Você está na página 1de 10

MATERI 4 : Siswa Memproduksi Minyak Atsiri

MINYAK ATSIRI

A. MANFAAT DAN FUNGSI MINYAK ATSIRI


Minyak atsiri (minyak eteris/minyak terbang) merupakan minyak yang dihasilkan oleh tanaman. Memiliki
sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, memiliki rasa getir, berbau wangi
sesuai dengan tanaman penghasilnya, Umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air dan
biasanya diperoleh dari akar, batang, daun, bunga tanaman dengan cara mengekstraksi.
Berikut merupakan fungsi dari minyak atsiri :
Membantu proses penyerbukan
Mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan
Sebagai cadangan makanan dalam tanaman
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa dari proses metabolisme dalam tanaman yang terbentuk
karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air.
Minyak atsiri disintesa dalam sel glanular pada jaringan tanaman dan ada juga yang terbentuk dalam
pembuluh resin (resin duct), misalnya minyak terpentin dari pohon pinus.

Beberapa manfaat minyak atsiri adalah :


Sebagai flavoring agent dalam bahan pangan atau minuman
Antiseptik obat-obatan
Pembuatan kosmetik, parfum
Sebagai pencampur rokok kretek.
Sebagai aroma terapi
Obat gosok
dll

B. SUMBER MINYAK ATSIRI


Tanaman penghasil minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150 200 spesies tanaman yang termasuk
famili Pinaceae, Labiateae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Umbelliferaceae. Minyak atsiri dapat
bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar atau
rhizome.

Berikut merupakan minyak atsiri yang berasal dari daun tanaman


Nama Minyak Tanaman Penghasil Negara Asal
Citronela (Sereh) Cymboopogo Nardus R Ceylon
Patchouly (Nilam) Pogostemon cablin benth Malaysia
Cajuput (kayu putih) Melaleuca Leudendron L Indonesia
Bay Pimenta Ocris Dominika
Cassia Cinnampmum Cassia L. China
Cedar Leaf Thuya accidentalis Vermont
Eucalyptus Eucalyptus sp. Australia, Uruguay
Lemon grass Cymbopogan Citratus Madagaskar, Guatemala
Cherry laurel Prunus laurocerasus L. Prancis
Berikut merupakan minyak atsiri yang berasal dari bunga tanaman
Nama Minyak Tanaman Penghasil Negara Asal
Cananga (kenanga) Canana odorata Hook Indonesia
Champaka (cempaka) Michelia campaca L. Madagaskar, Filipina
Clove (Cengkeh) Caryophillus aromaticus L. Zanzibar, Madagaskar, Indonesia
Basil Ocimum basilieum Madagaskar
Chamoomile Matricaria chamomile L. Jerman, Hongaria
Lavandin Lavandula vera D.C Perancis
Lavender Lavandula Officinalis Chaix Perancis, Rusia
Marjoram Origanum majorana L. Perancis, Afrika
Rose (Mawar) Rose alba L. Bulgaria, Turki
Rosemary Rosmarinus Officinalis L. Tunisia
Sage Salvia Scalera L. Rusia, Perancis

Berikut merupakan minyak atsiri yang berasal dari biji tanaman


Nama Minyak Tanaman Penghasil Negara Asal
Caraway Carum Carvi Belanda, Rusia
Cardamom Elettaria Cardamomum India
Carrot Seed (Wortel) Daucus Carota L. Amerika, Eropa
Celery seed (Seledri) Apium Graveolen L. Inggris, India
Croton Croton Triglium L. India, Ceylon
Cumin Cuminum Cyminum L. Maroko, India
Drill Antherium Graveolans Eropa Tengah

