Você está na página 1de 14

LAPORAN PENDAHULUAN

Gastroenteritis Akut

Disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Clinical Study 2


Departemen Anak Ruang Nusa Indah RST Dr Supraoen

Disusun Oleh :
Arinda Rizky Febyantari
135070200111011
Kelompok 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
GEA (Gastroenteritis Akut)

A. Pengertian
Gastroenteritis akut adalah infeksi pada saluran pencernaan di tandai
dengan buang air besar atau defekasi dengan jumlah tinja yang lebih banyak
dari biasanya (normal 100-200 ml/jam), dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang
meningkat.

Menurut WHO (1980), Gastroenteritis akut adalah ditandai dengan


buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.

Gastroentiritis akut adalah peradangan pada mukosa lambung dan


usus dengan gejala: panas, muntah, diare, dan kram pada perut.

B. Etiologi

1. Penyebab utama :
Bakteri, parasit maupun virus (E. Coli, V. Cholerae Ogawa, Aeromonas
sp)
a. Virus : Adenovirus, Rotavirus, Astovirus, dll.
b. Bakteri : Staphylococcus aureus, Salmonella, Shigella, dll.
c. Parasit : Entamoeba Histolitica, Balantidium Coli, dll.
2. Penyebab lain ; toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang
berlangsung lama, kemoterapi, impaksi fekal (overflow diarrhea) atau
berbagai kondisi lain.

a. Pengurangan atau penghambatan ion-ion.


b. Perangsangan dan sekresi aktif ion-ion pada usus (Secretory
diarrhea)
c. Terdapatnya zat yang sukar diabsorbsi atau cairan dengan tekanan
osmotik yang tinggi pada usus(obat pencahar/ laksansia)
d. Perubahan pergerakan dinding usus.

C. Manifestasi Klinik
1. Penderita merasakan sekit perut, Rasa kembung, Mual, muntah, diare,
Kadang-kadang demam/peningkatan suhu tubuh dan nyeri abdomen.
2. Diare yang berlangsung lama (berhari-hari atau berminggu-minggu) baik
secara menetap atau berulang panderita akan mengalami penurunan
berat badan.
3. BAB ada darah/mucus (5x/> sehari) mungkin oleh Shigella.
4. BAB bau dan bercampur darah Compylobacter.
5. BAB kadang-kadang bercampur darah dan mucus E. Coli.
Kehilangan cairan:
1. Elastisitas kulit menurun
2. Mukosa mulut kering
3. Hipotensi, dll.
Pemeriksaan
Auskultasi : Peningkatan peristaltik usus
Palpasi : Teraba lunak pada abdominal, nyeri abdomen.

D. Faktor Resiko
Tidak diberikannya asi ekslusif (6 bulan)
Gizi buruk
Campak
Diare dan disentri akan tambah berat pad aanak yang menderita
campak
Umur, sering pada anak usia 2 tahun dan paling tinggi pada usia
6-11 bulan
Musim
Letak geografi, diare karena bakteri lebih sering pada musim
panas, sedangkan diare karena virus lebih sering pada musim
hujan
Epidemiologi/wabah/kejadianluarbiasa (KLB).

E. Patofisologi
(Terlampir)
F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan tinja
2. Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap,analisis gas darah dan
elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai
kejang)
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal.
4. Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara
kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.
5. Kolonoskopi, pemeriksaan ini di anjurkan pada pasien yang menderita
peradangan kolon.

G. Penatalaksanaan Medis

Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan.

1. Jenis cairan
Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan RL,
bila tak tersedia dapat diberikan NaCl isotonik ditambah satu ampul Na
bikarbonat 7,5 % 50 ml.

2. Jumlah cairan

Diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan.

Kehilangan cairan tubuh dapat dihitung dengan beberapa cara :

Metoda Pierce :
Derajat Dehidrasi Kebutuhan cairan ( X kg BB)
Ringan 5%
Sedang 8%
Berat 10 %

3. Jalan masuk atau cara pemberian cairan

Dapat dipilih oral atau IV.

