Você está na página 1de 330
S15.98 Pal a PEUBAH KOMPLEKS UNTUK limuwan oan Insinyur John D. Paliouras Professor of Mathematics Rochester Institute of Technology Alih Bahasa : Drs. Wibisono Gunawan Universitas Petra, Surabaya 1987 PENERBIT ERLANGGA Jl. Kramat IV No. 11 Jakarta 10420 (Anggota IKAPI) p___ 886/98 AN AA RvR be Judul Asli: COMPLEX VARIABLES FOR SCIENTISTS AND ENGINEERS Hak Cipta dalam Bahasa Inggris © 1975 pada John D. Pallouras Hak Terjemahan dalam Bahasa Indonesia pada Penerbit Erlangga Alih Bahasa: Drs. Wibisono Gunawan Universitas Petra, Surabaya Dilarang keras mengutip, menjiplak, atau memphotocopy baik sebagian atau seluruhnya dari isi buku ini, serta memperjualbelikannya tanpa ‘mendapat izin tertulis dari Penerbit Erlangga © HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG PRAKATA Pelajaran Pengantar Peubah Kompleks mengajarkan kepada para mahasiswa jurusan Sains dan Teknik yang selalu berhadapan dengan pekerjaan sulit mempertemukan tujuan-tujuan dasar. (1). Pelajaran tersebut harus menciptakan atas pondasi yang benar mengenai penger- tian konsep-konsep dasar dan pengembangan ketrampilan mencari akal, dan (2). Pelajaran tersebut harus sedemikian hingga mahasiswa siap untuk menangani terapan-terapan yang relatif lanjut pada mata kuliah-kuliah lebih lanjut yang menggunakan peubah kompleks. Buku ini ditulis dengan pemikiran pada kedua tujuan di atas. Sasaran utamanya adalah me- nylengsakan perkembangan yang pesat, di atas minimal dan masih merupakan jalan yang baik, ke terapan-terapan \variabel kompleks yang sangat didambakan, atau ke pelajaran ke- dua pada teori fungsi analitik, Susunan judul-judulnya memberikan pilihan yang bermacam- ragam tergantung pada tujuan kuliah tersebut. Judul standar yang perlu, dengan tak meng- indahkan sasaran pelajaran khusus, berada dalam jalur utama pengembangan tersebut, di samping batas lingkup judul itu ada tetapi tak ditekankan, Permukaan pengembangan itu sangat mendasar, dan tema utamanya adalah kalkulus fungsi kompleks, Prasyarat satu-satunya untuk mempelajari buku ini ialah mata kuliah standar pada kalkulus elementer. Aspek topologi pada kuliah ini dikembangkan hanya pada perluasan yang perlu untuk memberikan kepada pembaca suatu pengertian intuitif pada materi ini, Tetapi, materi yang terdapat dalam soal-soal, dalam lampiran-lampiran, dan dalam bagian II buku ini, bila diinginkan akan melengkapi kesempatan yang luas untuk memipelajari secara mendalam bagian terbesar konsep ini. Teorema-teorema dibicarakan tak langsung dan bilamana mungkin digambarkan dengan contoh-contoh, tetapi buktinya diberikan di dalam lampiran pada akhir setiap bab. Banyak contah menggambarkan konsep baru segera setelah contoh itu diperkenalkan sebaik teorema-teorema yang telah dipinjam untuk menyelesaikan soal itu. Kebanyakan contoh itu dibicarakan secara berinci, walau- pun kadang-kadang dimasukkan beberapa langkah yang kurang mendasar yang maksudnya mengajak mahasiswa yang ingin tahu dan mencoba mencari pembenaran, jadi membuat dirinya mampu melihat kembali pengertian-pengertian yang sangat mendasar. Latihan- latihan yang sama diikuti dalam pembuktian teorema-teorema. Soal-soal biasanya dibagi dalam tiga kategori berurutan untuk menyesuaikan soal-soal yang daerahnya dari yang ber- tipe sederhana hingga yang lebih rumit. Referensi yang konstan dibuat untuk membuat konsep yang sedang dibicarakan berasal dari konsep kalkulus dasar yang sesuai. Jadi maha- siswa tetap diingatkan pada kesamaan-kesamaan antara analisis nyata dan kompleks. Pada saat yang sama, ditunjukkan hal-hal di mana suatu kesamaan menghilang. Tinjauan awal pada buku ini digunakan, dalam bentuk catatan-catatan, dalam suatu pelajaran yang diberikan kepada para mahasiswa Sains dan Teknik di Institut Teknologi Rochester. Beruntunglah selama periode I saya telah menerima kritik yang membangun dari banyak kawan sejawat dan para mahasiswa, sebagai hasilnya banyak perbaikan telah dilakukan. Saya berterima kasih kepada mereka semua. Khususnya saya berhutang budi kepada Profesor-Profesor A. Erskine, L. Fuller, C. Haines dan T. Upson, yang membaca dan mengkoreksi bagian-bagian yang berbeda pada bentuk akhir naskah ini. Penghargaan saya yang tinggi saya sampaikan kepada isteri saya atas ketenangan hatinya dan kesabarannya yang tak berhingga. Rochester, N.Y JDP. Isl BAGIAN | PENDAHULUAN Bab 1 Bilangan Kompleks 3 PASAL 1 Bilangan Kompleksdan Aljabarnya 3 PASAL 2 Geometri Bilangan Kompleks 8 SOAL-SOAL ULANGAN-Bab 1 20 LAMPIRAN 1 A. Tinjauan Formal terhadap Bilangan Kompleks 22 B. Proyeksi Stereografik 25 Bab 2 Fungsi Analitik 28 PASAL 3 Pendahuluan 28 PASAL, 4 Definisi dan Geometri elementer pada FungsiKompleks 32 PASAL 5 Limit. Kontinuitas 36 PASAL 6 Pendiferensialan 43 PASAL 7 Persamaan Cauchy-Reimann 50 PASAL 8 Fungsi Analitik 54 SOAL-SOAL ULANGAN-Bab 2 59 LAMPIRAN 2. Bukti Teorema-teorema 60 Bab 3° Transformasi Elementer 65 PASAL 9 Pemetaan 65 PASAL 10 Fungsi Kompleks Elementer. Definisi dan Sifat-sifat dasar 67 Fungsi Linear 68 Fungsi Pangkat 68 Fungsi Kebalikan 69 Fungsi Bilinear 70 Fungsi Eksponensial 70 Fungsi Logaritmik 73 Fungsi trigonometrik dan Hiperbolik ae PASAL 11 Transformasi linear 82 PASAL 12 Transformasi pangkat 87 PASAL 13 Transformasi kebalikan 90 PASAL. 14 Transformasi bilinear 95 PASAL 15 Transformasi Eksponensial dan Logoritmik 99 PASAL 16 Transformasi w = sinz dan w= cosz 104 SOAL-SOAL ULANGAN-Bab. 3 107 LAMPIRAN 3 BAGIAN II A. Fungsi Bernilai banyak 108 Fungsi Akar 109 Fungsi Logaritma 112 B. Keserupaan 116 Pemetaan Serupa 116 Mengenai Inversi Fungsi Analitik 119 Penerapan Elementer 121 C. Permukaan Riemann 126 Permukaan akar pangkat tiga 126 Permukaan Logaritma 127 DASAR-DASAR TEORI FUNGSI KOMPLEKS Bab 4 PASAL az PASAL 18 PasaL 19 LAMPIRAN 4 Bab 5 PASAL 20 PASAL = 21 PASAL =. 22 LAMPIRAN 5 Bab 6 PASAL =. 23 PASAL = 24. PASAL = -25 PASAL +7 26 Integrasi Kompleks 131 Lintasan Sifat Keterhubungan 131 Integral Garis 137 Penghitungan Integral Garis 141 Integral Kompleks 146 SOALSOALULANGAN-Bab4 154 BuktiTeorema 155 Teori Integrasi Cauchy 159 Integral Fungsi Analitik. Teorema Cauchy 159 Bogan singkat untuk Bukti Teorema Cauchy 160 Teorema Anulus dan Perluasannya 166 Rumus Integral Cauchy. Teorema Morera. 71 SOAL-SOAL ULANGAN-BabS 175 A. Bukti Teorema-teorema 176 B. Bukti Teorema Integral Cauchy 184 Pendahuluan 185 Bukti sebenarnya 193 Deret Pangkat Kompleks 201 Barisan dan Deret Bilangan Kompleks 201 Ulangan singkat Deret Bilangan Nyata 208 Deret Pangkat 211 Deret Pangkat sebagai Fungsi Analitik 216 Fungsi Analitik sebagai Deret Pangkat_ 223 Operasi dengan Deret 227 SOAL-SOAL ULANGAN-Bab 6 233 LAMPIRAN 6 A. Bukti Teorema 235 B. Lebih jauh tentang Barisan dan Deret 238 Superior Limit dan Inferior Limit 238 Teorema Cauchy—Hadamard 240 Bab 7 Deret Laurent. Residu 244 PASAL 27 Deret Laurent 244 PASAL 28 _Singularitas dan Kenolan Fungsi Analitik 251 PasSAL 29‘ TeoriResidu 257 SOAL-SOAL ULANGAN ~ Bab7 263 LAMPIRAN 7 BuktiTeorema 265 BAGIAN III JUDULJUDUL UNTUK PELAJARAN LEBIH JAUH Bab_ 8 — Penerapan 271 PASAL 30 Perhitungan Integral Nyata. 271 Integral Fungsi Rasional cos t dan sin t 271 Beberapa Jenis Integral tak wajar 274 PASAL 31 Integrasi Sekeliling Titik Cabang 282 PASAL 32 Tingkah laku Fungsi di Tak berhingga 284 PASAL 33 __Beberapa Transformasi Khusus 287 Fungsiw = z+ lz 287 Transformasi w =z +e 290 Peta Schwarz—Christoffel 291 SOAL-SOAL ULANGAN Bab 8 294 Bab 9 Beberapa Hasil Teoritis 296 PASAL 34 Asas Modulus Maximum 296 PaSAL 35. Teorema Liouville TeoremaPokokAljabar 298 PASAL 36 Tingkah laku Fungsi di Singularitas Terasing 301 7a 37 Ketunggalan Penguraian Taylor dan Laurent 304 sno Soal-soal 307 Petunjuk 322 INDEKS 327 yuu ars ea nfl mare ane! pak 1) eee? THEE aie kart rant ae. rah gape ee it aa Weak OLA Me Meta MARA 8 4d Te: Pas fe mae % Tate 1 i AO wis Sem aah 7 at hag CARE atc Maer, um Cahae: ae agit wane! 1, er REE gee r sie emir Pe obtille de a Sree i Si sees Aah Ae pean ani nace keg". 0 BAGIANI Pendahuluan BAB I Bilangan Kompleks Pasal 1. Definisi bilangan kompleks. Bilangan kompleks khusus. Kesamaan (equality) jumlah, selisih, perkalian dan pembggian bilangan kompleks, Kesekawanan, Hukum-hukum utama aljabar. Pasal 2. Bidang kompleks; sumbu-sumbu nyata dan khayal. Modulus dan argumen Z. Jarak antara dua bilangan kompleks. Nilai utama argumen, Sifat-sifat modulus. Bentuk kompleks kurva dua-dimensi. Bentuk kutub bilangan kompleks. Kesamgan dalam bentuk kutub. Akar-akar bilangan kompleks; akar- akar satuan, Pandangan ilmu ukur terhadap operasi rasional pada bilangan kompleks. Pasal 1 Bilangan Kompleks dan aljabarnya Di sini dianggap bahwa para pembaca telah memahami sistem bilangan nyata (real numbers) dan sifat-sifat pokok aljabarnya, Tugas kita di dalam buku ini ialah memperluas sistem bilangan, yang telah diberi nama yang kurang menyenangkan yaitu “bilangan kom- pleks” atau "khayal”. Laporan sejarah penemuan berbagai bilangan dan perkembangannya yang pesat di dunia matematika-adalah di luar lingkup buku ini. Kita hanya mencatat bahwa kebutuhan akan bilangan khayal timbul dari kebutuhan untuk mendapatkan akar- kuadrat bilangan negatif. Sistem bilangan kompleks dapat diperkenalkan secara formal dengan menggunakan konsep “pasangan terurut” (ordered pair) bilangan nyata. (a,b). Himpunan semua pasangan itu dengan operasi-operasi tertentu yang sesuai padanya dapat didefinisikan sebagai sistem bilangan kompleks. Pembaca yang berminat pada pendekatan ini harap melihat Lampiran 1(A). Di sini, dengan segala maf kepada para formalis, kita akan mendefinisikan bilangan kompleks dengan cara yang lebih konvensional, walaupun agak sedikit kurang sempurna. Himpunan bilangan kompleks didefinisikan sebagai keseluruhan semua besaran yang berbentuk a+ib atau a+ bi, yang dalam hal inia dan b adalah bilangan nyata dan i? 1. Bagi pembaca yang ingin tahu letak ketidaksempurnaan pendekatan ini, kami perlu menunjukkan bahwa dalam definisi itu tidak dikatakan apa-apa tentang arti perkalian dalam suku-suku “i” atau “op Jika z = @ + ib merupakan suatu bilangan kompleks, maka a dinamakan bagian nyata (real part) z dan b dinamakan bagian khayal (imaginary part) z; kadang-kadang masing- masing diberi simbol. Rz) dan (2), Perlu dinyatakan bahwa R(z) dan [(z) adalah bilangan nyata, Bila R(z) = 0 dan I(z) # 0, maka z dinamakan khayal murni (pure imaginary), misalnya bilangan z = 3i. Khususnya, bila R(z) = 0 dan [(z) = 1,maka kita tuliskan z = i; dan bilangan ini kita namakan satuan khayal (imaginary unit). Bila (z) = 0, maka z menjadi bilangan nyata R(z); dalam pe- ngertian ini, orang dapat memandang suatu bilangan nyata x sebagai bilangan kompleks dengan bentuk z = x + Oi. Poubsh kompleks untuk iimuwan dan insinyur Untuk selanjutnya, dalam pasal ini, Se HVE, oy ee ay menyatakan tiga bilangan kompleks sembarang. Kesamaan bilangan kompleks didefinisikan sangat sederhana. Yaitu: 2, = 2, jika dan hanya jika x; = x, dan y, = y. Jumlah dua bilangan kompleks didefinisikan sebagai 2 + 22 = (X, + X2) + i + V2) dan perkalian dua bilangan kompleks didefinisikan sebagai 2422 = (1X2 V2) + UXiv2 + x2)" Bilangan nol (elemen netral dalam penjumlahan) pada sistem bilangan kompleks ialah bi- langan: 0+ 01, yang dapat ditulis secara sederhana menjadi 0, dan bilangan satuan (elemen netral dalam perkalian) ialah bilangan 1 + 0i, yang dapat ditulis secara sederhana menjadi 1, Sangat mudah ditunjukkan bahwa untuk suatu bilangan kompleks z = x + iy, z+(0+0i)= 2 dan a1 + 0) =z. Sekali lagi, jika z merupakan suatu bilangan kompleks, maka ada satu dan hanya satu bi- langan kompleks yang akan dilambangkan dengan —z, sedemikian sehingga: zt+(-2)= —z dinamakan negatif z (lawn penjumlahan) dan jelaskan bahwa: jikaz = x + yi, maka =x yi. Untuk suatu bilangan kompleks bukan nol z = x+iy terdapat satu dan hanya satu bilang- an kompleks z~' atau 1/z sedemikian sehingga: Ea —si 27! dinamakan kebalikan z (lawan perkalian) dan perhitungan langsung menghasilkan: x + y? *Pangkat bulat tak negatif suatu bilangan kompleks (non negative integral powers) didefinisikan se perti halnya pada bilangan nyata, Jadi, a Seca snd eee dan bila z #0, maka 2' Bab 1} Bilangan kompleks 5 Guna memudahkan manipulasi aljabar yang lebih lanjut, sekarang kita mendefinisikan selisih dua bilangan kompleks dengan 2) — 22 = 2, + (—22), yang hasilnya (1 — x2) + 1 = Yadie Kita juga mendefinisikan hasil bagi (quotient) dua bilangan kompleks dengan: 2423', untuk 2, # 0, yang hasilnya By _ Xita F Pa Tageseae 2 x2 +92 Selain operasi yang didefinisikan di atas, kita mempunyai suatu operasi “baru” yang disebut kesekawanan (conjugation), yang didefinisikan pada bilangan kompleks sebagai berikut: jikaz = x-+ iy, maka sekawan z, yang dituliskan Z, didefinisikan dengan: Berbeda dengan empat “operasi biner” yang didefinisikan di atas, kesekawanan (con- jugation) merupakan “operasi sendirian” (unary operation); artinya dikenakan pada satu bilangan kompleks dan berakibat menegatifkan bagian khayalnya. Sifat-sifat Aljabar Bilangan Kompleks Operasi-operasi yang didefinisikan di atas memenuhi hukum-hukum berikut: 1, Hukum komutatif: 2+22 2422 = 292, 2. Hukum asosiatif. +24 3. Hukum distributif (penyebaran): 6. 22 = (R(z)}? + [I2). Beberapa sifat di atas akan dibuktikan pada contoh-contoh berikut; yang lain di- tinggalkan untuk latihan anda. 6 Peubah kampleks untuk jimuwan dan insinyur CATATAN: Pembaca mungkin sudah memperhatikan bahwa hasil kali dua bilangan kom- pleks diperoleh dari suatu perkalian biasa dua binomial dengan menerapkan rumus reduksi a Port. Di pihak Jain, orang mendapatkan hasil bagi 21/2. dengan menggandakan lebih dulu pembilang dan penyebut dengan 2, , dan kemudian menyederhanakan hasilnya. Jadi: 2 dan khususnya, untuk kebalikan 2 kita dapatkan 1 CONTOH 1, Jika z = 5—Si dan w = —3 + 4i, carilah z + w, z — w. zw, 2/w, 2 dan Ww. Dengan menggunakan definisi-efinisi operasi aljabar, kita mendapatkan: 2+w=(5—5i)+(-3 +4i =(5—3)4(-5+ 4 =2- z—w5(5— Si) —(-3 +41) = (5+ 3) +(-5— 4 = 8 — 91, zw = (5 — 5i(—3 + 4i) = (—15 + 20) + (15 + 20) = 5 + 35i, (5. = 5i—3,— 40), Cities cel CONTOH 2. Buktikan hukum komutatif untuk penjumlahan: z, + 2) = 2, + 2. Kita akan membuktikan hukum ini dengan menerapkan hukum padanannya untuk bilangan nyata, yang menyatakan bahwa untuk setiap dua bilangan @ dan b, a+ b=b +a. Jadi kita dapatkan: 21 + 22 = (x, + iy,) + (x2 + iy) = (x, +2) +i, + yz) definisi jumlah = (%2 + x1) + i(y2 + yy) sifat komutatif bilangan nyata = (x2 + iya) + (x1 + iy;) — definisijumlah Seek ae CONTOH 3. Buktikan bahwa kesekawanan menyebar terhadap perkalian: Pada satu pihak, kita dapatkan Pez > 1] Bilangen kompleks 7 2422 = (xiX2 — Ya) + (V2 + Xady)i —_definisi perkalian = (X1X2 — ViV2) — %1Y2 + X2Vi)i — definisi sekawan = (%1X2 — Viva) + (— X12 — X2y,)i definisi negatif. Pada pihak lain, 2,22 = (x1 + vii + Yai) = (1 — vidX2 — Yai) definisi sekawan = (XyX2 — YiY2) + (—Xi2 — X2y)i_ definisi perkalian, Nampak jelas, bahwa kedua ruas sama dan lengkaplah buktinya. CONTOH 4. Buktikan sifat 6, yaitu bahwa 22 = [R(z)]? + [J(2)]?. Misalkan z = x + iy; maka z = x — iy. Oleh karena itu: (x + iy\x — iy) +y = [R@)? + Hep. Sifat ini semata-mata menyatakan bahwa untuk setiap bilangan kompleks z, hasil kali 22 selalu merupakan bilangan nyata tak negatif, karena merupakan jumlah kuadrat dua bilangan nyata Hendaknya menjadi jelas bagi pembaca bahwa kebanyakan sifat aljabar yang telah kita kenal untuk bilangan nyata berlaku pula untuk bilangan kompleks. Namun demikian, ada suatu sifat Khusus bilangan nyata, yaitu sifat urutan, yang tidak dapat dipakai pada bilangan kompleks. Maksudnya bahwa bila diketahui dua bilangan kompleks z dan w, maka tidak ada arti yang dapat diberikan pada pernyataan: z 0. Perluasan untuk nilai negatif dapat dilakukan langsung dengan menggunakan Persamaan (4) dengan z; = 1 danz, = 2". Dengan rumus (5) sebagai alat kita, sekarang kita dalam posisi menghitung akar ke-n suatu bilangan kompleks c. Tentu saja ini sama artinya dengan menyelesaikan persamaan “—c=0 untuk semua akarnya. Jadi, jika diberikan c = pcis6, kita mencari bilangan z= rcist sedemikian hingga z” = c, Dengan mengamati (5), persamaan terakhir menjadi: cis nt = p cis 8. Maka, P =p, dan nt=6+2kn, k= bilangan bulat, atau dan = to + 2kn), © k = bilangan bulat, Karena r adalah bilangan nyata taknegatif, maka r = p'/" merupakan akar pangkat n tak- negatif dan nyata dari p. Di pihak lain, bila untuk & diambil n bilangan bulat berurutan (misalnya: k = 0,1,2,...... n — 1), kita mendapatkan n nilai berbeda untuk ¢, yang digabungkan dengan p'/" menghasilkan n akar pangkat n dari c: R= pcs, k=0,1,...,0—1. © Babi) Bilangan kompleks 7 Dapat diperlihatkan bahwa rumus (6) benar-benar menghasilkan n akar yang berbeda bagi ¢ dan bahwa nilai k seterusnya akan menghasilkan akar-akar yang berulang seperti yang telah didapat. Lihat Soal 2.27. CONTOH 10. Carilah ketiga akar pangkat tiga dari i. Sebenarnya kita sedang menyelesaikan persamaan z? = i. Jadi, dengan menyata- kan z dan i dalam bentuk kutub pada persamaan di atas, kita dapatkan: a3 P cis 3¢ = 1 cis =. 2 Kemudian x r dar 5 +2 n 5 + kn jadi r=1 dan ereekes ri Dengan mengambil k = 0, 1, 2, kita dapatkan berturut-turut: x to=G dan Sebagai kasus khusus dari pengembangan yang mendahului lebih lanjut dan digambar- kan oleh Contoh 10. kita menyelesaikan persamaan Zeal untuk mendapatkan akar pangkat n dari satu. Lihat Soal 2.28. Kita tutup pasal ini dengan pembicaraan singkat tentang padanan geometri dari ope- rasi aljabar terhadap bilangan kompleks. Kesekawanan tiada lain merupakan pencerminan terhadap sumbu nyata, seperti di- gambarkan pada Gambar 1.3(a). Ini mudah dilihat, karena kesekawanan bilangan kompleks hanya menegatifkan bagian khayal bilangan tersebut. 18 Peubah kompleks untuk flmuwan den insinyur sextiy i a tz, t { ‘ @ (b) rc) @) (a) KESEKAWAN- GAMBAR 1.3. GEOMETRI OPERASI-OPERASI o DAN (@). PER- AN; (b). PENJUMLAHAN; (c). PENGURANGAN KALIAN Penjumlahan dua bilangan kompleks berpadanan dengan penjumlahan dua vektor ber- dimensidua karena menurut definisi, penjumlahan dua bilangan kompleks didapat dengan menjumlahkan berturut-turut. komponen-komponennya, Sebagai akibatnya, geometri operasi penjumlahan adalah sama dengan ”aturan jajaran genjang” yang dipakai pada pen- jumlahan vektor-vektor pada bidang datar; lihat Gambar 1.3(b). Pembaca akan mendapat- kan petunjuk untuk mengerjakan geometri selisih dua bilangan kompleks seperti yang di- sarankan pada Gambar 1.3(c), dengan mengarahkan pikiran kita bahwaz; — 2) = 24+ (=2)). Geometri hasil kali dua bilangan kompleks nampak paling baik dengan menggunakan bentuk kutub hasil kali dan dari situ kita memperoleh aturan yang baru saja diberikan me- ngenai modulus dan argumen hasil kali demikian tadi. Diberikan z; dan z, [Gambar 1.3(@], pilihlah bilangan z = 1 pada sumbu nyata, dan buatlah segitiga A (0, 1, 21). Ke- mudian, dengan vektor 22 sebagai salah satu sisinya bentuklah segitiga A (0, z2, P) seba- ngun dengan segitiga pertama, dengan menempatkan sudut f, sama. Dengan sifat sebangun, kita dapatkan: fee (ea Tp, jadi. IPL = Izl Iza Di pihak lain, karena menurut pembentukannya argP=t, +t, dipenuhilah Pe rica dan hasil kali dua bilangan kompleks telah terbentuk secara geometri. Konstruksi analog menghasilkan hasil bagi dua bilangan kompleks. Lihat Soal 2.24. Beb 1 Bilangan kompleks 19 SOAL 2 A 2.1. Gambarkan bilangan-bilangan 3 + 4i, 1 — i, -1 +i, 2,—3i, e+ idan 2 +V3i. 2.2. Tentukan jarak antara 2 +idan 3 —i. 2.3. Apakah |z?] = |z|? untuk semua z? Buktikan. 2.4, Tuliskan dalam bentuk kutub setiap bilangan berikut: (a) -1 (b) 3. () -4i. (d) -24+2. © (©) Vi. ) —J27 = 3i. (g) 1-i. 2-2 ° @ —/2—.er (j) 2-3. 2.5. Periksalah jawabanmu pada Soal 2.4, dengan mengembalikan jawabanmu ke bentuk sumbu tegak. 2.6. Gunakan jawabanmu pada Soal 2.4. untuk membentuk operasi-operasi dalam bentuk kutub berikut: (a) (=2 + 2) - i). (b) —4if(-2 + 21), () (1-H. (a) (-2 + 29%. 2.7. Dalam setiap persamaan berikut, tentukan tempat kedudukan titik-titik dalam bidang datar yang memenuhi hubungan yang diberikan. (a) lz - 5) (b) |z + 2i) > 1. (©) Ree +2) (d) RGzZ) = 3. (© iz+i () 43+ e414 (g) 2+ 3|—-le+ = 41 (h) -1 SR) <1. (i) Iz) < 0. (j) 0-< Iz +1) < 2x. 2.8. Bila c adalah bilangan nyata positif dan zo sembarang titik tetap dalam bidang datar, tunjukkan bahwa |z — zo! = ¢ melukiskan sebuah fingkaran dengan pusat pada zo dan jarijaric. 2.9. Carilah keenam akar pangkat enam dari satu dan lukiskan akar-akar itu, Lihat Soal 2.28(b). 2.10. Tentukan semua akar dari persamaan z* + 8 = 0. 2.11, Selesaikan persamaan z? + i = 0 dan kemudian gunakan jawabanmu itu untuk me- nyelesaikan z* + 2iz? —1=0. 2.12. Tentukan ketiga akar pangkat tiga dari satu. Kemudian buktikan bahwa pangkat dua ‘dan tiga pada salah satu akar-akar itu menghasilkan kedua akar yang lain. Lihat Soal 2.28. 2.13. Gunakan sifat geometri akar-akar satu yang dilukiskan pada Soal 2.28 untuk menulis- kan bentuk kutub ke-12 akar persamaan z'? — 1 = 0 tanpa menyelesaikan persamaan “itu, Gambar akar-akar itu, B 2.14, Buktikan identitas berikut (a) ll = |-21 = (2. (b) lz — w| = Iw — 2. (©) [2/? = 22. (d) |zw| = [21 bw (©) lz/w| = lz//wh, w # 0. (f) [lel = wl] < Jz — wh. (8) IR@| < |2| dan |X(2)| < [zl (h) Je] — Jw < lz + WI 20 2.15. 2.16, 2.17. 2.18. 2.19. 2.20. 221. 2.22. 223. 2.24, 2.25. 2.26, 2.27. 