalan dan bawah tubuh,yaitu dari pinggang ke kaki

merasa kesemutan dan lemas. Pinggang os juga tetap nyeri dan tidak menghilang. 1 hari

setelah kejadian, os merasa sesak yang berkelanjutan sampai saat sekarang.


c. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama.

II. Pemeriksaan Fisik

1
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Status gizi : TB = 165 cm
BB = 70 kg
BMI = 70/ (1,65)2 = 25,7 gizi baik
Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 76 x/mnt
Suhu : 36,5o celcius
Pernapasan : 16 x /menit
a. Status generalis
Kepala :normocephali, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata : conjunctiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor, RCL +/+ ,

RCTL +/+
THT : dbn
Jalan nafas : mallampati gradasi II
Leher : kelenjar getah bening tidak teraba membesar, kaku kuduk (-)
Thorax :
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V 2 cm linea midklavikularis kiri
Perkusi : Batas atas : ICS II linea parasternalis kiri
Batas kiri : ICS V 2 cm linea midclavicularis kiri
Batas kanan : ICS III-V linea sternalis kanan
Auskultasi : bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru paru
Inspeksi : gerak dada simetris
Palpasi : vocal fremitus simetris kiri dan kanan
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing +/+
Abdomen
Inspeksi : sawo matang, datar, dilatasi vena (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-),massa (-)
Perkusi : shifting dullness (-), nyeri ketok CVA (-/-)
Auskultasi : timpani di seluruh lapang abdomen
Ekstremitas
Atas : akral hangat (+), oedem (-),motorik 4/4,
Bawah : akral hangat (+), oedem (-), motorik 0/0,
Pemeriksaan motorik: ekstremitas atas 4/4, ekstremitas bawah 0/0
Pemeriksaan sensibilitas: negatif dari L1-S1, reflek fisiologis +/+ ,refleks

patologis -/-
b. Status lokalis punggung bagian bawah
Tidak dapat dilakukan karena pasien tidak boleh dimobilisasi.

2
III. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium tanggal 10 Maret 2012

Hematologi
Hemoglobin : 10,4 ( 12-17) g%
Leukosit : 14,200 ( 5000- 10.000)/ L
Trombosit : 246,000 ( 150-450) ribu
Hematrokit : 35%
Hitung jenis : 0/0/0/92/4/3
Kimia darah
Gula darah sewaktu : 151 ( 80- 140) mg/dl
Ureum : 43,7 ( 10-45 ) mg/dl
Kreatinin : 0,69 ( 0,4 1,5 ) mg/dl

MRI Torakal tanggal 13 Maret 2012

Hasil :

Traumatic spondilolisthesis grade II.

Almost total dissection spinal cord level Th X/XI.

Spinal cord contusion.

Partial compression II anterior body Th XI.

IV. Diagnosa Kerja

Fraktur kompresi Thorakal XI

3
V . Tatalaksana

Pro operasi laminektomi

VI. SIO

Konsultasi dokter spesialis anestesi tanggal 14 Maret 2012 menyetujui tindakan operasi

dengan saran pasien puasa 12 jam sebelum operasi.

VII. Perencanaan anestesi

Pasien direncanakan dilakukan anestesi umum

VIII. Kesimpulan

ASA II

C. INTRAOPERASI
1. Status Anestesi
a) Diagnosa pre operasi : Fraktur kompresi Torakal XI
b) Jenis operasi : Laminektomi dekompresi dan pasang wire
c) Teknik operasi : Umum
d) Status gizi : ASA II
2. Keadaan selama pembedahan
a) Lama operasi : 3 jam 45 menit ( 11.15- 14.50 WIB)
b) Lama anestesi : 4 jam 10 menit ( 10.50 15.00 WIB)
c) Jenis anestesi : Anestesi umum dengan teknik intubasi ETT No.28 dengan

pack untuk fiksasi


d) Posisi : tengkurap
e) Infus : NaCl pada tangan kanan dan kiri
f) Premedikasi : Miloz 3 mg, Fentanyl 50 mg
g) Induksi : Propofol 120 mg, Noveron 30 mg
h) Medikasi intraoperasi : Fentanyl 20 mg, Ephedrine HCl 10 mg, Noveron 10 mg,