Berikut merupakan minyak atsiri yang berasal dari kulit buah atau buah tanaman
Nama Minyak Tanaman Penghasil Negara Asal
Juniper Juniperus communis Hongaria, California
Lemon (Sitrun) Citrus medica L. California
Pepper (Lada) Piper nigrum L. Ceylon, Cina, Madagaskar
Pimenta Pimenta officinalic Lindley Jamaika, Inggris
Vanilla (vanili) Vanila Planifolia -
Coriander (ketumbar) Carandum Sativum L. Eropa Tengah
Anise (Adas) Pimpinella anisum L. Rusia, Eropa
Grape fruit Citrus decumana L. Florida, Texas
Fennel Foeniculum Vulgare Mill Eropa Tengah, Rusia

C. METODE PEMBUATAN MINYAK ATSIRI


Ada 4 macam metode pembuatan minyak atsiri yaitu :
1. Penyulingan (Destilasi)
Proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan dari 2 macam campuran atau
lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya, dan proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak
larut dalam air.
Dalam perkembangan pengolahan minyak atsiri telah dikenal 3 macam sistim penyulingan
a. Penyulingan dengan Air (Water distillation)
Metode penyulingan dengan air merupakan metode paling sederhana jika dibandingkan dua
metode penyulingan yang lain. Pada metode ini, bahan yang akan disuling dimasukkan dalam ketel
suling yang telah diisi air. Dengan begitu, bahan bercampur langsung dengan air. Pada metode ini,
perbandingan jumlah air perebus dan bahan baku dibuat berimbang, sesuai dengan kapasitas ketel.
Bahan yang telah mengalami proses pendahuluan seperti perajangan dan pelayuan dimasukkan dan
dipadatkan. Selanjutnya, ketel ditutup rapat agar tidak terdapat celah yang mengakibatkan uap
keluar.
Uap yang dihasilkan dari perebusan air dan bahan dialirkan melalui pipa pendingin sehingga
terjadi pengembunan (kondensasi). Selanjutnya air dan minyak ditampung dalam tangki pemisah.
Pemisahan air dan minyak dilakukan berdasarkan perbedaan berat jenis.

b. Penyulingan dengan Air dan Uap (Water and Steam Distillation)


Metode ini disebut juga dengan system kukus. Pada metode pengukusan ini, bahan
diletakkan di atas piringan atau plat besi berlubang seperti ayakan (sarangan yang terletak
beberapa sentimeter di atas permukaan air. Saat air direbus dan mendidih, uap yang terbentuk
akan melalui sarangan lewat lubang-lubang kecil dan melewati celah-celah bahan. Minyak atsiri
dalam bahan pun akan ikut bersama uap panas tersebut melalui pipa menuju ketel kondensator
(pendingin).
Selanjutnya, uap air dan minyak akan mengembun dan ditampung dalam tangki pemisah.
Pemisahan air dan minyak atsiri dilakukan berdasarkan berat jenis.
Keuntungan dari metode ini yaitu penetrasi uap terjadi secara merata ke dalam jaringan
bahan dan suhu dapat dipertahankan sampai 100 0C. Lama penyulingan relative lebih singkat,
rendemen minyak lebih besar dan mutunya lebih baik jika dibandingkan dengan minyak hasil dari
system penyulingan dengan air.

c. Penyulingan dengan Uap


Pada system ini, air sebagai sumber uap panas terdapat dalam boiler yang letaknya
terpisah dari ketel penyulingan. Uap yang dihasilkan mempunyai tekanan lebih tinggi dari tekanan
udara luar. Proses penyulingan dengan uap ini baik jika digunakan untuk menyuling bahan baku
minyak atsiri berupa kayu, kulit batang, maupun biji-bijan yang relative keras.

