Você está na página 1de 22

Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.8, No.

bidang
REKAYASA

STUDI NUMERIK: TINJAUAN KONDISI BATAS REGANGAN MAKSIMUM


PADA PELAT TARIK BAJA BERLUBANG

Y. DJOKO SETIYARTO
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Komputer Indonesia

Keruntuhan geser blok dikenal sebagai salah satu bentuk keruntuhan potensial
yang dapat terjadi pada pelat tarik baja berlubang. Dalam mekanisme
keruntuhannya, gaya tarik terjadi di sepanjang garis transversal (bidang tarik)
dan gaya geser terjadi di sepanjang garis longitudinal antar lubang baut (bidang
geser). Menurut AISC-LRFD 2005, kekuatan geser blok selalu ditentukan oleh
kekuatan tarik pada bidang tarik bersih yang diakumulasikan dengan kekuatan
geser minimal pada bidang geser kotor atau bersih. Sehingga diasumsikan
bahwa fraktur selalu terjadi pertama kali pada bidang tarik, yang kemudian
diikuti dengan leleh pada bidang geser. Asumsi ini berbeda dengan AISC-LRFD
1999, yaitu saat kekuatan ultimit tercapai, fraktur dapat terjadi pada bidang
tarik bersih yang diikuti dengan leleh pada bidang geser, atau dapat pula terjadi
fraktur pada bidang geser bersih yang diikuti leleh pada bidang tarik kotor.
Studi numerik berikut ini akan meninjau apabila kekuatan pelat tarik baja
berlubang ditentukan dengan asumsi kelelehan seutuhnya terjadi pada bidang
tarik dan bidang geser tanpa disertai timbulnya fraktur. Studi numerik dilakukan
dengan menggunakan software Finite Elemen Analysis (FEA), yang kriteria
keruntuhannya berdasarkan kondisi batas regangan maksimum. Hasil prediksi
FEA menunjukkan bahwa kekuatan ultimit pada pelat tarik baja berlubang
dengan asumsi kelelehan pada penampang bidang tarik dan bidang geser
mempunyai peluang menjadi lebih menentukan dibanding keruntuhan geser
blok. Selain itu diketahui pula bahwa distribusi tegangan tarik yang terjadi di
sekitar tepi lubang pelat umumnya tidak seragam.

Kata Kunci: regangan maksimum, keruntuhan geser blok, leleh, fraktur,


distribusi tegangan

PENDAHULUAN Menurut AISC-LRFD kekuatan elemen


tarik pada struktur baja ditentukan oleh
Elemen tarik baja merupakan salah satu tiga kemungkinan bentuk keruntuhan,
masalah sederhana yang dijumpai oleh yaitu leleh pada penampang geser bruto
para perencana struktural. Meskipun (0.9*Fy*Ag), fraktur pada penampang
demikian, diperlukan sikap hati-hati tarik efektif (0.75*Fy*Ae), dan keruntuhan
dalam perencanaan, karena telah banyak geser blok di sekitar sambungan.
kegagalan struktur yang diakibatkan oleh Keruntuhan geser blok dikenal sebagai
putusnya sambungan atau titik hubung bentuk keruntuhan potensial yang dapat
elemen struktur tarik. menentukan beban kapasitas dari
beberapa jenis sambungan atau elemen

H a l a ma n 181
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.8, No. 2 Y. Djoko Setiyarto

Bidang
Pelat Buhul Geser

Bidang Tarik Bidang


Geser

Bidang
Bidang Geser
Geser
Blok Kelompok Sambungan
Baut yang Terhubung dengan Bidang Tarik
Pelat Buhul
Kondisi Menerima
Kondisi Beban Tarik Ultimit
Awal

Gambar 1 Mekanisme Keruntuhan Geser Blok Pada Sambungan Baut

struktur. Sebagai ilustrasi, mekanisme Sedangkan menurut AISC-LRFD 2005,


keruntuhan geser blok dapat dilihat pada kekuatan tersedia untuk batas keruntuhan
Gambar 1. Blok yang yang terhubung geser blok sepanjang jalur geser dan jalur
dengan pelat buhul (gusset plate) dibatasi tegak lurus gaya tarik diperhitungkan
oleh garis lintasan keruntuhan di antara dengan cara:
lubang-lubang baut, di mana dalam
mekanisme keruntuhannya gaya tarik fRn=fmin
terjadi di sepanjang garis transversal {UbsFuAnt+0.6FyAgv;UbsFuAnt+0.6FuAnv}
(bidang tarik) dan gaya geser terjadi di
sepanjang garis longitudinal antar lubang Keterangan:
baut (bidang geser). Agt = luas bruto yang mengalami tarik
Ant = luas neto yang mengalami tarik
Meskipun perhitungan block shear Agv = luas bruto yang mengalami geser
rupture strength tidak dimasukkan dalam Anv = luas neto yang mengalami geser
ketentuan di Chapter D (bab dalam AISC
yang membahas masalah elemen tarik), Ubs = 1 untuk distribusi tegangan tarik
tetapi pengantar paragraf pada AISC-LRFD yang seragam
1999 Chapter D, serta catatan user pada Ubs = 0.5 untuk distribusi tegangan tarik
AISC-LRFD 2005 Chapter D, telah non seragam.
mengarahkan user untuk melihat Section f = 0.75
J4.3. Menurut AISC-LRFD 1999, kekuatan AISC-LRFD 1999 mengasumsikan bahwa
geser blok diperhitungkan dari nilai terkecil salah satu bidang tarik atau geser mencapai
di antara dua jenis kegagalan struktur kekuatan ultimitnya, maka pada bidang
elemen tarik yang mungkin terjadi, yaitu: yang lain terjadi kelelehan seluruhnya
(Salmon & Johnson, 1990). Asumsi ini
a. Leleh geser dan fraktur tarik, jika : menghasilkan dua kemungkinan
Fu*Ant 0.6*Fu*Anv mekanisme keruntuhan yang penentu
fRn= f{0.6FyAgv+FuAnt} f{0.6FuAnv+FuAnt} (1) keruntuhannya adalah salah satu yang
b. Leleh tarik dan fraktur geser jika : memiliki nilai kuat fraktur terbesar.
Fu*Ant < 0.6*Fu*Anv Mekanisme pertama mengasumsikan
fRn=f{0.6FuAnv+FyAgt} f{0.6FuAnv+FuAnt} (2) bahwa beban ultimit tercapai ketika
keruntuhan terjadi di sepanjang bidang tarik