2.28. Peubah kompleks untuk ilmuwan dan insinyur Pilihlah sembarang titik z pada bidang datar, kemudian lukiskan titik-titik: Buktikan bahwa sembarang titik berbentuk z = cis f, untuk f nyata, terletak pada lingkaran x? + y? = 1. Buktikan rumus (4). Dari situ kemudian turunkan aturan yang analog untuk me- nurunkan rumus (3). Buktikan bahwa untuk setiap z, arg z + arg 2 = 2k7, k = bilangan bulat. Buktikan bahwa untuk setiap z #0 dan w #0, Zz arg — = arg z — arg w. or & B c Dalam kondisi bagaimana kesamaan dalam setiap hubungan pada Soal 2.14(g) di- penuhi, Buktikan bahwa persamaan z? + 2z,+ 5 = 0 tidak dapat dipenuhi oleh setiap z dengan |z| < 1. Jika |z|= 1, buktikan bahwa |z — w| = |1 — W2|, untuk setiap w. Buktikan jika z + 1/z adalah nyata, maka hanya salah satu [(z) = 0 atau |z1= 1. Lukislah secara geometri hasil bagi dua bilangan kompleks dengan menggunakan metode seperti yang dipakai pada akhir pasal ini untuk melukiskan hasil kali dua bilangan kompleks. Jika m dan n adalah bilangan bulat yang tidak mempunyai faktor persekutuan kecuali +1 dan jikaz =r cist, buktikan bahwa untuk k=0,1,2,....,—1, gle ae yl" cis ™ + 2kn). n Dengan menyatakan bahwa w adalah salah satu dari akar pangkat m dari satu, bukti- kan bahwa: L+wtw+- pw 2p win Buktikan pernyataan yang dituliskan setelah rumus (6). Buktikan dua sifat berikut dipenuhi oleh n akar pangkat n dari satu: (a). Sifat Aljabar: Jika ke n akarnya diberikan menurut rumus (6), maka pemangkatan berturut- turut pada z; menghasilkan 27,23, ..., 2-1 danzo. (b). Sifat Geometri: Ke-n akar pangkat n dari satu merupakan titik-titik sudut segi-n beraturan di dalam lingkaran |z|= 1 dan salah satu titik itu adalah z = 1. SOAL ULANGAN-BAB I 1, Kerjakan operasi berikut, tulis jawabanmu dalam bentuk A + Bi. a ) G+ =) ee | (3-217 © [3 — 2i|° (© (-4)"*. Bab 1] Bilangen kompleks 21 Xn aw x - “12. 13, . Tunjukkan bahwa persamaan 22 - 22) — 292 =r? — . Jika z, w, dan v terletak pada satu garis, buktikan bahwa (2 = ‘) . Buktikan bahwa, dengan mengecualikan nol, hubungan z a " @) +i. er. © @ a @ 435) if @ (149. . [26 — 36i]? 9 26 + 361” Tandailah pernyataan berikut benar atau salah, (a). Jika c bilangan nyata, maka ¢ = 2, (b). Jika z khayal murni, maka z ¥. (0). i< 2. (4). Argumen nol adalah nol, (e). Ada sekurang-kurangnya sebuah bilangan z sedemikian hingga —z = 2-1, (f). Jikaz # 0, maka arg z mempunyai tak berhingga banyaknya nilai yang berbeda, (g). ‘Tempat kedudukan I(2z + i) = 0 adalah lingkaran. (h). Untuk setiap nilai nyata ¢, cos t + isin t| = 1. (@. Hubungan |z —w| > |z| — |w| selalu benar. @). Hubungan r, cis t; = rz cis t mengakibatkanr, =r, dant, = ty: . Dalam keadaan bagaimana |z + w| = |2| + |w1? |. Nyatakan semua titik pada bidang datar yang memenuhi |z — 2| < |). . Tentukan dan berikan sketsa tempat kedudukan berikut: (a) argz = 3. (b) O 0. — b? menyatakan sebuah lingkaran dengan jari-jari r dan pusat z9 = a + ib. Jika titik-titik z, w, dan y besarnya (modulusnya sama dengan 1 dan jikaz ++ w + y= O, buktikan bahwa titik-titik itu berjarak sama, satu dengan yang lain. Jika z, w, dan v adalah tiga titik berlainan pada sebuah lingkaran yang berpusat di pusat koordinat, tunjukkan bahwa: 0. Buktikan bah- , woz wa konversnya juga benar. ~F hanya berlaku untuk Khayal murni. Buktikan hubungan-hubungan berikut: (a) R(@ + w) = R(z) + R(w). (b) Iz + w) = I(z) + I(w). (c) R(zw) = R(2)R(w) — K(z)I(w). ——(d)_ Hzw) = R(z)M(w) + H(2)R(w). untuk semua akar-akarnya. Selesaikan persamaan z° 34a . Jika z = cis t, buktikan hubungan berikut: 1 (a) += =2cosnt. — (b) 2" - 22 Peubah kompleks untuk ilmuwan dan insinyur 15. Buktikan: Jika I(z + w) = 0 = (zw), makaz=W atau z dan w nyata. 16. Perhatikan keseluruhan bilangan berbentuk a=cost+isint, O x + yi memelihara operasi-operasi pada bilang- an kompleks sebagaimana yang didefinisikan, pada satu pihak, oleh (2) dan (3) dalam lam- piran ini, pada pihak lain oleh hubungan-hubungan yang didefinisikan dengan operasi- operasi yang sama dalam Pasal 1. Bagian B Proyeksi Stereografik Suatu kemungkinan lain dan dalam beberapa hal, merupakan cara yang sangat menarik untuk melihat bilangan kompleks adalah melalui konsep proyeksi stereografik. Ambil bidang datar z dan tentukan bola) dengan garis tengah 1, yang menyinggung bidang datar itu pada suatu titik S; lihat Gambar 1.4, Dalam bentuk koordinat tiga-dimensi, katakan S adalah titik (0, 0, 0). Kemudian pusat C dalam ) menjadi (0, 0, 4). Kita nama- kan titik § adalah kutub selatan dan titik N (0, 0, 1) adalah kutub utara). Seluruh bangun ini sering dinamakan Bola Riemann. Sangatlah jelas bahwa suatu garis yang menghubungkan titik z = x + iy pada bidang datar dengan kutub utara akan menembus bola pada satu titik tunggal P(x, B,7). Jadi, untuk setiap titik z pada bidang datar, terdapat satu dan hanya satu titik pada bola yang merupakan padanan z; sebaliknya, bila ditunjuk sebarang titik P pada Bola itu, dengan memproyeksikan secara sama menghasilkan sebuah titik tunggal z pada bidang datar — dengan satu perkecualian penting: kutub utara sendiri. Koordinat-koordinat a, 6 dan y pada P dihubungkan dengan koordinat-koordinat. GAMBAR 1.4, BOLA RIEMANN x, y danz dengan rumus: s tens 1 Bleue ") y ah 6 TEP Se Hubungan kebalikannya ialah: (2) 26 Peubah kompleks untuk jimuwan dan insinyur Proses ini menciptakan perkawanan satu-satu antara titik-titik pada bidang datar dengan titik-titik pada bola (kecuali NV) yang dinamakan proyeksi stereografik. Kenyataan bahwa kutub utara tidak mempunyai padanan pada bidang datar secara intuitif harus jelas pada pembaca. Secara aljabar, nampak jelas dari Persamaan-persamaan (2), karena N adalah satu-satunya titik pada ) dengan y = 1. Pengamatan yang lebih dekat pata Persamaan-persamaan (2) akan menunjukkan bahwa titik-titik yang makin mgndekati kutub utara berkawan dengan titik-titik yang ter- letak jauh di bidang z; jika suatu titik sangat dekat V, maka koordinat ketiganya sangat dekat dengan 1, dan jika keadaannya demikian, maka Persamaan (2) yang terakhir meng- hasilkan titik z dengan modulus sangat besar. Sebaliknya, jika kita mengambil titik z pada bidang datar dengan sembarang modulus yang sangat besar |z|, maka kita lihat dari Persamaan (1) bahwa a dan 6 akan sangat mendekati 0, dan ‘ sangat mendekati 1; tetapi hal ini berarti bahwa titik z yang “sangat jauh” berkawan dengan titik P yang "sangat dekat” dengan N pada bola. Pembicaraan kita di atas menganjurkan bahwa perkecualian di dalam perkawanan an- tara titik-titik pada bola dengan titik-titik pada bidang datar dapat dihilangkan jika kita menempatkan pada bidang 2 suatu titik ideal dengan modulus sangat besar melebihi mo- dulus titik manapun pada bidang z dan mengawankan ia dengan kutub utara; dan inilah yang kita lakukan. Jadi kita menempatkan pada bidang datar z titik di takberhingga, di- tuliskan 20, yang bersifat bahwa lal < 00 untuk setiap bilangan kompleks z. Bidang kompleks yang telah ditambah dengan titik ideal ini dinamakan bidang kompleks perluasan, Sekarang kita dapat mengatakan bahwa proyeksi stereografik menciptakan perkawanan (korespondensi) satu-satu antara bola Riemann dengan bidang kompleks perluasan, tanpa perkecualian, Selanjutnya dengan perkawanan yang diciptakan oleh proyeksi stereografik, pembaca akan mendapatkan hal-hal yang menarik untuk membuktikan bahwa hal-hal berikut benar: 1. Lingkaran satuan |z|= 1 berkawandenganekuator ). 2. Garis y = kx pada bidang datar berkawan dengan lingkaran pada bola yang me- lewati kedua kutub utara dan selatan dengan asumsi digunakan titik ideal di tak- berhingga. 3. Garis y = mx + b, dengan 6 # 0, berkawan dengan lingkaran pada ) yang me- Jewati kutub utara, 4, Bagian dalam lingkaran satuan pada bidang datar berkawan dengan seluruh bagi- an setengah bola bagian selatan, sedang bagian luar lingkaran itu berkawan dengan setengah bola bagian utara. 5, Tutup bola sekitar kutub utara berkawan dengan himpunan titik-titik z dalam bidang datar sedemikian hingga |z|>M, untuk suatu bilangan nyata M, 6. Setiap lingkaran atau garis lurus pada bidang datar berkawan dengan lingkaran pada bola.*. Kita akhiri lampiran ini dengan beberapa catatan mengenai konsep jarak dua titik pada bola Riemann sebagai yang berhubungan dengan jarak titik-titik padanannya pada bidang datar. Pertama-tama, kita catat bahwa jarak antara dua titik pada bola’ tidak akan mele- bihi 1: 0 < jar (P,, P,) <1. * Untuk bukti pernyataan 6 lihat E. Hille, Analytic Function Theory, Vol. 1 (Lexington, Mass: Ginn, 1959), p.40. ‘Bab 1] Bilangan kompleks 27 Sekarang, untuk setiap dua titik z,, 2. pada bidang datar, katakan berkawan dengan titik Py, P, pada bola, Maka dapat diperlihatkan bahwa: 1 22 (+ PO + Py jar (P,, P2) = Terdapat beberapa hal yang menarik untuk diamati mengenai hubungan antara jarak- jarak di bidang datar dengan di bola. Misalnya, mudah dilihat bahwa jarak-jarak: ae 1? SP 201,28. bertambah besar tanpa batas pada bidang z, bila n menjadi besar, sedangkan jarak-jarak yang sesuai pada bola menjadi sangat kecil bila n + 00, Sebagai gambaran yang lain, kita perhatikan barisan: {neP ho om= OA, Qed Dengan mudah terlihat bahwa barisan itu divergen pada bidang datar tersebut. Sedangkan, barisan titik-titik yang sesuai pada bola konvergen ke kutub utara, SOALHIMPUNAN 2 Turunkan Persamaan (1) dan (2). Buktikan pernyataan-pernyataan 1—6 pada halaman 30. Buktikan rumus yang diberikan di atas untuk jarak talibusur. yer BAB 2 Fungsi Analitik Pasal 3, Lingkungan z (Neighborhood of z) dan lingkungan terhapus z (deleted neighborhood of 2) Himpunan. Komponen. Batas (Boundary): Himpunan terbuka dan tertutup. Region. Himpunan be~ batas dan takberbatas. 4, Peubah Kompleks. Fungsi Kompleks. Pandangan pertama pada geometri fungsi kompleks: bidang-z dan bidang-w. Pasal5. Limit fungsi kompleks dan geometrinya, Sifat tunggal dan sifat-sifat elementer limit. Konti- nuitas dan beberapa sifat-sifat elementernya, Pasal6. Turunan fungsi kompleks. Turunan jumlah, selisih,» perkalian, pembagian, dan gabungen dua furngsi yang dapat didiferensialkan.. Pasal 7. Syarat perlu untuk adanya f': Persamaan Cauchy-Riemann. Syarat cukup. Pasal 8, Fungsi Analitik. Fungsi menyeluruh, Daerah Analitisitas. Titik Singular. Harmonis sekawan, Pasal 3 Pendahuluan Dalam bab ini kita mulai mempelajari fungsi-fungsi dengan satu peubah kompleks dan kalkulusnya. Mula-mula, kita meninjau fungsi bertipe paling umum dan kita bahas konsep limit fungsi kompleks. Kemudian kita lanjutkan mengembangkan tingkatan-tingkatan fungsi sesuai dengan sifat-sifat kontinuitas, diferensiabilitas dan analitisitas. Pada setiap langkah, fungsi-fungsi itu menjadi lebih dipersempit dalam arti bahwa mereka dikehendaki untuk memenuhi syarat-syarat yang lebih ketat. Di pihak lain, justeru pembatasan alami fungsi-fungsi itulah yang menghasilkan fungsi-fungsi dengan sifat-sifat yang diinginkan, dan oleh Karena itu fungsi-fungsi yang demikian menjadi lebih menarik dan lebih berguna. Sebelum kita memulai membicarakan hal ini dan bagian-bagian lain, kita menyimpang sebentar untuk mengenalkan kKonsep-konsep dasar tertentu yang melingkupi perkembang- an utama yang tak dapat disisihkan, Kita harus menetapkan pula beberapa istilah, yang akan kita pakai seterusnya pada buku ini. Oleh karena itu di sini akan diberikan dosis minimum pengetahuan topologi yang diperlukan. Resapilah; kita akan memerlukannya. Berikut ini, kita akan menggunakan istilah "himpunan” hanya dalam arti khusus ialah suatu kumpulan titik-titik pada bidang-z dan kami tidak mengasumsikan penguasaan tedri himpunan pada pihak pembaca. Misalkan 29 adalah suatu titik pada bidang datar dan r adalah bilangan nyata positif. Lingkungan- bagi zo (r-neighborhood