Vitamin C 100 mg, Vitamin K 10 mg, Meropenem 1000 mg, Ethamsylate 250 mg

4
i) Medikasi postoperasi : Meropenem 1000 mg, Novalgin 1 ampul/kolf/drip,

Kalimethason 1 ampul, Metil prednisolon 250 mg, Omeprazole 1 vial, Bisolvon 1

ampul, Fentanyl 50 mg, nebulizer tiap 8 jam.


j) Cairan masuk : 1750 cc NaCl
k) Cairan keluar : 300 cc perdarahan

3. Monitoring saat operasi

Jam Tindakan Tekanan Nadi


( x/menit)
darah
10.50 Pasien masuk ke kamar operasi. 125/70 72
Pemasangan monitoring nadi, saturasi SPO2: 99

oksigen. %
Infus NaCl 0,9% terpasang pada tangan

kanan.
Dilakukan tindakan nebulisasi dengan

Bisolvon 1 ampul.
Pemasangan infus NaCl 0,9% pada tangan

kiri.
12.50 Premedikasi dengan Miloz 3 mg dan 66
SPO2: 99%
Fentanyl 50 mg.
Induksi dengan Propofol 120 mg dan

Noveron 30 mg.
Pemberian O2 2L, N2O 2 L dan Isoflurane

1,4vol% selama 2-3 menit.


Melakukan intubasi dengan ETT no. 28,

dipasang pack untuk fiksasi.


Konfirmasi suara nafas paru di kedua

lapang paru.
11.15 Dilakukan asepsis dan antisepsis lapangan 118/68 67
SPO2: 99%
operasi.
Operasi dimulai

5
11.20 Pemberian: Fentanyl 20 mg dan Ephedrin HCl 120/64 90
SPO2: 99%
10 mg
12.00 Pemberian: Fentanyl 20 mg 105/60 100
SPO2: 99%
12.10 Pemberian : Noveron 10 mg dan Vit. K 10 mg 110/55 68

12.30 Pemberian : Vit. C 100 mg 110/55 70

13.30 Pemberian : Ethamsylate 250 mg dan 112/55 72

Meropenem 1000mg
14.00 Pemberian : Noveron 40 mg 108/52 66

14.50 Operasi selesai 99/52 89


SPO2: 98%
15.05 Ekstubasi ditunda untuk mempertahankan 96
SPO2: 99%
jalan nafas
15.10 Pemberian oksigen dimaintainkan 2L/menit. 96
Pasien langsung di bawa ke ICU. SPO2: 99%
4. Keadaan setelah pembedahan
Nadi :89x/menit, Tekanan Darah : 99/52 mmHg
Saturasi O2 :98%
Penilaian Pemilihan kesadaran ( berdasarkan Skor Aldrete )
- Tidak dilakukan karena pasien memang sengaja tidak dibangunkan untuk

mempertahankan jalan nafas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI

Anastesi Umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya

kesadaran dan bersifat irreversible. Anestesi umum yang sempurna menghasilkan ketidak

sadaran, analgesia, relaxasi otot tanpa menimbulkan resiko yang tidak diinginkan dari pasien.

Keadaan anestesi biasanya disebut anestesi umum, ditandai oleh tahap tidak sadar

diinduksi, yang selama itu rangsang operasi hanya menimbulkan respon refleks autonom.Jadi

6
pasien tidak boleh memberikan gerak volunteer, tetep perubahan kecepatan pernapasan dan

kardiovaskular dapat dilihat.


Keadaan anestesi berbeda dengan keadaan analgesi, yang didefinisikan sebagai tidak

adanya nyeri. Keadaan ini dapat ditimbulkan oleh agen narkotik yang dapat menghilangkan nyeri

sampai pasien sama sekali tidak sadar. Sebaliknya, barbiturate dan penenang tidak

menghilangkan nyeri sampai pasien sama sekali tidak sadar.


