Você está na página 1de 9

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/284715566

Analisis Kandungan BTEX pada Emisi Gas Buang


Sepeda Motor

Conference Paper September 2015

CITATIONS READS

0 98

4 authors, including:

Adyati Yudison Iman K Reksowardojo


Bandung Institute of Technology Bandung Institute of Technology
3 PUBLICATIONS 1 CITATION 20 PUBLICATIONS 53 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Adyati Yudison on 01 September 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are added to the original document
and are linked to publications on ResearchGate, letting you access and read them immediately.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Lingkungan XII Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, 3 September 2015
ISBN 978-602-73103-0-8

Analisis Kandungan BTEX pada Emisi Gas Buang Sepeda Motor


Adyati P. Yudison1, Driejana2, Aminudin Sulaeman3, Iman K. Reksowardojo4
1 Program Doktor Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia
adyati@gmail.com
2 Kelompok Keahlian Pengelolaan Udara dan Limbah - FTSL, Institut Teknologi Bandung, Bandung Indonesia
3 Kelompok Keahlian Kimia Analitik FMIPA, Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia
4 Kelompok Keahlian Konversi Energi FTMD, Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia

Abstrak:
Aktivitas transportasi dilakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia. Semakin
tinggi tingkat ekonomi suatu daerah, maka kebutuhan transportasinya pun semakin
tinggi. Meningkatnya jumlah kendaraan tersebut berdampak pada meningkatnya
pencemaran udara, terutama di wilayah perkotaan. Salah satu kelompok pencemar yang
berasal dari aktivitas transportasi dan perlu mendapat perhatian khusus adalah BTEX.
Benzene telah terbukti sebagai senyawa karsinogenik sedangkan senyawa toluene,
ethylbenzene, dan xylene merupakan iritan yang menyerang syaraf pusat dan darah.
Selain itu TEX merupakan senyawa reaktif yang merupakan prekursor utama dalam
pembentukan asbut fotokimia. BTEX diemisikan ke udara melalui dua cara yaitu
penguapan dan dari gas buang kendaraan bermotor. Makalah ini melaporkan studi awal
untuk mengetahui komposisi BTEX pada gas buang sepeda motor, yang merupakan
kendaraan yang banyak digunakan di Indonesia. Pengujian gas buang dilakukan dengan
driving cycle ECE15 menggunakan dua jenis bahan bakar yang berbeda yaitu Premium
dan Pertamax. Pengambilan percontoh BTEX pada gas buang dilakukan dengan
menggunakan gas sampling bag dan dianalisis menggunakan GC-MS dengan metoda
liquid extraction. Pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar Premium di
dapatkan nilai benzene sebesar 47,06 mg/m3, toluene sebesar 48,34 mg/m3, ethylbenzene
sebesar 6,89 mg/m3 dan xylene sebesar 22,54 mg/m3. Sedangkan pada pengujian dengan
menggunakan bahan bakar Pertamax di dapatkan nilai benzene sebesar 32,70 mg/m3,
toluene sebesar 25,96 mg/m3, ethylbenzene sebesar 0,58 mg/m3 dan xylene sebesar 2.79
mg/m3. Hasil tersebut mengindikasikan didapatinya senyawa penyusun bahan bakar pada
gas buang kendaraan dan menunjukkan adanya potensi pencemaran BTEX yang bersifat
toksik di udara ambien, terutama di sekitar jalan raya..