of zo) didefinisikan sebagai seluruh titik-titik z pada bidang datar sedemikian hingga: le— 21 (deleted neighborhood of zp) didefinisikan sebagai seluruh titik-titik z sedemikian hingga: O<|z—2 1. Jelaslah, S terdiri dari semua titik pada bidang datar tepat di sebelah kanan garis x= I. Ke- mudian, komplemen $ adalah himpunan semua z pada dan sebelah kiri garis x= 1, yakni, semua z sedemikian hingga R(z) < 1. i (b). Misalkan T adalah himpunan semua z sedemikian hingga 1 < |z| < 3.Komplemen T terdiri dari semua z sedemikian hingga |2| <1 atau |2| 2 3. Gambarlah bentuk- nya. Sekali lagi, misalkan $ adalah suatu himpunan titik-titik pada bidang datar. Titik w dinamakan titik batas S (boundary point of S) asal setiap lingkungan w memuat paling sedikit satu titik anggota S dan paling sedikit satu titik anggota komplemen S. Himpunan semua titik batas $ dinamakan batas S (boundary of S). CONTOH 3, (a), Misalkan S adalah cakram |z| <2. Tidaklah sulit untuk melihat bahwa batas S adalah lingkaran |z| = 2. Sebab, setiap mengambil titik sembarang w pada ling- 30 Peubah kompleks untuk ilmuwen dan insinyur karan dan melukis N(w, r) untuk sebarang r > 0. Kita melihat bahwa bagaimana- pun Kecilnya ukuran r, M(w, 7) pasti memuat titik anggota $ dan titik anggota komplemen S. Jadi w adalah titik batas $. Lebih lanjut, tidak ada titik lain yang mempunyai sifat seperti ini, kecuali titik-titik pada) lingkaran itu. Perhatikan bahwa S tidak memuat batasnya, (b). Misalkan 7’ adalah “lajur takberhingga”” terdi <3. Batas 7 terdiri dari dua garis mendatar y = T memuat sebagian tetapi tidak semua batasnya (©). Jika V adalah himpunan semua z dengan | < |z— il<2 maka batas V terdiri deri dua lingkaran Iz—il= 1 dan lz —il= 2. Jadi, V memuat semua batasnya. dari semua titik z dengan 1 <((z) dan y = 3, Perhatikan bahwa Ketiga kasus pada Contoh 3 menggambarkan kenyataan bahwa suatu himpunan dapat tidak memuat batasnya, atau memuat sebagian tetapi tidak semua batasnya, atau dapat memuat semua batasnya. Jika suatu himpunan tidak memuat batasnya, maka himpunan itu dinamakan himpunan terbuka (open set), dan jika memuat semua batasnya, dinama- kan himpunan tertutup (closed set), Jika himpunan itu memuat sebagian tetapi tidak semua batasnya, maka himpunan itu tidak terbuka dan tidak tertutup. Jadi, ketiga kasus pada contoh sebelum ini menggambarkan berturut-turut, himpunan terbuka, himpunan tidak terbuka dan tidak tertutup, dan himpunan tertutup. Konsep himpunan terbuka mempunyai hubungan tak terpisahkan dengan konsep paling penting dalam teori fungsi kompleks, yaitu analitisitas suatu fungsi kompleks. Yang terakhir ini dibicarakan pada pasal terakhir bab ini. Jenis-jenis himpunan terbuka yang akan diikutsertakan dalam pekerjaan kita relatif cukup sederhana. Mengingat kenyataan ini, bagi kita gagasan himpunan terbuka akan tetap sebagai gagasan yang sangat sederhana, sekurang- kurangnya dari sudut pandangan intuitif, dan demikian pula gagasan tentang batas suatu himpunan. Kedua konsep ini akan diperlukan untuk suatu pengertian yang mendalam pada pengembangan dalam bab-bab berikutnya. Kita akan menggunakan istilah region untuk menunjukkan himpunan terbuka tek kosong pada bidang datar dan istilah region tertutup untuk menunjukkan region berikut batasnya. Lihat Soal 3.21. Suatu himpunan B disebut berbatas (bounded) jika dapat ditemukan lingkaran |z|=M yang memuat seluruh B; jadi B berbatas, asal orang dapat menemukan bilangan positif M sedemikian hingga |z1 1 dalam Contoh 2(a) takberbatas. (b). Himpunaa 1 < |z|< 3 dalam Contoh 2(b) berbatas. (©). Himpunan 1 < J(z) < 3 dalam Contoh 3(b) takberbatas. CONTOHS. (a). Suatu lingkungan atau lingkungan tethapus bagi sembarang titik z adalah suatu region, (b). "Anulus melingkar” yang terdiri atas titik-titik z dengan 2 <|z + 2) <3 ada lah region tertutup; himpunan ini terdiri atas region di antara dua lingkaran kon- sentris |z + 2|= 2dan |z + 2| = 3 danbatas regionnya, yaitu kedua lingkaran itu. (c). Penggal sumbu nyata dengan —2 3. 3.7. Komplemen himpunan pada Soal 3.2. 3.8. Himpunan titik-titik yang merupakan irisan himpunan-himpunan pada Soal 3.2. dan 3.3. 3.9. Himpunan titik-titik yang merupakan irisan himpunan-himpunan pada Soal 3.1. dan 3.2. 3.10. Himpunan titik-titik yang berada paling sedikit di satu himpunan-himpunan pada Soal 3.1. dan 3.5 3.11, 2< R@ <5. 3.12, [2z — 3] > 1. 3.13. (27!) > 3. 3.14. Ambillah sebuah himpunan dengan hanya satu anggota, apakah himpunan dengan satu-satunya titik itu terbuka, tertutup, atau tidak keduanya? Berikan alasannya. 3.15. Andaikan suatu himpunan terdiri dari titik-titik 1 spe pada sumbu nyata, Apakah himpunan ini terbuka, tertutup, atau tidak keduanya. Berikan alasannya, 3.16, Titik z dinamakan titik dalam (interior point) himpunan S__jika dan hanya jika z di dalam S tetapi bukan titik batas S. Buktikan bahwa suatu himpunan_ terbuka jika dan hanya jika ia terdiri atas hanya titik dalam saja, 3.17. Perhatikan himpunan semua titik L Nie z=rcist, dengan O zo, adalah L jika dan hanya jika, diberikan sembarang N(L, €), dapat ditemukan suatu N*(zo, 6) sedemikian hingga bila titik 2 adalah anggota D yang terletak di dalam N*(zo, 6), maka flz) didalam N(L, e). Sekali lagi, diucapkan dalam bentuk yang tidak formal, definisi di atas mengatakan bahwa jika L merupakan limit f, untuk z mendekati zo, maka kita harus dapat menempat- kan f(z) sedekat mungkin ke L dengan cara mengambil titik z cukup dekat ke z9 Catatan-catatan berikut merupakan tambahan penting pada pengenalan limit di atas dan dimaksudkan untuk mengungkapkan beberapa hal pelik mengenai konsep limit CATATAN 1 Titik zp pada definisi di atas tidak harus terletak dalam domain f. Bahkan f(z) boleh tidak didefinisikan di zo . Misalnya, fungsi seperti: 2-9 f= a-3 dapat ditunjukkan mempunyai limit sama dengan 6, untuk z—> 3, walaupun f(3) tidak mempunyai arti, Definisi limit membolehkan situasi ini dengan menyebutkan bahwaz—Z9 tetapi 2 #zo; ini sesuai dengan kenyataan bahwa kita hanya memperhitungkan titik- titik z di dalam lingkungan terhapus N*(zo, 6) dari zo. Meskipun demikian perhatian, bahwa zo harus berada "seburuk-buruknya” di batas domain f, sehingga z dapat mendekati zo ‘melalui nilai-nilai yang diperbolehkan, ialah sepanjang nilai-nilai yang membuat f(z) didefi- nisikan. 38 Peubah kompleks untuk ilmuwan dan insinyur CATATAN 2, Definisi limit tidak menyebutkan secara khusus dari arah mana z harus mendekati Zo. Bahkan sesunggubnya, definisi itu menyaratkan bahwa agar suatu limit itu ada, nilzi- nya L harus tidak bergantung dari arah pendekatannya. Kenyataan ini sangat berguna dalam membuktikan bahwa suatu limit tidak ada, yaitu dengan menunjukkan bahwa jika Z~» 29 sepanjang dua jalur yang berbeda, maka nilai fungsi mendekati dua nilai yang berbeda pula; jadi limitnya bergantung pada jalurnya. Lihat Contoh 4 dan Soal 5.10 dan 5.1. CATATAN 3, Kadang-kadang, kita lebih senang menggunakan definisi limit dalam bentuk berikut: lim f(z) = L, jika dan hanya jika untuk setiap ¢ > 0, terdapat 6 > O (yang biasanya bergantung pada ¢) sedemikian hingga, untuk setiap z (dalam domain f) dengan 0 < |z — z9|< 6 berlaku | f(z) — L] zo,lim f (z)='L dan lim g(z) = M. Maka untuk 2 + zo, lim (f() + g()) = L + M. lim (f(2) — g(2)) = L- M. lim (f(2)g(z)) = LM. lim (f(2)/g(z)) = L/M, asal M #0. AwNDS Bukti: Bukti teorema ini serupa dengan teorema yang sesuai untuk fungsi nyata, dan oleh karena itu, tidak diberikan. Pembaca dapat menemukan bukti itu di dalam kebanyakan buku-buku kalkulus dan penyesuaian dari yang nyata ke yang kompleks membutuhkan hanya pergantian notasi saja. CONTOH 1. Perhatikan fungsi identitas f(z) = z. Untuk sembarang titik zo jelaslah bahwa, untuk zz, f(z)» zo, karena f (2) = 2. Jadi bila z + Zo, lim f(z) = zo. CONTOH2. Dalam menghitung fungsi-fungsi kompleks, kita dapat_mengerjakan beberapa cara yang lebih langsung yang digunakan di dalam kalkulus. Kita ilustrasikan cara tersebut dengan menghitung _ iR(z*) — iR(z) + 22)? — 1 in oe. 253-41 lz] Pertama, kita mencatat bahwa: R(z?) [1@2)}? = 4x2y?, fe] = (x? +p). R@) =x, Kemudian, karena x —> 3 dan y > —4 bila z > 3 — 4i, substitusi langsung menghasilkan untuk limit yang diberikan 115 — 24 Peubah kompleks untuk ilmuwan dan insinyur CONTOH 3. li z= if z-i oe CoHezETN est (CES NEEH im Ot CONTOH 4. Tunjukkan bahwa jika f(z) maka untuk 2 — 0, lim f(z) tidak ada, Kita menggunakan cara yang disarankan dalam Catatan 2. Jadi, kita buat z mende- kati 0 sepanjang dua jalur yang berbeda dan kita mendapatkan dua nilai limit yang berbeda, Pertama, kita buat z > 0 sepanjang sumbu nyata (y = 0) dan kita mendapat- kan bahwa: lim f(z) = lim __ f(z) = lim [x?i] = 0. 270 (%,0)=(0,0) x70 Di pihak lain, dengan membuat z > 0 sepanjang garis y = x, kita mendapatkan: lim f(z) = lim [: es i =1 20 x70 +1 Karena pendekatan lewat dua jalur yang berbeda menghasilkan nilai yang berbeda maka limit itu tidak ada, CONTOH S. Bila f(z) = x/z, tentukan lim f(z) untuk 2 > 0. Karena |x| < |z| [lihat Soal 2.14(g)], dipenuhilah [x/?/l2| < |x|. Jadi 2 |x| ren = PE inl < fe lel Kemudian, untuk z + 0, |z| + 0 dan karena |f(z)| < |z|, maka|f(z)| > 0. Tetapi jika modulus suatu besaran menuju ke nol, maka demikian pula besaran itu sendiri. Oleh karena itu, untuk z ~+ 0, lim f(z) = Sekarang kita beralih, secara singkat, ke konsep kontinuitas. Misalkan fungsi f(z)’ didefinisikan pada suatu himpunan D di bidang datar dan zo adalah suatu titik di bagian dalam (interior) D*, Maka f(z) dikatakan kontinu di zp asal lim f(z) = feo). Jika suatu fungsi kontinu pada setiap titik dalam region R, maka hal itu dikatakan kontinu pada R. Perlu dipahami bahwa definisi di atas menuntut agar tiga kondisi berikut ini dipe- nuhi jika suatu fungsi ingin kontinu di zg: 1. f(@o) terdefinisikan, 2. lim f(2) ada, untuk z+ zp. 3. lim f(z) =f (zo). * Bagian dalam himpunan $ merupakan himpunan titik-titik yang termasuk dalam S, tetapi tidak pada batasS, Lihat Soal 3.16. Bab 2) Fungsi analitik 41 Lebih lanjut, definisi itu secara implisit menyatakan bahwa jika f(z) kontinu pada zo, maka ia harus terdefinisikan pada suatu lingkungan N bagi za Karena definisi itu menyarat- kan bahwa zp merupakan titik dalam dari domain f; lihat Gambar 2.6. GAMBAR 2.6. CATATAN 4 CATATAN 4 Jika perlu, definisi kontinuitas suatu fungsi f di titik z, dapat diperluas untuk men- cakup kasus di mana z; suatu titik di dalam domain D-nya f, merupakan titik batas D. Ini dicapai dengan membatasi agar semua jalur yang diambil terletak seluruhnya di dalam D. Dalam hal demikian, definisi itu akan mengimplikasikan bahwa f terdefinisikan di dalam lingkungan parsial M bagi z, , yang termasuk dalam D; lihat Gambar 2.6. Teorema berikutnya mempertunjukkan, sekali lagi, pentingnya penguraian fungsi kompleks ke dalam bentuk u(x, y) + iv(x, y). Hal itu menunjukkan bahwa kontinuitas, fungsi kompleks merupakan syarat perlu dan cukup untuk kontinuitas fungsi-fungsi kom- ponennya. Teorema 2.4 Misalkan bahwa: 1 f(z) = ulx, y) + ivfx, y). 