H a l a m a n 182
Y. Djoko Setiyarto Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.8, No. 2

bersih (the net tension plane) dan kelelehan regangan yang terjadi pada pelat tarik baja
seluruhnya terjadi pada bidang geser kotor berlubang. Dengan mengevaluasi distribusi
(the gross shear plane). Kebalikannya, tegangan dan regangan tersebut maka akan
bentuk keruntuhan kedua mengasumsikan diketahui apakah bentuk keruntuhan yang
bahwa keruntuhan terjadi di sepanjang terjadi sesuai dengan mekanisme
bidang geser bersih sementara kelelehan keruntuhan geser blok.
seutuhnya terjadi pada bidang tarik kotor.
AISC-LRFD 2005 mengasumsikan bahwa BAJA & PEMODELANNYA
kekuatan geser blok selalu ditentukan oleh
kekuatan tarik pada bidang tarik bersih Sifat Material Baja
yang diakumulasikan dengan kekuatan
geser minimal pada bidang geser kotor atau Sifat mekanis material baja diperoleh dari
bersih. Dalam asumsi tersebut, fraktur uji tarik yang melibatkan pembebanan tarik
selalu terjadi pertama kali pada bidang sampel baja dan bersamaan dengan itu
tarik, diikuti dengan leleh pada bidang geser dilakukan pengukuran beban dan
(Brockenbrough et all, 2006). Pada bidang perpanjangan sehingga diperoleh tegangan
tarik bersih, untuk kondisi tegangan tarik dan regangan yang dihitung dengan
yang seragam diberi faktor koreksi UBS = 1, menggunakan = P/A dan = DL/L.
sedangkan untuk kondisi tegangan tarik Selama uji tarik, sampel dibebani hingga
yang tidak seragam diberi faktor koreksi hancur, dan diperoleh diagram tegangan
UBS = 0.5. Distribusi tegangan tarik tidak regangan seperti
seragam umumnya terjadi pada sambungan Gambar 2. Pada awal pembebanan,
-sambungan yang memiliki jarak terlihat hubungan linier antara tegangan
eksentrisitas antara titik berat dari dan regangan. Selanjutnya, setelah
sambungan terhadap gaya tarik yang relatif melewati titik limit proposional, hubungan
besar (Gupta, 2005). tersebut menjadi tidak linier seperti yang
Tinjauan berikut ini akan memaparkan diperlihatkan dalam Gambar 2a. Baja akan
bentuk keruntuhan yang mirip seperti geser bersifat tetap elastis (artinya apabila beban
blok, namun diasumsikan keruntuhan yang dihilangkan akan kembali ke panjang
terjadi pada bidang tarik dan bidang geser semula), apabila tegangannya tidak
adalah kelelehan seutuhnya tanpa disertai melewati suatu titik yang nilainya sedikit di
timbulnya fraktur. Analisis kekuatan ultimit atas limit proporsional, atau disebut limit
dan distribusi tegangan pada penampang elastis. Karena limit proporsional dan limit
pelat tarik baja berlubang dilakukan dengan elastis sangat dekat, maka seringkali
menggunakan perangkat lunak analisis dianggap sebagai titik yang sama.
elemen hingga (finite element analysis) Ketika beban bertambah, tercapai
yaitu ADINA 8.3.1. Dalam hal ini, kriteria suatu titik dimana regangan bertambah
keruntuhan ditentukan oleh kondisi batas namun tegangannya konstan. Tegangan
regangan maksimum. Karena masalah demikian disebut tegangan leleh Fy. Pada
mekanisme fraktur dalam finite element Gambar 2b terlihat adanya tegangan leleh
analysis (FEA) tidak ditinjau, maka bentuk awal (initial yielding) yang nilainya sedikit
keruntuhan yang terjadi bukanlah lebih besar dari Fy. Tegangan leleh awal
mencerminkan keruntuhan geser blok hanya dapat tercapai sesaat dan nilainya
sebenarnya, namun akan ditinjau apakah tidak stabil. Regangan saat tegangan leleh
keruntuhan dengan asumsi leleh tanpa awal terjadi dinamakan regangan leleh y.
fraktur akan menjadi lebih menentukan, Pada saat baja terus meregang atau
mengingat penyebaran leleh dapat meleleh, yang lama kelamaan akan dicapai
menurunkan kapasitas beban dari suatu suatu titik dimana kapasitas pikul bebannya
struktur tanpa memutuskan elemen bertambah. Fenomena bertambahnya
tersebut. Tinjauan berikut juga akan kekuatan ini disebut strain hardening. Saat
membahas masalah distribusi tegangan dan mengalami strain hardening, baja akan

H a l a ma n 183
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.8, No. 2 Y. Djoko Setiyarto

mencapai tegangan maksimum yang berperilaku inelastik hingga regangan


selanjutnya terjadi penurunan kapasitas sekitar 2y dan mengalami plastic plateu
pikul beban meskipun regangan terus hingga regangan strain hardening sebesar
bertambah hingga baja putus. Tegangan 15 y . Baja diasumsikan mendekati runtuh
maksimum tersebut dinamakan tegangan ketika regangan mencapai 185 y
(Englekirk, 1994).

Pemodelan Material Pada FEA

Dalam FEA, hubungan tegangan regangan


dari material baja dapat dimodelkan
sebagai kurva linier dan nonlinier, di mana
pemodelan kurva nonlinier diantaranya
tersedia pilihan kurva biliner atau
multilinier. Pada studi numerik berikut ini
akan di pelajari sampai sejauh mana
perbedaan penggunaan ketiga jenis model
material tersebut, yaitu model material
elastik linier, model material elastik-plastik
bilinier, dan model material elastik-plastik

Gambar 2a.
Kurva tegangan regangan
dari 3 jenis baja ASTM (Englekirk, 1994)

Gambar 3
Idealizasi Kurva Tegangan Regangan
(Englekirk, 1994)

multilinier.
Gambar 2b
Diagram Tegangan Regangan material elastik linier diasumsikan
Hasil Uji Tarik Baja A36 (Englekirk, 1994) mempunyai modulus elastistisitas sebesar E
= 200000 MPa dan rasio Poisson sebesar
ultimit Fu atau kuat tarik baja. 0.3. Untuk model material elastik-plastik
Gambar 3 memperlihatkan idealisasi bilinier, nilai modulus elastistisitas dan rasio
kurva tegangan regangan yang digunakan poison diasumsikan sama dengan model
untuk tujuan praktis. Bagian kurva mulai material elastik linier, dan memiliki
dari titik awal hingga limit proporsional tegangan leleh awal sebesar 240 MPa.
dinamakan selang elastis. Setelah melewati Dalam model material elastik-plastik bilinier,
limit proporsional, baja diidealisasikan efek strain hardening tidak ditinjau dan

H a l a m a n 184
Y. Djoko Setiyarto Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.8, No. 2