kata kunci: bahan bakar, BTEX, emisi, kendaraan bermotor, transportasi

1. Pendahuluan
Aktivitas transportasi terjadi akibat kebutuhan mobilisasi dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari masyarakat. Semakin tinggi tingkat ekonomi suatu daerah maka kebutuhan
transportasinyapun akan semakin tinggi. Pertumbuhan jumlah kendaraan di wilayah Indonesia
cukup pesat. Dalam lima tahun data terakhir yang dihimpun oleh BPS yaitu tahun 2009 sampai
tahun 2013, rerata pertambahan jumlah kendaraan penumpang roda empat sebesar 9% setiap
tahunnya dan kendaraan roda dua sebesar 12% setiap tahunnya. Jumlah kendaraan penumpang
di Indonesia dirasa cukup besar dimana pada tahun 2009 jumlah kendaraan penumpang roda
empat sekitar 8 juta unit sedangkan kendaraan roda dua sekitar 53 juta. Jumlah tersebut
meningkat setiap tahunnya, pertambahan tersebut dapat dilihat dari data statistik tahun 2013,
dimana jumlah kendaraan penumpang roda empat adalah sekitar 11,5 juta dan kendaraan roda
dua sekitar 85 juta (BPS, 2015).
Semakin tinggi jumlah kendaraan bermotor yang beroperasi disuatu daerah, maka akan semakin
tinggi pula potensi pencemaran udara di daerah tersebut. Hal ini disebabkan oleh gas buang
kendaraan bermotor yang diemisikan ke udara ambien. Gas buang tersebut merupakan hasil

457
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Lingkungan XII Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, 3 September 2015
ISBN 978-602-73103-0-8
samping dari pembakaran bahan bakar di ruang mesin kendaraan bermotor, yaitu pada proses
pengubahan bahan bakar menjadi energi yang dapat menggerakkan kendaraan tersebut. Pada
gas buang tersebut seringkali ditemui senyawa senyawa yang sama dengan senyawa penyusun
bahan bakar. Hal ini diakibatkan terjadinya pembakaran yang tidak sempurna. Salah satu
kelompok senyawa yang dihasilkan akibat pembakaran yang tidak sempurna adalah benzene,
toluene, ethylbenzene, dan xylene (atau biasa disingkat BTEX) (Wang, dkk., 2013)
Benzene (C6H6), Toluene (C7H8), Ethylbenzene (C8H9), dan Xylene (C8H10) adalah senyawa
aromatic hidrokarbon. Lebih dari 60% Non Metan VOC di wilayah perkotaan adalah BTEX
yaitu berasal dari gas buang kendaraan bermotor (S. C. Lee, dkk., 2002). BTEX oleh US EPA,
digolongkan sebagai Hazardous Air Pollutants (HAPs) karena bersifat toksik dapat
menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan lingkungan. Benzene diklasifikasikan dalam
group I oleh International Agency for Research on Cancer (IARC) karena telah terbukti bersifat
karsinogenik. Benzene menyebabkan meningkatnya insidensi leukimia. (Society, 2013).
Toluene, ethylbenzene dan xylene bersifat iritan pada selaput lendir (USEPA, 2013a, 2013b,
2013c)
Akibat dampak negatifnya tersebut, banyak penelitian mengenai BTEX telah dilakukan di
berbagai negara. Penelitian yang telah dilakukan tersebut diantaranya: tentang metode
pengukuran (Fustinoni, dkk., 1999; Huang, dkk., 2010; Nicolle, dkk., 2008), konsentrasi gas
buang kendaraan bermotor (Chiang, dkk., 2007; Ho, dkk., 2009; Y. Liu, dkk., 2008; Tzirakis,
dkk., 2006; Wang et al., 2013), tentang konsentrasi di udara ambien (Buczynska, dkk., 2009;
Lan & Binh, 2012; J. Liu, dkk., 2009; Miller, dkk., 2012) dan tentang prediksi sumber melalui
pemodelan (Scheff, dkk., 1989; Vlachokostas, dkk., 2012). Dari penelitian- penelitian tersebut
didapatkan bahwa nilai konsentrasi BTEX baik pada sumber emisi maupun di udara ambien
bergantung pada berbagai hal seperti: sumber, komposisi bahan bakar, dan faktor lingkungan
seperti temperatur, intensitas penyinaran matahari, arah dan kecepatan angin, kelembaban, dan
lain sebagainya. Oleh karena itu karakteristik pencemaran BTEX mungkin akan berbeda-beda di
setiap daerah atau Negara.
Sumber utama pencemaran BTEX di wilayah perkotaan adalah dari sektor transportasi (Hoque,
dkk., 2008). Pada pengukuran konsentrasi gas buang sepeda motor dengan dricing cycle ECE
sebanyak 3 putaran didapat nilai benzene sebesar 125,7 mg/m3; toluene sebesar 577,8 mg/m3;
ethylbenzene sebesar 128,4 mg/m3; dan xylene sebesar 414.3 mg/m3 untuk m-p xylene serta
198,5 mg/m3 untuk o-xylene (Tsai, dkk., 2000). Selain penelitian tesebut, terdapat pula
penelitian yang mengukur BTEX pada gas buang kendaraan roda 4 yang diuji menggunakan
ECE, dimana dari keseluruhan VOC (sebanyak 57 spesies) terukur benzene sebesar 9,12%,
toluene sebesar 11,10%, ethylbenzene 1,62%, dan total xylene sebesar 4,93 % (Wang et al.,
2013).
Kandungan BTEX pada emisi gas buang kendaraan tersebut umumnya berasal dari komponen
bahan bakar yang tidak terbakar dengan sempurna. Selain BTEX merupakan komponen alamiah
pada bahan bakar, BTEX juga terkandung pada zat tambahan bahan bakar. Zat tersebut
ditambahkan untuk mendapatkan nilai oktan yang diinginkan. Semakin tinggi nilai oktan maka
bahan bakar akan semakin mudah dikompresi dan proses pembakaran akan semakin sempurna
(Al-Farayedhi, 2002). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kandungan BTEX pada
jenis bahan bakar yang berbeda sebagaimana terlihat pada Tabel 1.