2. fle) terdefinisikan pada setiap titik region R. 3. zo =a + ib adalah suatu titik di dalam R. Maka f(@) kontinu di zo jika dan hanya jika u(x, y) dan v(x, y) kontinu di (a, b). Bukti: Bukti teorema ini merupakan konsekuensi langsung dari Teorema 2.2., Karena, inti sarinya, apa yang harus dibuktikan di sini ialah bahwa lim f(z) = f(2o), untuk 2 > Zo jika dan hanya jika lim u(x, y) = u(a,b) dan tim of, y) = o(@,b) untuk (x, y) + (a, 5). Kita tutup pasal ini dengan teorema lain yang telah kita kenal yang dipakai pada fungsi kompleks. 42 Peubah kompleks untuk ilmuwan dan insinyur Teorema 2.5. Andaikan bahwa f(2)dan g(z) kontinu pada beberapa titik 29. Maka tiap-tiap fungsi berikut juga kontinu pada z9: Jumilah f(2) + gz). Selisih f(z) — g(2). Perkalian : f(z)g(2). Pembagian f (z)/g(2), asal (20) # 0. Fungsi majemuk f(g(z)), asal f kontinu di g(20). BAWNS Bukti: Bukti teorema ini serupa dengan bukti teorema yang sesuai untuk fungsi nyata dan oleh karena itu tidak diberikan. Pembaca dapat menemukan bukti tersebut di dalam ke- banyakan buku kalkulus; penyesuaiannya ke bentuk kompleks dilakukan dengan hanya mengganti notasinya saja. SOAL 5 A Pada Soal 5.1—5.9. buatlah dengan menggunakan cara langsung (lihat Contoh 2 dan 3, pasal ini) untuk mendapatkan masing-masing limit fungsi yang diberikan pada titik yang ditunjuk. 5.1. 22 +3 pada 1+ i. 5.2. 2* + 1 pada i. Bul 3. da 3 — 23. 4, 53, <= pada 3 — 21 5 2 = ily eS ae ee aE zt+1-i r R . Reh seer naa 7, tt RO odat, Zz lz] és ae aa at 5.9. sin xx — e?% pada 1 + i. B 5.10, Diketahui fungsi Carilah (a). lim (2) untuk z > 0 sepanjang garis y = x. (b). lim f(@) untuk z + 0 sepanjang garis y = 2x. (©). lim fG@) untuk z > 0 sepanjang parabola y = x?. Apa yang dapat kau simpulkan tentang limit f(z) untuk z > 0? Buktikan kebenaran jawabanmu. Bab 2] Fungsi analitik 43 $.11, Gunakan gagasan yang disarankan oleh soal terdahulu dan Catatan 2 untuk membuk- tikan bahwa limit berikut tidak ada: ty-l =i (a) lim> untuk 2. (b) lim 3 untuk z+ 0. Ix ay" c $.12, Buktikan bahwa setiap fungsi konstan f(z) = ¢ mempunyai limit pada sembarang titik z9 dan bahwa limit itu adalah c, Sebagai akibatnya buktikan bahwa setiap fungsi konstan kontinu di sembarang titik. $.13, Buktikan bahwa, untuk sembarang zp dan sembarang bilangan bulat tak negatif m, lim 2* = 2, untuk z > zo. Sebagai akibatnya, buktikan bahwa fungsi f(z) = 2” kontinu di mana-mana 5.14. Jikan bilangan bulat tak negatif dando, a,,.....,@, adalah konstan, maka fungsi Sf dinamakan suku banyak (polinomial). Buktikan: (@. Suatu suku banyak mempunyai limit pada sembarang titik zo dalam bidang datar. (b). Suatu suku banyak kontinu pada sembarang titik zo dalam bidang datar. 5.15. Buktikan bahwa fungsi = dg + ayz+ +++ +.a,2" Sf (2) = Info| + FArgz tidak kontinu sepanjang sumbu nyata tak positif. 5.16. Gunakan definisi limit yang diberikan pada Catatan 3 dalam hubungannya dengan sifat (7) pada pasal 2 untuk membuktikan bahwa jika lim f(z) ada (namakan itu L), maka lim |f(2)|ada dan lim [f(2)| = [lim f(2)]. 5.17. Ikuti langkah-langkah yang disarankan untuk membuktikan bahwa jika lim f(2) = Lada dan | f(2)| < E, maka juga |L| < E. (a. Dimisalkan, sebaliknya, bahwa ILI> E. (b). Simpulkan bahwa |Z|=£ +P, untuk P positif. (c). Periksa kebenaran pernyataan-pernyataan berikut: E> |f(2 = 1 - |S) - |= E+ P - | fl) — Uy. (a). Selesaikan bukti itu dengan menyanggah bahwa hubungan yang dimisalkan di atas menghasilkan suatu kontradiksi. Pasal 6 Pendiferensialan Kita telah membicarakan secara singkat tentang tingkatan-tingkatan fungsi yang di- sebabkan oleh pertimbangan tiga sifat dasar yaitu kontinuitas, diferensiabilitas, dan analiti- sitas. Kontinuitas telah dibicarakan secara singkat pada pasal di muka, sebagian besar se- 44 Peubah kompleks untuk ilmuwan dan insinyur bagai bagian dari latar belakang yang diperlukan untuk membicarakan turunan (derivative) fungsi kompleks. Di dalam pasal ini, kita menganjurkan untuk mempelajari sifat yang lebih “kuat pada diferensiabilitas, yang pada gilirannya akan membawa kita lebih dekat ke sasar- an akhir kita pada pasal ini, yang dinamakan, konsep analitisitas. Definisi turunan fungsi Kompleks secara formal serupa dengan definisi untuk fungsi nyata, yang telah dikenal dengan baik oleh pembaca dari kalkulus. Jadi, Misalkan w= f(z) adalah suatu fungsi kompleks dan ambilah suatu titik zo pada bagian dalam domain D bagi f (lihat.catatan kaki pada hal. 40). Misalkan z=%+Az (Az =Ax + iAy) adalah suatu titik di dalam D dan bentuklah hasil bagi beda (difference quotient) S(2) = feo) zZ— 29 Lihat Gambar 2.7. Jika limit hasil bagi ini ada untuk z > zp, maka kita katakan GAMBAR 2.7. TURUNAN bahwa f(2) dapat didiferensialkan (differentiable) di zo; limitnya dinamakan turunan f i zo (derivative of f atiz9) dan dituliskan f'@o) atau w'(z). Jadi, sekali lagi iprestnim fle) sao) Me egtanindieetoill asal limit ini ada. Perhatikan bahwa f'(¢o) adalah bilangan kompleks; jika tidak diperlukan menyebut- kan titik khusus 2) , maka kita sering menggunakan notasi Bab 2] Fungsi analitik 45 dan dalam hal demikian kita sedang mengarahkan kepada suatu fungsi yang dinamakan ‘fungsi turunan f atau secara sederhana turunan f. Pembaca harus meyakinkan sendiri bahwa dua bentuk berikut, yang dapat digunakan sebagai pilihan untuk mendefinisikan turunan w = f(z), berbeda dari yang telah diberikan di atas hanya dalam notasi yang di- gunakan: f= atin tn) ft) atau w/(¢0) = tim 3 = = yang dalam hal ini wp = f (Zo). ‘Turunan fungsi dapat diperoleh dengan cara langsung menerapkan definisi; proses ini serupa dengan yang digunakan pada kalkulus dan digambarkan pada contoh-contoh ber- ikut, Nanti, kita akan mengembangkan cara-cara yang lebih canggih dan lebih langsung untuk mendapatkan turunan fungsi-fungsi yang banyak dikenal. CONTOH1. Tentukan turunan fungsi konstan f(z) = ¢. Karena f(z) = c untuk setiap nilai z, kita mempunyai f(z + Az) -f@ az f(z) = lim. ° Jadi turunan suatu fungsi konstan selalu nol. CONTOH 2. Kita membuktikan bahwa, untuk setiap bilangan bulat n > 0 dan setiap titik zo, maka f(z) = nz. jika f(z) = Pembaca tentu mengenal rumus di atas sebagai “aturan pangkat” yang sudah sangat dikenal pada pendiferensialan yang digunakan pada kalkulus. Kita mempunyai ee 24 2-1) (n suku) " Sebagai kasus Khusus bagi rumus di atas, kita mempunyai d d a yo Spe sla at fe") = 2, dan seterusnya. Di dalam Contoh § kita buktikan bahwa rumus di atas juga berlaku untuk bilang- an bulat negatif. 46 Peubah kompleks untuk ilmuwan den insinyur CONTOH 3. Kita membuktikan bahwa fungsi f(z) =Z tidak mempunyai turunan di setiap titik, dengan menunjukkan bahwa nilai limit yang mendefinisikan f(z) bergantung pada jalur yang diambil untuk Az > 0. Lihat Catatan 2, Pasal 5 Di dalam kerangka Gambar 2.8., kita mempunyai Az = |Az| cis a, jadi Az = |Az| (cos — i sina). GAMBAR 2.8. CONTOH 3. Maka Aa fa) soli ee aro Az = tim ©2422 sso Az me ty > aso Az _ cosa — ising : = lim Arno cosa + i sina” Jelaslah, limit ini tidak mempunyai nilai tunggal, karena ia bergantung pada sudut o: misalnya, jika z + Az >z sepanjang garis tegak (« = 1/2), maka limitnya sama dengan — 1, sedangkan jika z + Az z sepanjang garis mendatar, limitnya sama dengan 1. Kita berkesimpulan bahwa fungsi di atas tidak mempunyai turunan di manapun juga. Kita dapat meneruskan seperti pada contoh-contoh di muka untuk menghitung (atau membuktikan tidak adanya) turunan setiap fungsi yang diminati. Tetapi, meskipun cara ini diperlukan pada beberapa kasus, proses ini sangat menjemukan dan adakalanya tidak mungkin dilakukan, Oleh karena itu kita arahkan usaha kita langsung pada sasaran yang berbeda, Khususnya, kita akan mengembangkan cara yang lebih umum dan lebih langsung yang memungkinkan kita mampu secara praktis mendapatkan turunan sembarang fungsi yang diberikan, asal turunan itu ada. Lebih jauh lagi, di dalam pasal berikut kita akan me- ngembangkan kriteria yang memungkinkan kita untuk menentukan, apakah turunan suatu fungsi yang diberikan ada, dan bila ada, di titik mana turunan itu ada; kemudian, kita akan mengembangkan rumus umum untuk mendapatkan turunan. Contoh | dan 2 mengilustrasikan suatu kesamaan bentuk antara turunan fungsi nyata dan kompleks. Teorema berikut menunjukkan lebih jauh lagi ke arah itu. Sekali lagi, pem- baca akan mengenal rumus-rumus di dalam teorema ini tepat sama seperti yang dipakai dikalkulus. Bab 2] | Fungsi analitik 47. Teorema 2.6. Andaikan bahwa f dan g dapat dideferensialkan pada setiap titik z dalam himpunan S dan bahwa f dapat dideferensialkan pada g(2) untuk setiap z dalam S. Maka jumlah, selisih, hasil kali, hasil bagi dan komposisi kedua fungsi itu dapat didi- ferensialkan pada setiap titik dalam S asalkan terdefinisikan dan turunannya diberikan oleh rumus-rumus berikut: 1. (f@) + gl2)! =f" + 8’). 2. (F@) — a2) =f) — 82. 3. (F(2)gl2 = f(2)g'(2) + fal). F(2)\" _ gl) f'@) — fg") g(2) (e(2))? : 5. (F(g(2)) = F'(g(z)) - g'(2). (Aturan Rantai) Bukti: Bukti teorema ini serupa dengan bukti teorema yang sesuai untuk fungsi nyata dan itu dapat ditemukan dalam kebanyakan buku kalkulus; oleh karena itu bukti tersebut diberikan di sini. Kita akan menggunakan beberapa rumus di atas dalam contoh-contoh berikut untuk menurunkan beberapa aturan yang lebih dikenal untuk diferensiasi fungsi-fungsi kompleks. CONTOH 4, Kita menunjukkan bahwa jika c suatu konstanta dan g(z) suatu fungsi yang dapat aidiferensialkan, maka {e+ g(z)]' = cg'(2). Dengan mengambil f(z) = c pada rumus (3) teorema di atas dan menggunakan Contoh I pasal ini, kita mendapatkan [e- g(2)]' = cg'(z) + e'gle) = cg'(z) +0 = cg'(2), sebagai yang dinyatakan. CONTOHS. Kita kembangkan hasil pada Contoh 2 dengan membuktikan bahwa [2 = nz"~', untuk setiap bilangan bulat n. Tentu saja, dengan mengingat contoh yang pernah diuraikan sebelumnya, cukuplah membuktikan rumus ini untuk bilangan bulat negatif. Jadi, katakan & adalah bilangan bulat negatif. Maka —k adalah bilangan bulat positif, dan fungsi g(z) = z~* mempu- nyai turunan yang diberikan oleh ez) = —kz-*-}” 3 Poubah kompleks untuk jlmuwan den insinyur Maka, dengan menggunakan rumus (4) Teorema 2.6., kita mendapatkan Jadi “rumus pangkat” berlaku untuk setiap bilangan bulat, Tetapi, jika n negatif kita harus mengeluarkan z = 0. Pada hakekatnya sampai di sinilah analogi antara turunan fungsi nyata dan kompleks berhenti, Suatu contoh klasik untuk menyatakan fakta ini ialah pasangan fungsi. f(x) = |x? dan gz) = |2)?. Fungsi pertama sebenarnya ialah f(x) = x? dan sebagaimana telah dikenal fungsi itu mem- punyai turunan pada setiap titik x; fungsi kedua mempunyai turunan hanya pada satu t ialah z= 0 (lihat Soal 6.5.). Situasinya menjadi lebih rumit bila kita mencoba mendapatken turunan fungsi-fungsi semacam: f= 24 iy atau gl) “+isiny atau A(z) = R(2)I(2). Tidak hanya kita tidak mempunyai suatu rumus yang memberikan kepada kita turunan fungsi semacam itu, tetapi juga penggunaan langsung definisi tidak selalu menyelesaikan persoalan kita, Pada kenyataannya, situasinya sering menjadi demikian menghambat ke- majuan, sehingga kita bukannya memikirkan apa turunan fungsi tersebut, melainkan memi- kirkan pertanyaan apakah fungsi yang dihadapi benar-benar mempunyai turunan. Tentu saja, ini menimbulkan pertanyaan seperti yang telah kita singgung di muka dalam pasal ini. Apakah ada suatu kriterium yang dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu fungsi mempunyai turunan pada suatu titik tertentu yang diberikan? Suatu jawaban yang sangat memuaskan terhadap pertanyaan yang mendasar ini di- berikan pada pasal berikutnya. Kita menutup pasal ini dengan suatu contoh yang mengilustrasikan pemakaian bebe- rapa rumus yang dicantumkan dalam Teorema 2.6. CONTOH 6. Dengan menggunakan aturan-aturan pendiferensialan dari Teorema 2.6., dan contoh-contoh pasal ini, kita mendapatkan yang berikut: d 1, Ge — 32? $274 4 2) = Bt Ge = 2-5. 