regangan plastik efektif maksimum dibatasi


(MPa)
sebesar 22% (asumsi regangan putus baja
sebesar 185y). Model material elastik-
plastik bilinier dalam FEA dapat dilihat pada
Gambar 4a. A B
Sedangkan untuk model material
elastik-plastik multilinier, material juga
diasumsikan mempunyai modulus
elastistisitas dan rasio Poisson yang sama E = 200000 MPa
dengan model material elastik linier. Dalam 0
kurva multilinier tersebut, regangan leleh
dan tegangan leleh diasumsikan terjadi (a) Kurva Tegangan Regangan Elastic-Plastic Bilinier
sebesar 0.0012 dan 240 MPa. Kemudian
material diasumsikan mulai mengalami (MPa)
strain hardening saat mencapai regangan
1,5% dan tegangan ultimit sebesar 370 3 4
MPa tercapai saat regangan ultimit
mencapai 1%. Baja diasumsikan putus bila 1 2
mengalami regangan plastik sebesar 22%
(185 y) yang terjadi saat tegangan
mencapai 370 MPa. Model material elastik-
plastik multilinier dapat dilihat pada Gambar E = 200000 MPa
4b. Ketiga jenis model kurva material 0
tersebut akan ditinjau perilaku linier dan
nonlinieritasnya selama analisis elemen
(b) Kurva Tegangan Regangan Elastic-Plastic Multi-
hingga dengan cara menggambarkan linier
hubungan beban dan peralihan yang terjadi.
Selanjutnya akan digunakan salah satu dari Gambar 4 Model Material untuk FEA
ketiga model material tersebut untuk
analisis nonlinier dalam studi numerik ini. lubang pelat dan setengah diameter lubang
menumpu pada baut. Dalam hal ini, analisis
PEMODELAN GEOMETRI PELAT TARIK BAJA kontak antara tepi lubang dengan batang
BERLUBANG baut tidak ditinjau. Beban awal tarik berupa
prescribed pressure diberikan sebesar 1 N/
Model-model geometri pelat tarik baja mm2 disepanjang penampang pelat bawah.
berlubang yang akan dilakukan untuk Untuk mengetahui bagaimana
analisis elemen hingga nonlinier dapat distribusi tegangan pada bidang tarik serta
dilihat pada Gambar 5. Setiap model pengaruhnya terhadap beban ultimit, maka
geometri akan ditentukan besarnya qultimit jarak baris baut (dinyatakan dengan simbol
berdasarkan kondisi batas regangan w) dijadikan variasi sebagai berikut; 30 mm,
maksimum. Model uji tersebut 40 mm, 50 mm, 60 mm dan 70 mm.
menggunakan elemen plane stress 2D, Sehingga pada akhirnya akan diperoleh
berjenis quadrilateral yang memiliki jumlah hasil FEA sebanyak 5 kali pengujian.
titik nodal setiap elemen adalah 9 (Q9).
Derajat kebebasan yang terjadi di setiap KERUNTUHAN BERDASARKAN BATAS
titik nodal adalah sebanyak 2 buah, yaitu REGANGAN MAKSIMUM
translasi arah Z dan arah Y. Pada setiap
lubang pelat, setengah lingkaran pelat tidak Kondisi keruntuhan yang terjadi pada
mengalami peralihan arah Z maupun arah y elemen model adalah berdasarkan
(boundary condition) karena diasumsikan regangan plastik efektif maksimum (ADINA,
diameter baut sama dengan diameter 2005). Untuk kurva tegangan-regangan

H a l a ma n 185
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.8, No. 2 Y. Djoko Setiyarto

bilinier, kehancuran regangan plastik yang memiliki nilai regangan plastik efektif yang
terjadi secara tidak langsung berhubungan mencapai nilai regangan plastik efektif
dengan batas regangan plastik efektif maksimum yang telah ditetapkan tersebut,
maksimum yang ditetapkan saat input maka elemen tersebut tidak akan
regangan plastik efektif maksimum untuk memberikan kontribusi kekakuan terhadap
kurva tegangan-regangan biliner (Gambar model. Sehingga model akan memiliki batas
3). Sedangkan untuk kurva tegangan- kekakuan tertentu saat penambahan beban
regangan multilinier, batas regangan plastik dalam time step berikutnya, dan dalam
suatu time step tertentu model tidak akan
300
dapat menerima tambahan beban lagi
sehubungan dengan terbatasnya kekakuan
w
yang dimiliki atau kejadian konvergensi
dalam iterasinya tidak tercapai.
Pembebanan saat time step terakhir yang
50

t = 10
Dhole = 18 dapat diberikan ketika iterasi masih
menunjukkan konvergensi diasumsikan
50

sebagai beban maksimum atau ultimit.


250

Model material yang digunakan dalam


50

penyelesaian FEA di atas menggunakan


BC pada Garis
setengah Simetri z hubungan tegangan-regangan plastic-
lubang baut Pelat bilinier, sehingga penyelesaian FEA-nya
y
merupakan persoalan nonlinier yang
memerlukan adanya iterasi seperti yang
telah disebutkan di atas. Iterasi dilakukan
qult
untuk setiap tahap pembebanan. Selesai
atau tidaknya suatu iterasi dalam setiap
tahap pembebanan berhubungan dengan
konvergensi yang dapat dicapai oleh
program. Konvergensi tersebut tergantung
pada jenis iterasi yang dipilih dan batas
toleransi yang diberikan. Dalam studi
numerik ini, iterasi yang dipilih untuk
penyelesaian persoalan nonlinier di atas
adalah iterasi Full Newton (Gambar 6) atau
lebih dikenal dengan iterasi Newton-
Raphson. Algoritma persamaan yang
digunakan untuk iterasi tersebut adalah
sebagai berikut (Bathe, 1982) :

t+DtK(i-1)DU(i) = t+DtR t+Dt F(i-1) .(3)


t+Dt U(i) = t+Dt U(i-1) + DU(i) .(4)
Gambar 5
Pemodelan Pelat untuk FEA Keterangan :
(Satuan panjang dalam mm) t+Dt R adalah vektor yang menyimpan beban eksternal

(presribed) pada tahap waktu (beban) t + Dt


t+Dt F(i-1) adalah vektor gaya titik nodal yang ekivalen
efektif maksimum ditentukan berdasarkan terhadap tegangan elemen pada tahap waktu
input data regangan tegangan yang (beban) t + Dt dan dalam tahap iterasi (i-1).
Vektor t+Dt F(i-1) bergantung secara nonlinier
terakhir (Gambar 4).
terhadap peralihan titik nodal yang solusinya
memerlukan iterasi.
DU(i) adalah matriks solusi inkremen yang digunakan
Apabila suatu titik elemen dari model untuk menentukan peralihan iterasi berikut.

H a l a m a n 186
Y. Djoko Setiyarto Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.8, No. 2

t+Dt K(i-1) adalah matriks kekakuan tangen berdasarkan bentuk ternormalisir seperti berikut (Bhatti,
solusi yang dihitung pada akhir iterasi (i -1) saat
2006):
tahap waktu (beban) t + Dt.

Pada persamaan 3 tersebut, matriks DU(i)