458
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Lingkungan XII Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, 3 September 2015
ISBN 978-602-73103-0-8

Tabel 1. Kandungan BTEX dalam bahan bakar dengan nilai oktan yang berbeda

Bensin Bensin Bensin


Senyawa
(RON 87) (RON 89) (RON 92)
Benzene 3,15 % 2,51 % 2,67 %
Toluene 10,59 % 12,59 % 13,13 %
Ethylbenzene 2,10 % 2,13 % 2,53 %
m + pxylene 7,97 % 8,61 % 9,18 %
o-xylene 2,90 % 3,25 % 3,23 %
Sumber: (Kaplan, dkk., 1997)

Untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut terkait BTEX maka diperlukan data dasar yang
dapat menggambarkan tingkat konsentrasi dan karakteristik komposisi BTEX yang dilepas ke
udara. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi awal mengenai konsentrasi
BTEX yang dikeluarkan bersama gas buang kendaraan bermotor. Jenis kendaraan bermotor
yang dipilih adalah sepeda motor , karena merupakan kendaraan yang paling banyak digunakan
oleh masyarakat di Indonesia. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran konsentrasi BTEX pada
gas buang sepeda motor dengan menggunakan dua jenis bahan bakar yang berbeda yaitu
Premium dan Pertamax pada driving cycle ECE15 untuk menggambarkan gas buang kendaraan
pada saat beroperasi di wilayah perkotaan.

2. Metodologi
Pengukuran konsentrasi BTEX pada gas buang kendaraan dilakukan pada sepeda motor Honda
Karisma 125cc dengan menggunakan mesin berkarburator. Pemilihan sepeda motor bermesin
karburator dikarenakan sepeda motor jenis tersebut banyak beroperasi di Indonesia.
Driving cycle yang dipilih adalah ECE15 untuk menggambarkan konsentrasi BTEX dari gas
buang kendaraan pada saat beroperasi di wilayah perkotaan dimana kendaraan beroperasi dalam
kecepatan rendah dan sering berhenti (Gambar 1). Pada ECE15 terdapat kondisi idle, 15
km/jam, 32 km/jam, 35 km/jam dan yang tertinggi adalah 50km/jam. ECE15 dilakukan dengan
menggunakan bantuan chassis dynamometer. Eksperimen dilakukan dua kali yaitu dengan
menggunakan bahan bakar Premium dan Pertamax.

