Você está na página 1de 3

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG ATAS MUCKTAR

PAKPAHAN

Putusan MA pada kasus yang menjerat Dr. Mucktar Pakpahan, S.H, M.H.
merupakan sebuah pembaharuan dalam bidang hukum. Ada beberapa hal menarik
dalam putusan MA ini, dimana Hakim Agung berpendapat bahwa pertimbangan
judex factie harus dibatalkan dengan mempetimbangkan hal lain yang
berhubungan dengan masalah sosial. Pertimbangan seorang hakim tidak
seharusnya hanya melihat undang undang yang abstrak dan kaku untuk
memberikan putusan hukum, karena seorang hakim haruslah menemukan hukum,
dan hal itu dapat ditemukan ketika menjadikan masalah sosial menjadi titik
sentral, bukan undang undang yang bersifat abstrak sehingga menjadikan
putusan terlihat kaku. Dan dengan alasan itu pula Hakim Agung menyatakan
bahwa undang undang hanya sebagai acuan untuk memecahkan masalah dan
pedoman untuk mengambil keputusan. Sementara sudut pandang sosiologis
menjadi penyeimbang undang undang agar terciptalah putusan yang bermanfaat
untuk kehidupan hukum dimasa depan.

Penemuan hukum merupakan proses pembentukan hukum oleh subyek


atau pelaku penemuan hukum dalam upaya untuk menerapkan peraturan hukum
umum terhadap peristiwa berdasarkan kaidah kaidah atau metode metode
tertentu yang dapat dibenarkan dalam ilmu hukum. Dalam proses seorang hakim
menemukan hukum pastilah harus memiliki ilmu yang memadai tentang tatacara
menafsirkan undang undang secara tekstual. Pemahaman akan ilmu
hermeneutika merupakan sebuah kewajiban bagi seorang hakim, dimana ilmu ini
menjelaskan tentang tata cara interpretasi teks, karena undang undang yang
dipakai sebagai pedoman dalam mengambil keputusan merupakan kitab tertulis
atau tekstual. Ditambah dengan ilmu penafsiran hukum sebagai tindak lanjut dari
ilmu hermeneutika itu sendiri. Penafsiran hukum adalah mencari dan menetapkan
pengertian atas dalil dalil yang tercantum dalam Undang undang sesuai
dengan yang dimaksud oleh pembuanya. Itulah mengapa hermeneutika menjadi
sesuatu yang penting untuk dipahami seorang hakim dalam menentukan suatu
putusan. Walaupun dalam penafsiran hukum terdapat beberapa macam penafsiran
seperti ;

a. Gramatikal f. Ekstentif
b. Authentik g. Restriktif
c. Historis h. Komparatif
d. Sistematis i. Futuristik
e. Teleologis
Dewasa ini terjadi sebuah perubahan sudut pandang hukum. Dimana
banyak sekali putusan pegadilan yang di anggap tidak memenuhi rasa keadilan
dalam diri masyarakat. Sehingga munculah pengadilan jalanan yang
menggunakan kekerasan untuk penyelesaiyan tindak pidana, langsung oleh
masyarakat. seperti pelaku jambret yang langsung di bakar di tempat kejadian.
Inilah bentuk nyata dari berkurangnya kepercayaan masyarakat pada proses
penegakan hukum di indonesia dan akhirnya melahirkan tindakan mandiri dari
masyarakat itu sendiri. Disinilah dituntuh badan peradilan bisa memberikan
pemahaman kepada masyarakat tentang pengabilan keputusan yang baik dan
benar tanpa mengeyampingkan rasa keadilan dalam diri masyarakat.

Kini lahir sebuah bentuk baru dari penafsiran hukum yang menjadikan
hukum progresif sebagai titik awal dalam menafsirkan hukum. Teory Hukum
Progresif yang dicetuskan Prof. Satjipto Rahardjo yang menyatakan bahwa hukum
itu dibangun untuk manusia. Dengan kata lain, hukum itu dibuat untuk memenuhi
rasa keadilan bukan untuk hanya para pihak yang berperkara, tapi untuk semua
umat manusia dimuka bumi ini.

Jika kita melihat putusan Hakim Agung yang membebaskan Dr. Mucktar
Pakpahan S.H, M.H. dari semua tuntutan yang memberatkannya walaupun
putusan PN Medan dan PTN Sumut dinyatakan besalah, terdapat sebuah
penafsiran yang bisa kita kategorikan sebagai hukum progresif. Dalam
putusannya, Hakim agung berpendapat bahwa apa yang dilakakunyan Dr.
Mucktar Pakpahan, S.H, M.H. merupakan sebuah garakan menyuarakan
kebutuhan masyarakat yang membutuhkan peningkatan kesejahteraan sebagai
timbal balik dari pertumbuhan ekonomi negara yang semakin maju.

Rasa Keadilan, Kemanfaatan dan Kepastian Hukum.

Sebuah putusan pengadilan tidak pernah terlepas dari ketiga aspek di atas,
keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Sebuah putusan, Kepastian hukum
sudah pasti terpenuhi dalam karna putusan itulah yang menjadi kepastian
hukuman apa yang dijatuhkan pada terdakwa, yang dalam hal ini Dr. Muctar
Pakpahan.

Rasa keadilan dan kemanfaatan nyaris tak pernah seimbang dalam sebuah
putusan, selalu ada tarik menarik antar keduanya. Dalam putusan yang saya
analisis di atas, terlihat jelas bahwa kemanfaatan lebih diutamakan, Hal ini terlihat
dari cara hakim melihat bahwa apa yang dilakukan oleh terdakwa adalah semata
mata untuk kepentingan masyarakat Indonesia kedepannya. Karena tuntutan
zaman dan majunya demokrasi Indonesia harus dibarengi dengan aturan yang
sesuai dan inovatif. Sementara disisi keadilan mungkin saja tidak dijadikan tujuan
utama dari putusan ini walaupun tidak dikesampingkan secara keseluruhan.
Bagaimanapun juga rasa keadilan harus terpenuhi walau hanya dalam 1 sisi yang
dalam hal ini rasa keadilan pada diri terdakwa Dr. Mucktar Pakpahan S.H, M.H.

Você também pode gostar