dicari untuk menghasilkan matriks t+DtU(i)
dalam persamaan 4. Selanjutnya matriks
t+DtU(i) digunakan untuk mencari vektor t+DtF(i- Ri+1 merupakan nilai residu yang diperoleh
1) yang merupakan fungsi dari peralihan. dari selisih antara beban eksternal RE (= t+Dt
Umumnya, solusi dari persamaan 3 tidak R dalam persamaan Bathe) dengan tahanan
akan memenuhi sistem keseimbangan dari internal. Konstanta bernilai 1 diberikan se-
elemen hingga nonlinier, sehingga selalu bagai denominator untuk mencegah terjad-
ada selisih (residual) antara vektor gaya luar inya pembagi nol ketika RE bernilai nol. It-
t+Dt R dengan vektor tahanan internal t+Dt F(i- erasi akan selesai bila parameter konver-
1), atau dapat didefinisikan t+Dt R t+Dt F(i-1). gensi bernilai lebih kecil atau sama dengan
Jika residual yang dihasilkan sangat kecil toleransi (misal, toleransi = 0.01). Dalam
maka solusi persamaan 3 dapat diterima FEA, penentuan kriteria konvergensi mirip
sebagai solusi yang tepat, atau dengan kata dengan persamaan 6, dan diberikan dalam
lain kriteria konvergensi telah tercapai. beberapa opsi pilihan, yaitu berdasarkan
Namun jika residual besar, proses iterasi (ADINA, 2005): energy only, energy and
diulangi lagi hingga nilai residual yang force, energy and displacemet, force only,
dihasilkan sangat kecil. Setelah dan displacement only. Secara default, pro-
konvergensi tercapai dalam suatu tahap gram menggunakan kriteria konvergensi
pembebanan tertentu yaitu tR, maka iterasi energi yang dinyatakan dalam persamaan:
dilakukan untuk tahap pembebanan
berikutnya yaitu t+Dt R. Besarnya ukuran U ( i )T t t R t t F ( i 1)
ETOL
beban yang diberikan dalam setiap tahap U (1)T t t R t F
pembebanan berikutnya dapat diatur .(7)
seperti Gambar 7. Nilai toleransi energi (ETOL) dalam program
Menurut Bathe (Bathe, 1982), untuk dapat ditentukan sesuai tingkat ketelitian
memberikan indikator saat peralihan dan yang diinginkan user. Secara default, toler-
gaya hasil iterasi tersebut mendekati nilai ansi energi untuk kriteria konvergensi yang
keseimbangannya, kriteria konvergensi ditetapkan program adalah sebesar 0.001,
berdasarkan inkremen energi internal setiap dan jenis batasan toleransi inilah yang
iterasi dipandang lebih bermanfaat digunakan dalam studi numerik ini.
dibandingkan inkremen energi internal saat Secara tidak langsung, hubungan
kondisi awal. Inkremen energi internal tegangan-regangan dari model material
setiap iterasi merupakan jumlah kerja yang nonlinieritas berpengaruh terhadap penen-
dilakukan oleh keseimbangan beban luar tuan matriks kekakuan tangen t+Dt K(i-1) dan
dalam inkremen peralihan. Konvergen gaya internal t+Dt F(i-1) dari persamaan 3 di
diasumsikan tercapai ketika; atas. Untuk elemen 2D, matriks kekakuan
tangen diformulasikan dengan persamaan
|| t+Dt R t+Dt F(i)||2 eE ||t +Dt R tF ||2 (Cook et all, 2002):
.(5)
[ B]T [ Eep ][B]dV
2
n i 1 [kT] = .(8)
( R j )2 Kriteria
Ri 1
Keterangan :
conv
j 1 .....(6) B = matriks strain-displacement
1 RE
2
1 ( REj ) 2 Eep = matriks elastis plastis
j
Dalam setiap iterasi, persamaan (8)
konvergensi biasanya dinyatakan dalam
yang digunakan untuk menentukan matriks

H a l a ma n 187
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.8, No. 2 Y. Djoko Setiyarto

regangan plastik efektif yang nilainya


melebihi inkremen regangan plastik efektif
maksimum yang telah ditetapkan, nilai-nilai
tegangan yang berhubungan dengan
inkremen regangan plastis dari elemen
tersebut akan digunakan dalam
penyusunan matriks Eep. Inkremen regangan
plastik efektif dinyatakan dengan
persamaan (ADINA, 2005):

2 p 2 p 2 p 2 1 p2 p2 p2
ep d x d y d z d xy d yz d zx
3 2
(9)

Setiap proses iterasi meningkat ke proses


iterasi berikutnya, nilai gaya internal t+Dt F(i-1)
dari persamaan 3 di atas juga akan
Gambar 6 bertambah, sehingga akan memberikan
Metode Iterasi yang Dipilih dan Batas selisih residu yang makin kecil.
Toleransi Konvergensi yang Ditetapkan Pertambahan nilai gaya internal t+DtF(i-1)
tersebut diakibatkan adanya pertambahan
kekakuan tangen tersebut hampir mirip nilai tegangan dari yang dihasilkan di setiap
dengan persamaan yang digunakan untuk elemen, yang secara tidak langsung
menentukan matriks kekakuan solusi linier, diakibatkan adanya inkremen peralihan
yaitu seperti penentuan matriks B yang yang telah disebutkan di atas.
berdasarkan fungsi bentuk (shape function) Bertambahnya nilai tegangan-tegangan
dari elemen plane stress 2D yang dalam suatu elemen akan melampaui
digunakan. Sedangkan perbedaannya tegangan leleh yang telah ditetapkan.
terletak pada saat menentukan matriks Eep, Karena jumlah tegangan secara umum
yang susunan matriksnya tergantung pada adalah 6 buah, maka untuk menyatakan
kondisi tegangan yang terjadi, apakah kelelehan suatu elemen model harus
dalam kondisi elastis atau plastis. Karena berdasarkan pengaruh keenam jenis
dalam setiap iterasi persamaan 3 akan tegangan tersebut, yang dinyatakan dengan
selalu dihasilkan pertambahan nilai tegangan efektif seperti persamaan 10,
(increment) peralihan DU(i) yang baru, maka (ADINA, 2005) yaitu:
akan selalu ada inkremen regangan yang
u 1 2 2 2 2 2 2
terjadi (sesuai dengan definisi L
). e x y y z z x 6 xy yz zx
2
Inkremen regangan tersebut bila (10)
dijumlahkan dengan regangan saat proses Sesuai dengan teori von Misses, leleh
iterasi sebelumnya akan mendefinisikan berawal ketika tegangan efektif di suatu titik
nilai regangan dan tegangan yang baru, melebihi batas tegangan leleh uniaksial
yang sekaligus pula akan menentukan tarik (Y), atau dapat dinyatakan dengan
apakah status tegangan elemennya telah pertidaksamaan berikut (Cook, 1999)
mencapai kondisi plastis (melebihi tegangan e
leleh Fy yang ditetapkan) atau belum. 1
Y
Sehingga dalam hal ini matriks Eep dapat Leleh terjadi bila .(11)
disusun berdasarkan kondisi tegangan
tersebut. Selama inkremen regangan yang Jika dalam model ditetapkan Y = 240 MPa,
terjadi saat tahap iterasi (i-1) di suatu maka node-node elemen yang memiliki nilai
elemen tidak memberikan inkremen tegangan efektif yang sama atau melebihi

H a l a m a n 188
Y. Djoko Setiyarto Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.8, No. 2

240 MPa dapat dinyatakan telah


mengalami kelelehan. Sehingga dalam
analisis distribusi tegangan efektif dari hasil
FEA berikut akan meninjau lokasi-lokasi di
sekitar lubang pelat yang telah memiliki nilai
tegangan efektif lebih besar atau sama
dengan 240 MPa.

5. PREDIKSI KEKUATAN ULTIMIT DENGAN


AUTOMATIC TIME-STEPPING
f (t)
B
Prediksi kekuatan ultimit yang dimaksud
adalah beban pressure yang dapat A (0, 0)
diberikan pada tahap pembebanan terakhir B (20, 200)