Gambar 1. ECE15 (Sumber: https://www.dieselnet.com/standards/cycles/ece_eudc.php)

459
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Lingkungan XII Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, 3 September 2015
ISBN 978-602-73103-0-8
Sampel emisi dikumpulkan menggunakan gas sampling bag (J. H. Lee, dkk., 2002). Volume
yang sampling bag yang digunakan untuk menampung sampel gas buang sebesar 10L. Sebelum
dan setelah digunakan gas sampling bag tersebut dibersihkan dari pengotor dengan
menggunakan ultra pure nitrogen, yaitu dengan pembilasan sebanyak 3 kali.
Sebelum dianalisis, perlu dilakukan pemekatan pada sampel gas buang. yaitu dengan
menggunakan metoda adsorbsi dengan media charcoal shell carbon (CSC) tube (SKC 226-01)
sesuai NIOSH method 1501. Adsorbsi dilakukan dengan laju alir sebesar 150 ml/menit selama
20 menit. Sampel yang telah teradsorbsi kemudian dapat langsung dianalisa atau dapat disimpan
pada suhu 4C dengan waktu maksimal 1 minggu.
Sampel yang telah melalui proses adsorbs kemudian dilakukan ekstraksi dengan menggunakan
pelarut metilen klorida sebanyak 2 ml untuk masing-masing sampel. Setelah diberi pelarut
kemudian dilakukan sonifikasi selama 40 menit. Setelah proses sonifikasi tersebut selanjutnya
dianalisis menggunakan GC-MS. GC-MS tersebut dioperasikan dengan menggunakan gas
helium sebagai gas pembawa dengan kolom Agilent 19091S-433HP-5MS, 5% Phenyl
Methyl Silox.

3. Hasil dan Pembahasan


Hasil pengukuran didapat bahwa pada gas buang sepeda motor saat menggunakan bahan bakar
premium mengandung benzene sebesar 46,06 mg/m3, toluene sebesar 48,34 mg/m3,
ethylbenzene sebesar 6,89 mg/m3 serta xylene sebesar 22,54 mg/m3. Hasil tersebut lebih tinggi
apabila dibandingkan dengan konsentrasi BTEX pada gas buang sepeda motor saat
menggunakan bahan bakar Pertamax. Dimana pada saat menggunakan Pertamax konsentrasi
benzene sebesar 32,70 mg/m3, toluene sebesar 25,96 mg/m3, ethylbenzene sebesar 0,58 mg/m3
dan xylene sebesar 2,79 mg/m3.

Gambar 2. Hasil pengkuran BTEX dari gas buang sepeda motor

Pada penelitian ini, didapat nilai BTEX pada saat menggunakan bahan bakar Premium (RON
88) yang lebih tinggi daripada nilai BTEX pada saat menggunakan bahan bakar Pertamax (RON