2. Ekstraksi dengan Pelarut Mudah Menguap


Prinsip dari ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan pelarut organik
yang mudah menguap. Pelarut organik akan berpenetrasi ke dalam jaringan dan akan melarutkan
minyak serta bahan non volatile yang berupa resin, lilin dan beberapa macam zat warna. Proses
ekstraksi biasanya dilakukan dalam suatu wadah (ketel) disebut extractor. Berbagai pelarut yang biasa
digunakan adalah petroleum ether, carbon tetra chlorida, chloroform, dan pelarut lainnya yang bertitik
didih rendah.
Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri yang
mudah rusak oleh pemanasan uap dan air, seperti untuk mengekstraksi minyak dari bunga-bungaan
misalnya bunga cempaka, melati, mawar, hyacinth, tuberose, narcissus, gardenis, lavender,
lily, minose, labdanum, violet lower dan geranium.
Pembuatan minyak atsiri dengan pelarut menguap dilakukan dengan menggunakan ekstraktor.
Ekstraktor yang digunakan untuk mengekstrak minyak atsiri dari bunga terdiri dari tabung ekstraktor
berputar dan tabung evaporator (penguap).
Secara umum, proses pembuatan minyak dilakukan melalui beberapa tahapan :
a. Masukkan bahan baku yang masih segar dan pelarut mudah menguap ke dalam ekstraktor
b. Putar ekstraktor selama 20 60 menit, pelarut akan berpenetrasi ke dalam jaringan bahan baku
dan melarutkan minyak serta bahan nonvolatile berupa resin, lilin dan beberapa macam zat
warna.
c. Selanjutnya pisahkan larutan hasil ekstraksi dari ampas
d. Larutan hasil ekstraksi kemudian didistilasi dalam evaporator vakum pada suhu rendah, yaitu 450C.
e. Pelarut akan menguap dan meninggalkan larutan semipadat berwarna merah kecoklatan yang
disebut concrete (merupakan campuran dari minyak atsiri, lilin dan resin).
f. Concrete diaduk dan dilarutkan dalam alkohol panas. Larutan alkohol ini mampu mengikat minyak
atsiri dengan sempurna.
g. Selanjutnya, larutan concrete didinginkan pada suhu -50C hingga mengendap dan berbentuk lilin.
h. Endapan lilin selanjutnya diperas dan disaring hingga keluar larutan jernih
i. Larutan jernih hasil pemerasan selanjutnya didistilasi ulang untuk memisahkan minyak dengan
alkohol yang mengikatnya.
j. Distilasi dilakukan dalam kondisi vakum dan pada suhu rendah (45 0C) hingga diperoleh larutan
kental yang disebut dengan absolute (larutan minyak atsiri yang dijual dengan harga tinggi).
Berikut merupakan ilustrasi proses pembuatan minyak atsiri dengan pelarut mudah menguap :

Bunga

Rendam dalam pelarut menguap 20 60 menit

Ekstraksi

Pemisahan Ampas Bunga

Pelarut mengandung minyak

Evaporasi Vakum Pelarut

Concrete

Alkohol Hangat Pelarutan Concrete

Penyimpanan dalam suhu dingin (-50C)