yang telah mencapai konvergen. Seperti


yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa
setiap tahap pembebanan yang telah A
mencapai konvergen akan berpindah ke 0 t
tahap pembebanan berikutnya, dimana
besarnya ukuran beban tahap pembebanan
berikutnya diatur menggunakan fungsi Gambar 7
waktu seperti Gambar 7. Namun untuk Mendefinisikan Variasi Beban
mendapatkan besarnya ukuran beban yang Berdasarkan Fungsi Waktu
akan digunakan untuk analisis tahap
pembebanan paling akhir (dan mencapai step beban terakhir sedemikian hingga
konvergen) adalah sulit, karena mencapai konvergen. Sebagai contoh,
memerlukan waktu untuk trial and error definisi variasi beban dengan menggunakan
yang sangat lama. Dalam hal ini, software fungsi waktu diinputkan sebagai berikut;
FE memberikan suatu option Automatic saat t = 0 maka f(t) = 0; dan saat t = 20
Time-Stepping (ATS) yang secara otomatis maka f(t) = 200. Artinya besar inkremen
dapat berfungsi mengatur besarnya ukuran setiap step pembebanan adalah q*200/20
beban dalam setiap tahap pembebanan = 10q satuan beban. Jika q adalah besaran
apabila kovergensinya sulit tercapai. beban yang diaplikasikan (misal pressure =
Sehingga trial and error untuk penentuan 1 MPa), maka besar beban step ke 14
besar ukuran beban pada tahap adalah 14*1 MPa*200/20 = 140 MPa. Jika
pembebanan paling akhir dapat pada awal mulanya definisi untuk jumlah
diminimalisasi step pembebanan diisi sembarang (misal
Selama analisis berjalan, option 20 dengan ukuran step = 1, karena tidak
Automatic Time-Stepping (ATS) harus dalam diketahui konvergen tercapai pada step ke
keadaan aktif, dan pendefinisian time step berapa), maka secara otomatis ATS akan
untuk memperoleh beban yang konvergen membagi inkremen step pembebanan
dilakukan secara trial and error terakhir dan memberikan informasi pada
berdasarkan ATS. Selanjutnya, nilai step pembebanan ke berapa konvergen
presribed pressure saat kondisi konvergen akan tercapai, seperti Gambar 9.
tersebut dibagi dengan luas penampang Pada Gambar 9 tersebut, ATS mengin-
pelat, akan menjadi kekuatan ultimit tarik formasikan bahwa saat step 14 (dari 20
dari pelat baja berlubang. Apabila selama step yang didefinisikan) konvergen tidak
analisis sedang berjalan tidak ada tercapai, maka ukuran step dirubah dari
konvergen yang tercapai, maka secara semula 1 menjadi 0.2. Pada akhirnya
otomatis program akan membagi inkremen diperoleh perkiraan konvergen terjadi pada

H a l a ma n 189
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.8, No. 2 Y. Djoko Setiyarto

Gambar 8
Mendefinisikan Jumlah Step Pembebanan Gambar 10
Saat Awal Analisis Merubah definisi jumlah step sesuai ATS

step 14 dengan nilai waktu adalah 13.84.


Maka definisi jumlah step pembebanan
dirubah seperti pada Gambar 10. Setelah
dianalisis ulang, maka akan diperleh solusi
yang konvergen (succesful) seperti pada
Gambar 11. Nilai waktu sebesar 13.84
berarti memberikan prescribed pressure
sebesar 138.4 MPa, dan nilai inilah yang
menjadi nilai kekuatan ultimit dalam
analisis.

ANALISIS ELEMEN HINGGA YANG DILAKU-


Gambar 11
Informasi Konvergensi Telah TercPada Gam-

plastic-multilinier. Model geometri yang


digunakan adalah model pelat dengan w
= 30 mm hingga 70 mm. Tujuannya
adalah untuk mengetahui sejauh mana
perbedaan hasil FEA akibat perbedaan
penggunaan model material tersebut.
b. Running program dengan menggunakan
model material plastic-bilinier yang
menggunakan regangan plastik efektif
Gambar 9 maksimum sebesar 22% dan 100%.
Informasi ATS tentang Pembagian Inkremen Model geometri yang digunakan adalah
Step Pembebanan Terakhir Sebelum Kon- model pelat dengan w = 50 mm.
vergen Tercapai, yaitu Step 14 Tujuannya adalah untuk mengetahui
sejauh mana perbedaan hasil FEA akibat
KAN BESERTA TUJUANNYA perbedaan penggunaan regangan plastik
efektif maksimum tersebut.
Studi numerik berikut ini akan mempelajari c. Running program dengan menggunakan
3 tujuan utama sehubungan dengan ma- model material plastic-bilinier yang
salah kondisi batas regangan maksimum. menggunakan regangan plastik efektif
Sehingga jenis running program yang dilaku- maksimum sebesar 22%. Model
kan sesuai dengan tujuan masing-masing geometri yang digunakan adalah model
sebagai berikut: pelat dengan jarak 2 pusat baris baut (w)
a. Running program dengan menggunakan adalah 30 mm, 40 mm, 50 mm, 60 mm
model material linier, plastic-bilinier dan dan 70 mm. Tujuannya adalah untuk

H a l a m a n 190
Y. Djoko Setiyarto Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.8, No. 2

mengetahui sejauh mana perbedaan


kekuatan ultimit hasil FEA dengan HASIL DAN PEMBAHASAN KONDISI BATAS
metode desain AISC-LRFD. Selain itu REGANGAN MAKSIMUM
juga akan dilakukan analisis distribusi
tegangan hasil FEA. Pada Gambar 13 terlihat hubungan gaya
dan peralihan untuk model material plastik
HASIL DAN PEMBAHASAN UNTUK 3 JENIS bilinier yang regangan plastik efektif
MODEL MATERIAL maksimumnya dibatasi sebesar 22% dan
100%. Terlihat untuk regangan plastik
Hubungan gaya dan peralihan yang efektif maksimum sebesar-besarnya (peff =
merupakan hasil FEA untuk model material 100%) menunjukkan kekuatan ultimit yang
elastik linier, model material elastik-plastik dicapai maksimum sebesar 430.5 kN (beda
bilinier, dan model material elastik-plastik 31.24%) dan untuk regangan plastik efektif
multilinier dapat dilihat pada Gambar 12. yang dibatasi sesuai asumsi baja putus (peff
Terlihat untuk model material linier = 22%) menunjukkan kekuatan ultimit yang
menghasilkan hubungan gaya dan peralihan dicapai maksimum sebesar 414.99 kN
yang linier pula. Pengaruh nonlinieritas (beda 33.7%). Perbedaan sebesar kurang
material terlihat untuk model material dari 35% tersebut apabila dibandingkan
elastik-plastik bilinier, dan model material dengan metode desain AISC-LRFD 2005
elastik-plastik multilinier, di mana kurva yang kekuatan ultimitnya mencapai 626.16
gaya dan peralihan tersebut menunjukkan kN. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
suatu hubungan batas gaya maksimum asumsi baja meregang/meleleh sepanjang
yang dapat dicapai dengan regangan yang apapun asal tidak terjadi fraktur masih
lebih besar dibandingkan dengan regangan dapat menentukan kekuatan ultimit dari
yang bersifat linier. elemen tarik baja.
Pada Gambar 12, antara model elastik-
plastik multilinier dan elastik-plastik bilinier Apabila melihat perbedaan kekuatan

Gambar 12
Kurva Model Material Plastic-Bilinier dan
Plastic-Multilinier Tidak Berbeda Jauh.
Gambar 13
Hubungan Gaya vs Peralihan yang Diambil
Hubungan Gaya dan Peralihan untuk Model
Pada Titik Simetris dimana Beban Bekerja.
Material Plastic-Bilinier dengan Regangan
Maksimum sebesar 100% dan 22%
menghasilkan perbedaan nilai Pmax yang
relatif kecil yaitu sekitar 0.56% hingga 1.6%. ultimit yang dihasilkan dari kedua
Oleh sebab itu, untuk memudahkan analisis pembatasan regangan plastik maksimum
FE selanjutnya, tinjauan penggunaan model tersebut, maka tampak bahwa perbedaan
material yang dipilih adalah plastic - bilinier kekuatan ultimit yang dihasilkan tidak

H a l a ma n 191
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.8, No. 2 Y. Djoko Setiyarto

signifikan, yaitu sebesar 3.6%. Hal ini baut, yang artinya semakin luas bidang tarik
menunjukkan bahwa penggunaan model efektifnya, maka semakin besar kekuatan
regangan maksimum sebesar 100% masih ultimit yang dimiliki. Perbandingan hasil
memberikan hasil kekuatan ultimit yang peralihan dan besarnya gaya yang
cukup dengan kondisi regangan putus baja. diaplikasikan untuk setiap tahap
pembebanan dapat dilihat pada Gambar
Sedangkan Gambar 14 dan 15 berikut, 16. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
memperlihatkan hasil FEA untuk distribusi semakin panjang jarak antar baris baut,
tegangan tarik (arah Z) saat kelelehan maka deformasi atau peralihan yang terjadi
seutuhnya terjadi pada bidang tarik w. semakin kecil
Terlihat distribusi tegangan tarik saat
kondisi elastik dan plastis untuk model Besarnya kekuatan ultimit menurut
material bilinier dengan regangan plastik
maksimum 22% dan 100% menunjukkan
perilaku yang hampir sama. Untuk regangan
plastik maksimum 22%, hasil kondisi elastik
diambil dari step pembebanan ke 3 dan
kondisi plastik diambil dari step
pembebanan ke 14. Untuk regangan plastik
maksimum 100%, kondisi elastik diambil
dari step pembebanan ke 3, dan kondisi
plastik diambil dari step pembebanan ke
15.