460
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Lingkungan XII Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, 3 September 2015
ISBN 978-602-73103-0-8
92). Hal diakibatkan perbedaan nilai RON. Perbedaan nilai RON akan berpengaruh pada proses
pembakaran, dimana semakin tinggi nilai RON, maka bahan bakar akan semakin mudah
dikompresi sehingga lebih mudah terjadi proses pembakaran. Semakin tinggi nilai RON akan
semakin sempurna proses pembakaran sehingga nilai BTEX akan semakin kecil.
Sejalan dengan hasil penelitian Binjuwair (2015) yang menemukan bahwa nilai karbon
monoksida (CO) pada mesin yang menggunakan bahan bakar dengan nilai RON 91 lebih tinggi
apabila dibandingkan dengan mesin berbahan bakar RON 95. Didapat nilai CO sebesar 1,84
gram/kWh pada saat menggunakan bahan bakar RON 91, sedangkan pada saat menggunakan
bahan bakar RON 95 nilai CO sebesar 1,69 gram/kWH. Nilai konsentrasi CO, sama seperti
BTEX, dapat digunakan sebagai parameter terjadinya pembakaran sempurna. Semakin tinggi
nilai CO artinya semakin tidak sempurna suatu pembakaran. Hal tersebut disebabkan bahan
bakar RON 95 lebih cepat terbakar apabila dibandingkan dengan bahan bakar RON 91 karena
semakin tinggi nilai oktan semakin mudah dikompesi sehingga meningkatkan efisiensi energy
(Binjuwair, dkk., 2015).
Apabila dilihat dari perbandingan antar spesiesnya, maka pada saat menggunakan Premium
didapat perbandingan B:T:E:X sebesar 7:7:1:3 sedangkan pada saat menggunakan Pertamax
didapat perbandingan sebesar 57:45:1:5. Perbandingan tersebut berbeda pula dengan hasil
penelitian Tsai (2000) dimana pada penelitian tersebut didapat perbandingan B:T:E:X sebesar
1:5:1:5. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya perbedaan komposisi senyawa BTEX pada
bahan bakar. Untuk mengetahui lebih lanjut hubungan emisi dengan bahan bakar maka perlu
dilakukan pengukuran konsentrasi BTEX yang terkandung dalam bahan bakar. Pengukuran
tersebut diperlukan karena konsentrasi BTEX pada bahan bakar akan berbeda-beda untuk setiap
jenisnya tergantung bahan tambahan yang dicampurkan.
Hasil penelitian ini mengidikasikan adanya komponen bahan bakar pada gas buang sepeda
motor. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih detil mengenai proses pembentukan emisi
BTEX tersebut, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan konsentrasi
emisi BTEX pada gas buang dengan parameter lainnya, misalnya saja dengan komposisi BTEX
pada bahan bakar. Penelitian tersebut perlu dilakukan secara spesifik untuk Indonesia karena
kondisinya yang spesifik dan berbeda dari negara lain yang telah melakukan penelitian sejenis.
Perbedaan tersebut terutama meliputi jenis bahan bakar yang digunakan serta jenis dan kondisi
mesin kendaraan yang beroperasi di Indonesia.
4. Kesimpulan
Pada penelitian ini dideteksinya senyawa BTEX pada emisi gas buang sepeda motor pada saat
menggunakan bahan bakar Premium dan Pertamax. Konsentrasi senyawa BTEX pada gas buang
sepeda motor saat menggunakan bahan bakar Premium lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan saat menggunakan bahan bakar Pertamax. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya
perbedaan nilai RON, semakin tinggi nilai RON semakin kecil konsentrasi emisi BTEX karena
proses pembakaran yang semakin baik
Perbandingan antarspesies BTEX pada emisi gas buang sepeda motor saat menggunakan bahan
bakar Premium berbeda dengan pada saat menggunakan bahan bakar Pertamax. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh perbedaan komposisi BTEX pada bahan bakar Premium dan
Pertamax.Diperlukan pengukuran komposisi BTEX pada bahan bakar untuk mendapatkan
gambaran hubungan antara komposisi bahan bakar terhadap komposisi emisi gas buang sepeda
motor. Penelitian spesifik mengenai BTEX di Indonesia diperlukan, karena terdapat kondisi
khusus yang berbeda dengan negara lain seperti: komposisi bahan bakar dan jenis serta kondisi
mesin kendaraan bermotor.
5. Penghargaan