Obat anestetika yang masuk pembuluh darah atau sirkulasi kemudian menyebar ke

jaringan. Yang pertama terpengaruh oleh obat anestetika ialah jaringan yang kaya akan pembuluh

darah seperti otak, sehingga kesadaran menurun atau hilang, hilangnya rasa sakit, dsb.
Jenis anestesi umum
Anesthesia intravena
o Obat anestesi intravena adalah obat anestesi yang diberikan melalui jalur intravena, baik

obat yang berkhasiat hipnotik atau analgetik maupun pelumpuh otot. Setelah berada

didalam pembuluh darah vena, obat-obat ini akan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh

melalui sirkulasi umum, selanjutnya akan menuju target organ masing-masing dan

akhirnya diekskresikan sesuai dengan farmakodinamiknya masing-masing.


o Paling banyak dikerjakan dan digemari. Indksi intravena dikerjakan dengan hati-hati,

perlahan-lahan, lembut dan terkendali. Obat induksi bolus disuntikan dalam kecepatan

antara 30-60 detik. Selama induksi anestesi, pernapasan pasien, nadi dan tekanan darah

harsu diawasi dan selalu diberikan oksigen. Dikerjakan pada pasien yang kooperatif.
o Obat-obat induksi intravena:
Tiopental (pentotal, tiopenton) amp 500 mg atau 1000 mg
sebelum digunakan dilarutkan dalam akuades steril sampai kepekatan 2,5% ( 1ml =

25mg). hanya boleh digunakan untuk intravena dengan dosis 3-7 mg/kg disuntikan

perlahan-lahan dihabiskan dalam 30-60 detik.

Bergantung dosis dan kecepatan suntikan tiopental akan menyebabkan pasien berada

dalam keadaan sedasi, hypnosis, anestesia atau depresi napas. Tiopental menurunkan

7
aliran darah otak, tekanan likuor, tekanan intracranial dan diguda dapat melindungi otak

akibat kekurangan O2 .Dosis rendah bersifat anti-analgesi.

Propofol (diprivan, recofol)


Dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu bersifat isotonic dengan

kepekatan 1% (1ml = 1o mg). suntikan intravena sering menyebabkan nyeri, sehingga

beberapa detik sebelumnya dapat diberikan lidokain 1-2 mg/kg intravena.


Dosis bolus untuk induksi 2-2,5 mg/kg, dosis rumatan untuk anestesia intravena total

4-12 mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk perawatan intensif 0.2 mg/kg. pengenceran hanya

boleh dengan dekstrosa 5%. Tidak dianjurkan untuk anak < 3 tahun dan pada wanita

hamil.

Ketamin (ketalar)
Kurang digemari karena sering menimbulkan takikardia, hipertensi, hipersalivasi,

nyeri kepala, pasca anestesia dapat menimbulkan mual-muntah, pandangan kabur dan

mimpi buruk. Sebelum pemberian sebaiknya diberikan sedasi midazolam (dormikum)

atau diazepam (valium) dengan dosis0,1 mg/kg intravena dan untuk mengurangi salvias

diberikan sulfas atropin 0,01 mg/kg.


Dosis bolus 1-2 mg/kg dan untuk intramuscular 3-10 mg. ketamin dikemas dalam

cairan bening kepekatan 1% (1ml = 10mg), 5% (1 ml = 50 mg), 10% ( 1ml = 100 mg).
Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil)
Diberikan dosis tinggi.Tidak menggaggu kardiovaskular, sehingga banyak

digunakan untuk induksi pasien dengan kelianan jantung. Untuk anestesia opioid

digunakan fentanil dosis 20-50 mg/kg dilanjutkan dosis rumatan 0,3-1 mg/kg/menit.

Anesthesia inhalasi
Obat anestesia inhalasi adalah obat anestesia yang berupa gas atau cairan mudah menguap,

yang diberikan melalui pernafasan pasien. Campuran gas atau uap obat anestesia dan oksigen

masuk mengikuti udara inspirasi, mengisi seluruh rongga paru, selanjutnya mengalami difusi

dari alveoli ke kapiler sesuai dengan sifat fisik masing-masing gas.