Gambar 15
Distribusi Tegangan Untuk
Regangan Maksimum = 100%

Tabel 1
Hasil Prediksi Kekuatan Ultimit Menurut FEA

qultimit Rn
No. w
(N/mm2) (N)
Gambar 14 1 30 124.7 374100
Distribusi Tegangan Tarik Untuk 2 40 132.4 397170
Regangan Maksimum = 22% 3 50 138.3 414990
4 60 143.4 430200
KEKUATAN ULTIMIT TARIK HASIL FEA, AISC- 5 70 147.8 443400
LRFD99 & AISC-LRFD 05

Tabel 1 memperlihatkan hasil kekuatan metode desain AISC-LRFD1999 dan AISC-


ultimit yang dicapai untuk setiap model LRFD2005 dapat dilihat pada Tabel 4 dan
geometri dengan variasi jarak antar baris 6. Karena lebar pelat dalam arah tegak
baut (w) selama analisis elemen hingga lurus beban diasumsikan cukup lebar yaitu
dilakukan. Hasil tersebut menunjukkan 300 mm, maka dalam hal ini keruntuhan
bahwa semakin panjang jarak antar baris tarik akibat leleh pada penampang kotor

H a l a m a n 192
Y. Djoko Setiyarto Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.8, No. 2

(Fy.Ag) sebesar 720 kN dan keruntuhan


tarik akibat fraktur pada penampang efektif
(Fu.Ae) sebesar 879,1 kN bukanlah penentu
keruntuhan tarik pada pelat. Menurut AISC,
keruntuhan pelat lebih mungkin ditentukan
oleh keruntuhan geser blok di sekitar
kelompok lubang baut dan peningkatan
kekuatan ultimit terjadi sesuai dengan
variasi jarak w yang semakin membesar
pula. Pada Tabel 3 dan 5 menunjukan hasil
perhitungan metode desain dengan
memperhitungkan faktor reduksi. Hasil
perbandingan FEA dengan metode desain
AISC dapat dilihat pada Tabel 7. Gambar 16
Karena asumsi mekanisme keruntuhan Hubungan Gaya vs Peralihan untuk Setiap
FEA dan desain AISC-LRFD berbeda, maka Variasi Jarak Baris Baut
perbedaan prediksi kekuatan ultimit hasil
FEA dengan metode desain AISC dari Tabel
7 terlihat bahwa peningkatan kekuatan masih dalam kondisi elastis. Sesuai dengan
ultimit akibat variasi jarak baris baut pengujian-pengujian konsentrasi tegangan
menurut AISC-LRFD2005 dengan faktor pada lubang pelat yang mengalami
reduksi adalah cukup mendekati hasil FEA, tegangan tarik (Boresi, 1993), biasanya
karena memiliki persentasi perbedaan yang tegangan tarik yang berada di dekat tepi
sedikit. lubang baut cenderung lebih besar
dibandingkan yang berada jauh dari tepi
lubang baut. Besar tegangan tarik
DISTRIBUSI TEGANGAN PADA PENAMPANG maksimum di sekitar lubang dalam kondisi
elastis adalah 1.1 1.3 kali tegangan leleh.
Tabel 2 Tegangan tarik ZZ mendekati seragam
Perhitungan Luas Bidang Geser dan Bidang (mendekati tegangan tarik ZZ rata-rata)
ketika tegangan yang terjadi adalah dalam
kondisi plastis, dimana nilai tegangan tarik
w Agt Ant Agv Anv
No. (mm (mm di titik - titik sepanjang bidang tarik yang
(mm) 2) 2) (mm2) (mm2) saat kondisi elastis masih rendah, mulai
1 30 300 120 3000 2280 menunjukkan peningkatan nilai tegangan
2 40 400 220 3000 2280 hingga mendekati nilai tegangan tarik di
3 50 500 320 3000 2280
sekitar lubang pelat. Besar tegangan tarik
60 2280
rata-rata saat kondisi plastis adalah 1.1
4 600 420 3000
1.2 kali tegangan leleh.
5 70 700 520 3000 2280

BIDANG TARIK Pada kondisi plastis, perbedaan antara


tegangan tarik ZZ dengan tegangan tarik ZZ
Apabila ditinjau suatu garis pada bidang rata-rata sepanjang penampang bidang tarik
tarik yang menghubungkan 2 buah tepi dalam Gambar 17 sampai dengan 26
lubang baut yaitu w, maka distribusi adalah berkisar antara 1% hingga 5%. Se-
tegangan untuk setiap model FEA dapat hingga dalam kondisi plastis distribusi
dilihat pada Gambar 17 sampai dengan 26. tegangan tarik z di sepanjang penampang
Gambar tersebut menunjukkan bahwa bidang tarik dapat dikatakan seragam.
distribusi tegangan tarik ZZ (arah Z) yang
terjadi di sepanjang penampang bidang
tarik adalah tidak seragam ketika tegangan

H a l a ma n 193
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.8, No. 2 Y. Djoko Setiyarto

Tabel 4 Tabel 6
Perhitungan Beban Ultimit menurut AISC- Perhitungan Beban Ultimit menurut AISC-
LRFD 1999 Tanpa Faktor Reduksi LRFD 2005 Tanpa Faktor Reduksi