Penyaringan Lilin

Evaporasi Vakum Alkohol

Absolute
3. Ekstraksi dengan Lemak Dingin (Enfleurasi)
Proses ekstraksi ini digunakan khusus untuk mengekstraksi minyak bunga-bungaan, dalam rangka
mendapatkan mutu dan rendemen minyak yang tinggi. Pada umumnya bunga setelah dipetik akan tetap
hidup secara fisiologis. Daun bunga terus menjalankan proses hidupnya dan tetap memproduksi minyak
atsiri dan minyak yang terbentuk dalam bunga akan menguap dalam waktu singkat. Kegiatan bunga
dalam memproduksi minyak akan terhenti dan mati jika kena panas, kontak atau terendam dalam
pelarut organik, sedangkan minyak atsiri yang terbentuk sebelumnya sebagian besar telah menguap.
Untuk itu ekstraksi dengan pelarut mudah menguap menghasilkan rendemen minyak yang rendah.
Untuk mendapatkan rendemen minyak yang lebih tinggi dan bermutu baik, proses fisiologi dalam
bunga selama proses ekstraksi berlangsung perlu dijaga agar tetap berlangsung dalam waktu selama
mungkin sehingga bunga tetap dapat memproduksi minyak atsiri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menggunakan lemak hewani atau nabati.
Sama halnya dengan ekstraksi menggunakan pelarut menguap, ekstraksi minyak atsiri dengan
metode lemak dingin memerlukan evaporator untuk memisahkan minyak atsiri dari lilin dan alkohol
pelarutnya. Selain itu, dibutuhkan lempeng kaca dan rak tertutup pada proses absorbsi minyak atsiri
dari bunga. Sedang bahan penunjang yang digunakan yaitu lemak dan alkohol. Lemak berfungsi
sebagai adsorben atau penyerap minyak atsiri dari bunga. Sementara alkohol digunakan untuk
memisahkan minyak atsiri dari lemak.
Metode enfleurasi dilakukan dengan beberapa tahapan :
a. Pilih bunga yang masih kuncup dengan tingkat ketuaan optimum, lalu tangkai bunga dihilangkan
b. Selanjutnya, oleskan lemak yang akan digunakan sebagai adsorben pada lempeng kaca setebal 1
2cm. Agar diperoleh luas bidang permukaan yang lebih besar untuk penyerapan, lapisan lemak
hendaknya diberi beberapa goresan.
c. Bunga yang telah dihilangkan tangkainya kemudian ditebarkan di atas lapisan lemak secara merata.
Semakin lebar bidang bunga yang kontak langsung dengan lemak akan semakin baik.
d. Selanjutnya, simpan lempengan kaca beserta lemak dan bunga dalam lemari atau rak tertutup.
e. Setelah 24 jam, bunga lama dapat diganti dengan bunga baru. Penggantian bunga perlu dilakukan
secara hati-hati agar lemak yang terbawa sedikit mungkin. Penggantian bunga perlu dilakukan
berulang-ulang sampai diperoleh minyak berkomponen kimia tinggi, yang dicirikan dengan
terciumnya aroma yang kuat. Lemak yang mengandung minyak disebut pomade.
f. Pomade yang telah mengandung minyak bunga selanjutnya diangkat dari lapisan kaca dan
ditampung dalam wadah, dan dicampur dengan alkohol panas sampai larut dan diaduk agar
homogen.
g. Selanjutnya, simpan larutan pada suhu dingin agar lemak membeku dan mudah dipisahkan.
h. Pemisahan lemak dilakukan dengan pemerasan dan penyaringan sampai larutan bebas lemak.
i. Selanjutnya, larutan yang mengandung minyak dievaporasi pada suhu rendah sampai diperoleh
absolute.
Persyaratan lemak yang dipakai agar absolute yang dihasilkan optimal, diantaranya adalah :
a. Tidak berbau dan tidak berwarna, bau dan warna pada lemak akan mempengaruhi mutu absolute.
b. Mempunyai konsistensi tertentu, lemak yang terlalu keras mempunyai daya adsorbsi yang rendah.
c. Titik cair optimal lemak adalah 36 370C, jika suhu terlalu rendah, daya adsorbsi lemak semakin
tinggi namun, proses deflourasi (pengambilan bunga layu) menjadi sulit karena banyak lemak yang
menempel pada bunga. Sementara jika titik cair di atas 37 0C, proses deflourasi semakin mudah,
tetapi daya adsorpsi lemak menurun.
Berikut merupakan ilustrasi proses pembuatan minyak atsiri dengan proses enfluerasi :

Disortasi bunga (pembuangan tangkai)

Taburkan bungan di atas lemak dan simpan


dalam wadah tertutup selama 12 24 jam

Pemisahan Bunga Bunga Layu

Lakukan penaburan bunga sebanyak 9 10 kali

Lemak mengandung minyak (pomade)

Larutkan dalam akohol panas (30 350C)

Penyimpanan dalam suhu dingin (-50C)