8
Antara yang sering dipakai adalah:
o N2O berbentuk gas, tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak terbakar dan beratnya 1,5 kali

berat udara. Nitrous oksida merupakan gas inhalan yang digunakan sebagai agen pemelihara

anestesi umum. Penggunaan nitrous oksida bersama dengan oksigen atau udara. Efek

anestesi nitrous oksida menurun bila digunakan secara tunggal, sehingga perlu pula

penambahan agen anstetik lainnya dengan dosis rendah. Nitrous oksida memiliki efek

analgetik yang baik.

o Halotan (fluotan)
Halotan memiliki karakter fisik bersih, tidak berwarna, tidak mudah terbakar, dan tidak

iritatif. Sebagai induksi juga untuk laringoskop intubasi, asalkan anestesinya cukup dalam,

stabil dan sebelum tindakan diberikan analgesi semprot lidokain 4% atau 10% sekitar faring

laring. MAC 0,87%.


Kelebihan dosis menyebabkan depresi napas, menurunnya tonus simpatis, terjadi hipotensi,

bradikardi, vasodilatasi perifer, depresi vasomotor, depresi miokard, dan inhibisi refleks

baroreseptor. Merupakan analgesi lemah, anestesi kuat.

o Enfluran (etran, aliran)


Enfluran berbentuk cair pada suhu kamar, mudah menguap dan berbau enak. Enfluran

merupakan anestesi poten, mendepresi SSP dan menimbulkan efek hipnotik. Efek depresi

napas lebih kuat dibanding halotan dan enfluran lebih iritatif dibanding halotan. Efek

relaksasi terhadap otot lurik lebih baik dibanding halotan.

o Isofluran (foran, aeran)


Merupakan isomer dari enfluran dengan efek-efek samping yang minimal.Induksi dan masa

pulih anesthesia dengan isoflurane cepat. Titik didih 58,5oC, koefisien partisi gas/darah 1,4,

MAC 1,15 %.

9
Meninggikan aliran darah otak dan tekanan intracranial.Peninggian aliran darah otak dan

tekanan intracranial dapat dikurangi dengan teknik anestesi hiperventilasi, sehingga isofluran

banyak digunakan untuk bedah otak.


Efek terhadap depresi jantung dan curah jantung minimal, sehingga digemari untuk anestesi

teknik hipotensi dan banyak digunakan pada pasien dengan gangguan koroner.

TEKNIK ANESTESI UMUM


Didapatkan ada beberapa teknik untuk dilakukan anesthesia umum, antaranya adalah:
1. Nafas spontan
2. Nafas terkendali
3. Face mask
4. Intubasi
5. LMA (Laryngeal Mask Airway)
6. COPA (Cuffed Oro Pharyngeal Airway)
7. LSA (Laryngeal Seal Airway)

I. Teknik anestesi spontan dengan sungkup muka


Indikasi:
a. Untuk tindakan yang singlet (0,5-1 jam) tanpa membuka rongga perut.
b. Keadaan umum pasien cukup baik (status fisik I atau II)
c. Lambung harus kososng.

II. Teknik anestesi spontan dengan pipa endotrakea


Indikasi: operasi lama, kesulitan mempertahankan jalan napas bebas pada anestesia

dengan sungkup muka.

III. Teknik anestesi dengan pipa endotrakea dan napas kendali


Indikasi: operasi lama, kesulitan mempertahankan jalan napas bebas pada anestesia

dengan sungkup muka, seperti: laparotomi, craniotomi.\

IV. Teknik anestesi dengan sungkup laring (LMA, laryngeal mask airway)
Indikasi: bertujuan supaya dapat dipasang langsung tanpa bantuan alat dan dapat

digunakan jika intubasi trakea diramalkan bakal mendapt kesulitan.

V. Ekstubasi
Mengangkat keluar pipa endotrakea (ekstubasi) harus mulus dan tidak disertai batuk

dan kejang otot yang dapat menyebabkan gangguan napas, hipoksia sianosis. Ekstubasi

dapat dilakukan dengan menunggu pasien sampai sadar betul atau menunggu sewaktu

10
pasien masih dalam keadaan anestesi yang agak dalam. Dengan cara terakhir dihindarkan

reaksi spasme kejang otot perut, dada dan jalan napas. Sebelum ekstubasi,dilakukan

pemberihan rongga mulut laring faring dari secret dan cairan lainnya. Ekstubasi dapat

ditunda sampai pasien benar-benar sadar, jika intubasi kembali ada risiko inspirasi dan

pasca ekstubasi ada risiko aspirasi.