4. Jadwal pemberian cairan

Rehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan diberikan pada 2 jam


pertama. Selanjutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk
memperhitungkan kebutuhan cairan. Rehidrasi diharapkan terpenuhi
lengkap pada akhir jam ke-3.

5. Terapi simtomatik
1) Antibiotik diberikan secara klinis :

a) Tetrasiklin untuk cholera


b) Kloramphenikol untuk Shigella
c) Neomycin untuk Campylobacter
2) Anti diare
3) Absorben

Obat yang digunakan : anti diare, antidotum, antipiretik, antibiotik, oralit,


dll.

Obat diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas


pertimbangan yang rasional.

1) Sifat antimotilitas dan sekresi usus.

2) Sifat antiemetik.

6. Vitamin meneral, tergantung kebutuhannya.

1) Vitamin B12, asam folat, vit. K, vit. A.

2) Preparat besi , zinc, dll.

7. Terapi definitive

Pemberian edukatif sebagai langkah pencegahan.Hiegene perseorangan,


sanitasi lingkungan, dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti, selain
terapi farmakologi.
8. Pengaturan diet
Bila terjadi konstipasi berikan makan dengan makanan tinggi serat. Di
anjurkan untuk menghindari susu.

H. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita GEA :
1. Dehidrasi
2. Hipokalemi.
3. Hipokalsemi
4. Cardiac disrythmias
5. Hiponatremi.
6. Syok hipovolemik
7. Asidosis.

I. Pencegahan

1. Hindari makanan yang dapat menyebabkan iritasi lambung.


2. Upayakan lingkungan dan makanan yang di makan selalu dalam keadaan
yang bersih.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Dasar data pengkajian klien :
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala :Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah. Insomnia,
tidak tidursemalaman karena diare.Merasa gelisah dan
ansietas. Pembatasan aktivitas/kerja s/d efek proses
penyakit.
2. Sirkulasi
Tanda :Takhikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses
imflamasi dan nyeri). Kemerahan, area ekimosis
(kekurangan vitamin K).Hipotensi termasuk postural.
Kulit/membran mukosa : turgor buruk, kering, lidah pecah-
pecah (dehidrasi/malnutrisi).
3. Integritas Ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi kesal, mis. Perasaan tidak
berdaya/tidak ada harapan.Faktor stress akut/kronis
mis.Hubungan dengan keluarga/pekerjaan, pengobatan
yang mahal.Faktor budaya peningkatan prevalensi.
Tanda :Menolak, perhatian menyempit, depresi.
4. Eliminasi
Gejala :Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau
atau berair. Episode diare berdarah tidak dapat
diperkirakan, hilang timbul, sering tidak dapat dikontrol,
perasaan dorongan/kram (tenesmus).Defakasi
berdarah/pus/mukosa dengan atau tanpa keluar
feces.Peradarahan perektal.
Tanda :Menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik atau
adanya peristaltik yang dapat dilihat. Haemoroid, oliguria.

5. Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, mual/muntah. Penurunan BB. Tidak toleran
terhadap diet/sensitive mis. Buah segar/sayur, produk
susu, makanan berlemak.
Tanda :Penurunan lemak subkutan/massa otot. Kelemahan, tonus
otot dan turgor kulit buruk.Membran mukosa pucat, luka,
inflamasi rongga mulut.
6. Higiene
Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri.
Stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin.Bau badan.
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :Nyeri/nyeri tekan pada kuadran kanan bawah (mungkin
hilang dengan defakasi). Titik nyeri berpindah, nyeri tekan,
nyeri mata, foofobia.
Tanda :Nyeri tekan abdomen/distensi.
8. Keamanan
Gejala :Anemia hemolitik, vaskulitis, arthritis, peningkatan suhu
(eksaserbasi akut), penglihatan kabur. Alergi terhadap
makanan/produk susu.
Tanda :Lesi kulit mungkin ada, ankilosa spondilitis, uveitis,
konjungtivitis/iritis.
9. Interaksi Sosial
Gejala :Masalah hubungan/peran s/d kondisi, ketidakmampuan
aktif dalam sosial.
10. Penyuluhan Pembelajaran
Gejala :Riwayat keluarga berpenyakit Diare.