Fraktur
Fraktur Leleh Geser
Leleh Geser Blok Penampang
Penampang Bruto (N) Blok (N)
No. Bruto (N) (N) No. Effektif (N)
Effektif (N) Fy.Ag Rn
Fy*Ag Rn Fu.Ae
0.75*Fu*Ae
1 720000 879120 476400
1 720000 879120 578160 720000 879120
2 513400
2 720000 879120 602160 720000 879120
3 550400
720000 879120 720000 879120
4 587400
3 626160
5 720000 879120 624400
720000 879120
4 650160
5 720000 879120 674160 Tabel 7
Tegangan efektif Von Misses menentu- Perbandingan Kekuatan Ultimit Hasil FEA
dengan Desain AISC-LRFD1999 dan AISC-
LRFD2005 Akibat Pengaruh Variasi Jarak
Tabel 5
Perhitungan Beban Ultimit menurut AISC-
LRFD 2005 Dengan Faktor Reduksi
Persentase Perbedaan (%)
LRFD'99 & FEA LRFD'05 & FEA
Hasil FEA
Fraktur No
(N) Dengan Tanpa Den- Tanp
Leleh Penam- Geser Blok (N) FR FR gan FR a FR
Bruto pang
No (N) Effektif
0.9*Fy (N) Ubs*Fu 1 374100 13.7 35.3 -4.7 21.5
.Rn
*Ag 0.75*Fu *Ant
*Ae 2 397170 12.1 34.0 -3.1 22.6
648000 659340
1 44400 357300 3 414990 11.6 33.7 -0.5 24.6
648000 659340
2 81400 385050 4 430200 11.8 33.8 2.3 26.8
648000 659340
3 118400 412800 5 443400 12.3 34.2 5.3 29.0
648000 659340
4 155400 440550
648000 659340 selalu berada di bawah tegangan tarik ZZ
5 192400 468300 karena adanya pengaruh tegangan tarik YY
pada suku kuadrat kedua yang mengurangi
kan terjadinya kelelehan di suatu node ele- nilai tegangan tarik ZZ, di samping pula
men. Sesuai dengan persamaan 5, tegan- adanya angka di awal persamaan yang
gan efektif ditentukan oleh enam jenis membuat nilai tegangan Von Misses lebih
tegangan. Karena model FEA yang diguna- kecil daripada tegangan tarik ZZ. Dalam
kan dalam kasus ini adalah plane stress kondisi elastis, terlihat adanya konsentrasi
maka besar tegangan efektif dipengaruhi tegangan di sekitar lubang pelat seperti
oleh tegangan tarik ZZ, tegangan geser YZ, halnya tegangan tarik ZZ. Kemudian dalam
dan tegangan tarik YY. kondisi plastis, tegangan Von Misses mulai
Pada Gambar 17 sampai dengan 26 mendekati seragam. Namun untuk variasi w
terlihat bahwa kurva tegangan Von Misses yang semakin membesar (w = 60 dan 70

H a l a m a n 194
Y. Djoko Setiyarto Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.8, No. 2

mm), perbedaan tegangan Von Misses di


sekitar tengah bentang w dengan di sekitar
lubang semakin membesar.
Pada Gambar 27 sampai dengan 31
terlihat distribusi tegangan efektif kondisi

Gambar 20
Distribusi Tegangan Saat Kondisi Elastis
Untuk Penampang Bidang Tarik w = 40 mm

Gambar 17
Distribusi Tegangan Saat Kondisi Plastis
Untuk Penampang Bidang Tarik w = 30 mm

Gambar 21
Distribusi Tegangan Saat Kondisi Plastis
Untuk Penampang Bidang Tarik w = 50 mm

Gambar 18
Distribusi Tegangan Saat Kondisi Elastis
Untuk Penampang Bidang Tarik w = 30 mm

Gambar 22
Distribusi Tegangan Saat Kondisi Elastis
Untuk Penampang Bidang Tarik w = 50 mm

mengalami kelelehan tekan arah Z (warna


Gambar 19
biru) yang relatif besar, serta dipengaruhi
Distribusi Tegangan Saat Kondisi Plastis
oleh tegangan geser yang relatif besar pula.
Untuk Penampang Bidang Tarik w = 40 mm
Sedangkan pengaruh tegangan tarik YY
lebih banyak memberikan kontribusi
plastis (ultimit) untuk pelat dengan berbagai terjadinya kelelehan di sekitar ujung pelat.
variasi w. Saat kondisi plastis, pada Distribusi tegangan efektif pada ge-
penampang bidang geser terlihat ometri pelat dapat dilihat pada Gambar 32

H a l a ma n 195
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.8, No. 2 Y. Djoko Setiyarto

sampai dengan 36. Dari keseluruhan


gambar distribusi tegangan efektif tersebut
terlihat bahwa dalam kondisi ultimit,
kelelehan terjadi di sekitar lubang baut,
yaitu pada penampang bidang tarik dan
penampang bidang geser.

Gambar 26
Distribusi Tegangan Saat Kondisi Elastis
Untuk Penampang Bidang Tarik w = 70 mm

Gambar 23
Distribusi Tegangan Saat Kondisi Plastis
Untuk Penampang Bidang Tarik w = 60 mm

Gambar 27
Distribusi Tegangan Tarik, w = 30 m

Gambar 24
Tegangan Saat Kondisi Elastis Untuk
Penampang Bidang Tarik w = 60 mm

Gambar 25
Distribusi Tegangan Saat Kondisi Plastis Gambar 28
Untuk Penampang Bidang Tarik w = 70 mm Distribusi Tegangan Tarik, w = 40 mm

H a l a m a n 196
Y. Djoko Setiyarto Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.8, No. 2

Gambar 29 Gambar 32
Distribusi Tegangan Tarik, w = 50 m Distribusi Tegangan Efektif, w = 30 mm

Gambar 30 Gambar 33
Distribusi Tegangan Tarik , w = 60 mm Distribusi Tegangan Efektif , w = 40 mm

Gambar 31 Gambar 34
Distribusi Tegangan Tarik, w = 70 mm Distribusi Tegangan Efektif , w = 50 mm

H a l a ma n 197
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.8, No. 2 Y. Djoko Setiyarto

Gambar 38
Distribusi Regangan Plastis Efektif
Akumulasi Untuk Pelat Dengan w = 40 mm

Gambar 35
Distribusi Tegangan Efektif , w = 60 mm

Gambar 39
Distribusi Regangan Plastis Efektif
Akumulasi Untuk Pelat Dengan w = 50 mm

Gambar 40
Distribusi Regangan Plastis Efektif
Gambar 36 Akumulasi Untuk Pelat Dengan w =60 mm
Distribusi Tegangan Efektif , w = 70 mm

Gambar 41
Distribusi Regangan Plastis Efektif
Akumulasi Untuk Pelat Dengan w = 70 mm
Gambar 37
Distribusi Regangan Plastis Efektif Distribusi tegangan efektif tersebut
Akumulasi Untuk Pelat Dengan w = 30 mm menunjukkan bahwa mekanisme
keruntuhan dalam FEA adalah tidak sama
dengan keruntuhan geser blok, karena
terlihat pada penampang bidang geser,

H a l a m a n 198
Y. Djoko Setiyarto Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.8, No. 2