VI. Pasca Anestesia


Pulih dari anesthesia umum atau dari analgesia regional secara rutin dikelola di kamar

pulih atau unit rawatan pasaca anetesi (RR, Recovery Room atau Post Anestesia Care Unit).

Idealnya bangun dari anesthesia secara bertahap, tanpa keluhan dan mulus. Kenyataannya

sering dijumpai hal-hal yang tidak menyenangkan akibat stress pasca bedah atau pasca

anesthesia yang berupa gangguan napas, gangguan kardiovaskular, gelisah, kesakitan, mual-

muntah, menggigil dan kadang-kadang perdarahan.


Pengawasan ketat di Unit Perawatan Pasca Anestesia harus seperti sewaktu berada di

kamar bedah sampai pasien bebas dari bahaya, karena itu peralatan monitor yang baik harus

disediakan. Tensimeter, oksimeter denyut (pulse oxymeter), EKG, peralatan resursitasi

jantung-paru dan obatnya harus disediakan tersendiri, terpisah dari kamar bedah.

BAB III
ANALISA KASUS

Seorang lelaki berusia 50 tahun datang ke IGD RSUD Karawang dengan keluhan kaki

tidak boleh digerakkan. Beberapa jam sebelumnya os mengaku punggungnya tertimpa karung

yang beratnya kira-kira 25 kilogram. Setelah kejadian tersebut pasien merasakan lemah kedua

tungkai dan tidak bisa digerakkan. Pasien juga mengeluh sesak yang timbul 1 hari setelah

kejadian tersebut.
Pada pemeriksaan tanda vital tekanan darah , nadi dan suhu dalam batas normal.

Pernafasan pasien sedikit meningkat Pada pemeriksaan leher tidak didapatkan kaku kuduk.

11
Didapatkan wheezing pada auskultasi paru. Pada pemeriksaan ekstremitas bawah,didapatkan

nilai motorik kedua belah extremitas bawah adalah 0. Pada pemeriksaan laboratorium,dari nilai

haemoglobin pasien,didapatkan anemis ringan dan nilai leukosit sedikit meningkat.


Pasien dianjurkan untuk menjalani operasi setelah adanya hasil MRI dan hasil konsul ke

bedah syaraf. Izin operasi didapatkan pada tanggal 14 yang disetujui oleh dokter spesialis

anestesi. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang disimpulkan bahwa,

pasien termasuk ASA II. Menjelang operasi, pasien tampak sakit sedang sementara nadi, nafas

dan suhu dalam batas normal.Tekanan darah pasien masih 125/70 mmHg.
Operasi dilakukan pada tanggal 15 Maret 2012 pada pukul 11.15, sedangkan anestesi

dimulai pukul 10.50. sebelum dilakukan anestesi, pasien dinebulisasi terlebih dahulu. Kemudia

dilakukan premedikasi dengan memberikan obat fentanyl 50 mg intravena dan Miloz 5 mg

intravena. Setelah itu diberikan induksi dengan Propofol 120 mg dan Noveron 30 mg dan

diberikan anestesi inhalasi dengan pemasangan intubasi menggunakan ETT no.28, berupa

campuran N20 2L/menit, O2 2 L/menit dan Isoflurane 1,4 vol% kira-kira 2-3 menit.
Pasien dianjurkan untuk menjalani operasi, izin operasi didapatkan pada tanggal

14 Maret 2012 yang disetujui oleh dokter spesialis anestesi. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang disimpulkan bahwa, pasien termasuk ASA II. Ini karena pasien

mengaku mempunyai riwayat asma sejak kecil dan sering kambuh jika terkena debu namun tidak

sampai menggangu aktivitas. Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan wheezing pada kedua

lapang paru. Menjelang operasi, pasien tampak sakit sedang sementara tekanan darah, nadi, nafas

dan suhu dalam batas normal.