2) Lue = 2772? + S)] = (29 — 277/22 + (2? + 5)3z4 + 2274), 3, fe $22 + 3) = 4(e-! 4 22 + 3-2-2 +2). Bab 2] Fungsi analitik 49 (zt —3\ _ (2? + 142? - (e+ — 3)2z * dz\z? +1) (2 + 1? ' SOAL 6 A 6.1, Gunakan Teorema 2.6. dan hasil contoh-contoh pasal ini untuk mendapatkan f' bagi setiap fungsi berikut: (a) f(z) = 2° + 223 — 3 (b) f() = (2z + 5) = 22 + 27)", reo © f= Sa 6.2. Carilah f’ dengan menggunakan definisi. (a) f(z) = 2? + 32. (b) f(2) = 2" 6.3. Pada setiap kejadian berikut tentukan f'(z9). (a) f(z) = 322 — 27! pada zy =i. 2422-3 padazy=—1+i. (©) f(z) =iz? + (1 iz pada zy = zi. B 6.4. Dengan cara yang sama seperti pada Contoh 3, buktikan fungsi-fungsi f(z) = R(2) dan 9(z) = I(z) tidak mempunyai turunan pada titik manapun._ 6.5. Gunakan identitas |2 + Az|?= (z + Az\Z + Az) untuk menunjukkan bahwa f(2) = lz? tidak mempunyai turunan kecuali pada z = 0. Tentukan (0). c 6.6. Pada pasal berikut akan ditunjukkan bahwa jika suatu fungsi f(z) = ulx, y) + iv(x, y) mempunyai turunan, maka f’ diberikan oleh S@=u,+ ivy atau f'(2) cae iu, + u, berarti du/dx, 0, berarti Ju/dx, v, berarti dv/dy, dan seterusnya. Peubah kompleks untuk ilmuwan dan insinyur Perlihatkan kebenaran relasi ini dengan mendapatkan f' untuk: (a) flz)= 27. (b) fz) () f(z) 6.7. Sesuai dengan hasil yang dikutip dari soal di atas, jika suatu fungsi f(z) = u + iy mem- punyai turunan, maka coi Pi Oleh karena itu, jika salah satu dari dua persamaan ini tidak dipenuhi, maka f' tidak ada, Gunakan kenyataan ini untuk menunjukkan bahwa tidak satupun fungsi-fungsi berikut mempunyai turunan pada setiap titik. fa f(Zy=x. (b) f2)=y. ©) f)= (4) fle) = x + ix? 6.8. Ulangi Soal 6.5. dengan menggunakan kenyataan-kenyataan dari Soal 6.6. dan 6.7. 6.9. Buktikan bahwa jika f’(zo) ada, maka f kontinu di zo. 6.10, Gabungkan Soal 5.15. dan 6.9. untuk menunjukkan bahwa fungsi f(z) = In |z| +7 Arg z tidak mempunyai turunan pada setiap titik pada sumbu nyata takpositif. 6.11. Buktikan bahwa suatu suku banyak (polinomial) P(2) = dg + ayz + -:> + Gye" mempunyai turunan di manapun juga pada bidang datar. Pasal 7 Persamaan Cauchy - Reimann Dalam pasal ini kita memberikan jawaban lengkap terhadap pertanyaan umum yang di- ajukan pada pasal sebelumnya, Khususnya, kita mengembangkan syarat perlu dan cukup agar suatu fungsi yang diberikan mempunyai turunan, Hal ini dicapai lewat dua teorema Yang pertama akan melengkapi kita dengan syarat cukup, yang jika dipenuhi oleh fungsi yang diberikan, akan menjamin adanya turunan fungsi itu. Lebih penting lagi, teorema itu akan memberitahukan kepada kita di mana turunan itu berada, Jadi teorema ini menunjuk- kan pada titik mana turunan itu terdefinisikan dan, tentu saja titik-titik mana yang tidak. Teorema yang kedua akan memberikan suatu rumus untuk turunan, asal turunan itu ada. Teorema 2.7. Diketahui f(2) = u(x, y) + iv(x, y), andaikan balwa 1. u(x, y), n(x, y) dan semua turunan parsialnya u,,v,,u,, dan v, kontinudi semua ritik dalam suatu lingkungan N bagi titik zo = (a, b). 2. Pada titik zo, u, = v, dan v, Maka f'(zy) ada dan Bukti: Lihat Lampiran 2 * Lihat catatan kaki pada halaman 49. AKADEMLN(: ENT TNTANGKATAN UDA Bab 2] Fungsi analitik 51 Teorema 2.8. Andaikan bahwa fungsi f(z) titik zo = (a,b). Maka, pada titik itu, u(x, y) + iv(x, y) -mempunyai turunan pada suatu jadi Bukti: Lihat Lampiran 2. Persamaan diferensial parsial. uso, dan vp = —u, dinamakan Persamaan Cauchy—Riemann. Menarik untuk dicatat bahwa kontinuitas fungsi-fungsi u(x, y), v(x, y), dan turunan par- sialnya yang merupakan syarat cukup untuk adanya f’, secara umum bukanlah termasuk syarat perlunya, Memang, ada fungsi-fungsi yang mempunyai turunan tetapi fungsi kom- ponennya w dan y dan turunan parsialnya tidak semuanya kontinu*, Hal ini menyatakan bahwa Teorema 2.8. hanya memenuhi sebagian kebalikan Teorema 2.7. Kita ilustrasikan kegunaan kedua teorema di atas dengan beberapa contoh. CONTOH1. Kita membuktikan bahwa turunan f(z) = z* ada untuk semua z dan bahwa f(z) = 22. Dengan menuliskan f dalam bentuk u + iv, kita mempunyai S(2) = x? = y? + 2xyis jadi u(x, y) = 2xy, = 2y, —2y, aa y Keenam fungsi di atas kontinu pada setiap titik z = (x, y) pada bidang datar dan, jelas- lah, dan y untuk semua (x, y). Hal ini memenuhi Teorema 2.7. sehingga f(z) ada untuk semua z. Selanjutnya ini, berakibat bahwa hipotesa Teorema 2.8. dipenuhi untuk semua z. Jadi, sesuai dengan kesimpulan teorema yang sama, S'(2) = u, + iv, = 2x + i2y = 22. * Lihat, conto E, Hille, Analy tic Function Theory, Vol. 1 (Lexington, Mass.: Ginn, 1959),hal. 69 527 Peubsh kompleks untuk imuwan dan insinyur CONTOH 2. ‘Tentukan titik-titik, jika ada, yang membuat. f(z) = x? — iy? mempunyai turunan dan bila f’ ada, tentukan turunan itu. Kita mempunyai Keenam fungsi di atas kontinu di mana-mana, tetapi persamaan Cauchy—Riemann di- penuhi hanya bila y = —x. Jadi, menurut Teorema 2.7. f’ ada hanya pada titik-titik pada garis itu. AKhirnya, dengan menggunakan Teorema 2.8., kita mendapatkan bahwa pada titik-titik yang membuat f’ ada, turunannya diberikan oleh fi =u ting =2x atau f’ =v, — iu, = —2y. Jelaslah, dua pernyataan ini sama pada garis y = —x dan tidak pada titik lain. CONTOH 3. Kita memperlihatkan bahwa fungsi f(z) = cos y—i sin y tidak mempunyai turunan di manapun juga. Keenam fungsi = C05 y. v= —siny, 0, ly = —sin y, y = —COS y adalah kontinu di mana-mana, Tetapi, jika persamaan Cauchy—Riemann harus di- penuhi, kita harus mempunyai cosy=0 dan siny=0 secara serempak, dan jelas ini tidak mungkin, Kita berkesimpulan bahwa f" tidak ada pada titik manapun, CONTOH 4, Kita membuktikan bahwa f(z mana dan bahwa f“(z) = f(z). Pembaca dapat dengan mudah memeriksa bahwa fungsi-fungsi u = e* cos y, » = * sin y dan turunan parsialnya kontinu di mana-mana. Selain itu, juga mudah untuk menunjukkan bahwa persamaan Cauchy~Riemann secara identik dipenuhi. Jadi me- nurut Teorema 2.7, f" ada di mana-mana dan, = "(cos y + isin y) mempunyai tyrunan di mana- f'@) =u, + iv, = & cos y + ie* sin y = e* (cos y + isin y) = f(2). Bob 2) Fungs! analitik 53 SOAL 7 A Pada Soal 7.1.—7.10. tentukan titik-titik yang membuat fungsi yang diberikan mem- punyai turunan dan apabila f’ ada, carilah turunan itu. TA. f(z) = x + iy?. 7.2. f(z) = 23. 73. f(z) = 3 TA, f(z) = x? - iy. 7.5. f(z) =sin x cosh y +icosxsinhy. 7.6. f(z) = R(2). 77. f(z) = Hz). 78. f(z) = 2. 79. f(z) = |2P. 7.10. f(z) = 2x? + 3y3i. 7.11, Pada Pasal 5 kita melihat bahwa jika limit suatu fungsi f = u + ivada, maka limit komponen-komponennya u dan v ada dan sebaliknya. Serupa itu, kita melihat bahwa jika suatu fungsi kontinu, maka komponen-komponennya kontinu dan sebaliknya. Berikan suatu contoh untuk menggambarkan kenyataan bahwa hubungan yang rapat antara suatu fungsi dengan komponen-komponennya tersebut tidak berlaku dalam hal diferensiasi. 7.12. Dengan menggunakan definisi yang cermat, kita dapat mengidentifikasi fungsi f(G) = Arg z dengan fungsi f(z) = arctg (p/x), untuk semua z = x + iy yang tidak nol. Dengan mengandaikan identifikasi ini, tunjukkan bahwa fungsi f(z) = Arg z tidak mempunyai turunan di manapun. _ Andaikan bahwa f(z) = u(x, ») + ivlx, y) dapat didiferensialkan pada suatu titik bukan nol, Maka buktikan bahwa pada titik itu bentuk kutub persamaan Cauchy— Riemann ialah: rou, = vp dan =v, = uy. 7.14, Dapat ditunjukkan bahwa dengan syarat tertentu (lihat soal berikutnya), jika S (2) = u(r, 8) + iv(r, 8), z#0, f@) u, + iv). r Gunakan rumus ini untuk mendapatkan f' untuk setiap fungsi berikut, dengan meng- anggap bahwa syarat perlu dipenuhi dalam setiap fungsi. (a) f()=Inr +i, -n 0 sedemikian hingga \f@-Mi 0; terdapat 6 > 0 sedemikian hingga O<|k-al<é dan 0 <|y—b/<6 berakibat bahwa lux, y)— Al 0. Menurut hipotesis, terdapat 7 > 0 sedemikian hingga 0 <|z—(a + ib)| (a,b), lim u(x, y)= A dan lim v(x, y) = B. Kita sekarang membuktikan konversinya. Menurut hipotesis, lim u = A dan limv=B untuk (x, ») > (@, 6). Ini selanjutnya berakibat bahwa untuk sembarang ¢ > 0 terdapat a> 0 dan B > 0 sedemikian hingga lux, y)— Al 0 dan B+id+0. Sekarang, dengan mengingat Soal 2.14(g), kita mempunyai Ax| Az Ay 1 di i < jan i si. Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa, bila Az — 0, dua suku terakhir (iii) menuju ke nol, dan, karena itu, turunan f pada zo ada dan, memang: Bagian kedua dalam kesimpulan teorema itu diperoleh dengan cara serupa. Khususnya, dengan menggunakan hipotesis (2) kita dapat menyatakan persamaan (i) dan (ii) dalam suku-suku u, dan v, dan kemudian dilanjutkan secara sama. Hal ini akan melengkapi bukti- nya. 64 Poubah kompleks untuk ilmuwan dan insinyur Teorema 2.8. Andaikan bahwa fungsi f(z) = u(x, y) + iv(x, y) | mempunyai turunan pada suatu titik 29 = (a, b). Maka, pada titik itu, =u, + iv, = v, — iu, dan karenanya. u,=v, dan Bukti: Karena f'(Zo) ada, limit untuk mendapatkan f’ harus tak bergantung dari sepanj ang jalur Az + 0.. Khususnya, nilai f’ pada zp akan menjadi sama jika kita memilih jalur men- datar. Maka, tentu saja Ay = 0, jadi: Lo + Az) = fl) io ay az [ula + Ax, b + Ay) + ivla + Ax, b + Ay)) a = {wa, 6) + iofa, b)] Az0 Ax +i Ay [ula + Ax, b) + iv(a + Ax, b)] — [u(a, b) + iv(a, b)) = lim “eee OH Fest) Ax = lim u(a + Ax, b) — u(a, b) Pa lim, (a + Ax, b) — ofa, 5) bes aro ax ax Menurut definisi, dua limit terakhir adalah, berturut-turut, u, dan v,,Maka S'@o) = Uy + iv,. Dengan memilih jalur vertikal/tegak (Ax = 0) dan dengan cara serupa akan menghasilkan S'@0) = v, ~ iu, dan terbuktilah teorema tersebut. BAB 3 Transformasi Elementer Pasal 9. Pemetaan atau Transformasi, Pemetaan satu -ke-satu dan banyak-ke-satu, Pasal 10. Fungsi inversi. Fungsj linear, konstan dan identitas Fungsi pangkat. Fungsi kebalikan. Ti- tik di takberhingga dan perkembangan bidang kompleks. Suku banyak, fungsi rasional, dan fungsi bilinear. Fungsi eksponensial dan sifat-sifat dasarnya, Logaritma z dan sifat-sifat dasamnya. Nilai utama log 2; fungsi logaritmik. Sinus dan cosinus z dan beberapa sifat dasar. Sinus hiperbolikus dan cosinus hiperbolikus suatu bilangan komplcks. Pasal 11. Transformasi linear sebagai gabungan putaran, regangan dan penggeseran, Sifat-sifat pemetaan pada transformasi linear. Pasal 