distribusi tegangan efektifnya adalah tidak KESIMPULAN DAN SARAN


seragam.
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dan
Distribusi regangan efektif plastis dikembangkan penelitian lanjutan dari studi
dapat dilihat pada Gambar 37 hingga 41, numerik di atas adalah sebagai berikut:
terlihat bahwa regangan efektif yang relatif 1. Kekuatan ultimit hasil FEA dengan
besar (bernilai > 0.03) terjadi di sepanjang kondisi batas regangan maksimum
bidang tarik untuk w = 30 mm dan w = 40 sebesar 22%, untuk kelima model pelat
mm. Namun untuk w yang bernilai 50 mm dengan panjang jarak antara tepi 2
hingga 70 mm nilai regangan efektif yang lubang baut yang bervariasi memberikan
relatif besar hanya terjadi di tepi lubang hasil kekuatan ultimit yang mendekati
baut. Hal ini diakibatkan karena w yang metode desain AISC-LRFD2005.
bernilai 50 mm ~ 70 mm memiliki Perbedaan yang dihasilkan antara FEA
penampang bidang tarik yang lebih luas dengan AISC-LRFD 2005 untuk kelima
dibandingkan w yang bernilai 30 mm dan model pelat adalah sebesar 21% sampai
40 mm, sehingga gaya tarik yang dengan 29% apabila LRFD 2005
menimbulkan terjadinya regangan efektif dihitung tanpa faktor reduksi, jika
tersebut dapat didistribusikan di sepanjang dengan menggunakan faktor reduksi
penampang bidang tarik dengan lebih luas. perbedaannya menjadi 5% sampai
Regangan efektif plastis dihitung dengan 10%.
berdasarkan pengaruh regangan plastis 2. Pengaruh penggunaan model plastic-
arah z, regangan geser plastis yz dan bilinier dan plastic-multilinier tidak
regangan plastis arah y. Disribusi regangan memberikan perbedaan hasil analisis
plastis arah z, regangan geser plastis yz dan yang cukup signifikan. Berdasarkan
regangan plastis arah y. Distribusi regangan pengujian FEA dengan kondisi regangan
efektif lebih banyak dipengaruhi regangan batas maksimum, untuk 5 model uji
arah z karena menunjukkan pola regangan dengan variasi nilai w (jarak antara 2
yang sama. baris baut) yang berbeda, antara model
Distribusi regangan plastis arah z plastic-bilinier dan plastic-multilinier
memperlihatkan adanya regangan tarik memberikan hasil perbedaan kekuatan
pada penampang bidang tarik dan regangan ultimit sebesar kurang dari 2%.
tekan terjadi pada penampang bidang 3. Pengaruh variasi panjang w adalah
geser. Hasil ini sesuai dengan distribusi semakin panjang nilai w maka kekuatan
tegangan arah z. Hasil ini menunjukkan ultimit semakin meningkat dan
bahwa selama gaya tarik bekerja pada pelat deformasi yang ditimbulkan akan
berlubang maka penampang bidang geser semakin kecil. Hal ini terlihat pada
akan mengalami gaya tekan dan distribusi tegangan efektif di penampang
penampang bidang tarik akan mengalami melintang tegak lurus arah gaya yang
gaya tarik. Sedangkan gambar distribusi semakin bertambah luas penampang
regangan geser memperlihatkan bahwa bidang yang mengalami tarik.
regangan yang signifikan besar (> 0.1) baik 4. Dalam kondisi elastis, nilai tegangan
bernilai tekan maupun tarik yang hanya tarik Z di sekitar lubang pelat
terjadi pada tepi lubang pelat yang dekat menunjukkan nilai yang selalu lebih
dengan lokasi dimana gaya tarik tinggi dibandingkan dengan nilai
diaplikasikan, seperti halnya dengan tegangan tarik di daerah lain, sehingga
regangan efektif. Hal ini diakibatkan karena dapat dikatakan distribusi tegangan
saat gaya tarik diaplikasikan, bagian lubang tariknya selalu tidak seragam akibat
yang dekat dengan gaya tarik yang terlebih adanya konsentrasi tegangan di sekitar
dahulu menerima beban tarik. lubang pelat. Dalam kondisi plastis,
distribusi tegangan tarik Z mendekati
seragam meskipun ada sedikit

H a l a ma n 199
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.8, No. 2 Y. Djoko Setiyarto

perbedaan (<5%) dengan tegangan tarik REFERENSI


Z rata-rata, namun tidak terlalu
signifikan seperti kondisi elastis. ADINA R&D. (2005). Theory and Modeling
5. Mekanisme keruntuhan pelat tarik baja Guide, Volume 1, ADINA R&D, Water-
berlubang hasil FEA dapat ditunjukkan town, USA.
dengan terjadinya kelelehan di sekitar ADINA R&D. (2005). User Interface Primer,
penampang bidang tarik maupun bidang Report ARD 01-6, ADINA R&D, Water-
geser. Mekanisme keruntuhan pelat town, USA.
tarik baja berlubang tersebut berbeda AISC. (1999). Load and Resistance Factor
dengan keruntuhan geser blok AISC. Hal Design Specification for Structural Steel
ini terlihat dalam distribusi tegangan Buildings, American Institue of Steel Con-
efektif yang menunjukkan adanya struction, Chicago, Illinois.
keseragaman distribusi tegangan pada AISC. (2005). Load and Resistance Factor
penampang bidang tarik (kelelehan Design Specification for Structural Steel
seluruh penampang bidang tarik), Buildings, American Institue of Steel Con-
namun tidak demikian pada penampang struction, Chicago, Illinois.
geser. Bathe, Klaus-Jrgen. (1982). Finite Element
6. Tinjauan kekuatan ultimit pelat tarik baja Procedures in Engineering Analysis.
berlubang dengan asumsi kelelehan Prentice-Hall, New-Jersey, USA.
seutuhnya pada bidang tarik dan bidang Bhatti, M. Asghar. (2006). Advanced Topics
geser menunjukkan nilai kekuatan in Finite Element Analysis Structures:
ultimit yang lebih menentukan (lebih with Mathematica and Matlab Computa-
kecil) dibandingkan asumsi keruntuhan tion, John Wiley & Sons, New York.
geser blok AISC-LRFD 2005. Peluang Brockenbrough, R.L and Merritt, F.S. (2006).
apakah mekanisme keruntuhan Structural Steel Designers Handbook.
kelelehan pada bidang tarik dan geser 4th Edition, McGraw-Hill, New York.
seperti yang ditunjukkan dalam FEA Boresi, A.P., Schmidt, R.J., and Sidebottom,
akan lebih menentukan dalam O.M. (1993). Advanced Mechanics of
kenyataan, sebaiknya perlu dilakukan Materials, Fifth Edition, John Wiley &
penelitian lanjutan yang berupa Sons, Canada.
percobaan di laboratorium. Cook, R.D and Young, W.C. (1999). Ad-
7. Hasil distribusi regangan efektif vanced Mechanics of Materials, Second
menunjukkan untuk w yang kecil (40 Edition, Prentice-Hall, New Jersey, USA.
mm) memberikan nilai regangan efektif Cook, R.D., Malkus, D.S., Plesha, M.E., and
yang cukup besar (>0.03) di sepanjang Witt, R.J. (2002). Concept and Applica-
penampang bidang tarik. Sedangkan tions of Finite Elemnt Analysis, Fourth
untuk w yang besar (>40 mm) Edition, John Wiley & Sons, USA.
memberikan nilai regangan efektif yang Englekirk, R. (1994). Steel Structures: Con-
cukup besar hanya di sekitar tepi lubang trolling Behavior Through Design, John
pelat. Hal ini diakibatkan karena w yang Wiley & Sons, Canada.
besar memiliki penampang bidang tarik Gupta, M. and Gupta, L.M. (2004).
yang lebih luas, sehingga gaya tarik yang Evaluation of Stress Distribution in
menimbulkan terjadinya regangan dapat Bolted Steel Angles Under Tension, Elec-
didistribusikan di sepanjang penampang tronic Journal of Structural Engineering,
bidang tarik dengan lebih luas. pp.17-27.
Kara, Emre. (2005). A Numerical Study on
Block Shear Failure of Steel Tension
Members, A Thesis Submitted to The
Graduate School of Natural and Applied
Science of Middle East Technical Univer-
sity

H a l a m a n 200
Y. Djoko Setiyarto Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.8, No. 2

SNI (2000). Tata Cara Perencanaan Struk-


tur Baja untuk Bangunan Gedung - SNI
03-1729-2002.
Salmon, C.G. and Johnson, J.E. (1990). Steel
Structure: Design and Behavior, Third
Edition, Harper Collins Publisher, USA.

H a l a ma n 201
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.8, No. 2

H a l a m a n 202

Você também pode gostar