Anestesi dilakukan secara intravena dan inhalasi. Anestasi dilakukan secara umum karena

operasi bedah saraf biasanya akan mengambil masa yang lama. Lokasi operasi terletak di

punggung bagian bawah, jadi memberi kenyamanan kepada operator dan juga pasien sepanjang

operasi berlangsung. Operasi dilakukan pada tanggal 14 Maret 2012 pada pukul 11.15 sedangkan

12
anestesi dimulai pukul 10.50. Sebelum diberikan obat premedikasi, pasien dinebuliser terlebih

dahulu untuk mengencerkan sekret yang ada di saluran pernafasan karena masih terdengar

wheezing di kedua lapang paru pasien. Obat yang diberikan adalah Propofol 120 mg dan

Noveron 30 mg dengan premedikasi Miloz 3 mg dan Fentanyl 50 mg serta diberikan anestesi

inhalasi dengan pemasangan intubasi menggunakan ETT no.28, berupa campuran N20 2L/menit,

O2 2 L/menit dan Isoflurane 1,4 vol%.

Pada premedikasi diberikan Miloz (midazolam) 3 mg dan Fentanyl 50 mg.

Benzodiazepine aksi- pendek ini memiliki sifat antiansietas, sedatif, amnesik, antikonvulsan dan

relaksan otot skelet. Dibandingkan dengan diazepam, midazolam mempunyai awitan yang lebih

cepat dengan reaksi lokal yang lebih sedikit, suatu lama aksi yang lebih pendek, efek amnesik

yang lebih besar, dan potensi sedatifnya 3-4 kali lebih besar..Pada pasien manula, hipovolemik,

berisiko tinggi dan penggunaan bersama sedatif atau narkotik lainnya, dosisnya harus dikurangi.

Dosis premedikasi bagi dewasa 0.07 0.10 mg/kgBB, disesuaikan dengan umur dan keadaan

pasien. Dosis lazim adalah 5 mg. Pada orang tua dan pasien lemah dosisnya 0.025-0.05

mg/kgBB. Efek sampingnya terjadi perubahan tekanan darah arteri, denyut nadi dan pernafasan,

namun umumnya hanya sedikit.

- 0,05 mg x 70kg = 3,5 mg/kg

- Dosis pada pasien : 3 mg

Pada pasien ini dosis Miloz dikurangi karena usianya sudah lanjut dan obat premedikasi

akank diberikan bersama Fentanyl (opioid).

Fentanyl dengan dosis 1-3 g/kgBB, efek analgesinya hanya berlangsung 30 menit,

karena itu hanya dipergunakan untuk anestesi pembedahan dan tidak untuk pasca bedah.

Stabilitas kardiovaskular dipertahankan walaupun dalam dosis besar saat digunakan pada

13
anestetik tunggal. Efek depresi napas lebih lama dibanding efek analgesinya tergantung dari

dosis yang diberikan. Oleh itu, dosis pemberian Fentanyl dikurangi dari dosis sebenarnya.

Pemberian Fentanyl:
- 1 mg x 70 kg = 70 mg/kg
- Dosis pada pasien : 50 mg

Pada induksi pula diberikan Propofol 120 mg dan Noveron 30 mg. Propofol merupakan

derivat fenol yang banyak digunakan sebagai anestesi intravena. Dikemas dalam cairan emulsi

lemak berwarna putih susu bersifat isotonik dengan kepekatan 1% (1ml = 10 mg). Suntikan

intravena sering menyebabkan nyeri, sehingga beberapa detik sebelumnya dapat diberikan

lidokain 1-2 mg/kg intravena. Namun pada pasien ini cukup pemberian Fentanyl untuk

menghilangkan nyeri karena suntikan Propofol. Dosis bolus untuk induksi 2-2,5 mg/kg, dosis

rumatan untuk anestesia intravena total 4-12 mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk perawatan

intensif 0.2 mg/kg.

- 2 mg x 70 kg = 140 mg/kg
- Dosis yang diberikan pada pasien: 120 mg
Noveron merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi yang relatif baru,

sifatnya tidak mempunyai efek kumulasi pada pemberian berulang, dan tidak menyebabkan

perubahan fungsi kardiovaskuler yang bermakna dan pemulihan fungsi saraf otot dapat terjadi

secara spontan, dosis 0,5 mg/kg BB, durasi 15-30 menit.