461
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Lingkungan XII Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, 3 September 2015
ISBN 978-602-73103-0-8
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Huyn Dinh Nghia, Radianto Susilo dan Peres Manalu
atas bantuannya dalam proses pengambilan data konsentrasi emisi dari sepeda motor.
6. Pustaka
Al-Farayedhi, A. A. (2002). Effects of octane number on exhaust emissions of a spark ignition
engine. International Journal of Energy Research, 26(4), 279-289. doi: 10.1002/er.783
Binjuwair, S., Mohamad, T. I., Almaleki, A., Alkudsi, A., & Alshunaifi, I. (2015). The effects
of research octane number and fuel systems on the performance and emissions of a
spark ignition engine: A study on Saudi Arabian RON91 and RON95 with port
injection and direct injection systems. Fuel, 158, 351-360. doi:
10.1016/j.fuel.2015.05.041
BPS. (2015). Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis tahun 1987-2013.
Retrieved 23 Juli 2015, 2015, from http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1413
Buczynska, A. J., Krata, A., Stranger, M., Locateli Godoi, A. F., Kontozova-Deutsch, V.,
Bencs, L., Naveau, I., Roekens, E., & Van Grieken, R. (2009). Atmospheric BTEX-
concentrations in an area with intensive street traffic. Atmospheric Environment, 43(2),
311-318. doi: 10.1016/j.atmosenv.2008.09.071
Chiang, H. L., Hwu, C. S., Chen, S. Y., Wu, M. C., Ma, S. Y., & Huang, Y. S. (2007). Emission
factors and characteristics of criteria pollutants and volatile organic compounds (VOCs)
in a freeway tunnel study. Sci Total Environ, 381(1-3), 200-211. doi:
10.1016/j.scitotenv.2007.03.039
Fustinoni, S., Giampiccolo, R., Pulvirenti, S., Buratti, M., & Colombi, A. (1999). Headspace
solid-phase microextraction for the determination of benzene, toluene, ethylbenzene and
xylenes in urine. J Chromatogr B Biomed Sci Appl, 723(1-2), 105-115.
Ho, K. F., Lee, S. C., Ho, W. K., Blake, D. R., Cheng, Y., Li, Y. S., Ho., S. S. H., Fung, K.,
Louie, P. K. K., & Park, D. (2009). Vehicular Emission of Volatile Organic Compounds
(VOCs) from a Tunnel Study in Hong Kong. Atmospheric Chemistry and Physic, 9,
7491 - 7504.
Hoque, R. R., Khillare, P. S., Agarwal, T., Shridhar, V., & Balachandran, S. (2008). Spatial and
temporal variation of BTEX in the urban atmosphere of Delhi, India. Sci Total Environ,
392(1), 30-40. doi: 10.1016/j.scitotenv.2007.08.036
Huang, G., Gao, L., Ducan, J., Harper, J. D., Sanders, N. L., Ouyang, Z., & Cooks, R. G.
(2010). Direct Detection of Benzene, Toluene, and Ethylbenzene at Trace Levels in
Ambient Air by Atmospheric Pressure Chemical Ionization Using a Handheld Mass
Spectrometer. American Society for Mass Spectrometry, 21, 132 - 135. doi:
10.1016/j.jasms.2009.09.018