12, Sifat-sifat pemetaan elementer untuk transformasi pangkat. Pasal 13, Pemetaan kebalikan sebagai gabungan inversi dalam lingkaran satuan dan kesekawanan. Pasal 14, Sifat-sifat pemetaan elementer untuk transformasi bilinear. Pecahan-silang. Pasal 15. Sifat-sifat pemetaan, karakteristik untuk transformasi eksponensial; lajur pokok, Pemetaan logaritmik sebagai inversi eksponensial. Pasal 16. Sifat-sifat pemetaan elementer untuk sin z dan cos z. Pasal 9 Pemetaan Pada pasal 4 kita diperkenalkan dengan aspek geometris fungsi kompleks, yang dapat kita pikirkan sebagai suatu proses "pengiriman” titik-titik pada bidang z ke titik-titik pada bidang w. Lebih umum, suatu fungsi dapat dipikirkan sebagai suatu proses bahwa sebagian dari bidang z secara keseluruhan “dipetakan” ke bagian bidang w. Aspek fungsi ini telah membangkitkan istilah pemetaan dan transformasi sebagai nama-nama lain untuk "fungsi”. Sebagai misal, kita mengatakan bahwa fungsi w = z? + ij memetakan z = atau bahwa fungsi w = 2iz + i mentransformasikan bujur-sangkar ABCD menjadi bujur sang- kar A'B'CD! Lihat Gambar 3.1. Jika suatu fungsi f memetakan zo ke Wo, maka kita mengatakan bahwa wo adalah bayangan (image) zo di bawah f dan zo adalah pembayang (preimage) wo. Perhatikan, meskipun definisi suatu fungsi memaksa seseorang untuk berbicara tentang bayangan titik z, titik w boleh mempunyai lebih dari satu pembayang di bawah suatu fungsi yang diberikan; misalnya di bawah fungsi w= zt +2, titik w = 3 mempunyai empat pembayang: z = 1, —1,i, i. 66 Peubsh kompleks untuk iimuwan dan insinyur bidang-z GAMBAR 3.1, PEMETAAN w = 2iz +i Suatu pemetaan w = f(2) yang bersifat tidak ada titik w yang mempunyai lebih dari satu pembayang dinamakan pemetaan satu-ke-satu (One-to-one); jika tidak, dinamakan banyak-ke-satu (many-to-one). Selanjutnya ”satu-ke-satu” disingkat menjadi ”satu-satu”. Dengan mengambil istilah yang berbeda, suatu fungsi f adalah satu-satu jika tirik-titik yang berbeda pada domainnya dipetakan ke titik-titik yang berbeda; jadi, f adalah satu-satu, asal bilaz, #22 maka f(z,) # f(z). CONTOH.1. 1. Fungsi w = e* cos y + ie* sin y adalah banyak-ke-satu, karena, misalnya titik- titik z= 0, 2ni, 4zi, 6ni, 87i,..., .dipetakkan: ke satu titik yang sama, ialah titik w = 1, sebagaimana pembaca dapat dengan mudah memeriksanya. 2. Fungsi f(z) = 3z — Si adalah satu-satu. Kita membuktikan hal ini, dengan mengan- daikan bahwa untuk suatu z; dan z, di mana z, #2 dalam domain f, adalah benar menghasilkan f(z;) = f(z,): yaitu, kita mengandaikan kebalikan apa yang harus kita buktikan, Tetapi hal ini menuntun kita ke suatu kontradiksi; untuk S(2,) = f(z), maka 32, — 5i = 323 — 5i; jadi z, = 2, kontradiksi dengan pengan- daian kita bahwa z; #2, dengan f(z,) = f(z,)-Oleh karena itu f adalah satu-satu, + Selanjutnya, andaikan bahwa suatu fungsi f analitik pada titik z) dan bahwa f'(zo) % 0. Andaikan kemudian bahwa dua kurva A dan B berpotongan di zo, membentuk sudut a, diukur dari A ke B*; lihat Gambar 3.2. Sekarang, di bawah f, A dan B mempunyai 4 GAMBAR 3.2. KESERUPAAN “Ingat bahwa sudut perpotongan dua krurva adalah sudut yang dibentuk oleh tangennya pada titik potong. Bab 3] Transformasi Elementer 67 bayangan A’ dan B’ pada bidang w, dan berpotongan pada Wo = f(z). Halini diperlihat- kan dalam Lampiran 3(B) bahwa sudut yang dibentuk oleh A’ dan B’ pada wo dan diukur dari A’ ke B’ besarnya a. Kenyataan ini menunjukkan bahwa jika suatu fungsi analitik di Zo dan jika fungsi itu mempunyai turunan tidak nol di situ, maka fungsi itu melindungi sudut-sudut baik dalam besar maupun arahnya. Suatu fungsi yang mempunyai sifat demi- kian dinamakan pemetaan serupa (conformal mapping). Dampak. tertentu pemetaan se- rupa dipelajari dalam beberapa bagian pada Lampiran 3(B). Pengenalan kita secara singkat terhadap konsep itu pada butir ini akan memungkinkan kita untuk menghargai beberapa contoh di mana keserupaan timbul, ketika kita mempelajari beberapa fungsi elementer dalam pasal-pasal selanjutnya pada bab ini. SOAL 9 A Pada setiap Soal 9.1-9.4., tentukan apakah fungsi yang diberikan satu-satu; bila ya, buktikan itu (lihat Contoh 1). Jika tidak satu-satu, berikan paling sedikit satu contoh untuk menggambarkan pernyataanmu itu. 9.1. w = 3i. 92. wa2-i. 93. wa(e+Ie-1. 94. w= 3-3. 9.5. Secara umum dimungkinkan untuk mengganti fungsi banyak-ke-satu yang diberikan menjadi fungsi satu-satu dengan membatasi seperlunya domain fungsi itu. Bagaimana engkau membatasi domain w =z” untuk mendapatkan fungsi satu-satu. 9.6. Pelajari pemetaan pada Contoh 2, pasal 4, secara hati-hati.. Apakah itu pemetaan se- rupa? Terangkan mengapa. Pasal 10 Fungsi Kompleks elementer, Definisi dan Sifat - sifat Dasar Kita mengkhususkan pasal ini untuk memperkenalkan fungsi-kompleks elementer ter- tentu dan mempelajari beberapa sifat aljabar dan analitiknya. Sifat-sifat pemetaan-fungsi- fungsi itu akan dipelajari di dalam pasal-pasal selebihnya pada bab ini. Pada akhir pembicaraan setiap fungsi yang diperkenalkan dalam pasal ini, pembaca boleh memilih untuk meneruskan ke pasal yang sesuai dalam mana kita mempelajari sifat- sifat pemetaan fungsi tersebut, atau ia boleh memilih untuk menyelesaikan pasal ini se- belum mempelajari fungsi sebagai pemetaan; pengembangan membolehkan kedua pilihan itu. Sebelum kita mulai mempelajari fungsi-fungsi elementer, kita bicarakan secara singkat konsep "inversi suatu fungsi”. Menurut definisi, g(z) dinamakan inversi fungsi f(z), bila S(g(2)) = g(f(2)) = z.' Pembaca boleh mengingat kembali bahwa inversi suatu fungsi tidak perlu merupakan fungsi lagi. Tetapi, jika f satu-satu (lihat halaman 76), maka inversinya, biasanya ditulis f~', juga merupakan suatu fungsi; sebaliknya, jika f banyak-ke-satu, maka inversinya pada umumnya bukan fungsi; lihat Soal 9.5. Contoh berikut menggambarkan dua aspek dasar konsep itu. 68 Peubsh kompleks untuk iImuwan dan insinyur CONTOH 1. 1, Andaikan’ f(z) = 3z — Si. Seperti kita tunjukkan dalam Contoh 1.2., Pasal 9, J adalah fungsi satu-satu; ialah, ia memetakan nilai-nilai z yang berbeda ke nilai- nilai w yang berbeda, Mudah dilihat bahwa f~'(z) = (z + 5i)/3. Pembaca boleh memeriksa bahwa f(f~(z)) = f~*({(2)) = z, seperti yang disebutkan oleh defi- nisi. 2. Fungsi w = z? adalah fungsi banyak-ke-satu, karena setiap z #0, ia memetakan z dan —z keduanya ke w yang sama, Akibatnya, inversinya (yang kemudian akan kita definisikan dan ditulis z = w) bukan merupakan fungsi. Soal 9.5. menya- rankan suatu cara yang dengan itu kita dapat memperoleh inversi yang merupakan fungsi, bahkan meskipun kita mulai dengan suatu fungsi banyak-ke-satu, dengan membatasi seperlunya domain fungsi yang kemudian. Berkaitan erat dengan gagas- an ini ialah konsep ”fungsi bernilai banyak” (multivalued function) yang diper- kenalkan pada Lampiran 3(A). FUNGS!I LINEAR Suatu fungsi berbentuk S(2) = az + b, di mana a dan b adalah konstanta kompleks, dinamakan fungsi linear. Turunannya f(z) = a didefinisikan pada setiap z; jadi f adalah fungsi menyeluruh. Jika a = 0, maka f berubah menjadi fungsi konstan: f(z) = b. Jika a # 0, maka f adalah fungsi satu-satu, karena z, # 2, berakibat az, + b # az, + b, jadi f(z) # f(z). Dalam hal ini, hubungan inversi juga merupakan fungsi linear, yang dapat dipikirkan sebagai pemetaan dari bidang w "kembali” ke bidang z. Akhirnya, jika a = 1 dan b = 0, maka fungsi linear berubah men- jadi fungsi identitas f(z) = z. Sifat-sifat pemetaan pada fungsi linear dipelajari pada Pasal 11. FUNGSI PANGKAT Untuk setiap bilangan bulat positif n, fungsi faz dinamakan fungsi pangkat. Pada Contoh 2, Pasal 6, kita membuktikan bahwa S'(@) = nz! dan didefinisikan untuk semua z, Oleh karena itu f merupakan fungsi menyeluruh. Hal itu mudah dilihat bahwa, untuk > 1, f adalah fungsi banyak-ke-satu. Sebagai akibatnya, in- versinya bukan merupakan fungsi. Beberapa aspek tertentu pemetaan w = 2” dipelajari pada Pasal 12. Bab 3] Transformasi Elementer 69 FUNGS!I KEBALIKAN Fungsi f= dinaniakan fungsi kebalikan. Ini merupakan fungsi satu-satu antara bidang z, kecuali z= 0 dengan bidang w kecuali w = 0. Pada contoh 5, Pasal 6, kita menunjukkan bahwa turun- an f diberikan oleh 7 1 f= -3 dan turunan itu ada untuk semua z # 0. Jadi, fungsi kebalikannya analitik pada seluruh bidang, kecuali pada pusat koordinat, Kenyataan ini memenuhi juga Teorema 2.9. Sejauh ini, kita telah mengeluarkan dari pembicaraan kita titik z = 0, yang tidak mem- punyai bayangan di bawah fungsi kebalikan, demikian pula halnya dengan w = 0, yang tidak mempunyai pembayang. Dalam pembicaraan berikut akan memydahkan dan ber- manfaat bagi kita untuk membuang kekecualian ini dengan mengenalkan "titik di tak- berhingga”. Titik di tak berhingga, ditulis co, adalah titik ideal yang mempunyai sifat bahwa, untuk setiap z, |z| < 00. Bidang z yang ditambah dengan titik ideal ini dinamakan bidang kompleks perluasan; lihat juga Lampiran 1(B). Meskipun kita akan mendapatkan titik itu pantas dipakai untuk menyatakan sebagai "titik z = 00.” titik di tak berhingga tidak disajikan sebagai suatu bi- langan, khususnya bila akan dipakai pada operasi aljabar. Kita tekankan sekali lagi bahwa oo adalah titik ideal yang hanya sifatnya kita ketahui pada arena pembicaraan kita. ini yang nilainya lebih besar dari bilangan z manapun; yaitu, untuk semua 2, |z| < 00. Definisi titik di tak berhingga di atas dimotivasi oleh kenyataan bahwa, di bawah fungsi w = 1/2, jika kita membiarkan z > 0, maka w yang bersesuaian akan menjadi bilang- an yang modulusnya besar tak terbatas; jadi, untuk z > 0, Iw! "menuju ke tak berhingga”. Dengan titik di tak berhingga tersedia bagi kita, kita sekarang dapat mengatakan bahwa, di bawah fungsi kebalikan, bayangan z = 0 adalah w = 00 dan pembayang w = 0 adalah z = 00. Pertanyaan biasa yang timbul di sini ialah apakah kita dapat memperhitungkan, secara umum, tingkah laku suatu fungsi yang diberikan pada titik z = oo. Jawaban pertanyaan ini adalah positif, jika kita menerima konvensi atau kesepakatan berikut: Tingkah laku suatu fungsi f(2) pada z = oo akan disamakan dengan tingkah laku f (; pada titik z = 0. z Lagi, konvensi ini dimotivasikan oleh proses limit yang sama: 1 Fi = O untuk z+ 00, dan sebaliknya. z Kita ilustrasikan pemikiran ini sebagai berikut: CONTOH 2. Kita periksa tingkah laku fungsi f(z) = Ta pada z = 00. z 70 Peubah kompleks untuk iimuwan dan insinyur 1 Sesuai dengan konvensi di atas, kita akan memeriksa tingkah laku (t) diz=0. Kita mendapatkan bahwa 1 1 f (; “24T yang pada z = 0, menghasilkan w = 1. Jadi, pada z = co, fungsi yang diberikan diberi nilai 1. Sifat-sifat pemetaan fungsi kebalikan dipelajari pada Pasal 13, FUNGSI BILINEAR Jika n bilangan bulat tak negatif dan ao, a1, ... , dq adalah konstanta kompleks, maka fungsi P(2) = dy + ayz +++ +a,2" dinamakan suku banyak, Mengingat Contoh 3, Pasal 8, suku banyak merupakan fungsi me- nyeluruh, Sekarang misalkan P(z) dan Q(z) adalah dua suku-banyak. Maka fungsi Pe) Qe)’ yang didefinisikan untuk semua z, asal Q(z) ¥ 