- 0,5 mg x 70kg = 35 mg/kg
- Dosis pada pasien : 30 mg

Langkah-langkah dari nebuliser sampai pemasangan ETT di lakukan sebelum pasien

dipindahkan ke meja operasi. Ini karena pasien akan langsung diletakkan dalam posisi tengkurap

untuk operasi laminektomi.

14
Rumatan anestesia (maintainance) dapat dikerjakan secara intravena atau dengan inhalasi

atau dengan campuran intravena dan inhalasi. Rumatan anestesia biasanya mengacu pada trias

anestesi yaitu tidur ringan, analgesia dan relaksan otot skelet. Pada pasien ini digunakan rumatan

anestesia dengan campuran intravena dan inhalasi. Untuk rumatan intravena, diberikan Fentanyl

20 mg sebanyak dua kali yaitu pada pukul 11.20 dan 12.00 serta Noveron 10 mg sebanyak dua

kali yaitu pada pukul 12.10 dan 14.50. Diberikan Fentanyl sebagai obat rumatan karena

menyebabkan pasien tidur dengan analgesia cukup, sehingga tinggal memberikan relaksan otot

skelet. Pada pasien ini, obat relaksan otot skelet adalah Noveron.

Rumatan inhalasi pula biasanya menggunakan campuran N2O dan O2 3:1 ditambah

Isoflurane 1,4 vol%. N2O berbentuk gas, tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak terbakar dan

beratnya 1,5 kali berat udara. Pemberian harus disertai O2 minimal 25%. Bersifat anastetik

lemah namun analgesinya kuat. Pada anestesi inhalasi jarang digunakan sendirian, tapi

dikombinasi dengan salah satu cairan anastetik lain seperti halotan, isoflurane atau enflurane.

Isoflurane merupakan isomer dari enfluran dengan efek-efek samping yang minimal.

Induksi dan masa pulih anestesia dengan isoflurane lebih cepat. Meninggikan aliran darah otak

dan tekanan intracranial namun peninggian aliran darah otak dan tekanan intrakranial dapat

dikurangi dengan teknik anestesi hiperventilasi, sehingga isofluran banyak digunakan untuk

bedah otak. Pada pasien ini diberikan isoflurane 1,4 vol%.

Ephedrin meningkatkan curah jantung, tekanan darah, nadi, aliran darah koroner dan

skelet serta menimbulkan bronkodilatasi. Dosis intavena 5-20mg, dengan awitan aksi hamper

langsung dan lama aksi 10-60 menit. Pada pasien ini diberikan pada pukul 11.20 dengan dosis 10

15
mg karena tekanan darahnya mulai turun dan sebagai menimbulkan bronkodilatasi karena pasien

memiliki riwayat asma.

Meropenem adalah karbapenem (mirip penisilin). Karbapenem merupakan salah satu

antibiotik dari golongan beta laktam yang mampu mengatasi berbagai isu resistensi. Spektrum

antibiotiknya sangat luas, mulai dari Gramnegatif, positif, sampai anaerob. Karbapenem juga

aktif mengatasi sebagian besar strain yang mampu memproduksi beta laktamase. Obat ini

memiliki aktivitas yang sangat baik terhadap ESBL-producing enterobacteriaceae, secara

konsisten lebih poten daripada imipenem, memiliki penetrasi jaringan yang baik, dan pemberian

bolus memberikan manfaat praktis dan kenyamanan pasien. Obat ini banyak digunakan secara

praktis pada kasus infeksi berat, dan telah memberikan angka efektivitas terapi yang baik. Pada

paien ini diberikan dosis 1000 mg.

Ethamsylate adalah obat hemostasis yang bekerja denagn meningkatkan resistensi

endothelial kapiler dan menimbulkan adesi platelet. Ia juga menghalang biosintesis dan aksi

prostaglandin yang menyebabkan agregasi platelet, vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas

kapiler. Pada pasien ini diberikan dengan dosis 250 mg.