462
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Lingkungan XII Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, 3 September 2015
ISBN 978-602-73103-0-8
Kaplan, I. R., Galperil, Y., Lu, S. T., & Lee, R. P. (1997). Forensic Environmental
Geochemistry: Differentiation of Fuel -Types, Their Sources and Release Time. Org.
Geochem, 27(5/6), 289-317.
Lan, T. T. N., & Binh, N. T. T. (2012). Daily roadside BTEX concentrations in East Asia
measured by the Lanwatsu, Radiello and Ultra I SKS passive samplers. Science of The
Total Environment, 441, 248-257. doi: 10.1016/j.scitotenv.2012.08.086
Lee, J. H., Hwang, S. M., Lee, D. W., & Heo, G. S. (2002). Determination of Volatile Organic
Compounds (VOCs) Using Tedlar Bag/Solid-phase microextraction/Gas
Chromatography/Mass Spectrometry (SPME/GC/MS) in Ambient and Workplace Air.
Bull. Korean Chem. Soc, 23(3), 488 - 496.
Lee, S. C., Chiu, M. Y., Ho, K. F., Zou, S. C., & Wang, X. (2002). Volatile organic compounds
(VOCs) in urban atmosphere of Hong Kong. Chemosphere, 48, 375 - 382.
Liu, J., Mu, Y., Zhang, Y., Zhang, Z., Wang, X., Liu, Y., & Sun, Z. (2009). Atmospheric levels
of BTEX compounds during the 2008 Olympic Games in the urban area of Beijing. Sci
Total Environ, 408(1), 109-116. doi: 10.1016/j.scitotenv.2009.09.026
Liu, Y., Shao, M., Fu, L., Lu, S., Zeng, L., & Tang, D. (2008). Source profiles of volatile
organic compounds (VOCs) measured in China: Part I. Atmospheric Environment,
42(25), 6247-6260. doi: 10.1016/j.atmosenv.2008.01.070
Miller, L., Xu, X., Grgicak-Mannion, A., Brook, J., & Wheeler, A. (2012). Multi-season, multi-
year concentrations and correlations amongst the BTEX group of VOCs in an urbanized
industrial city. Atmospheric Environment, 61, 305-315. doi:
10.1016/j.atmosenv.2012.07.041
Nicolle, J., Desauziers, V., & Mocho, P. (2008). Solid phase microextraction sampling for a
rapid and simple on-site evaluation of volatile organic compounds emitted from
building materials. J Chromatogr A, 1208(1-2), 10-15. doi:
10.1016/j.chroma.2008.08.061
Scheff, P. A., Wadden, R. A., Bates, B. A., & Aronian, P. F. (1989). Source Fingerprints for
Receptor Modeling of Volatile Organics. Japca, 39(4), 469-478. doi:
10.1080/08940630.1989.10466546
Society, A. C. (2013). Benzene. 2013, from www.cancer.org
Tsai, J.-H., Hsu, Y.-C., Weng, H.-C., Lin, W.-Y., & Jeng, F.-T. (2000). Air pollutant emission
factors from new and in-use motorcycles. Atmospheric Environment, 34, 4747 - 4754.
Tzirakis, E., Pitsas, K., Zannikos, F., & Stournas, S. (2006). Vehicle Emission and Driving
Cycles: Comparison of The Athens Driving Cycle (ADC) with ECE-15 and European
Driving cycle (EDC). Global NEST journal, 8(3), 282 - 290.
USEPA. (2013a). Ethylbenzene (CASRN 100-41-4). Integrated Risk Information System. from
http://www.epa.gov/iris/subst/0051.htm

463
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Lingkungan XII Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, 3 September 2015
ISBN 978-602-73103-0-8
USEPA. (2013b). Toluene (CASRN 108-88-3). Integrated Risk Information System. from
http://www.epa.gov/iris/subst/0118.htm
USEPA. (2013c). Xylenes (CASRN 1330-20-7). Integrated Risk Information System. from
http://www.epa.gov/iris/subst/0270.htm
Vlachokostas, C., Chourdakis, E., Michalidou, A. V., Moussiopoulos, N., Kelessis, A., &
Petrakakis, M. (2012). Establishing relationships between chemical health stressors in
urban traffic environments: Prediction of toluene concentration levels in European
cities. Atmospheric Environment, 55, 299-310. doi: 10.1016/j.atmosenv.2012.03.012
Wang, J., Jin, L., Gao, J., Shi, J., Zhao, Y., Jin, T., Bai, Z., & Wu, C.-y. (2013). Investigation of
speciated VOC in gasoline vehicular exhaust under ECE and EUDC test cycles. Science
of The Total Environment, 445 - 446, 110 - 116. doi: 10.1016/j.scitotenv.2012.12.044

464

View publication stats

Você também pode gostar