B. Diagnosa Keperawatan, Rencana/ intervensi keperawatan.


1. Nyeri b/d Hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit/jaringan, ekskoriasi
fisura perirektal ditandai dengan :
a. Laporan nyeri abdomen kolik/kram/nyeri menyebar.
b. Perilaku distraksi, gelisah.
c. Ekspresi wajah meringis
d. Perhatian pada diri sendiri.
Tujuan :
a. Klien akan melaporkan nyeri hialng/terkontrol.
b. klien akan menampakkan perilaku rileks dan mampu tidur/istirahat
dengan tepat.
Intervensi :
a. Dorong klien/keluarga untuk melaporkan nyeri yang dialami oleh klien.
R/ : Mencoba untuk mentoleransi nyeri dari pada meminta analgesik.
b. Observasi laporan kram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya,
intensitas (skala 0 10), selidiki dan laporkan perubahan karakteristik
nyeri.
R/ : Nyeri sebelum defakasi sering terjadi dengan tiba-tiba dimana
dapat berat dan terus menerus. Perubahan pada karakterisik nyeri
dapat menunjukkan penyebaran penyakit/terjadinya komplikasi.
c. Amati adanya petunjuk nonverbal , selidiki perbedaan petunjuk verbal
dan nonverbal.
R/ : Bahasa tubuh/petunjuk nonverbal dapat secara psikologis dan
fisiologis dapat digunakan pada hubungan petunjuk verbal untuk
untuk mengidentifikasi luas/beratnya masalah.
d. Kaji ulang faktor-faktor yang menyebabkan
meningkatnya/menghilangnya nyeri.
R/ : Dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau faktor pemberat
atau mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
e. Berikan tindakan nyaman seperti pijatan punggung, ubah posisi dan
aktifitas senggang.
R/ :Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan
meningkatkan kemampuan koping.
f. Observasi/catat adanya distensi abdomen dan TTV.
R/ : Dapat menunjukkan terjadinya obstruksi usus karena inflamasi,
edema dan jaringan parut.
g. Kolaborasi dengan timgizi/ahli diet dalam melakukan modifikasi diet
denganmemberikan cairan dan meningkatkan makanan padat sesuai
toleransi.
R/ : Istirahat usus penuh dapat menurunkan nyeri/kram.
h. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian :
Analgesik
R/ : Nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan
untuk memudahkan istirahat secara adekuat dan prose
penyembuhan.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ganguan absorbsi nutrien,