Pemisahan / Penyaringan Lemak

Alkohol mengandung minyak

Evaporasi vakum Alkohol

Absolute

4. Ekstraksi dengan Lemak Panas (Maserasi)


Metode pembuatan minyak dengan lemak panas tidak berbeda jauh dengan metode lemak dingin.
Bahan dan peralatan yang digunakan pun tidak jauh berbeda. Perbedaannya hanya terletak pada bagian
awal proses, yaitu menggunakan lemak panas. Sedang alat yang digunakan yaitu evaporator vakum.
Selain itu, dibutuhkan wadah berupa bak atau baskom untuk merendam bunga dalam lemak panas.
Bahan yang diperlukan dalam metode maserasi yaitu lemak dan alcohol. Lemak digunakan sebagai
adsorben, sedangkan alcohol digunakan untuk melarutkan lemak.
Metode maserasi dilakukan dengan beberapa tahapan :
a. Mula-mula pilih bunga yang bagus dengan tingkat ketuaan optimum (belum mekar penuh).
b. Selanjutnya, rendam bunga dalam lemak yang telah dipanasi sampai suhunya mencapai 80 0C
(kondisi cair) dan biarkan selama satu malam.
c. Keesokan harinya tambahkan alkohol panas dalam lemak, lalu aduk dan saring untuk memisahkan
bunganya.
d. Selanjutya, simpan campuran lemak dan alkohol dalam pendingin agar membeku sehingga mudah
dipisahkan.
e. Pemisahan dilakukan dengan penyaringan sampai larutan benar-benar bebas dari lemak.
f. Larutan yang bebas lemak tersebut selanjutnya dievaporasi pada kondisi vakum sampai diperoleh
absolute.
Berikut merupakan ilustrasi proses pembuatan minyak atsiri dengan proses maserasi :

Disortasi bunga (pembuangan tangkai)

Masukkan bunga dalam lemak (800C) selama


semalam (12 jam) hingga dingin

Tambahkan alcohol panas untuk mencairkan lemak

Lakukan penyaringan Ampas bunga

Simpan larutan lemak dan alcohol dalam pendingin hingga membeku

Peras dan saring lilin hingga larutan bebas dari lemak Lilin

Evaporasi larutan bebas lemak hingga dihasilkan absolute

5. Pengepresan (Pressing)
Adalah Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan terhadap bahan
berupa biji, buah atau kulit luar yang dihasilkan dari tanaman yang termasuk famili citrus. Hal ini
disebabkan minyak dari famili tanaman tersebut akan mengalami kerusakan jika diekstraksi dengan cara
penyulingan. Dengan pengepresan maka sel-sel yang mengandung minyak akan pecah dan minyak
akan mengalir ke permukaan bahan. Beberapa jenis minyak yang dapat diekstrasi dengan cara
pengepresan adalah minyak almon, apricot, lemon, minyak kulit jeruk, mandarin, grape fruit,
dan beberapa jenis minyak lainnya.
Pada metode pegepresan, alat yang digunakan berupa mesin pengepres. Alat ini bekerja dengan
cara menekan bahan baku hingga sel penghasil minyak akan pecah dan minyak akan keluar.

D. BEBERAPA CONTOH MINYAK ATSIRI


1. CENGKEH (Eugenia aromatica )
Tanaman cengkeh merupakan salah satu penghasil minyak atsiri yang dapat diperoleh dari seluruh
bagian tanamannya
Dari daun segar, daun gugur dan bunga.
Kadar minyak dari daun gugur berkisar antara 1%, sedangkan dalam bunga 15-16%.
Selain bunga kering sebagai hasil utama, maka daun gugur dapat dimanfaatkan untuk dijadikan
minyak dengan cara penyulingan.