0, dinamakan fungsi rasional. Sesuai dengan Teorema 2.9., fungsi rasional analitik pada tiap titik yang membuat penyebutnya tidak nol. Yang khusus menarik kita ialah fungsi rasional az+b cz+d’ F(z) = f@)= (ad — be # 0) a yang dinamakan fungsi bilinear*. Karena suatu fungsi rasional, ia analitik di mana-mana kecuali diz = —d/c. Jelaslah, jika c = 0, maka pemetaan bilinear itu menjadi fungsi linear. Untuk pembicaraan kita selebihnya, untuk fungsi bilinear kita anggap bahwa c # 0. Pada kondisi ini, Persamaan (1) menyatakan suatu fungsi satu-satu dari bidang z perluasan ke bidang w perluasan. Khususnya, titik z = —d/c dipetakan ke titik:-w = 00 dan. titik 2 = © dipetakan ke titik w = a/c. Suatu manipulasi aljabar sederhana menghasilkan inversi fungsi bilinear: —dw+b z= — wa yang mudah dilihat bahwa persamaan di atas tidak hanya suatu fungsi, tetapi, dalam ke- nyataannya merupakan fungsi bilinear yang dapat digambarkan sebagai pemetaan "kem- bali” bidang w perluasan ke bidang z perluasan dalam bentuk satu-satu. Pembicaraan beberapa sifat-sifat pemetaan fungsi bilinear diberikan dalam Pasal 14. FUNGSI EKSPONENSIAL Tak dapat diragukan lagi, salah satu fungsi yang terpenting dalam semua matematika ialah fungsi eksponensial, yang dalam hal peubah kompleks z = x + iy, didefinisikan dengan e = eX(cos y + isin y). * Fung map). juga disebut Transformasi Moebius atau pemetaan pecahan linear (linear fractional Bab 3] Transformasi Elementer n Kita akan melihat bahwa, dalam pengertian tertentu, fungsi yang baru didefinisikan ter- sebut merupakan "perluasan alami” fungsi e* pada kasus peubah kompleks. Kita perhatikan, misalnya, bahwa jika z merupakan bilangan nyata, dengan y = 0, maka e* = e*; ini menun- jukkan bahwa kelakuan eksponensial kompleks yang didefinisikan di atas merupakan bentuk umum eksponensial nyata. Jika z adalah khayal murni (x = 0), kita mempunyai e” = cosy + isiny, yang dikenal sebagai Rumus Euler. Dipelajari pertama kali oleh Euler kira-kira dua abad yang lalu, bentuk ini dapat diterapkan untuk menuliskan bentuk kutub. z = r(cos t + i sin t) bagi bilangan kompleks ke dalam bentuk ringkas z=ret. Kita telah membuktikan dalam Contoh 4, Pasal 7, bahwa fungsi eksponensial adalah fungsi menyeluruh dan memang betul, bahwa da = qe=e Kenyataan ini menunjukkan lebih jauh bahwa definisi pilihan kita untuk e* memperta- hankan semua sifat-sifat umum eksponensial nyata, yang telah dikenal baik oleh pembaca dari buku kalkulus. Berikut ini adalah daftar sifat-sifat aljabar yang paling pokok untuk e% Sekali lagi, k banyakan sifat-sifat ini sudah dikenal baik oleh pembaca. Kebenaran beberapa sifat ini buktikan dalam contoh berikut; pembaca akan mendapatkan manfaatnya dengan mem- buktikan selebihnya. Sifat-sifat Untuk setiap besaran kompleks z dan w berlaku sifat-sifat berikut: Le #0. 2 3. 4 5. 6. e& = e**2% (periodisitas eksponensial) 7. Sika z =x + iy, maka le*|= e* dan arg (¢*) = y. Kita mencatat bahwa sifat 7 merupakan konsekuensi langsung dari definisi e*, karena setiap besaran kompleks yang ditulis dalam bentuk R(cos T + isin T), dengan R dan T adalah besaran-besaran nyata, mempunyai modulus R dan argumen T. CONTOH 3. Kita membuktikan bahwa, untuk setiap z, e* #0. Dibuktikan dengan kontradiksi, Jadi, misalkan bahwa suatu bilangan z = a + ib 72 Peubah kompleks untuk iimuwan dan insinyur ada sedemikian hingga: Maka e cos b + ie’ sin b = 0; jadi @cosb=0 dan esinb=0 secara serempak. Tetapi karena eksponensial nyata e” tidak pernah nol, haruslah cosb=0 dan sinb=0. Tetapi hal ini tidak mungkin untuk setiap nilai b. Ini memenuhi bahwa tak satupun zada; jadi e* #0 untuk semua z. CONTOH 4. Kita membuktikan periodisitas eksponensial: e* = e**2#), untuk semua z= x + iy. Kita mempunyai eettat = pxtot2ny = e cis (y + 2n) =e cis y =ety as Perhatikan bahwa, dalam pembuktian periodisitas eksponensial, kita menggunakan petiodisitas sin y dan cos y pada langkah ketiga pada bukti di atas. Periodisitas eksponensial mempunyai arti geometrik yang sangat menarik yang akan dibicarakan pada Pasal 15. Pada contoh berikut, pembaca, akan mendapatkan gambaran aljabar sifat eksponensial kompleks ini, Perlu dinyatakan bahwa setelah kita mengenalkan logaritma bilangan kompleks, persoalan semacam yang dibicarakan pada contoh berikut menjadi jauh lebih mudah ditangani. Meskipun demikian, pembaca akan untung besar dengan mempelajari contoh berikut ini dengan cermat. CONTOHS. Carilah semua akar persamaan e* = ~i, Kita hanya akan memberikan langkah-langkah utama proses ini; pembaca hendak- nya melengkapi bagian-bagian yang kurang dan sekaligus alasannya. Persamaan yang diberikan dapat ditulis e cos y + ie* sin y = 0-3. Jadi ecosy=0 dan esiny=-1. Bab 3] Transformasi Elementer 73 Dari persamaan pertama kita memperoleh Ft kn, Tetapi, dengan demikian persamaan kedua menjadi y = bilangan bulat. te = -1, dari mana kita hanya mempunyai kemungkinan, e* = 1; jadi x = 0. Sekarang, mudahlah untuk memeriksa bahwa, jika y = 1/2 + kn untuk k = bilang- an genap, maka e* sin y = —1 tidak mungkin dipenuhi; akibatnya, nilai yang diperbo- Iehkan untuk y dipersempit menjadi untuk k ganjil y= -5 + 2kn, k= bilangan bulat. Hal ini berarti bahwa akar-akar persamaan yang diberikan adalah z=0+ (5 + 2k), Pada gilirannya, ini berarti bahwa: eon 2h 5, yang menggambarkan periodisitas fungsi eksponensial. Beberapa sifat pokok pemetaan eksponensial kompleks dipelajari pada Pasal 15. FUNGSI LOGARITMIK Di dalam pembicaraan kita tentang eksponensial kompleks kita melihat bahwa definisi kita untuk fungsi itu dipilih sedemikian untuk menjaga sifat-sifat eksponensial nyata yang sudah kita kenal baik dan mengembangkannya ke kasus kompleks. Sebagaimana kita akan mengenalkan logaritma besaran kompleks, dan kemudian fungsi logaritmik, kita dimotivasi oleh keinginan yang sama, yaitu untuk mempertahankan sebanyak mungkin sifat-sifat logaritma yang telah kita kenal dengan baik. Sekarang misalkan bahwa untuk sembarang bilangan kompleks z, kita mempunyai Jambang khusus dan tidak meragukan log z. Andaikan lebih lanjut, bahwa konsep yang diwakili oleh simbol ini membentuk suatu per- luasan bagi logaritma nyata (biasa) In.x; jadi, andaikan bahwa jika z adalah bilangan nyata positif, maka log z = In z. () Akhirnya, andaikan bahwa sifat-sifat yang telah dikenal untuk Inx juga dimi dan khususnya, bahwa log (zw) = log z + log w (2) dan log (z*) = «- log z (3) 4 7 Peubah kompleks untuk ilmuwan dan insinyur untuk setiap bilangan kompleks z, w, dan a. Dalam kerangka hipotetik (hypothetical context) ini, misalkan z = re! adalah bilangan kompleks yang diberikan di atas. Maka log z = log (re) = log r + log (e) oleh (2) = logr + it-loge oleh (3) =Inr+it-Ine oleh(1) slnr+it = In [el + i arg z. Jadi, berdasarkan anggapan bahwa sifat-sifat logaritma nyata juga dimiliki oleh log z, kita mendapatkan bahwa log z = In [2| + i arg z. 4 Ternyata bahwa (4) merupakan calon yang sangat baik untuk suatu definisi logaritma besaran kompleks kecuali nol. Jadi kita mendefinisikan logaritma z dengan log z= In|z|+iargz, untuk semua z # 0. (5) Sebelum melanjutkan perhatikan beberapa catatan berikut. CATATAN 1. Pada definisi (5), kita telah memilih untuk membedakan antara “log” dan “In” guna menghindarkan pemakaian simbol yang sudah dipakai dalam definisi itu sendiri. Jadi kita menggunakan “log” untuk menunjukkan logaritma sembarang bilangan kompleks z (yang boleh juga merupakan bilangan nyata) sebagai yang didefinisikan oleh (5), dan kita meng- gunakan In” untuk menunjukkan nilai tunggal logaritma asli terhadap bilangan nyata po- sitif Iz\. CATATAN 2. Perlu dicatat bahwa “logaritma” z sesungguhnya adalah “logaritma-logaritma” z,; me- mang, kehadiran arg z pada (5) mengatakan kepada kita bahwa log z mempunyai nilai- nilai berbeda yang tak berhingga banyaknya. Tetapi, sembarang dua nilai ini dibedakan oleh kelipatan bulat 2ni :lihat, juga, Catatan 4, Pasal 2. CATATAN 3. Menyimpang dari maksud kita semula, logaritma bilangan nyata positif seperti yang didefinisikan oleh (5) tidak tepat sama seperti logaritma asli "In”; sebab, jika R bilangan nyata positif, maka arg R = 2kn. Jadi log R=In R + 2kni, —_k = bilangan bulat Tetapi, ini hanya merupakan penyimpangan yang tidak berarti, yang segera akan diperbaiki apabila kita mendefinisikan "nilai utama” log z. Bab 3) Transformasi Elementer 75 CONTOH 6. Kita akan menentukan logaritma bilangan-bilangan z = Kita mempunyai i, 2, —ei,dan —1. 5 + 2k) log 2 = In [2| + i arg 2 = In 2 + i(2kn) = In 2 + 2kni; x log = ni + args inc) + (5+ 24x} lihat Catatan 3, log (—ei) = In (e) + (= + 24x) =1+ F + 24x). log (1) = (x + km Seperti kita tunjukkan pada permulaan pembicaraan kita tentang logaritma kompleks, kita ingin mempunyai log z’yang didefinisikan sedemikian sehingga sifat-sifat logaritma nyata yang sudah dikenal baik dapat dipertahankan. Ternyata bahwa log z, seperti yang di- definisikan oleh (5) mengambil kebanyakan sifat-sifat itu. Tetapi, sebelum kita menyatakan dan membuktikan beberapa sifat ini, kita harus memahami yang berikut ini: Karena loga- ritma bilangan kompleks mempunyai tak berhingga nilai yang berbeda, setiap dua nilai dibedakan oleh 2kni, setiap ruas kesamaan yang termasuk dalam sifat-sifat ini tidak meru- pakan bilangan tunggal tetapi himpunan bilangan-bilangan. Mengingat kenyataan ini, kita akan mengambil setiap kesamaan ini dalam pengertian bahwa setiap bilangan di kedua ruas sama dengan bilangan di ruas lain ditambah atau dikurangi dengan kelipatan 27. Inilah pengertian pasal di muka dan hanya dalam pengertian itu kita akan memahami berlakunya yang berikut ini. Sifat-sifat log z Untuk setiap bilangan tidak nol z dan w berlaku sfat-sifat berikut: . log (zw) . log (z/w) log e eee = log z + log w. log z — logw. wwe . log (2?) = p-log z, untuk setiap bilangan rasional* p dalam bentuk paling seder- hana. CONTOH 7. Kita membuktikan sifat 1. log (zw) = In |zw| + i arg (zw) = In [lellwi] + ilarg z + arg w] = In |z| + In |w| t+ iargz+iargw = [In |2| + i arg 2] + [In |w| + i arg w] = log z + log w. “*Bilangan nyata p dinamakan rasional, bila merupakan hasil bagi dua bilangan bulat: p = m/n, di mana m dann bilangan bulat dann #0. 76 Peubsh kompleks untuk iimuwen dan insinyur CONTOH 8. Kita membuktikan sifat 3. : Karena |e*| = e* dan arg (e*) = y, kita mempunyai log e* = In |e"| + i arg (¢) =Ine* +iy=x+iy=z CONTOH 9. Selesaikan persamaan e** "= —2 untuk akar-akarnya. Dengan mengambil logaritma kedua ruas, kita memperoleh log [e** "] = log (—2). Maka zt1=In2+ (w+ 2ka)i dan, oleh karena itu (In 2-1) + (2k + Ani. Karena logaritma bilangan kompleks tidak nol mempunyai tak berhingga nilai yang berbeda, jelaslah bahwa log z seperti yang didefinisikan oleh (5) tak dapat digunakan untuk mendefinisikan fungsi, karena, menurut definisi, pada setiap nilai z yang diperbolehkan harus dikawankan dengan satu dan hanya satu bayangan, Kita atasi rintangan ini dengan menggunakan nilai utama log z, yang kita definisikan dengan Logz=In|zl+iArgz, z#0, —n

Você também pode gostar