Vitamin K sangat penting dalam proses penggumpalan darah sehingga akan mempercepat

menghentikan pendarahan setelah selesai operasi. Vitamin K membantu mengikat kalsium ke

dalam tulang dan menempatkannya di tempat yang tepat hingga dapat menguatkan tulang dan

membantu pembentukan tulang baru. Pada pasien ini diberikan dengan dosis 10 mg. Selain

bersifat antioksidan yang mampu melawan radikal bebas, vitamin C juga berperan dalam

meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Pada pasien ini diberikan dengan dosis 100 mg.

16
Pada pasien terjadi perdarahan sebanyak 300 cc. Pada waktu operasi kehilangan cairan

diganti dengan menggunakan kristaloid NaCl 0,9% dengan dipasang selang infus pada tangan

kiri dan kanan pasien.


Setelah selesai operasi, pasien dipindahkan ke tempat tidur yang dialas dengan kayu tipis,

yang rata dan di atas kayu itu diletakkan selimut. Ini dilakukan untuk mengelakkan berlakunya

ulkus dekubitus karena pasien ini tidak boleh bergerak untuk jangka masa yang panjang untuk

membolehkan berlakunya penyembuhan pada tulang belakangnya. Kemudian, pasien langsung

di bawa ke ICU tanpa dibangunkan untuk mempertahankan jalan nafas karena masih terdengar

wheezing di kedua lapang paru pasien. Ini menunjukkan masih terdapat inflamasi dan sekret

pada saluran pernafasan pasien.


Pasien juga masih diberikan Fentanyl setelah operasi untuk memberi efek sedasi dan

analgetik untuk mengurangkan rasa ketidaknyamanan pasien karena ETT yang masih belum

dikeluarkan. Pasien juga diberi instruksi untuk dinebuliser tiap 8 jam untuk mengencerkan sekret

dan juga disuction melalui ETT untuk memastikan tidak berlaku penimbunan sekret di saluran

pernafasan pasien. Pasien sadar setelah 2 jam postoperasi dan tampak gelisah karena merasa

tidak nyaman dengan ETT yang masih terpasang. Tanda-tanda vital masih dalam batas normal.

Pemberian cairan
Pemberian cairan mengikuti jam (perioperatif)
I M+O+1/2 P
II M+O+1/4 P
III M+O+1/4 P
1V M+O+dan selanjutnya
Durasi operasi pada pasien: 3 jam 45 menit
M ( maintainance)
4 x 10 = 40
2 x 10 = 20
1 x 50 = 50
Total 110 ml/jam
Kebutuhan cairan intraoperasi ( operasi besar )
8x 70 = 560 ml/jam
Kebutuhan cairan puasa (12 jam)
Cairan di ruangan tetap diberikan secara di drip sebanyak 500 cc Ringer Laktat

17
12 x 110 = 1320 ml 500 ml = 820 ml
Pemberian cairan pada jam pertama operasi
110 + 560+ ( 50 % x 820) = 1080 ml
Pemberian cairan pada jam kedua operasi
110 + 560 + (25 % x 820) = 875 ml
Pemberian cairan pada jam ketiga operasi
110 + 560 + (25 % x 820) = 875 ml
Kebutuhan cairan selama operasi : ( 3 jam 45 menit)
Jam I + jam II + jam III = 1080 + 875 +875 = 2830 ml

Allowed Blood Loss


EBV: 75 ml/kgBB = 75 x 70 = 5250 ml
20 % x EBV = 20% x 5250 = 1050 ml
Jumlah yang hilang : kassa sedang 10 + lapangan operasi 100 cc
10 (20 cc) + 100 = 300 cc
Pada pasien tidak perlu dilakukan transfusi darah untuk menggantikan jumlah perdarahan

yang keluar, karena kehilangan darah pada pasien tidak melebihi ABL.
Pada pasien diguyur NaCl 0.9% sebanyak 3 kolf (1500 cc) dan cairan Fimahes sebanyak

1 kantong (500cc) di kamar operasi


Total pemberian cairan selama operasi
1500 ml (NaCl 0.9%) dan 500 ml (Fimahes)

18

Você também pode gostar