2. AKAR WANGI ((Vetivera zizonioides)


Tanaman akar wangi merupakan tanaman penghasil minyak akar wangi ( vitiver oil )yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada tanah dengan ketingginan antara 1000 2000 meter
dari permukaan laut dengan produksi 15 30 ton per tahun.
Kadar minyak dalam akar wangi berkisar 1 1,5 % sehingga jumlah prduksi minyak akar wangi
150kg 300 kg per hektar per tahun.
Perlu diketahui bahwa jika ditinjau dari segi agronomi, sosial ekonomi dan teknis, maka pertanaman
akar wangi mudah diusahakan oleh masyarakat sekitar, dengan umur panen 9 12 bulan.
3. Nilam (Pogostemon cablin)
Tanaman nilam merupakan tanaman penghasil minyak nilam yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Tanaman ini tumbuh dengan baik pada ketinggian tanah antara 0 1000 m dengan produksi 10
20 ton daun layu per hektar per tahun dengan periode 3 4 persen per tahun.
Tanaman ini perlu diperbaharui setiap 5 7 tahun sekali.
Minyak yang dihasilkan berkisar antara 100 200 kg minyak per hektar per tahun

4. Pala ( Myristica fragans )


Dari seluruh bagian tanaman pala yang mempunyai nilai ekonomis adalah buahnya.
Buah pala terdiri dari 4 bagian yaitu daging, fuli, tempurung dan biji.
Biji pala dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai rempah-rempah dan minyaknya diperoleh
melalui penyulingan dan dapat dimanfaatkan untuk pengobatan dan kosmetika.
Biji pala dapat menghasilkan rata-rata 12% minyak atsiri dan dari fuliberkisar antara 7-18%.

5. Jahe (Zingiber Officinale)


Oleoresin merupakan campuran resin dan minyak atsiri yang diperoleh dari ekstraksi dengan
menggunakan pelarut organic.
Jahe mengandung resin yang cukup tinggi sehingga bisa dibuat sebagai oleoresin.
Keuntungan dari oleoresin adalah lebih higienis, dan mempunyai kekuatan lebih bila dibandingkan
dengan bahan asalnya.
Penggunaan oleoresin dalam industri lebih disukai, karena aromanya lebih tajam dan dapat
menghemat biaya pengolahan.