status hipermetabolik, secara medik masukan dibatasi ditandai
dengan :
a. Penurunan BB, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot
buruk.
b. Bunyi usus hiperaktif.
c. Konjungtiva dan membran mukosa pucat.
d. Menolak untuk makan.
Tujuan :
Klien akan menunjukkan/menampakkan BB stabil atau peningkatan BB
sesuai sasaran dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Intervensi :
a. Timbang BB setiap hari atau sesuai indikasi.
R/ : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan
terapi.
b. Dorong tirah baring dan/atau pembatasan aktifitas selama fase sakit
akut.
R/ : Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah
penurunan kalori dan simpanan energi.
c. Anjurkan istirahat sebelum makan.
R/ : Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk
makan.
d. Berikan kebersihan mulut terutama sebelum makan.
R/ : Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
e. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
R/ : Lingkungan yang nyaman menurunkan stress dan lebih
kondusif untuk makan.
f. Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen, flatus.
R/ : Mencegah serangan akut/eksaserbasi gejala.
g. Dorong klien untuk menyatakan perasaan masalah mulai
makanan/diet.
R/ : Keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh takut
makan akan menyebabkan eksaserbasi gejala.
h. Kolaborasi dengan tim gizi/ahli diet sesuai indikasi, mis : cairan jernih
berubah menjadi makanan yang dihancurkan, rendah sisa, protein
tinggi, tinggi kalori dan rendah serat.
R/ : Memungkinkan saluran usus untuk mematikan kembali proses
pencernaan. Protein perlu untuk penyembuhan integritas
jaringan.Rendah serat menurunkan respon peristaltik terhadap
makanan.
i. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian :
Preparat Besi.
R/ : Mencegah/mengobati anemi.
Vitamin B12
R/ : Penggantian mengatasi depresi sumsum tulang karena proses
inflamasi lama, Meningkatkan produksi SDM/memperbaiki anemia.
Asam folat.
R/ : Kehilangan folat umum terjadi akibat penurunan
masukan/absopsi.
j. Nutrisi parenteral total, terapi IV sesuai indikasi.
R/ : Program ini mengistirahatkan GI sementara memberikan nutrisi
penting.
3. Defisit volume cairan b/d Kehilangan banyak melalui rute normal
(diare berat, muntah), status hipermetabolik dan pemasukan
terbatas.
Tujuan :
Klien akan menampakkan volume cairan adekuat/ mempertahankan
cairan adekuat dibuktikan oleh membran mukosa lembab, turgor kulit baik
dan pengisian kapiler baik, TTV stabil, keseimbangan masukan dan
haluaran dengan urine normal dalam konsentrasi/jumlah.
Intervensi :
a. Awasi masukan dan haluaran urine, karakter dan jumlah feces,
perkirakan IWL dan hitung SWL.
R/ : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal
dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk
penggantian cairan.
b. Observasi TTV.
R/ : Hipotensi (termasuk postural), takikardi, demam dapat
menunjukkan respon terhadap dan/atau efek kehilangan cairan.
c. Observasi adanya kulit kering berlebihan dan membran mukosa,
penurunan turgor kulit, prngisisan kapiler lambat.
R/ : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi.
d. Ukur BB tiap hari.
R/ : Indikator cairan dan status nutrisi.
e. Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring dan hindari kerja.
R/ : Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan
kehilangan cairan usus.
f. Catat kelemahan otot umum dan disritmia jantung
R/ : Kehilangan cairan berlebihan dapat menyebabkan ketidak
seimbangan elektrolit. Gangguan minor pada kadar serum dapat
mengakibatkan adanya dan/atau gejala ancaman hidup.
g. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian :
Cairan parenteral, transfusi darah sesuai indikasi.
R/ : Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggatntian
cairan untuk memperbaiki kehilangan/anemia.
Anti diare.
R/ : Menurunkan kehilangan cairan dari usus.
Antiemetik
R/ : Digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada eksaserbasi
akut.
h. Antipiretik
R/ : Mengontrol demam. Menurunkan IWL.
i. Elektrolit tambahan
R/ : Mengganti kehilangan cairan melalui oral dan diare.

4. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan


pengeluaran feces secara terus menerus.
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit selama dalam perawatan.

Intervensi :
a. Kaji keadaan kulit pasien terutama pada bagian bokong dan
sekitarnya yang mudah lecet akibat feces yang bersifat asam.
b. Bersihkan sekitar lokasi bokong secara adekuat.
c. Anjurkan pada pasien untuk mengganti sering ganti posisi pada saat
istirahat terlentang.
d. Beri dukungan terhadap tindakan yang bersifat positif.
e. Jaga daerah sekitar bokong agar tetap kering dan tidak lembab.
f. Observasi keadaan kulit sekitar bokong.

DAFTAR PUSTAKA
Marilynn E. Doenges, DKK. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif, dkk.2009. Kapita Selekta Kedokteran, Ed. 3. Jakarta: Media


Aesculapius

Suzanne C. Smeltzer.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddarth. Edisi 8. Vol. 2.Jakarta:EGC

Sylvia A. Price. 2006. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi


6. Volume 1. Jakarta: EGC

Você também pode gostar