E. UJI DAN STANDARD MUTU MINYAK ATSIRI


Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau kriteria-kriteria tertentu. Biasanya
dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat khas, sifat fisik dan sifat kimia minyak atsiri sesuai dengan
bahan asalnya dan mencantumkan komponen utama minyak atsiri sehingga menunjukkan keaslian serta
untuk menghindari pemalsuan dari minyak atsiri tersebut. Adanya bahan-bahan asing yang tercampur akan
merusak mutu minyak tersebut. Standard mutu minyak atsiri diantaranya dapat ditentukan dari berat jenis,
indeks bias, putaran optic, bilangan asam dan kelarutan dalam alcohol.
1. Berat Jenis (densitas)
Berat jenis atau densitas merupakan perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada
volume air yang sama dengan volume minyak. Berat jenis sering dihubungkan dengan berat komponen
yang terkandung di dalamnya. Semakin besar fraksi berat yang terkandung dalam minyak, semakin
besar pula nilai densitasnya.
2. Indeks Bias
Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara dengan
kecepatan cahaya di dalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks bias minyak atsiri berhubungan erat
dengan komponen-komponen yang tersusun dalam minyak atsiri yang dihasilkan. Sama halnya dengan
berat jenis di mana komponen penyusun minyak atsiri dapat mempengaruhi indeks biasnya. Semakin
banyak komponen berantai panjang seperti sesqueterpen atau komponen bergugus oksigen ikut
tersuling maka kerapatan medium minyak atsiri akan bertambah sehingga cahaya yang datang akan
lebih sukar untuk dibiaskan. Hal ini menyebabkan indeks bias minyak lebih besar. Menurut Guenther,
nilai indeks bias juga dipengaruhi salah satunya dengan adanya air dalam kandungan minyak tersebut.
Semakin banyak kandungan airnya, semakin kecil nilai indeks biasnya. Hal ini karena sifat air yang
mudah membiaskan cahaya yang datang. Jadi, minyak atsiri dengan nilai indeks bias besar lebih bagus
dibandingkan minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil.
3. Putaran Optik
Sifat optic minyak atsiri ditentukan dengan menggunakan alat polarimeter. Nilainya dinyatakan
dengan derajat rotasi. Sebagian besar minyak atsiri memiliki sifat memutar bidang polarisasi ke arah
kanan (dextrorotary) atau kea rah kiri (levorotary) jika ditempatkan dalam cahaya yang dipolarisasikan.
Pengukuran parameter ini sangat menentukan criteria kemurnian suatu minyak atsiri.
4. Bilangan Asam
Bilangan asam menunjukkan kadar asam bebas dalam minyak atsiri. Bilangan asam yang
semakin besar dapat mempengaruhi kualitas, diantaranya mengubah bau khas minyak atsiri.
Adanya sebagian komposisi minyak atsiri yang kontak dengan udara atau berada pada kondisi
lembab mengakibatkan munculnya reaksi oksidasi dengan udara (oksigen) yang dikatalisasi oleh
cahaya. Akibatnya, terbentuklah senyawa asam. Semakin banyak bidang kontak minyak atsiri dengan
udara, semakin banyak pula senyawa asam yang terbentuk. Oksidasi komponen-komponen minyak
atsiri, terutama golongan aldehid, dapat membentuk gugus asam karboksilat sehingga menambah nilai
bilangan asam minyak atsiri. Selain kontak langsung dengan udara, proses oksidasi juga dapat
disebabkan oleh tekanan dan temperature yang tinggi saat proses menghasilkan minyak.
5. Kelarutan Dalam Alkohol
Telah diketahui bahwa alcohol merupakan gugus OH -. Karena alcohol dapat larut dengan
minyak atsiri maka pada komposisi minyak atsiri yang dihasilkan tersebut terdapat komponen-
komponen terpen teroksigenasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Guenther yang menyatakan bahwa
kelarutan minyakk dalam alcohol ditentukan oleh jenis komponen kimia yang terkandung di dalamnya.
Pada umumnya, minyak atsiri yang mengandung persenyawaan terpen teroksigenasi lebih mudah larut
dibandingkan minyak atsiri yan mengandung terpen. Semakin tinggi kandungan terpen, semakin rendah
pula daya larutnya atau semakin sukar larut. Hal tersebut disebabkan senyawa terpen tak teroksigenasi
merupakan senyawa nonpolar yang tidak mempunyai gugus fungsional. Oleh sebab itu dapat
disimpulkan bahwa semakin kecil kelarutan minyak atsiri dalam alcohol (biasanya alcohol 90%) maka
kualitas minyak atsirinya semakin baik.

F. OLEORESIN
Oleoresin merupakan campuran resin dan minyak atsiri yang diperoleh dari ekstraksi dengan
menggunakan pelarut organic. Jahe mengandung resin yang cukup tinggi sehingga bias dibuat sebagai
oleoresin. Keuntungan dari oleoresin adalah lebih higienis dan mempunyai kekuatan lebih bila dibandingkan
dengan bahan asalnya. Penggunaan oleoresin dalam industry lebih disukai karena aromanya lebih tajam dan
dapat menghemat biaya pengolahan.
Oleoresin dapat diperoleh dari kulit kayu manis segar atau dari kulit kayu manis sisa penyulingan
dengan metode ekstraksi. Alat yang digunakan terdiri dari sebuah ekstraktor yang dilengkapi dengna sebuah
pengaduk dank oil pemanas. Sumber panas berasal dari sebuah ketel uap yang juga digunakan pada ketel
suling. Ekstraktor ini juga berfungsi sebagai alat pemisah yang memisahkan oleoresin dan pelarut.
Adapun proses mendapatkan oleoresin dapat dilihat pada diagram alir berikut.

Bahan Baku

Penghancuran/penggilingan
30 50 mesh

Ekstraksi dengan pelarut organik

Penyaringan Ampas

Penguapan Pelarut

Oleoresin

Você também pode gostar